Clown and His Mask Part 6 - 10

0
0
Deskripsi

Cedric-No Name-Tanpa Nama Belakang, semua mengenalnya sebagai Lord Konyol dan pecundang.
Dengan masa lalu yang menyedihkan hanya untuk bahan lelucon dan ditertawakan.
Tapi Cedric tak peduli apa kata orang, dia sudah terbiasa hidup bebas.
Hingga dia dipaksa menanggalkan topeng kekonyolannya. 
Ada seseorang yang sangat berarti di dalam hidupnya yang harus dia lindungi. 
Ada pula seseorang yang menyerahkan jiwa raga hanya untuk melindungi dirinya.
Cedric dalam persimpangan hidup, menyelamatkan...

6. Tekad Seorang Lady dan Kebingungan Pria Tanpa Gelar

Alecia menatap pasangan yang bergerak menuruni tangga. Matanya membulat, mengintip dari balik tiang pembatas balkon juga tirai berbahan lace putih halus. Napas Alecia begitu pelan. Dia mencoba menahan napas meski akhirnya mencapai batas. Apalagi tubuhnya bersandar pada tubuh Cedric juga telapak tangan itu menutup mulutnya sambil sebelah tangan lainnya mencoba menenangkan dirinya. Bagaimana bisa kalian meminta Alecia untuk tenang. Jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Hatinya berdebar kencang sementara paru-parunya seakan bekerja sangat keras. Tapi dia harus menahan napas sejenak, saat di dekat mereka terjadi hal yang terduga. Pertengkaran pasangan di rumah tuan rumah pesta? Pasti akan menjadi berita besar bila tersebar.

Dia baru bisa bernapas lega ketika pasangan itu turun dan kembali ke acara pesta yang diadakan oleh tuan rumah, Balder Bickford, Earl of Clayborne. Tapi entah mengapa pose mereka berdua masih belum berubah. Tubuh mereka masih bersentuhan, hanya saja kali ini lengan Cedric melingkar pada pundak dan leher Alecia. 

Alecia tak berani bergerak, dia bernapas sangat pelan seakan takut membuat Cedric berubah sikapnya dalam sekejap. Dan ternyata tepat. Tak lama Cedric segera mundur, dia tersentak kaget ketika menyadari posisi mereka berdua terlalu dekat. “Maafkan aku.”

Alecia menjadi salah tingkah. Wajahnya merah, bersemu seperti bocah kecil yang berlari di padang bunga pada siang hari. “Ah, iya. Pembicaraan kita,” ucap Cedric. “Apa yang ingin Anda sampaikan Lady Alecia?” 

Alecia berdiri tegak. Kedua telapak tangannya terkepal di samping tubuh, matanya membulat dengan bibir dikatup penuh tekad. Wajah yang mengingatkan Cedric pada bocah kecil yang mencoba terlihat serius. 

“Sir Cedric, Anda tidak perlu takut mengenai skandal itu.” Alecia menelan ludah, membasahi bibir lalu melanjutkan ucapannya. “Aku tidak akan menuntut seperti yang diberitakan orang-orang.”

Melihat Cedric melirik sambil mengangguk-angguk, Alecia kembali menambahkan, “Kupastikan pula kakakku, Lord Denzell tidak akan membuat perhitungan apa pun denganmu. Kamu mendapatkan janjiku!” Alecia tampak sangat serius dan bertekad. “Karena itu Anda bebas berada di kota ini maupun kota mana pun tanpa perlu khawatir.” Satu tarikan napas, kemudian terdengar embusan napas cepat untuk mengisi paru-paru. Hanya untuk melanjutkan rangkaian panjang ucapan seperti panjangnya gerbong-gerbong kereta yang bergerak di rel. “Karena aku tidak akan mendapatkan pasanganku dengan cara seperti itu. Aku tidak akan menjebak pria untuk menjadi pendamping hidupku.” 

“Aku juga setuju, Anda adalah lady yang begitu terhormat dan cantik. Banyak lord-lord yang akan bersedia dan mempertaruhkan hidup mereka untuk mendapatkan Anda,” ucap Cedric. Dia sungguh-sungguh saat memuji Alecia. 

Cedric bernapas lega. Sepertinya dia dan Alecia telah mencapai kesepakatan yang sama. Wajah Cedric tampak cerah. Dia tersenyum. Baru saja dia hendak mengucapkan terima kasih, gadis itu kembali berbicara.

“Kita dapat saling mengenal terlebih dahulu,” ujar Alecia.

 “Tunggu.” Cedric menyela ucapan Alecia. “Kurasa kita sudah sepakat kalau kita tidak akan pernah bisa bersama, My Lady.”

Alecia menggeleng, “Aku yakin, aku bisa membuatmu datang kepadaku!” Alecia menunjuk wajah Cedric penuh tekad. “Karena itu aku akan selalu di sisimu Sir Cedric.”

“Aku tidak akan pernah datang, Lady Alecia. Karena kita berdua tidak pernah—“

“Jangan katakan apa pun sekarang!” Alecia menahan dengan sebelah tangannya yang lain. “Biarkan waktu yang bicara.” Gadis itu meremas jemarinya. “Aku akan tetap bersamamu.”

“Lady Alecia aku wajib mengatakan padamu kalau kita tidak bisa bersama.”  

Alecia tidak mendengar penolakan Cedric, dia berbalik. Tapi lalu kembali berputar menatap Cedric. “Terima kasih dan maaf sudah menyita waktumu.” Gadis itu lalu bergegas keluar, berjalan menuruni tangga tanpa menoleh ke belakang lagi.

Cedric hanya terpaku, menatap tidak percaya. Gadis ini pasti sudah gila!

==

Alecia berdiri di ruang kerja kakaknya setelah kemarin malam memberanikan diri berbicara langsung pada Cedric. Pagi ini dia juga akan mengatakan pada Denzell keputusannya. 

“Alecia,” panggil Denzell sebelum adiknya meninggalkan ruang kerjanya. “Apa ini keputusan akhirmu?” tanyanya sekali lagi meski dia telah menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali selama berbulan-bulan ini. Gadis manis yang serapuh kepingan gula-gula kesukaan Denzell ketika kecil dulu berbalik lalu menatap kakak laki-lakinya dengan penuh senyum, dia mengangguk. 

“Ya, aku tidak akan menyesali apa pun yang terjadi di kemudian hari.”

Denzell menghela napas lalu mengacak rambutnya yang selalu tersisir rapi. Denzell Austin Whallen adalah gambaran seorang lord sempurna. Penampilannya tak tercela. Dari rambut hingga pakaian yang rapi dan berkelas, wajah sempurna, juga sikap tubuh yang mencerminkan seorang bangsawan Inggris terbaik. 

“Baiklah.” Denzell mengangguk. Pria yang dikenal sangat pintar ini sepertinya tak berdaya di hadapan Alecia. Ketika menghadapi adiknya, adik kesayangannya, dia tak berkutik. “Rahasiakan dari ayah dan ibu. Terutama ibu!”

“Terima kasih, Kak.” Alecia menekuk lutut memberi salam sebelum keluar dan menutup pintu. Sepanjang jalan menyusuri lorong, dia menari kecil sambil bersenandung. 

Alecia berdiri di balik pintu kamarnya dengan jantung berdegup kencang. Dia tersenyum. Setidaknya Denzell akhirnya menyetujui permintaannya. Yang paling dia butuhkan adalah dukungan dari Denzell. Jika ada saudara laki-lakinya di belakangnya, Alecia tidak akan merasa takut. Karena dia tahu sedari kecil, Denzell akan menjaganya, memastikan dirinya selalu aman dan bahagia. Namun selain Denzell ada satu pria yang juga pernah menyelamatkannya. 

Alecia kecil terpisah dari pengasuhnya. Dia sedang menghadiri acara yang diadakan oleh keluarga Stewing. Pesta pernikahan yang sangat meriah. Ayahnya mengenal Marquess of Stewing dengan baik. Karena itu Marchioness of Stewing meminta Alecia kecil yang menurutnya sangat cantik untuk menjadi gadis penabur bunga saat acara pernikahan putra sang marquess. 

Tentu saja Alecia sangat senang. Dia jarang keluar rumah, karena kondisi tubuhnya dan ibunya. Kali ini dia memakai gaun berwarna emas yang sangat indah dan di kepalanya terdapat mahkota bunga. Dia bahkan berjalan di depan sepasang pengantin. Pengantin wanita yang diingatnya bernama Lady Chloe sangat cantik dan menawan. Alecia dengan bersungguh-sungguh menaburkan bunga di sepanjang jalan agar kaki sang lady berjalan di atas bunga-bunga. 

Namun setelah itu Alecia mulai bosan. Dia berkeliling mencari kesibukan yang asyik. Ayah dan ibunya menemani marquess dan marchioness. Sedangkan abangnya terlihat dikelilingi beberapa gadis hingga sulit bergerak. 

Alecia berjalan hingga ke pinggir taman. Dia mulai kebingungan. Tapak kakinya tanpa sengaja menginjak ujung gaunnya. Dia jatuh dan tersungkur. Alecia menangis, merasakan lututnya sakit. Tapi tak ada orang di dekat tempatnya terjatuh. Alecia telah berjalan cukup jauh dengan orang-orang yang terlalu sibuk memberi selamat pada pasangan pengantin. 

Seorang pemuda keluar dari persembunyiannya di balik pohon. Dia mendekati Alecia lalu membantunya berdiri. Pemuda itu menepuk dan membersihkan gaun Alecia. 

“Apakah kamu terluka gadis penabur bunga?” Suara pemuda itu terdengar serak. 

Alecia mendongak, menatap pemuda tersebut. Pemuda ini berbeda dari Denzell, kakaknya. Denzell sempurna, seperti seekor kuda yang selalu ditunggangi ayah mereka. Sedangkan pemuda ini begitu menyenangkan, seperti saat Alecia melihat anjing yang dibawakan ayahnya untuk menemaninya. Kepala gadis kecil itu mengangguk.

“Di mana?” Pemuda itu memeriksa tangan lalu ke kaki Alecia. “Ah, sikumu sedikit berdarah. Kurasa kita harus membersihkannya dan membalutnya dengan sapu tangan.” Dengan cekatan pemuda itu mengikat sapu tangan miliknya pada tangan Alecia. “Sudah selesai.” Si Pemuda menatap Alecia. “Baiklah gadis kecil, sebaiknya kamu segera kembali ke sana.” Tunjuknya pada tempat pesta berlangsung.

“Siapa nama Anda My Lord?” tanya Alecia kecil yang terpesona pada wajah pemuda yang menyelamatkannya. 

