
Di malam harinya, Keanza tidak ingin lepas dari sang papa, kemana pun Daffa pergi pasti dia ikutin. Termasuk sekarang ini, bocah itu berada satu langkah dibelakang Daffa.
"Kea duduk sama Bubu, ngapain ngintilin mulu sih?!" Daffa berkacak pinggang di depan Keanza yang sedang mendongak menatapnya, mata bulatnya bersinar tersorot lampu.
"Ikuttttttttt." Bocah itu berseru lantang, merentangkan tangan ingin di gendong, namun Daffa yang sedang ingin ke kamar mandi hanya menatapnya jengah.
"Papa mau Ee, Kea masih mau ikut?" Tanya Daffa berjongkok di depan sang anak dengan memegang pundaknya. Kebiasaan dirinya.
"Eenya papa bau gak?" Bertanya balik yang mana membuat Bubu nya tertawa, Zikri dengan segera menghampiri mereka, tayangan yang sedang asik-asiknya terpaksa dia tinggalkan demi menjaga kewarasan Daffa.
"Eenya papa bau banget, jangan mau ikut kamu, sini ajah sama bubu nonton." Zikri menggendong sang anak untuk membawanya ke arah karpet yang berada di ruang keluarga, namun saat melihat tayangan yang Bubunya tonton Keanza menoleh pada Zikri.
"Ishhh Gak asik filmnya, Bubu Adududu aja." Keanza Duduk bersila dengan tangan menyilang.
"Adudu sayang, dudunya banyak amat." Zikri mengkoreksi ucapan anaknya yang sudah lumayan di pahami namun kadang ucapannya melenceng atau ditambahkan beberapa huruf seperti tadi.
"Adududu buru Bubuu, Kea mau Tonton." Kan di kata juga apa, ucapan Keanza semakin jelas semakin melenceng.
"Nonton sayang," koreksinya lagi, namun Keanza tidak peduli, dirinya dengan segera beranjak dari duduknya dan berjelan kearah meja tv dimana ponsel sang papa berada.
"Bubuuuuu!" Keanza berseru, menyerahkan ponsel yang dia ambil pada Zikri yang langsung di ambil oleh sang Empu. Namun bukannya langsung menuruti apa yang Keanza mau, Zikri terlebih dulu berjalan kearah kamar mandi yang berada di kamar.
Keanza bahkan mengikuti sang Bubu masuk.
"Daffa, pinjem ponsel buat Kea nonton." Ijin Zikri, mengetuk pintu kamar mandi sambil menunggu jawaban.
Keanza yang melihat apa yang orang dewasa itu lakukan, berjalan dan berhenti di samping Zikri, mengetuk pintu dan berujar untuk meminta ijin.
"Papa, Kea pinjem buat liat adududu."
Melihat bagiamana Keanza mengikutinya membuat senyumnya merekah indah, Keanza memang peniru yang baik, jangan sampai Kea melihat hal-hal yang kasar karena dirinya akan dengan segera mengikuti itu semua.
Dulu waktu di rumah lama mereka di Indonesia, pergaulan Keanza lumayan bebas, anaknya memiliki beberapa teman dan Zikri membiarkan saja anaknya keluar rumah untuk bermain namun ketika sampai dirumah, Keanza akan mengeluarkan suara asing yang sedikit kasar.
Beberapa kali Zikri sudah memberitahukan pada Keanza bahwa itu tidak baik dan anaknya pun mengerti namun setiap Keanza bermain dengan mereka, anaknya akan pulang dengan bahasa kasar kembali.
Contohnya waktu Keanza ditaman dan berbicara pada Daffa dengan suara kasarnya, itu hasil dari Keanza yang meniru, mungkin karena Faktor teman yang tidak sebaya membuat sang pengucapan anaknya seperti itu.
Beberapa menit menunggu akhirnya sahutan dari dalam membuat Kea tersenyum, dirinya menatap sang Bubu dan berteriak. "makasih Papa."
◇○○◇○○◇
Saat Daffa berjalan kearah ruang keluarga, dahinya mengernyit merasakan suasana yang begitu asing, sepi. Kemana Keanza dan Zikri? Tanyanya didalam pikirannya.
Ketika sampai pertanyaan terjawab dengan apa yang dia lihat.
"Lohhh tidur?"
Disofa ruang tamu, terdapat Zikri dengan gumpalan daging diatas pangkuannya. Zikri menoleh pada Daffa yang duduk disampingnya, setelah Daffa menoleh padanya dengan segera pria itu memalingkan muka kearah televisi.
“Heem, capek kali tadi siang aktif banget soalnya.”