“Kamu bisa memanggilku, Cedric.” Pemuda itu menepuk lembut jemari tangan Alecia. “Kembalilah ke pesta, orangtuamu pasti cemas.”

“Anda tidak bergabung dalam acara?” tanya Alecia. Dia menyadari mata pria itu merah dengan penampilan yang sedikit kusut. Alecia pernah melihat ayahnya juga terlihat seperti itu. Ayahnya menangis dan kacau ketika ibunya sakit berhari-hari, tidak bisa bangun dari tempat tidur. Ketika itu, ayahnya juga akan menangis setiap harinya menanti wanita yang dicintainya segera sembuh. 

Pemuda itu menggeleng. “Aku bukan undangan.” Cedric duduk di atas batang pohon tua di tepi danau. 

“Kenapa?” tanya Alecia.

“Aku tidak akan diterima di sana.” Cedric terlihat begitu sedih. Dia menatap dari kejauhan pada riuh acara.

“Kalau begitu aku akan menemani Anda di sini.” Alecia duduk di samping Cedric. “Anda sedang bersedih, dan aku akan membantu Anda melepaskan kesedihan Anda.” Alecia tersenyum.

“Gadis kecil, terima kasih. Tapi sebaiknya kamu segera kembali ke sana.”

“Apakah Anda bersedih karena tidak diundang?” Alecia penuh tanya. “Aku bisa meminta kakakku untuk membawa Anda masuk sebagai undangan khusus. Kakakku tidak pernah menolak permintaanku.” Alecia kecil terlihat sangat yakin. 

Cedric hanya menggeleng.

“Lalu kenapa?” Alecia terlihat bingung. Apa yang bisa membuat seorang pria begitu sedih sambil menatap pesta pernikahan yang meriah. 

“Bukan masalah besar, gadis kecil.” 

“Ayo ikut denganku, aku akan membawamu masuk ke pesta tanpa ada yang tahu. Dan kamu bisa makan begitu banyak makanan yang enak juga pertunjukkan acara di sana. Kurasa Lady Chloe dan Lord Stephen tidak akan mempermasalahkan satu tamu tambahan....” Alecia sadar mata Cedric merah, penuh dengan airmata. Apakah pria ini benar-benar kelaparan? “Aku akan meminta ijin pada Lady Chloe—“

“Jangan,” ucap Cedric. “Aku tidak ingin dia tahu aku di sini.”

Dia? Siapa dia yang dimaksudkan oleh Cedric. Alecia terus berpikir. “Anda menyukai Lady Chloe?” Alecia menebak. Dia cukup cerdas untuk gadis seusianya. Alecia sering mendengar pengasuhnya mengatakan mengenai bagaimana seorang gadis akan bertemu pria yang tepat dan mereka menikah. Dia juga mendengar kisah sepupunya, yang menangis karena patah hati. Pemuda yang disukainya menikah dengan wanita lain. Sepupunya bahkan sampai hampir bunuh diri. Kisah itu terus-menerus diingatkan pada Alecia, agar nanti dia tidak melakukan hal bodoh seperti sepupunya yang membuat malu keluarga. Bunuh diri karena pria kelas rendah? Sungguh hal tercela. Apakah pemuda ini juga pemuda kelas rendah? 

Wajah Cedric yang kaget menjawab pertanyaan Alecia kecil. “Ya, Anda menyukai Lady Chloe.” Alecia menghela napas. 

“Ya, aku menyukai Lady Chloe.” Cedric mengaku. Tatapannya kosong dan sendu. 

“Sangat menyukainya?” tanya Alecia lagi dengan suara imutnya.

“Dia cinta pertamaku,” jawab Cedric. “Seharusnya aku yang menikah dengannya. Kami telah saling berjanji. Tapi sepertinya semua tidak dapat terwujud.” Alecia yakin Cedric benar-benar sedang terluka hatinya hingga meracau di depan bocah kecil yang dianggapnya tidak akan pernah ingat kata-kata itu. 

Lalu Alecia berpikir lagi. Apakah pemuda yang menyelamatkannya ini akan bunuh diri seperti sepupunya? “Meski sedih Anda tidak boleh bunuh diri!” teriak Alecia.

Cedric kembali terkejut. Dia tersenyum, senyum yang membuat Alecia kecil begitu terpesona. Alecia tidak mengerti mengapa Lady Chloe meninggalkan pemuda baik ini untuk pria lain.

“Aku cukup bahagia melihat dia gembira,” ucap Cedric sambil menunduk, membiarkan airmatanya menetes jatuh.

“Cedric, jangan bersedih.” Alecia berdiri di depan Cedric, menangkup wajah pria itu dengan kedua telapak tangan mungilnya. Dia memaksa Cedric mengangkat kepala, menatap dirinya. Alecia tampak penuh tekad. “Aku berjanji padamu, aku akan menjadi pengantinmu!” Alecia kecil menyeka airmata yang masih tersisa di pipi Cedric. “Aku akan membuatmu bahagia.” Dia mencium pipi Cedric kemudian mengulurkan kelingkingnya. “Ayo kita membuat janji!” 

Cedric tertawa. Tawa yang kembali membuat Alecia kecil bahagia. “Gadis kecil, terima kasih telah menghiburku. Tapi kamu pasti belum mengerti apa itu menikah.”

“Berjanjilah padaku Sir!” ucap Alecia. 

Dan pertemuan itu tak akan pernah terlupakan oleh Alecia. Walau dia sadar, pria itu bahkan tak pernah memikirkan pertemuan ataupun kejadian yang bagi Alecia adalah kenangan yang begitu berarti. Pertemuan mereka hanyalah satu dari ribuan pertemuan biasa yang dilalui pria tersebut. Hanya seperti melewati bunga rumput liar pada padang rumput yang luas. Apalagi saat itu, Cedric tengah meratapi cinta pertamanya yang hilang. 

“Suatu saat kamu, Sir Cedric, akan menyadari pernah menyentuh bunga rumput itu.” Alecia membulatkan tekadnya. 

“Jangan bermimpi terlalu tinggi.” 

“Mrs. Jenifer Storm, aku tidak akan merasa sedih dengan komentar burukmu,” sahut Alecia, “dan aku menerima permintaan maafmu.”

“Sayangnya aku tidak meminta maaf untuk kata-kataku tadi,” ucap Jenifer lagi.

“Tidak masalah, aku tetap sangat menyayangimu, Mrs. Storm.” Alecia berlari memeluk pendamping sekaligus governessnya. “Karena aku tahu, meski kamu terlihat semengerikan badai—storm—tapi di dalam hatimu, kamu selembut embun pagi.”

“Omong kosong,” sahut Jenifer. “Apakah kamu tahu kalau embun pagi itu begitu kecil. Dia bahkan hanya memberikan kesejukan sekejap saja.”

Alecia memutar bola matanya lalu mengangguk.

“Dengan demikian bukankah itu berarti aku hanya akan bersikap baik, sedikit dan sesaat saja. Benar begitu Miss Alecia?” tanya Jenifer.

“Mrs. Storm, aku tahu kebaikanmu sangat banyak. Karena kamu tahu setetes embun selalu hadir setiap hari, tidak pernah absen atau berbohong.”

Jenifer terdiam. Alecia terlalu lugu dan manis. Dia dapat dengan mudah ditipu oleh orang-orang bermulut manis. Apalagi dengan hatinya yang lemah lembut dan pengasih. Pastinya jika orang-orang jahat itu mengetahui betapa Alecia akan dimanfaatkan. Salah satunya ada dirinya. Jenifer menggeleng lalu segera berdiri tegak. “Lebih baik kita mempersiapkan pelajaranmu hari ini.” Dia merapikan beberapa buku yang telah dibawanya dari perpustakaan.

“Apakah kita akan membahas tentang puisi karya Million Grass?” tanya Alecia. Dia sedang tergila-gila pada puisi yang ditulis oleh Million Grass. Bukan hanya dirinya, setiap gadis di Inggris membicarakan mengenai puisi dan cerita-cerita romantis dan indah yang ditulis oleh penulis misterius. 

Penulis yang awalnya hanya mengisi kolom-kolom pada lembar berita para lady, hingga akhirnya menerbitkan buku kumpulan karyanya. Tidak ada yang tahu siapa sebenarnya Million Grass. Tapi Alecia pertama kali membaca bukunya saat dia menemukan di antara tumpukan buku milik Mrs. Storm. Alecia tak pernah menduga pendampingnya yang kaku menyukai kumpulan puisi romantis. 

“Tidak, kita akan membahas mengenai cara berbicara dan menjawab pertanyaan saat dalam pesta ataupun pertemuan-pertemuan para lady.” Jenifer Storm menatap Alecia tajam. “Kamu harus memperbaiki sikapmu.”

“Ah iya, aku selalu menyusahkanmu, Mrs. Storm. Maafkan aku.” Alecia menunduk sedih. Dia tidak pernah bisa menghadapi para lady yang terus mendesaknya dengan pertanyaan-pertanyaan. Juga dia tidak pernah bisa terbiasa berada dalam kumpulan para lady yang membicarakan begitu banyak hal. Dia seakan ketakutan dan terlalu gugup. Dirinya selalu terbata-bata saat menjawab. 

“Tegakkan punggungmu, naikkan dagu dan tatap wajahku dengan penuh percaya diri!” Mrs. Storm memberi panduan. “Jika kamu hendak mendapatkan pria yang kamu sukai, maka tunjukkan padanya bahwa kamu memang layak untuk diperjuangkan!”

“Jadi kamu mendukungku, Mrs. Storm?” tanya Alecia dengan mata berbinar.

“Tidak!” sahut Jenifer. 

Alecia memiringkan kepala, mengerjapkan mata seperti seekor anak kucing. 

Jenifer akhirnya menambahkan, “Tapi aku tidak terima bila kamu gagal menaklukan pria seperti itu!”

Alecia kembali melompat dan memeluk pendampingnya. Dia bersorak riang. “Aku tahu, kalian akan mendukungku. Dan aku tahu bila Denzell dan kamu mendukungku, maka aku tidak perlu takut apa pun lagi.” 

Pendamping Alecia tahu, pada akhirnya Denzell akan luluh dan mengabulkan permintaan adiknya. Entah kenapa otak pria yang dianggap sebagai lord terbaik di kalangan bangsawan ini kacau susunannya bila berurusan dengan Alecia yang manis. Jenifer Storm menghela napas. Dia juga tak habis pikir mengapa seorang lady muda cantik dan kaya serta memiliki segalanya memilih pria yang tidak pantas untuknya sama sekali. Tapi disitulah keunikan dari cinta, atau kalau dalam kamus Jenifer, dia akan menyebutnya mabuk fantasi sesaat. Dulu, dia pernah mengalaminya. Lalu menyesalinya.

==

7. Pertemuan, Yang Bukan Kebetulan

Cedric berdiri di sudut ruangan, dia memegang segelas anggur sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Diperhatikannya setiap tamu yang hadir. Seseorang yang dicarinya belum tampak. Apakah info yang didapatnya tidak akurat?

Edgar mendekati Cedric. “Sepertinya kamu sangat bersemangat menghadiri pesta-pesta dansa sekarang.” 

“Lalu untuk apa kamu juga datang?” tanya Cedric kembali. “Apakah sudah waktunya Tuan Beruang mencari pasangan?” Senyum Cedric membuat Edgar kesal. “Aku menantikan undangan darimu Sir.” 

“Omong kosong!” Edgar mendengus. “Kurasa kamu yang melepas masa lajang segera.” Kepala Edgar memberi kode pada Cedric. Seorang lady muda berjalan mendekati mereka. Cedric menghela napas panjang. “Apa aku harus pergi?” tanya Edgar.

“Jangan beranjak dari tempatmu!” perintah Cedric. Dia tidak ingin berada dalam situasi terlihat berduaan dengan Alecia lagi.

“Apa kamu yakin tidak butuh waktu khusus berdua saja, aku tidak ingin mengganggu kalian....”

“Tenang saja Sir Edgar, aku membutuhkan seekor beruang sebagai pengawalku,” balas Cedric kembali dengan suara riangnya. “Mungkin aku bisa mengenalkan Lady Alecia yang cantik pada beruang buas. Aku bersedia menjadi cupid manis untuk kalian berdua.” 

“Ha!” Edgar meneguk habis minumannya. 

“Ini akan menjadi kisah yang indah. Seperti dalam buku dongeng yang disukai para anak perempuan.” Cedric melirik Edgar lalu pada Alecia. “Beauty and The Beast.”

Edgar langsung memukul pundak Cedric keras. “Beauty and The Beast? Apa maksudmu?”

Sebelum pertanyaan Edgar terjawab, Alecia sudah berdiri di depan mereka. Dengan anggun gadis itu memberi salam. “Selamat malam Sir Cedric dan Sir Hallmark.”

“Panggil saja aku Edgar, rasanya disebut dengan nama seperti itu membuat diriku lima puluh tahun lebih tua.”

“Ya, Anda sudah setua fosil yang ditemukan para bajak laut di dalam lautan, Sir Hallmark,” goda Cedric. “Bahan Baron Race saja lebih muda daripada dirimu.”

Edgar memukul pundak Cedric keras, hingga hidung Cedric menyentuh anggur di gelas yang hendak diminumnya. Allecia tersenyum merespon lelucon dari Cedric. 

Kembali Cedric menatap Alecia. “Sungguh kebetulan dapat bertemu dengan Anda Lady Alecia Kim Whallen.” Cedric berusaha menjaga jarak.

Alecia menggeleng, “Tidak Sir, ini bukan kebetulan. Saya sengaja mencari tahu pesta yang akan Anda hadiri.”

Kenyataan yang disampaikan Alecia langsung disambut tawa keras Edgar dan wajah terkejut Cedric. Dia tidak menyangka Alecia melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya. Hanya saja Cedric mencari tahu informasi Chloe Palmer, Marchioness of Stewing.

“Sir Hallmark,” panggil Alecia sopan.

Edgar menggeleng, dia mengatupkan kedua telapak tangannya dan berkata, “Lady Whallen, aku memaksa agar Anda memanggilku dengan Edgar saja. Apalagi melihat hubungan baik antara dirimu dan Cedric.” Edgar berhenti sejenak menikmati wajah Cedric yang mulai berkerut menahan kekesalan padanya, pasti. “Edgar.” Pria bertubuh besar mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Alecia lagi.

Alecia tersenyum manis. Dia menyukai sikap ramah dari Edgar, berbeda jauh dari yang selalu diceritakan oleh orang-orang. Si Beruang Buas, si Moster Buas, julukan Edgar Hallmark, putra dari Baron Race. Dan lucunya Beruang Buas ini berteman baik dengan Cedric yang lebih dikenal sebagai Badut Tanpa Nama.

“Jika demikian, akan lebih baik jika Anda juga memanggil nama depanku saja Sir.” Alecia menyambut sikap baik Edgar dengan sopan.

“Baik! Kita sepertinya sepaham Lady Alecia.”

Alecia menerima uluran tangan Edgar. Setelah itu kembali Alecia melirik perubahan wajah pada Cedric. “Maafkan aku Sir Edgar, apakah aku boleh meminjam Sir Cedric sebentar?”

Edgar tertawa lagi, tangannya mengibas dan sesekali kepalanya mengangguk. “Silakan, silakan.” Edgar mempersilakan. “Anda boleh meminjam dan menyimpan Cedric sesukamu. Tidak perlu dikembalikan padaku.”

Cedric benar-benar kesal dengan tingkah dan kata-kata Edgar. Apakah beruang ini tidak mengerti keadaan apa yang akan terjadi jika sampai terdengar orang lain. Bisa saja Alecia mengalami cemoohan lagi. Lagipula bagaimana bisa Alecia meminjam dirinya pada Edgar? Apa hak Edgar hingga Alecia harus meminta ijin dari beruang satu itu? 

“Bukankah kalian harus bertanya padaku?”

Sepertinya Edgar dan Alecia bernegosiasi tanpa memedulikan Cedric. “Tidak Sir Edgar, aku pasti akan mengembalikan Sir Cedric.” Alecia menatap Cedric, matanya berbinar. “karena pada saatnya nanti, Sir Cedric sendiri yang akan datang ke sisiku.”

Edgar tersedak. Minuman yang baru diteguknya hampir menyembur keluar. Dia berhasil menahan. Cedric segera memberikan sapu tangan pada Edgar. Sambil terbatuk-batuk dan menahan tawa, Edgar berusaha berbicara. Namun Cedric telah mendorong Edgar menjauh. Dia tidak butuh beruang ini untuk menambah kacau keadaan antara dia dan Alecia. 

Edgar mengerti, dia akhirnya memberikan waktu untuk Cedric dan Alecia untuk bercakap-cakap meski dirinya sangat penasaran apa yang sebenarnya terjadi antara keduanya. Sebelum bergerak menuju kumpulan pria-pria lainnya, Edgar mengacungkan jempol pada Alecia yang langsung dihadiahi tatapan melotot Cedric. Edgar terkekeh, akhirnya badut konyol itu menerima lelucon yang lebih kuat daripada yang biasa dia lakukan. 

Kini tertinggal Cedric dan Alecia. Meski ruang pesta begitu ramai, Alecia seakan tenggelam dalam dunianya sendiri saat berada di dekat Cedric. Dia tahu, Mrs. Storm sedang mengawasinya dari kejauhan. Dan abangnya juga melakukan hal yang sama. Mungkin juga beberapa pasang mata akan menatap mereka dengn penuh rasa ingin tahu. 

“Lady Alecia.” Cedric membuka pembicaraan terlebih dahulu. “Kurasa ada kesalahpahaman.”

“Kesalahpahaman?” tanya Alecia bingung.

“Bagian mana dari percakapan kita kemarin yang tidak Anda mengerti?”

Alecia menegakkan tubuh, berdiri dengan penuh percaya diri dan senyum di ujung bibirnya. “Dan bagian mana dari perkataanku kemarin yang Anda tidak mengerti Sir?”

Cedric tidak menyangka Alecia akan membalas ucapannya seperti itu. dia mengembuskan napas lalu meletakkan gelas pada meja.  Sudut ruangan dengan pilar besar yang menjadi tempat Cedric bersandar yang cukup tertutup seakan membuat Cedric semakin takut berita yang beredar akan kian kacau. Diliriknya dua lady paruh baya dengan pakaian mencolok sedang memerhatikan dirinya dan Alecia. 

“Bukankah sudah kukatakan aku tidak dapat bersamamu. Ini hal yang salah.” Cedric kembali berusaha meyakinkan lady muda yang masih tidak mengerti keadaan dunia. Bisa saja Alecia mengira setelah kejadian ‘skandal’ tanpa sengaja itu, dia terikat pada Cedric selamanya. Atau gadis ini memiliki obsesi aneh. Hanya saja, bukankah Lord Denzell Whallen cukup waras dan memiliki otak encer. Seharusnya lord yang dianggap sangat taat pada aturan itu dapat menasehati adiknya.

“Dan bukankah sudah kukatakan padamu Sir, kalau aku akan tetap menunggumu.” Alecia tidak mundur. Dia sudah bergerak maju dan membuat perkembangan yang baik. Tidak mungkin dia akan berhenti berusaha. 

“Anda harus segera pergi Lady Alecia. Semua orang memperhatikan kita.” Cedric menyadari satu persatu orang di ruangan mulai menatap mereka berdua. “Pergilah, Lady Alecia. Ada begitu banyak lord yang pantas untukmu. Jadilah lady seperti yang biasanya. Bertemu dengan lord muda tampan, berkenalan, berdansa dengan mereka dan menjadi pasangan.”

“Aku tidak membutuhkan mereka. Yang kuinginkan hanyalah berdansa denganmu.” 

Cedric kembali menghela napas. Bagaimana orang bisa mengatakan kalau Alecia begitu lemah dan penurut. Buktinya gadis ini tidak mengerti meski Cedric sudah mengusirnya sedari tadi. 

“Aku tidak akan pergi tanpa mendapatkan namamu di kartu dansaku.” Alecia mengulurkan kartu dansanya.

Cedric terpaku pada kartu dansa yang masih kosong. Jika dia menolak, gadis ini pasti akan sangat malu. Semua akan membicarakan mengenai tingkah memalukan dan penolakan yang dialami Alecia. Namun bila dia menerima, apa jadinya pendapat orang-orang.

“Kumohon Sir, hanya satu dansa, tidak lebih.” Mata bulat Alecia menatap Cedric, memohon. Matanya mulai memerah, dengan bibir yang digigit pelan. Dapat Cedric lihat jemari Alecia bergetar, ditunjukkan oleh kartu yang menggantung belum disambut oleh Cedric. Akhirnya Cedric menyerah. Dia mengangguk. 

“Hanya satu dansa.” Ya, hanya satu dansa pikir Cedric. Tidak akan menjadi lebih buruk lagi, bukan? Setelah itu dia akan menghilang dan menghindari Alecia seperti menghindari hantu yang berkeliaran di kastil tua milik keluarga Gloryton seperti diceritakan olek kakaknya, Alfred Jr.