Hening beberapa menit, Daffa mengeluarkan suara yang mampu membuatnya terdiam. "Kamu gak mau ngasih keluarga utuh buat Kea?" Pertanyaan tak terduga terlontar begitu saja, apalagi dengan tayangan televisi yang sedang menayangkan sebuah keluarga harmonis penuh canda tawa.
Daffa ingin seperti mereka.
"Keluarga utuh, Maksudnya?" Zikri melirik kearah Daffa yang mana pria itu memperhatikannya membuat ujung hidung mereka bersentuhan.
Sebenarnya Zikri paham, namun dirinya tidak ingin paham dengan apa yang Daffa maksud. Beberapa menit berlalu dengan tatapan yang saling terkunci, sampai dimana Daffa merubah kepalanya menenggelamkan di potongan leher Zikri, menghirup aroma yang menguar.
"Utuh, dimana ada Bubu dan Papanya dalam satu ikatan." Suaranya terendam, pria itu meremas pinggang Zikri, menyalurkan perasaannya lewat tindakan itu.
getaran hebat yang begitu dahsyat Zikri rasakan ketika pria itu menggeram dalam potongan lehernya, penuh dengan keputusasaan.
"Gila!" Kata itu yang terucap saat beberapa menit hening, Zikri dengan segera menyingkirkan kepala Daffa dari bahunya namun karena kaitan tangan Daffa pada pinggangnya membuat sang empu tak bergeming sama sekali. Apalagi dengan Keanza yang tertidur dipangkuannya.
"Ohh ayolah, kamu gak mau?" Tanya Daffa balik, beringsut menjauhkan diri. Emosi Zikri tersulut dengan petanyaan seperti itu, layaknya api yang disiran bensin.
"Sebelum ngomong kaya gituh, kamu coba dulu inget istri kamu yang ada di rumah. Istri kamu lagi hamil, tapi suaminya selingkuh, lebih parahnya sama pria lagi. Gimana gak gila dia kalo ada berita mengenai suaminya." Mearasa tidak perlu mengatakan apapun lagi, Zikri mengangkat Keanza untuk memindahkannya kekamar dirinya dan Daffa.
Dirinya tidak ingin tidur berdua dengan pria itu.
"Ahhh kalo gak salah bini kamu modelkan? kamu sendiri pengusaha skincare yang lagi Viral, skandal besarkan? Duhhh bisa-bisa, aku sama Keanza kena goreng netizen."
Sebenarnya soal Velicia, wanita itu bukan model terkenal, dia hanya seorang selebram yang sering menjadi model baju atau produk lokal dan kadang menjadi model pakaian dan make up pengantin.
Zikri dengan hati-hati menurunkan sang anak yang lucu ketika tidur, berbanding kebalik jika sedang bangun. Tidak bisa di jabarkan kelakuannya. Daffa sendiri, sedari tadi mengikuti Zikri dibelakang.
"Kamu benar, tapi kalo aku cerai sama dia bukan skandal kan nanti?" Daffa tepat berada di belakang Zikri, memeluk tubuh itu dari belakang dan mencium bahu yang masih terbalut kain.
"Hah?" Mencoba melepaskan diri, Zikri beringsut menjauh, menatap Daffa dengan tatapan tak percaya. "Kamu yang selingkuhin aku selama dua tahun, kamu juga yang milih dia buat jadi pendamping kamu, kalian nikah atas mau sama mau. Sekarang kamu mau cerein dia pas lagi hamil? Kamu gila? Gak punya otak!"
Daffa hanya diam, dengan segera dirinya menarik tangan Zikri dan menghempaskannya tempat duduk yang berada di tengah.
"Sutttt males aku bahasnya, mending kita bikin ade buat Kea, udah seharusnya dia punya ade kan?"
Zikri bangkit ketika tubuhnya terjerambab diatas Sofa itu, tarikan Daffa tidak lah main-main, namun saat dirinya menoleh pada Daffa, pria itu sedang melapas pakaian yang sedang melekat pada tubuhnya.
"Ngapain? Ada Kea jangan gila dulu sekarang!" Zikri menatap waswas pada Daffa yang sekarang sudah full naked. Pria itu bak pedofil gila dengan tatapan mesumnya.
Menjijikan!
"Daffa gila?!" Makinya, saat dirinya akan membuka pintu, sebelum pintu itu terbuka, Daffa sudah lebih dulu menariknya dan kembali terhempas ditempat tadi dia terjatuh.
"Emmm Bubuuuuuu Ada sjshshw." Igauan tersebut membuat Zikri menahan pekikannya, jangan sampai Kea terbangun, bukan cuman malu saja, anak itu pasti akan menangis dan susah kembali tidur.
"Diem!" Daffa berujar rendah, tangan pria itu sibuk membangkitkan gairah Zikri yang perlahan-lahan bangkit, satu minggu menahan gairah terlebih tidak menyentuh Zikri, rasanya hasrat nya membeludak naik kepermukaan.