“Terima kasih, terima kasih. Alecia tersenyum lebar. Dia menerima kartu dansanya dengan gembira. “Anda tidak boleh melarikan diri, Sir. Berjanjilah padaku.” 

Cedric kembali mengangguk. Dilihatnya Alecia berpamitan lalu melangkah dengan riang. Pendampingnya segera menghampiri dengan wajah masam. 

Acara kembali berlanjut. Cedric memperhatikan gerak-gerik Alecia yang sepertinya terus terlihat oleh matanya pada setiap area di ruangan pesta. Bagaimana Alecia berbincang dengan para lady penggosip. Cedric seharusnya memperingatkan Alecia untuk tidak mengatakan apa pun kepada lady-lady penebar gosip. Kemudian bagaimana langkah kecil Alecia ketika melewati beberapa lady muda yang menatapnya mencemooh. Dilanjutkan dengan Alecia yang dikeliling lord-lord yang memintanya untuk berdansa. Dan tentu saja, saat Alecia mulai berdansa di lantai dansa pada saat musik kembali terdengar. Gerak-gerik Alecia yang munggil terus menarik perhatian Cedric hingga dia menemukan sosok lain sedang berdansa pula. 

Chloe bersandar pada suaminya Marquess od Stewing dengan penuh cinta. Keduanya berdansa dengan seirama. Bagaimana lengan marquess memeluk pinggang Chloe seutuhnya. Cedric sudah sangat sering melihatnya, tapi setiap kali hatinya selalu saja seakan kosong.

Musik berakhir. Lantai dansa kembali kosong. Beberapa orang beristirahat sejenak, mengambil minuman atau menikmati cerutu terlebih dahulu sebelum kembali untuk turun di dansa berikutnya. Mata Cedric menangkap Chloe yang berjalan bersama sang marquess. Entah mengapa setelah kejadian pertemuan langsung mereka juga saat dia mendengar suara yang begitu mirip dengan Chloe malam itu, Cedric merasa curiga. Dia tidak tahu apakah perasaan cemasnya ini diakibatkan oleh kecemburuannya akan kehidupan marquess dan marchioness yang sangat harmonis. Atau karena firasatnya tidak salah.

Cedric mengikuti langkah keduanya perlahan, berusaha tidak terlihat. Tak lama, ketika berada di tempat yang tidak terlalu ramai marhioness melewatkan kaitan pada lengan suaminya. Dia menatap Stephen Wisdom, “aku mau pulang.”

“Astaga, pesta baru saja dimulai Chloe,” balas Stephen. 

“Sudah kubilang bukan, aku sedang tidak enak badan.” Chloe menekan suaranya, tak ingin sampai terdengar orang lain. 

“Jangan membuat alasan!”

“Ini bukan alasan, tapi kenyataan. Aku sakit karenamu!”

Stephen terkekeh, “Aku hanya memberimu pelajaran karena melawan perintahku!”

“Kamu hanya mencari alasan untuk menyiksaku!”

“Itu bukan siksaan, hanya untuk melatihmu.” Stephen mengelus rambut Chloe.

“Terserah! Aku mau pulang, dengan atau tanpa dirimu!” Chloe berbalik. Namun suaminya tidak mengejar atau mencegah. 

“Jangan lupa minum obatmu, jika sakit. Aku tidak suka kuda peliharaanku tak dapat kutunggangi.” Stephen melambai. “Dan ingatkan sais dan pelayan untuk kembali menjemputku nanti.” 

Chloe tidak menoleh untuk menjawab ucapan Stephen. Dia sudah terlalu lelah, kepalanya pusing dengan badan yang terasa remuk juga hati yang pedih. Ketika melewati lorong menuju pintu depan, Chloe tanpa sengaja bertemu pandang dengan Cedric. Terlihat Cedric begitu khawatir.

“Chloe, apa yang terjadi?”

Chloe mematung.

“Kamu sakit?”

Perhatian Cedric begitu menyakitkan bagi Chloe. Pria ini tak seharusnya muncul lagi. “Selamat malam Sir.” Chloe bergegas pergi sebelum matanya mengkhianati pertahanan jiwanya. Dia tidak ingin satu orang pun melihat air matanya.

==

Alecia berjalan mengitari ruang dansa. Dia mencari dan terus mencari. Tidak ada. Cedric, tidak terlihat di mana pun. Bukankah tadi Cedric sudah berjanji padanya. Denzell memperhatikan sekeliling lalu menyentuh pundak Alecia.

“Dia tidak terlihat.” Tanpa diberitahu Denzell tahu siapa yang sedang dinantikan adiknya. 

Alecia menunduk, menyembunyikan kekecewaannya. Lantai dansa mulai dipenuhi oleh pasangan pria dan wanita. Para pemain musik bersiap. Ini dansa terakhir malam ini. dansa yang Alecia nantikan sedari tadi. Dansa waltz dengan Cedric.

“Sepertinya dia melarikan diri,” ucap Jenifer muncul tiba-tiba di sebelah Alecia. 

“Mrs. Storm.” Denzell memperingatkan. Sampai sekarang Denzell masih tidak bisa mengerti akan sikap Jenifer yang begitu ketus. 

“Aku hanya mengatakan kenyataan My Lord.” Jenifer tidak peduli. “Apa sudah waktunya kita pulang?”

Alecia masih menatap kartu dansanya, nama Cedric tertera di sana. Denzell kemudian menggenggam jemari adiknya bersamaan dengan musik yang mulai dimainkan. “Berdansalah denganku,” ucap Denzell. “Malam ini aku belum mendapatkan kesempatan berdansa dengan adikku.”

“Tidak My Lord, pasangan dansaku bukan dirimu. Dan sudah ada gadis yang menantimu.” Alecia mendorong kakaknya menuju seorang lady yang telah menantinya sedari tadi.

Dengan terpaksa Denzell melepaskan genggaman pada jemari Alecia yang langsung disambar oleh Lady Kyle. Sementara itu Alecia hanya berdiri di tepi ruangan, menatap kartu dansa yang bertuliskan nama Cedric.

==

8. Pesta Dansa Keluarga Stewing

Cedric duduk di ruang santai kediaman Clayborne. Dia baru saja selesai mengurus surat-surat yang diminta oleh Balder. Seperti biasa, hadir pula Edgar di sana. Elliemay sudah kesulitan duduk dengan perutnya yang semakin membesar.

“Kapan kamu akan melahirkan Elliemay?” tanya Cedric.

“Kurasa bulan depan,” sahut Elliemay.

Edgar melirik pada perut saudarinya lalu bergidik. “Melihat perut itu membuatku bersyukur memutuskan untuk tidak menikah.” 

“Aku setuju,” sahut Cedric.

“Ketika kamu bertemu dengan wanita yang kamu cintai, maka semua kesulitan ini tidak akan terasa mengerikan,” sahut Balder lalu mengecup jemari istrinya. 

Edgar dan Cedric segera saja mengeluarkan suara seakan begitu jijik. Mereka menggeleng dan terus menggeleng.

“Apakah ada seseorang di dalam pikiran kalian yang ingin kalian nikahi?” tanya Elliemay.

Cedric dan Edgar terdiam. Reaksi Edgar berikutnya adalah melambaikan kedua telapak tangannya dan berteriak, “Tidak ada satu orang pun saudariku! Dan bila kamu mencoba melakukan tugas dari ibu untuk membuatku menikah, kupastikan kamu tidak akan berhasil!”

Elliemay menghela napas kecewa. Ya memang benar, Lady Julia, ibu tirinya berharap dapat segera menikahkan Edgar. Dengan kedudukan Elliemay yang cukup memiliki tempat di kalangan bangsawan saat ini tentu akan membuka peluang lebih besar agar Edgar diterima. Julukan Edgar sebagai si beruang buas, tentu membuat setiap orang sedikit was-was. Apalagi dengan sifatnya yang pemarah, beberapa ibu semakin tidak ingin putri mereka jatuh ke tangan hanya anak dari baron yang memiliki sedikit harta dan tanpa gelar tinggi. 

Saat semua memusatkan perhatian pada Edgar, mata Cedric menatap jauh. Di dalam pikirannya langsung terbersit satu nama, nama wanita yang begitu ingin dinikahinya. Wanita yang hampir dinikahinya, dulu. 

“Tapi kurasa sahabat kita akan segera membunyikan lonceng pernikahan!” goda Edgar. Balder dan Elliemay segera memasang telinga. Mereka serempak menatap pada Cedric. 

“Dengan siapa?” tanya Elliemay penasaran.

“Ah, apakah dengan lady itu?”

Edgar mengangguk. “Ya, lady skandal itu!” 

Cedric menendang tulang kering Edgar. Kaki sang beruang sama sekali bergeming, tak merasakan sakit. “Hentikan, jangan menyebar gosip!” teriak Cedric. Kini dia serius hendak membekap mulut Edgar saat dilihatnya sahabatnya itu bersiap memuntahkan semua informasi yang dimilikinya pada Balder dan Elliemay. 

“Mereka terlibat dalam percakapan yang sangat manis kemarin malam di pesta dansa keluarga Mcberry,” ucap Edgar. Cedric kini melompat ke punggung Edgar setelah gagal menyerang dari depan. Dia memanjangkaan tangannya mencoba menutup mulut Edgar. “Kurasa Cedric akan segera dilamar.”

“Apa?!” Elliemay memekik terkejut. 

“Kamu tidak salah?” tanya Balder. “Cedric dilamar?”

“Ya, tentu saja.” Edgar berkata dengan yakin. Dia berdiri, menggoyangkan tubuhnya agar Cedric yang bergelayut pada pundaknya terjatuh. Ibarat komidi putar, Cedric bergelantungan pada leher dan bahu Edgar sambil terus berputar.

“Hentikan kamu dasar beruang buas! Ini sangat membuatku pusing!” Cedric menyerah lalu melepaskan pegangan lalu terjatuh ke lantai. Edgar kembali meneruskan ceritanya.

“Ternyata Lady Alecia lebih berani daripada duagaanku.” Edgar menambahkan, “Dia menyatakan maksudnya dengan jelas.” 

“Sungguh?” Elliemay membelalak tak percaya. 

“Cedric bertemu lawan yang tangguh,” ujar Balder. Mereka pun terkekeh. 

“Sudah kubilang, aku tidak ingin menikah. Apalagi menghancurkan masa depan seorang lady baik seperti Alecia.” Cedric menggeleng. 

“Mengapa pula menikah dengamu dapat menghancurkan masa depannya!” omel Edgar.

“Karena aku adalah Cedric—No Name—tanpa nama belakang.” Cedric tersenyum.

Edgar, Balder dan Elliemay terdiam. Mereka mengerti maksud Cedric. Meski pada kenyataannya Cedric bahkan lebih baik daripada adiknya, Frank yang menjadi penerus gelar Gloryton. Di saat itu Marcus mengetuk pintu dan masuk dengan beberapa undangan di tangan. 

“Ada beberapa undangan yang tiba baru saja, My Lord.”

“Ada yang penting?” tanya Balder.

Marcus memilah-milah, dia berhenti pada selembar undangan berwarna hijau. “Marquess of Stewing mengadakan pesta taman hari ini.”

Punggung Cedric langsung tegak. Dia tidak ingin terlalu jelas menunjukkan ketertarikan akan berita yang dibawa Marcus. Sayangnya, pasti dia tidak akan mendapatkan undangan tersebut. Tidak pernah sekali pun Cedric mendapat undangan dari marquess terhormat itu. Entah ini karena ada campur tangan dari Chloe atau memang dirinya tidak pernah dianggap pantas bergabung dalam kalangan kenalan sang marquess.

“Kurasa kita tidak akan menghadiri pesta apa pun saat ini Marcus.” Balder mengibaskan tangannya. “Ellie harus beristirahat.”

“Yah, aku sedikit lelah,” aku Elliemay. 

“Dan lagi besok mungkin kami akan berangkat ke rumah peristirahatan di desa Star.” Mereka memilih rumah musim panas di Desa Star daripada End Cave, karena tidak terlalu jauh dari London. Mengingat bisa saja Balder harus bolak-balik mengurus kerjaannya. Balder mengingatkan Marcus untuk mempersiapkan kebutuhan mereka. “Marcus akan tetap di sini untuk membantumu Cedric.” Balder memanggil tapi Cedric sama sekali tidak menanggapi, “Cedric, Cedric!”

“Ah...,” ucap Cedric kaget. “Ada apa dengan pesta Marquess of Stewing?”

Yang lain hanya berdecak dan menggeleng melihat kelakuan Cedric. “Kurasa otaknya mulai kacau!” Edgar mengacak rambut Cedric. “Dia terus memikirkan Lady Alecia.”

“Pastikan dia melaksanakan tugasnya dengan baik selama aku menemani Elliemay, Marcus.” Balder mengingatkan kepala pelayannya.

“Aku tidak membutuhkan Marcus untuk mengawasiku!” teriak Cedric akhirnya setelah mengerti apa yang sedang dibahas sahabat-sahabatnya.

“Baik My Lord. Akan kupastikan Lord Cedric tidak membuat kekacauan.” Dagu Marcus terangkat saat menatap Cedric, membuat Cedric kian jengkel.

“Tenang, ada aku yang akan menghajarnya bila membuat kesalahan.” Edgar menunjukkan kepalan tinjunya.

“Apa kamu tidak sadar, pembuat kekacauan terbesar adalah kamu,” balas Cedric. 

Mereka mulai membicarakan hal-hal lain dan tertawa bersama. Sebagian besar mereka habiskan untuk mendiskusikan nama anak Balder dan Elliemay. Meski pada akhirnya Balder terus menolak mentah-mentah usulan nama dari Cedric dan Edgar yang tentu saja sangat aneh. Walau Cedric masih tidak bisa mengalihkan pikirannya pada pesta keluarga Stewing. Jika dia bisa memasuki kediaman Stewing akan lebih memudahkan dirinya untuk bertemu dengan Chloe serta mengamati apa yang sebenarnya terjadi pada pada pasangan tersebut. Dan Cedric ingin memastikan kalau kekhawatirannya selama ini tidak beralasan.

“Apa yang kamu lakukan malam ini?” tanya Cedric pada Edgar.

“Aku?” Edgar menggosok janggutnya, “Ibuku memaksa agar aku menghadiri salah satu pesta yang menurutnya cukup tepat untukku.” Edgar mendengus, “lebih tepatnya, pesta yang cukup banyak para pemburu calon suami yang akan mencabik-cabik tubuhku!”

Cedric tertawa. “Nikmati kegiatan berburu calon istrimu, Tuan Beruang.” 

Edgar memikirkan satu ide yang cemerlang. Dia merangkul pundak Cedric, memastikan pria itu tak dapat kabur. “Bagaimana kalau kamu menemaniku?”

Cedric segera menggeleng. Dia melotot sambil berusaha melepaskan diri. “Aku tidak mau ke pesta apa pun lagi!”

“Kenapa? Karena kamu takut bertemu dengan Lady Alecia-mu?” ledek Edgar.

“Hentikan!” oceh Cedric. “Aku tidak takut dengan lady apa pun. Kurasa kamu yang harus takut Sir Beruang.” Mata Cedric berkilat jail. “Aku tidak akan bertanggung jawab jika malam ini bisa saja tiba-tiba dirimu terlibat skandal lalu harus berlari sambil terikat dengan lonceng pernikahan dalam sekejap mata.” 

“Sial!” Edgar mengeratkan rangkulannya hingga Cedric tercekik. “Kamu harus ikut denganku malam ini!”

“Tidak!” tolak Cedric.

“Ikut denganku!” Edgar kian mengencangkan kuncian di leher sahabatnya. 

“Hentikan, kamu ingin membunuhku?” teriak Cedric.

“Jadi?” Edgar terkekeh.

Cedric melambaikan tangan tanda menyerah. Da mengacungkan jempol tanda setuju, baru cekikan lehernya dilepaskan Edgar. Balder dan Elliemay menikmati pertunjukan tersebut sementara Marcus menyiapkan teh dan camilan untuk kedua tuannya seakan di depan mereka sedang terjadi pagelaran teater. 

“Tapi aku yang pilih pestanya!” ucap Cedric.

“Baik, silakan!” Edgar tidak tahu kalau dia telah masuk dalam rencana Cedric. “Katakan saja,” tantang Edgar.

“Pesta keluarga Stewing!”

“Sial!” teriak Edgar. Pesta itu sangat terkenal, dan tentu saja akan banyak orang yang menghadirinya. Dia sama saja mengantar dirinya menuju jerat maut. “Pilih yang lain!”

“Terima atau aku tidak akan pergi.” Cedric melipat kedua lengan di depan dada. Dia bisa mendengar Edgar terus mengumpat sambil mengacungkan kepalan tinju.

“Pergilah Edgar, kurasa itu baik untukmu.” Elliemay menyerahkan lembaran undangan kepada Edgar. “Tolong temani dia Cedric.”

“Marcus berikan jawaban kalau Edgar dan Cedric yang akan mewakili kami menghadiri pesta itu.” Balder memberi perintah pada pelayannya. 

Cedric menepuk tangannya sambil melemparkan pandangan mengejek pada Edgar. “Elliemay kamu tahu cara terbaik untuk segera membuat saudaramu ini menikah?”

Elliemay penasaran, dia menanti ucapan Cedric. Edgar menyuruh Cedric menutup mulutnya melalui kode dengan tangannya. Sayangnya Cedric bukan pria yang terkenal dapat mematuhi aturan. Dia terlalu senang bermain dan membuat candaan. 

“Kurasa sedikit skandal di waktu dan pada lady yang tepat akan sangat baik,” ujar Cedric yang langsung disambut tepuk tangan gembira Elliemay. “Bagaimana menurutmu My Lady? Apakah aku perlu bersiaga untuk menangkap skandal dari Tuan Beruang ini?” 

Edgar melempari Cedric dengan koran yang berada di dekatnya. Marcus dengan sigap memindahkan benda-benda yang mudah pecah sejauh mungkin. Sementara itu Balder memeluk istrinya, membiarkan Elliemay bersandar pada dirinya senyaman mungkin sembari menikmati pertengkaran Edgar dan Cedric.

“Sir Cedric, kamu boleh menangkap basah Sir Edgar Hallmark saat membuat skandal kecil bersama lady yang baik.” Elliemay menutupi sisi kiri sudut bibirnya, seakan sedang berbicara secara rahasia meski suaranya bisa terdengar oleh semua orang. Elliemay juga mengedip pada Cedric. Balder tertawa, dia suka dengan sikap jenaka istrinya. Dan yakin, anak mereka nanti pastinya akan mewarisi sikap berani, baik dan ceria serta penuh akal Elliemay. Mungkin Balder akan sedikit kewalahan, tapi dia tetap senang memiliki Elliemay juga calon bayi mereka.

“Kalian berdua!” Edgar meraung. Dia kembali hendak memberi Cedric pelajaran. Tapi Cedric lebih gesit bergerak menjauh, lalu bersembunyi di balik sofa panjang tempat Balder dan Elliemay duduk. 

“Aku sudah mendapatkan titah dari Yang Mulia Countess. Apa dayaku, aku tak dapat menolak Edgar.” 

Wajah tak berdaya yang dipasang Cedric membuat Edgar ingin menghajarnya. Pria ini, terlalu pandai memasang topeng, segala jenis topeng.  “Tak berdaya katamu?” Edgar mengumpat lagi. “Dasar licik!”

Cedric terbahak-bahak melihat wajah berkerut Edgar yang semakin mirip monster buas. 

“Kalau kamu macam-macam, aku akan merobek tubuhmu menjadi dua!”

“Lebih baik pikirkan gaun lady mana yang ingin kamu robek menjadi dua Sir.” Cedric melambaikan undangan berwarna hijau ke depan Edgar. “Bersiap-siaplah Sir Edgar. Kuharap kamu berpakaian seperti layaknya pria terhormat. Karena aku malam ini melakukan tugas yang berat, mencarikan jodoh untukmu.”

Cedric melenggang pergi dengan wajah gembira. 

==

9. Suara Di Balik Pintu

“Lady Adriana Marolyn, cantik dan manis.”

“Tidak, dia terlalu rapuh.”

“Apa kamu berpikir akan meremukkan badannya?”

“Bukan.” Mata Edgar mengedip pada Cedric, “tapi hatinya.” 

Cedric menghela napas melihat senyum terkekeh Edgar. “Lady Helen Tracker. Maharnya sangat besar.”

“Ya, sebesar mulutnya yang terus tertawa tanpa henti.”

Cedric melirik, alisnya terangkat sambil sesekali memijat pelipis yang berdenyut.  Kemudian dia beralih pada gadis lain yang melintas di depan mereka. 

“Miss Rebecca Park, tinggi dan kalian sesama anak baron.”

“Dia lebih seperti pohon yang kaku.”

“Astaga sudah hampir belasan lady yang kusebutkan dan tidak ada satu pun yang kamu anggap menarik?” Cedric menggeleng.

“Standarku cukup tinggi Sir,” ejek Edgar, “tidak seperti dirimu.”