Zikri melenguh, meremat pundak Daffa ketika tangan pria itu keluar masuk dalam tubuhnya, yang membuatnya bertambah gila adalah sesapan yang dia terima dibagian dadanya.
Zikri benci pada dirinya yang tidak bisa menghilangkan rasa cintanya pada Daffa yang notebenenya suami orang, dirinya benci ketika tidak bisa melawan hasratnya.
◇○○◇○○◇
"Bubuuuuu" seru Kea dengan ipad di kedua tangannya, anaknya itu sudah memulai bermain gadget untung Daffa memberikan batasan dan Keanza juga lumayan pintar memanfaatkan alat itu.
Dimana dirinya meminta Daffa mendownload sebuah game untuk belajar, dengan contoh mengeja dan berhitung.
Kadang dirinya menonton Film animasi dan edukasi yang mana bermanfaat untuk usianya, anaknya tidak terlalu pemilih dalam hal menonton, dirinya seakan paham mana yang berguna mana yang tidak.
"Bubuuuu, Kea mau kesini." Ujarnya menyerahkan sebuah layar yang menampilkan berbagai gambar hewan.
"Ohhh mau ke kebun binatang?" Tanya Zikri di balas anggukan antusias dari Kea, dirinya kembali memberikan ipad itu pada sang anak, kembali sibuk dengan sayuran yang dia potong, melirik Kea yang seakan menunggu ucapannya dirinya berucap sambil terus bekerja "ya udah nanti kalo papa pulang kamu bilang sama papa oke boy?"
Tatapannya melirik pada Keanza yang melebarkan senyumnya tangannya membentuk bulat "oke Bubu." Setelahnya Keanza berlari kearah ruang Tv.
Tubuh Keanza berguling kedepan, Ima yang sedari tadi memperhatikan Keanza sambil menonton, membuatnya tersentak kaget, namun setelah tahu bahwa Keanza tertidur dirinya beranjak memindahkan Kea kekamar dan membereskan kekacauan anak itu.
+++
"Aku pulang." Ucap Daffa membuka pintu rumahnya namun saat merasa sepi dirinya berjalan kearah kamar tidur Kea dan benar saja anaknya sedang tertidur pulas.

Dirinya berjalan mendekat, melihat keringat yang membasahi Keanza langsung dia usap.
"Capek banget kayanya anak papa" ucapnya, tangannya bergerak mengambil remot ac dan mengatur suhu supaya Keanza tidak terlalu berkeringat.
Setelah puas melihat hasil permainannya dengan Zikri dirinya berjalan keluar kamar mencari Zikri yang mungkin saja tertidur namun dirinya ingat, ketika dirinya tidak ada Zikri tidak akan membiarkan Keanza tidur sendiri maka dari itu dirinya berjalan kearah kamar untuk membersihkan diri.
"Udah mau magrib, anaknya gak di bangunin?" Tanya pada Zikri yang duduk di gazebo sambil bermain ponsel, Daffa bersandar pada pintu penghubung sambil menggosok rambut basahnya menandakan lelaki itu baru selesai mandi, memperhatikan Zikri yang sekarang mendongak.
"Ohh udah pulang? Jama berapa sekarang?" Tanya Zikri sambil melihat ponsel yang mana sudah menunjukan pukul lima lewat lima belas, dengan terburu-buru dirinya berlalu dari sana.
"Aduhh ini Kea belom mandi" ujarnya namun ketika membuka kamar dirinya melihat sang anak sudah rapih memakai pakaiannya dan di sampingnya Ima menggandeng tangan anak itu.
"Duhh Bubu kira kamu belum bangun." Sahut Zikri mengambil alih badan Kea.
Kea memang di bangunkan oleh Ima atas perintah Daffa, sebenarnya jadwal Kea sudah tertata rapih Zikri berikan namun Ima lupa bahwa jam set lima Kea sudah harus bangun, dan tadi dirinya mendapat teguran dari Daffa atas ingatannya yang pelupa.
"Papaaaaa" seru Kea berjingkrak di gendongan Zikri tangannya terulur meminta pindah gendongan.
"Papa ihhh gendong." Ucapnya ketika Daffa tidak segera membawanya ke gendongan.
"Apasih, udah gede jangan manja kamu tuhhh." Meskipun mengatakan itu Daffa tetap mengambil alih dirinya, membuat senyuman Kea mengembang.
"Papa, nanti ke burung-burung ya, Bubu bilang tanya papa, iyakan Bubu?" Ujar Kea membuat Daffa menatap Zikri meminta terjemahan atas ucapan sang anak.
"Kea mau ke kebun binatang, tadi liat di Video dia." Jelas Zikri membuat Daffa mengangguk.
"Oke minggu besok kita keragunan."