“Sayangnya, aku lebih mudah mendapatkan lady dengan cepat daripada dirimu yang memiliki standar terlalu tinggi,” balas Cedric.

Edgar menggeram. “Apa kamu tidak ada kerjaan selain memantau lady-lady?” omel Edgar. Alisnya masih berkerut dengan mata melotot pada sahabatnya.

Cedric tidak hanya sedang mencari-cari lady yang cocok untuk Edgar. Ada misi terselubung di dalamnya. Dia juga sambil mencari di mana keberadaan nyonya rumah. Sedari tadi Chloe belum juga terlihat. Tidak mungkin bukan kalau Chloe tak hadir dalam acara di kediamannya sendiri. Atau jangan-jangan dia sakit. Terakhir dia melihat Chloe pulang dari acara pesta dansa dengan terburu-buru, wajahnya pucat dan sendu. Cedric begitu khawatir hingga membuntuti kereta kuda Chloe. Memastikan wanita cinta pertamanya tiba di rumah dengan selamat.

“Aku tidak menyangka kamu diundang ke pesta ini juga Sir Cedric.” Lady Paula, istri dari Earl of Quarter menilai Cedric dari segala sudut. “Kamu cukup hebat juga meski sudah bukan bangsawan lagi.”

Cedric tersenyum lalu mengangguk. “Aku tidak tahu entah keberuntungan apa yang menghampiriku hingga seorang Lady Paula menyapa diriku yang bukan siapa-siapa ini.” 

“Berhenti membuat dirimu terlihat tidak ada apa-apanya Sir.” Lady Paula mendengus. “Kurasa pada akhirnya kamu yang tanpa gelar lebih baik daripada penggantimu yang menyombongkan diri hanya berbekal gelar yang belum didapatkannya.” 

Lady Paula, Countess of Quarter cukup memiliki pengaruh dalam society. Meski Earl of Quarter tidak begitu kaya, tapi tulisan-tulisannya tentang berbagai prilaku dan norma di masyarakat menjadikannya panutan. Sedangkan Lady Paula, dia terkenal karena menjadi pembela para wanita yang kesusahan. Cedric tentunya tidak ingin membuat masalah dengan wanita ini. Dia sejak dulu selalu berusaha menjaga jarak serta tidak menyinggung perasaan Lady Paula.

“Anda terlalu baik hati padaku My Lady.” Cedric mengecup punggung tangan lawan bicaranya dengan hormat. Kemudian tiba-tiba saja terbersit ide cemerlang. “Sesungguhnya saat ini aku sedang sangat pusing.”

Lady Paula tertawa pelan, lalu menatap Cedric tak percaya. “Apa yang membuat seorang Cedric bingung, sedangkan biasanya dia yang menceriakan suasana?”

“Aku sedang dalam misi rahasia,” bisiknya pelan. “Misi yang tidak terpecahkan.”

“Jangan mengelabuiku,” balas Lady Paula kemudian mengibaskan tangannya.

“Tidak My Lady, ini bukan siasat.” Cedric lalu melirik Edgar yang berdiri tak jauh darinya. “Anda tentu kenal dengan Lady Julia, istri dari Baron Race.” 

Lady Paula mengangguk pelan. 

“Itu putra mereka. Dan aku diminta untuk membantu mencarikan jodoh untuknya.” Cedric kemudian menegakkan tubuh setelah tadi berbisik di dekat sang lady. “Suatu hal yang sangat rumit untuk jiwaku yang rapuh ini.”

Lady Paula kembali tertawa dan memukulkan ujung kipasnya ke lengan Cedric. “Aku tidak pernah tahu jiwamu serapuh itu.” Dia melirik Edgar setelah mengucapkan kata-kata, “tapi aku setuju dengamu mengenai misi yang memusingkan ini.” Ujung kipas sang lady mengarah dari atas kepala Edgar hingga ujung kakinya. “Dia terlalu....” Sang Lady seakan sulit mengucapkan apa yang ingin dia sampaikan.

“Buas.” Cedric mencoba melengkapi.

“Aku tidak mengatakan itu Sir.” Namun dari binar mata sang lady, Cedric tahu ucapannya disetujui. 

“Jadi aku berharap Anda yang begitu terkenal dan memiliki banyak sahabat mau membantuku mengenalkan dirinya pada semua gadis yang cocok untuknya.” Cedric kembali berharap. “Kumohon, aku akan membalas budi baik Anda dengan jiwaku yang malang ini.”

“Aku?” Lady Paula berpikir sejenak.

“Dia sedikit temperamental dan sulit diatur juga merasa ragu jika ada yang mau menerima dirinya apa adanya.” Cedric menambahkan sambil memasang wajah sendu. “Oh, sahabatku yang malang. Mungkin dia akan melajang seperti diriku seumur hidupnya.”

Lady Paula kembali berpikir lalu akhirnya dia mengangguk. “Baiklah.”  Lady Paula kembali menatap Cedric sejenak, “Kurasa dirimu tidak akan melajang seumur hidupmu. Kamu hanya terlalu pintar menghindari jerat pernikahan.”

Cedric tersenyum, melebarkan kedua lengan serta bersikap seakan tidak berdaya. Setelah itu dia bisa melihat Lady Paula kini berjalan mendekati Edgar. Lady Paula berbicara sejenak dengan Edgar lalu menunjuk pada Cedric sesekali. Wajah Edgar mengeras penuh kekesalan. Tapi Cedric tahu, Edgar tidak bisa mengamuk di depan Lady Paula. Secuek apa pun Edgar pada dunia kebangsawanan dia tentu saja tahu kedudukan Lady Paula di masyarakat. Apalagi Lady Julia juga sangat memuja lady tersebut. Akhirnya setelah perbincangan pendek, Edgar dengan patuh mengiringi Lady Paula mengelilingi ruangan acara. Edgar sempat melemparkan tatapan membunuh pada Cedric yang melambai secara sembunyi-sembunyi sembari mengangkat gelasnya gembira. 

Ya, akhirnya Cedric lepas dari Edgar. Dia harus meminta maaf, nanti pada Edgar. Tapi Cedric harus mulai mencari Chloe. Pesta telah berlangsung cukup lama, nyonya rumah belum muncul juga, bukankah ini sangat aneh. Saat Cedric melangkah dengan pelan dan sembunyi-sembunyi dia tidak menyangka sepasang mata mengikuti pergerakannya dengan langkah kecil.

==

Cedric sampai di bagian timur dari kediaman Stewing. Tidak terlihat pelayan atau penjaga. Sepertinya semua dikerahkan untuk melayani tamu-tamu di area utama. Tadi dia mendengar Lord Tudroff membuat kekacauan dengan memukul lawannya di dekat ruang bermain kartu. Sepertinya keadaan semakin memanas. Tentu saja semua harus segera melerai. Cedric memanfaatkan keadaan untuk kabur lalu menyusup masuk ke area-area lainnya. 

Dia menyusuri dinding, dan menyadari dia telah memasuki area pribadi milik sang Marquess. Saat hendak berbalik pergi Cedric mendengar suara kaca pecah. Dia segera masuk ke dalam lorong yang di sepanjang jalannya di pajang foto-foto keluarga Stewing dari generasi ke generasi. Mungkin ini area kamar tidur utama? 

Prang! 

Telinga Cedric kembali menangkap bunyi benturan benda pecah belah. Dari mana asalnya? Dia mulai mencari sumber suara. Sunyi. Cedric menunggu beberapa saat. Tak lama setelahnya kembali terdengar bunyi. Kali ini seperti hantaman benda berat pada papan pintu. Cedric melangkah kian mendekat pada pintu tepat di depan lorong. 

“Kamu masih tidak mengerti?!”

Suara pria yang terdengar kesal kini singgah dalam pendengaran Cedric.

“Tidak! Aku tidak akan keluar dan melayani tamu-tamumu!”

“Sudah menjadi kewajibanmu, nyonya rumah, istriku, Marchioness of Stewing untuk hadir dalam pesta yang diadakan di kediaman kita!” 

Cedric menyadari kalau dua orang yang sedang bertengkar di balik pintu itu adalah pasangan Marquess dan Marchioness of Stewing. Mengapa Chloe tidak mau menghadiri pesta di rumahnya sendiri?”

“Sudah kukatakan aku tidak menyetujui pesta ini.”

“Aku kepala keluarga, tidak perlu persetujuanmu untuk membuat sebuah pesta!” Suara barang yang dibanting kembali terdengar. “Kamu harus ikut denganku!”

“Untuk memainkan peran sebagai istri yang bahagia padahal aku menderita tersiksa oleh monster seperti dirimu?” teriak Chloe marah.

“Jaga mulutmu!” 

Cedric yakin dia mendengar suara pukulan. Lagipula apa maksudnya dengan perkataan Chloe?

“Mungkin kamu tidak cukup diberi pelajaran!” 

Kembali suara pukulan yang keras terdengar. 

“Kamu sepatutnya patuh, harusnya tidak membuatku marah! Kamu akan tahu akibatnya bukan? Tidak hanya kamu yang akan menderita, tapi juga....” Tawa terdengar, bukan tawa gembira tapi tawa penuh kebengisan.

Hanya ada suara pria itu dan pukulan! Cedric membelalak. Mengapa Chloe tidak bersuara lagi. Kenapa Chloe terdiam? 

Saat kaki Cedric hendak bergerak menuju ruangan tersebut, sepasang tangan menahannya. Gadis itu menggeleng. Cedric terkejut. Dari mana datangnya gadis ini? Bagaimana bisa dia tidak menyadari kalau dibuntuti sedari tadi. Lady muda itu meminta agar tidak mencampuri urusan di depan sana. Cedric melepaskan pegangan tangan pada lengannya, lalu meminta agar lady itu segera pergi atau tetap diam di tempat persembunyian hingga urusannya selesai.

“Kamu sudah mengerti?” Lagi-lagi hanya ucapan pria itu yang terdengar bersama suara pukulan. “Sekarang apa yang harus kamu lakukan?”

Alecia terus menahan tangan Cedric. 

“Pergi,” desis Cedric. “Aku harus menyelamatkannya!”

“Bukan dengan cara itu!” Alecia tiba-tiba saja berteriak. “Aaargh! Ciumanmu sungguh membuatku panas, Sir!” Suara desahan yang cukup nyaring keluar dari mulut Alecia. Sungguh di luar dugaan Cedric. 

Suara pertengkaran di dalam kamar tak lagi terdengar. Tak lama, pintu dibuka dengan buru-buru. Marquess of Stewing muncul bersama Chloe. Cedric kembali bersiap maju untuk menghajar pria itu. Tapi Alecia menahan. Lady Alecia menyentak lengan Cedric, lalu melompat, menubrukkan diri pada pria itu. serangan tiba-tiba itu membuat Cedric limbung. Saat Cedric lengah, dan pasangan Stewing mendekat. Alecia terlebih dahulu berjinjit, melingkarkan lengannya pada leher Cedric lalu mencium pria itu. 

 “Apa yang...!” Chloe terkejut melihat pasangan yang tampak sedang bermesraan di lorong. 

“Astaga, kurasa kita mengganggu pasangan ini,” ucap Marquess of Stewing.

Chloe semakin terkejut ketika dia menyadari siapa pria yang sedang berciuman tadi. “Ced...”

“Kamu mengenalnya, Sayang?” tanya Stephen. 

“Tidak, tidak terlalu. Hanya pernah mendengar. Dia beberapa waktu lalu terlibat skandal dengan seorang lady.” Chloe berusaha menghilangkan kecurigaan Stephen yang kadang sangat tidak beralasan dan dapat membuat dampak buruk pada dirinya. “Tapi kudengar dia memang selalu dikelilingi dengan skandal hidupnya.”

“Skandal?” Stephen tersenyum. “Kuharap Anda dapat membuat skandal di tempat lain Lord....” Marquess merasa pernah melihat pria ini.

“Cedric, hanya Cedric.”

“Baiklah, Sir Cedric.” Stephen menatap menyelidik pada lady yang Cedric sembunyikan di balik punggungnya. “Dan Anda lady....” Marquess of Stewing masih mencoba mencari tahu siapa lady yang sangat berani memasuki area pribadinya. Stephen akan memastikan memecat para penjaga pintu area ruang pribadi segera. 

“Kurasa kalian harus segera pergi Sir!” Chloe mencoba mengalihkan perhatian Stephen. Entah apa alasan kemunculan Cedric di dekatnya lagi setelah sekian lama. Tapi Chloe tidak merasa nyaman. 

Cedric bisa melihat jemari Alecia bergetar di belakang punggungnya. Gadis kecil ini tidak seharusnya ikut campur jika akan ketakutan seperti ini. Cedric membuka jasnya, lalu menutup kepala Alecia. “Maafkan aku yang sedikit tersesat. Anda tahu bukan My Lord, gejolak dan gairah kadang membuat sedikit kehilangan arah.” Senyum Cedric kembali seperti biasanya. Tapi matanya meneliti setiap jengkal wajah dan kulit Chloe. Pukulan tadi terdengar begitu keras, tetapi tidak ada jejak sedikit pun. Aneh. “Kami akan undur diri, meneruskan urusan yang belum selesai ini.” Cedric membimbing Alecia keluar dari tempat itu secepatnya.

Sementara itu Stephen berbisik pada Chloe, “Cari tahu lady yang bersama dengan pria tadi. Aku tidak ingin mereka membuat berita macam-macam mengenai kejadian di kamar kita.”

Chloe mengerti maksud Stephen. Sehancur apa pun pernikahan mereka, di depan publik orang hanya boleh tahu dan melihat pasangan Stewing sebagai pasangan terbaik dan bahagia. Stephen pasti mencemaskan apa yang dilakukannya bisa saja tedengar dari dalam lorong keluarga. Ya, keluarga Stewing menyebut lorong ini sebagai lorong keluarga. Di mana terpajang semua foto keluarga mereka dari generasi ke generasi.

“Baik My Lord,” sahut Chloe patuh. Tubuhnya masih sakit, lengannya menjerit nyeri hingga ke dalam tulang. Namun dia harus berdiri tegak dan bersikap anggun seakan tidak terjadi apa pun. Dia melangkah dengan tangan menyampir di lengan suaminya. Mereka bergerak menuju area pesta. 

“Mana senyummu Chloe? Senyum seorang istri yang bahagia.” Stephen memeriksa wajah serta penampilan istrinya terlebih dahulu. Chloe memasang senyum, tapi Stephen menggeleng. “Masih tidak terlihat seperti Chloe-ku tersayang. Ayolah, bukankah kamu sudah sangat terbiasa selama ini?” Stephen menekankan jempol dan telunjuk pada dua sudut bibir Chloe, memaksa agar terbentuk senyuman yang dia inginkan. “Begini lebih baik.” 

Chloe mengangguk.

“Ayo kita berpesta, Marchioness of Stewing, istriku tersayang.”

==

10. Ancaman Tak Terduga

Cedric berhasil membawa Alecia keluar ke tempat yang aman. Mereka berada di taman belakang. Sepertinya gerombolan tamu sudah berpindah menuju ruangan dalam setelah malam semakin larut. Pesta keluarga Stewing memang selalu berlangsung meriah. Makanan, minuman, rangkaian kegiatan, hingga seorang penyanyi opera yang terkenal selalu mengisi acara. 

Cedric harus berbicara dengan Lady Alecia dan memperjelas keadaan antara mereka berdua. “Lady Alecia apakah kamu tahu yang kamu lakukan tadi sangat berbahaya!”

“Anda sendiri bukankah berbahaya jika mencampuri urusan orang lain?” tanya Alecia.

“Anda tidak mengerti apa yang sedang terjadi?!” bentak Cedric kesal. “Aku hanya mencoba membantu.”

“Aku tahu, aku tahu apa yang terjadi dan apa yang Anda pikirkan, Sir!” 

“Apa yang Anda ketahui?” tanya Cedric masih tak habis pikir dengan kelakuan Alecia. Sepertinya semua orang mengatakan betapa lemah lembut penurut serta sopannya lady satu ini. Tetapi mengapa Alecia yang di hadapannya tidak seperti yang digambarkan semua orang? 

“Aku tahu kamu melakukannya demi Lady Chloe,” ucap Alecia.

“Jangan mengatakan hal yang tidak-tidak, Lady Alecia.” Cedric awalnya terpaku, bagaimana bisa Alecia menebaknya. 

“Aku tahu, bahkan sejak kita melihat apa yang terjadi di balkon kediaman Clayborne,” ucap Alecia lagi.

Cedric tak mengerti dari mana pemikiran Alecia mengenai Chloe. Yang jelas ini tidak boleh terjadi. “Anda sama sekali tidak tahu apa-apa, My Lady.”

“Aku tahu,” ucap Alecia. “Aku tahu dia adalah cinta pertamamu. Wanita yang sangat kamu cintai. Yang aku tidak tahu adalah, kamu masih sangat mencintainya begitu dalam.”

Mata Cedric melebar, tak mampu berucap apa-apa. Dia tidak pernah mengatakan hal itu pada siapa pun, kecuali Balder. Tetapi Balder tak mungkin mengatakan rahasia mereka pada Alecia atau kepada yang lain bukan? Jadi dari mana datangnya gadis ini bisa mengetahui mengenai hubungannya dengan Chloe? Cedric berhasil menguasai dirinya lagi. Dia terkekeh dan menyugar rambutnya. 

“Tebakan Anda sangat mengejutkanku, My Lady.” Cedric tertawa, “Aku tidak ada hubungan apa pun dengan Lady Chloe.”

“Benarkah?” tanya Alecia. “Lalu mengapa kamu selalu menatapnya dari jauh?”

“Aku tidak melakukannya,” balas Cedric.

“Sepanjang pesta, kulihat kamu terus mencari dirinya,” ujar Alecia.

“Aku mencari lady yang tepat untuk Edgar, dia membutuhkan calon istri. Kurasa tuduhan Anda semakin terlalu aneh. Bahkan untuk gadis yang suka berfantasi seperti Anda.” Cedric memaksa Alecia melepaskan genggaman pada kemejanya. Dia harus segera menyingkir. “Gadis kecil, segera lah masuk ke ruangan pesta dan temui kakakmu.” Cedric melangkah menjauh. Tapi lagi-lagi langkahnya terhenti oleh ucapan Alecia.

“Kamu pernah mengatakan padaku, dia adalah cinta pertamamu.”

Cedric kembali terkejut. Kapan dia mengatakannya? Apakah saat dia mabuk? Tapi seingat Cedric dia baru bertemu Alecia tak lama ini. Saat skandal yang seharusnya terjadi pada Balder. Astaga, Cedric benar-benar harus membuat perhitungan pada Balder. Pria itu membuat dia terlibat dengan gadis aneh yang sangat merepotkan. 

“Kurasa kita tidak pernah bertemu sebelumnya.” Cedric menggeleng dan tertawa, “Aku akan melupakan ucapan aneh yang Anda ucapkan Lady Alecia. Dan kuharap kita tidak perlu bertemu lagi selanjutnya.”

Alecia menunggu hingga Cedric berjalan beberapa langkah darinya. “Anda yakin?” ucapnya. “Kurasa Anda akan menemuiku tak lama lagi.” Wajah Alecia penuh percaya diri.

Cedric tak mengubris. Dia terus melangkah.

“Aku bisa menyebarkan rumor,” ujar Alecia sesantai mungkin. Meski dia telah meyakinkan dirinya untuk bersikap tenang, nyatanya jantungnya berdebar kencang. Alecia menyadari dia tidak bisa menang dari Chloe di hati Cedric. Maka dari itu dia akan menggunakan cara lain untuk bisa selalu berada di dekat Cedric, menguasai pria itu!

“Rumor?” Cedric terdiam. “Tentang diriku? Kurasa tak perlu My Lady, hidupku sudah terlalu banyak rumor.”

“Tentang Lady Chloe,” ujar Alecia.

Seketika saja Cedric berhenti. Dia berbalik dan berjalan cepat mendekati Alecia. “Jangan ganggu dia!” Cedric tak sadar dia mencengkeram pergelangan tangan Alecia hingga merah.

“Karena itu, Anda harus patuh padaku Sir.” Alecia tersenyum pada Cedric. Dia tahu dia akan menggunakan cara apa pun untuk mendapatkan Cedric, meski dengan ancaman.

“Mengapa?” tanya Cedric.

“Karena kamu harus melakukannya.” Alecia tersenyum. Dia membungkuk memberi salam lalu melangkah dengan ringan melewati Cedric. Sesaat sebelum keluar dari taman Alecia berucap, “Sir Cedric, kamu berutang satu dansa waltz denganku. Kuharap kamu akan membayar utang itu.”

“Tunggu! Maksudmu semua ini karena satu dansa?” Cedric memandang Alecia yang tidak menjawab hingga menghilang dari taman. Ya, dia baru ingat telah berjanji melakukan dansa dengan Alecia. Tapi dia pergi begitu saja. Dia harus mengikuti Chloe hari itu, memastikan wanita itu tiba di rumah dengan selamat. Jika dia tahu karena melewatkan satu dansa dengan Alecia Kim Whallen akan menyebabkan kekacauan seperti ini, tentunya dia tidak akan berani melakukannya.

Apa yang dipikirkan Alecia, bagaimana bisa gadis itu mengancamnya? Astaga, Cedric semakin pusing. Sekarang dia harus memikirkan cara untuk melepaskan diri dari Alecia juga mencari tahu mengenai keadaan Chloe pula. 

==

Cedric menghela napas, tak lama kemudian dia kembali menghela napas lagi. Edgar tercenggang. “Astaga, aku mengira saat ini aku berada di pemakaman bukannya di klub yang penuh ingar bingar kebahagiaan. “Apa yang terjadi padamu sobat?” Edgar menyikut bahu Cedric

Mereka sudah pulang dari pesta keluarga Stewing yang telah usai. Setelah itu Edgar memaksa Cedric menemaninya ke klub sebagai hukuman karena telah membuatnya tersiksa berada di dekat Lady Paula sepanjang pesta tadi. Lady Paula mengenalkannya dengan hampir semua lady yang hadir di pesta. Bahkan memaksanya untuk berdansa dengan beberapa lady yang bahkan enggan menatap wajahnya. Tapi yang paling Edgar tidak suka, dia harus menyelesaikan waltz dengan Miss Rebecca Park yang benar-benar sekaku pohon birch. 

. “Aku yang mengalami malam yang buruk dan seharusnya aku yang menghela napas panjang, bukan dirimu!” Edgar masih begitu kesal. “Menghilang ke mana dirimu tadi setelah melemparku ke lady mengerikan itu?!”

“Kulihat kamu bersenang-senang sepanjang malam,” balas Cedric sambil menyesap brendinya.

“Kamu katakan itu bersenang-senang?” Edgar menyikut lengan Cedric yang berada di sebelahnya. “Kamu tidak tahu berapa menyebalkannya Miss Rebecca!”

“Ah, kamu terlihat cocok dengan Miss Rebecca Park. Dia tidak terlihat tenggelam dan remuk di tanganmu.” Cedric tahu dia akan membuat Edgar marah. Tapi dia tak peduli, amarah Edgar tidak berlangsung lama. Pria bertubuh besar seperti monster buas yang meledak-ledak emosinya, tapi dengan cepat pula dapat tertawa bersama. “Mungkin nanti aku akan mencari cara agar kalian terlibat skandal yang tepat.”

“Aku akan mematahkan lehermu jika kamu macam-macam!”

Cedric tertawa sejenak. Namun di dalam kepalanya dia masih tidak dapat mengalihkan pikiran dari kejadian tadi dan beberapa kejadian belakangan ini. Cedric tak menduga dia terlalu larut pada semua prediksi-prediksi gilanya akan Chloe dan suaminya. Apa sebenarnya yang dialami Chloe? Dia sangat yakin kalau pasangan yang dilihatnya dari balik tirai balkon adalah pasangan Marquess Stewing. Apalagi hari ini dia mendengar sendiri pertengkaran dan suara-suara pukulan yang terjadi. Apakah Chloe sering mengalami amarah dari suaminya? Apa itu penyebab warna kulit merah keunguan yang terlihat sekilas oleh Cedric waktu itu?

“Jika kamu tidak berminat pada gadis di depan yang sedari tadi mengirimkan kode padamu, aku yang akan melahapnya.” 

“Kamu tidak takut Miss Rebecca akan marah jika tahu kamu menggoda gadis lain?” ledek Cedric.

“Jika sekali lagi kamu menyebut nama itu, aku benar-benar akan merobek wajahmu!” Edgar meletakkan gelas bir degan kasar lalu bergerak menuju gadis bergaun merah muda dengan potongan leher sangat rendah. Gadis itu terus mengerakkan kelopak mata, dengan leher miring membiarkan rambut panjangnya jatuh ke bahu. Sesekali dibasahinya bibirnya yang kemudian diakhiri dengan gigitan pelan. Sebuah sinyal yang sangat jelas kalau gadis itu mengharapkan Cedric mendekatinya. Sayangnya di pikiran Cedric saat ini sedang diisi oleh wanita lain. 

Edgar mendekati Cedric lagi. “Aku akan membawa bungaku dulu,” ucap Edgar. 

Dan Cedric mengerti maksudnya. Mereka berada di Taman Bunga Cinta. Tempat yang sangat indah namanya. Namun pada kenyataannya klub ini lebih bebas, lebih liar dan lebih rendah kelasnya daripada klub-klub kelas atas yang mereka kunjungi. Tapi jangan dikira pelanggan Taman Bunga Cinta hanya dikunjungi oleh pelanggan kelas bawah, tidak. Banyak bangsawan kelas atas juga singgah di sini. Mereka mendapatkan pelayanan sangat bebas dan liar dari bunga yang mereka petik, itulah kelebihan yang ditawarkan. Lagipula, tak begitu besar biaya yang harus mereka rogoh. Hanya perlu memastikan tidak terlihat.

Cedric sudah biasa berkunjung. Bahkan dia adalah tamu tetap. Tidak setiap malam dia memetik bunga. Kadang kala dia hanya duduk untuk menikmati segelas bir, menertawakan dirinya yang sedang dibicarakan oleh bangsawan rendah lainnya. Membalik kartu-kartu dari para lord mabuk kemudian mengantongi setiap koin kemenangan untuk dihamburkan lagi keesokan harinya. Hal biasa. Tapi setelah melihat memar pada tangan dan leher Chloe, Cedric tak mampu memikirkan hal lain. 

“Sir, sepertinya senyummu begitu mahal malam ini,” sapa Madam Laurel. 

Cedric tersenyum. “Bagaimana mungkin Madam Laurel? Aku akan memberikan semua senyumku dengan cuma-cuma untukmu dan untuk semua bunga cinta di taman milikmu.” Cedric mengecup punggung tangan pemilik tempat ini. Wanita berusia empat puluh tahun namun wajahnya masih begitu cantik. Anggun tapi menyimpan sejuta kecerdikan. Maka dari itu dia mampu bertahan dalam dunia hiburan malam ini. 

“Kulihat Angela, tak berhasil memikatmu. Untungnya sahabatmu yang bertubuh besar itu bersedia menerima sinyal darinya. Jika tidak, tentu saja primadonaku akan sangat kecewa dan jatuh harga dirinya di hadapan bunga-bunga lain.”

“Dia putra baron, tampangnya memang kasar. Tapi kuyakinkan padamu, primadonamu akan aman.” Cedric mengerti bila Madam Laurel mengkhawatirkan setiap anak didiknya. Edgar baru pertama kali ke tempat ini, atas ajakan Cedric. Postur tubuh besar dan wajah serta suaranya yang menggelegar tentu saja akan menimbulkan sedikit keresahan. Bagaimana bila si kecil Angela akan hancur remuk dalam genggaman Edgar yang tampak seperti binatang buas. 

“Ah bukan itu maksudku,” ucap Madam Laurel malu. Dia tidak menyangka kalau Cedric begitu cepat menyadari arti dari sapaannya. “Aku akan menraktirmu segelas minuman.” Madam Laurel segera memberi perintah untuk membawakan minuman dan makanan ringan. “Lady Amber menanyakan tentang dirimu,” ucap Madam Laurel.

Cedric menyesap bir dinginnya lalu tersenyum. Dia sudah bosan dengan Lady Amber. Wanita itu terlalu menuntut. Semakin lama semakin mengekang Cedric. Menganggap Cedric adalah peliharaannya yang harus membuatnya puas dan tertawa gembira. Tapi pertunjukkan Cedric tidak berjalan seperti itu. Pertunjukkannya hanya akan dipentaskan bila dia memang ingin dan bisa dalam sekejap pula berhenti dimainkan meski cerita belum lagi usai. “Katakan padanya untuk mencari yang lain. Karena aku sudah bosan menemaninya bersenang-senang,” ucap Cedric santai.

“Kamu tidak berubah ternyata.” Madam Laurel terkekeh, “apa perlu kukenalkan pada lady lainnya?” Alisnya naik penuh arti. “Kaya raya, kesepian dan aman.”

“Sebutkan namanya, lalu akan kupertimbangkan dahulu,” ucap Cedric. Dia sedang tidak berminat untuk merayap di atas ranjang seseorang. Yang diinginkannya adalah menarik lengan baju dan kerah gaun Chloe. Memastikan apakah semua pikiran gilanya benar atau tidak. 

Tak lama seorang pelayan khusus mendekati Madam, dia berbisik yang segera saja mengubah wajah wanita tersebut. “Sungguh maafkan aku, ada urusan penting yang harus segera kuselesaikan.” Wanita itu tampak tidak enak, “nanti akan segera kukenalkan padamu. Kita adakan pertemuan di ruang khusus seperti biasanya.”

“Silakan, tidak masalah.” Cedric mengangkat gelasnya. Sebenarnya dia juga sudah malas duduk di sini sementara otaknya terus berkelana ke tempat lain. Dia mengosongkan gelas lalu berjalan pergi. Dia masih bisa melihat Madam Laurel bergerak terburu-buru menuju area khusus. Area istimewa. Bisa dibilang hanya tamu-tamu khusus yang berkocek sangat tebal yang bisa masuk dari sana. Tak terlihat, tersembunyi dan jauh dari tatapan mata. Sekelebat dia merasa yakin wajah pria yang baru saja masuk itu sangat dikenalnya. Apakah karena dia terlalu memikirkan tentang Chloe dan sang marquess hingga pria tersebut juga sekilas mirip dengan suami Chloe? Bukankah hal yang biasa seorang lord mengunjungi klub malam. 

Tampaknya dia harus segera menyegarkan otaknya terlebih dahulu. 

==   

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Clown and His Mask Part 11 - 15
0
0
Cedric-No Name-Tanpa Nama Belakang, semua mengenalnya sebagai Lord Konyol dan pecundang. Dengan masa lalu yang menyedihkan hanya untuk bahan lelucon dan ditertawakan. Tapi Cedric tak peduli apa kata orang, dia sudah terbiasa hidup bebas. Hingga dia dipaksa menanggalkan topeng kekonyolannya.  Ada seseorang yang sangat berarti di dalam hidupnya yang harus dia lindungi.  Ada pula seseorang yang menyerahkan jiwa raga hanya untuk melindungi dirinya. Cedric dalam persimpangan hidup, menyelamatkan cinta pertamanya atau gadis yang berkorban untuk dirinya. Akan berakhir seperti apa perjuangan cinta mereka? Saksikan dan tersenyumlah saat kalian mendengar kisahnya. ==Behind The Mask Series 1. The Hunter Mask 2. Clown and His mask
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan