WHATS WRONG WITH MY BOZZ CHAPTER 2

5
0
Deskripsi

post-image-67b72005d1d4d.jpg

 

 

Kinza POV

 

Aku berjalan malas masuk kedalam kantor. Semalaman aku tidak bisa tidur karena harus menyelesaikan laporanku. Bintang sengaja balas dendam melalui pekerjaanku.

Dasar boss laknat.

Sejak sampai di apartement dia terus membombardirku dengan puluhan chat, memintaku menyelesaikan laporan malam itu juga. Jika saja dekat ingin kulempar mukanya dengan sepatu hak 15cm ku.

"Heh ngapa muka loe kucel amat" seru Gama.

"Gak dapet jatah kali Gam".

Aku menatap tajam Yoyo yang dibalasnya dengan cengiran bodoh.

"Gue bukan loe yak yang kek jablay" cetusku kesal.

"Bilang aja loe iri liat dada montok gue".

"Alah dada oplas aja belagu, punya loe sama punya Cimoy juga gedean punya Cimoy" ejekku.

"Wah boleh di adu yang pasti punya gue lebih empuk".

Astaga obrolan macam apa ini.

"Apaan sih loe bedua malah bahas tok*et" lerai Gama.

"Ckck frontal banget si Gama sekarang" ujarku.

"Ketularan Yoyo".

"Kok jadi gue sih Gam" protes Yoyk tak terima.

"Loe bedua bahas apa sih, gak dante loe" ketusku.

"Loe ngapa blay?" Yoyo mendekatiku "mata loe kek abis digebukin anjir bengep gitu".

"Abis disiksa sama boss kesayangan loe tuh" jawabku malas.

"Hah loe semaleman mantap-mantap sama doi".

Kutatap tajam Yoyo "jangan sampe nih komputer gue lempar ke muka loe".

"Sensi banget sih".

Aku hanya mendengus "dia nge WA gue buat selesein laporan itu semaleman, gila gak sih makanya gue kurang tidur" jelasku.

"Heh!!! Balas dendam lebih kejam ternyata".

"Kelar jam berapa loe?" tanya Gama.

"Jam tiga" desahku yang lalu menelungkupkan wajahku diatas meja.

"Kasian banget tapi gue pengen ngakak juga".

Emang ya Yoyo ini salah satu teman laknat pasukan Dajjal. Bisa-bisanya dia mengatakan itu.

"Gama boleh bikinin kopi gak?" Pintaku manja pada Gama.

Dia mengangguk dan keluar dari ruangan kami.

"Gue ngantuk banget nih cong" wajahku memelas.

"Oh kasian oh kasian sungguh kasian" Yoyo malah bernyanyi lagu si botak dari Malaysia.

Sabarkan hati hamba ya Tuhan.

"Mbak Kinza, disuruh ke ruangan boss" ucap Susan dari ambang pintu.

"Iya" balasku lemah.

"Semangat blay" ucap Yoyo.

Aku berjalan malas keruangan Bintang kecil, kuketuk pintu dua kali hingga ada perintah masuk.

"Kenapa bu?" Tanyaku ketus.

Aku masih sangat kesal padanya.

"Hari ini kamu gak lupa kan kalo ada anak baru buat di divisi kalian?".

Aku mengangguk, malas berlama-lama dengannya.

"Saya minta tolong jangan ajarin yang macem-macem ya".

Idih emang selama ini gue macem-macem apa, enak aja tuh lambe.

Kuanggukan kepala.

"Jawab, kayak apa cuma angguk-angguk. Kamu bukan boneka kucing di dasboard mobil".

Astaga cerewet banget mulutnya pengen gue sumpel kaos kaki busyuk.

"Iya bu".

"Iya apa?" Tatapannya berubah tajam padaku.

"Iya saya gak akan ngajarin yang macem-macem bu" jawabku.

"Bagus" dia kembali duduk dikursi kebesarannya.

"Bu ada tamu".

"Suruh masuk".

Suara hak yang beradu dengan lantai terdengar dari balik punggungku. Hingga kurasakan satu sosok berdiri disebelahku. Aku belum menoleh untuk tahu siapa yang ada disampingku.

"Bianca, ini Kinza yang nanti akan bimbing kamu" ucap Bintang dengan lembut.

Kupingku panas mendengar nada lembutnya. Kepada orang baru saja lemah lembut tapi padaku saja mulutnya minta di rukiyah.

"Pagi bu" sapa Bianca.

Aku menoleh, demi apa wajahnya sangat cantik. Tingginya tak berbeda jauh dariku yang lebih tinggi beberapa cm. Sepertinya dia blasteran.

"Pagi" balasku ramah.

"Kamu bisa ikut Kinza dan tolong kamu jangan ikutin hal buruk dari mereka ya Bianca" ucap Bintang memperingati.

"Baik bu, saya permisi".

"Ayok" ajakku pada Bianca.

Aku tak pamit pada Bintang terserahlah, lagipula imejku sudah terlalu jelek dimatanya.

"Gak sopan" desisnya.

Aku hanya bodo amat dan berlalu pergi.

"Hai gaes kenalin ini Bianca anggota baru kita" ucapku saat sudah membuka pintu ruangan.

"Welcome to our team Bianca" seru Yoyo heboh.

"Wah cakep banget, seger nih mata gue liat beginian" ucap Gama genit.

"Maksud loe gue sama Yoyo jelek?" Sungutku.

"Gue gak bilang gitu ya Kin, loe yang bilang sendiri".

"Serah loe deh" ketusku. "Kamu duduk dideket si Yoyo ya" lanjutku.

"Baik bu".

"Jangan panggil ibu, gue belum ibu-ibu panggil Kin aja".

Ogah dong dipanggil ibu-ibu, muka mirip Jisoo BP gini.

"Aku panggil kak Kin aja".

"Panggil oma aja" sahut Yoyo yang langsung mendapat lemparan pulpen dariku.

"Sakit blay" rutuknya yang pas sekali pulpen itu mendarat di kepalanya.

"Ini Gama cowok paling ganteng".

"Hai Bianca, kalo butuh bantuan panggil aja sayang" ucap Gama genit.

"Hoek pen muntah" ucap Yoyo dengan tatapan jijik.

"Sayang pala loe peyang" tambahku.

Bianca hanya tertawa dan duduk ditempatnya didekat Yoyo.

"Loe anak magang atau gimana?" Tanya Yoyo yang masih bisa kudengar.

"Iya magang kak".

"Kayaknya loe blasteran yak?" Tanyaku.

"Iya kak".

"Oh pantesan".

Benar kan apa yang aku katakan, dia blasteran cuy.

 

 

**

Kurenggangkan otot-ototku yang terasa pegal, kerja duduk dan hanya didepan komputer membuat badanku pegal. Biasa badan kuli dan berjiwa jompo.

"Mau makan apa nih kita?" Tanya Gama yang sudah berdiri dari kursinya.

"Keefsi aja dah yuk, males yang jauh-jauh" ucapku sambil berdiri.

"Bianca loe bareng kita aja makannya" tambahku.

Kasian kan kalau dedek gemes kayak dia di godain sama om-om.

"Iya babe kamu ikut kita aja" timpal Gama.

Mendengar apa yang diucapkan Gama rasanya ingin sekali kulempar sepatu ke mukanya itu.

"Yaudah deh kak, aku bareng kalian" jawab Bianca "tapi gak papa nih kalo aku gabung?”.

"Gapapa udah santai aja sama kita mah" kini Yoyo yang bersuara.

Kami berempat akhirnya keluar dari ruangan dan pas sekali saat kami di depan Lift dan lift terbuka si Bintang ada didalam sana.

Udah kek setan dimana-mana.

Dengan santai kami masuk kedalam. Kami memilih berada dibelakangnya. Tidak sopan kan kalau berdiri didepan boss nanti bisa dipotong gaji.

"Bianca kamu baik-baik aja kan?".

Maksudnya apa tuh boss ngomong gitu.

"Baik bu" jawab Bianca.

Dia tak lagi bersuara, aku hanya melihat pantulan wajahnya dari kaca lift. Dia cantik tapi jutek dan mulutnya jahat sekali seperti Mimin akun lambe-lambean.

"Kenapa kamu liatin saya terus" ucapnya yang menangkap basah perbuatanku.

"Dih siapa yang liatin bu Bintang" elakku.

Gengsi dong kalo ngaku.

"Cih gak ngaku udah ketangkep basah juga" cibirnya.

Ingin sekali kuplester mulutnya.

Disampingku Yoyo sudah terkikik geli sedangkan Gama menahan tawa. Dasar sialan.

Ting.

Pintu lift terbuka, kami segera keluar dari kotak panas itu.

"Anjay benci tapi merhatiin" ledek Yoyo.

Aku mencebik kesal "gak sengaja ya".

"Sengaja juga gak papa kali Kin, doi cakep" timpal Gama.

"Ogah ah mukanya serem" sahutku.

"Siapa yang kamu bilang serem?" ucap suara dingin itu.

Alamak ngapa dia ngikutin sih. Macem ketempelan setan aja gue.

Aku berbalik, tak hanya aku tapi ketiganya juga. Dia berdiri dengan tangan dilipat didada dan tatapan yang dingin.

"Eeh..itu bu nanti saya sama Yoyo mau nonton film horror serem" bohongku.

Eh buset tatapannya gak nahan bikin takut. Gemeter dikit.

"Kamu tuh ya.." geramnya.

Kamu tuh ya cantik dan baik, eaaaaak.

"Maaf bu" cicitku.

"Sehabis makan kamu keruangan saya!" putusnya lalu melewatiku begitu saja.

Kan kan gambek kan kayak anak perawan. Dia memang seperti anak perawan pms jika kepadaku.

"Bhahahhahah" tawa Yoyo dan Gama pecah sedangkan Bianca hanya tersenyum kecil.

"Siap-siap kuping ngebul kek panci presto" ejek Gama.

"Sialan loe pada" dengusku lalu menghentakkan kaki kesal.

"Lah dia ngambek bhahahah gak cocok loe ngambek" teriak Yoyo.

Bodo amat jari kelingking ditiup untuk mereka.

 

 

**

 

Kami kembali kekantor jam satu lewat sedikit, wajarlah ya ngaret dikit.

"Gue beli kopi dulu deh, ngantuk banget" ucapku.

"Nitip juga ya Kin".

Aku hanya mengangguk, meninggalkan mereka untuk pergi ke kedai kopi yang ada dikawasan kantor.

"Caramel macchiato sama frappuchinno ya" ucapku pada barista.

Aku menoleh dan ya kalian tahu siapa yang ada disebelahku. Ibu Bintang Audrey yang terhormat.

"Kenapa belum masuk? Ini udah jam setengah dua" ujarnya sambil melirik jam tangannya.

"Maaf bu saya cuma mau beli kopi aja, ngantuk abis LEMBUR SEMALEMAN" tekanku diakhir kalimat.

"Baru kayak gitu, udah ngedumel".

Sabar Kinza, sabar.

Aku berbalik dan tersenyum paksa padanya "iya ibu Bintang".

Aku melewatinya begitu saja setelah memesan kopi.

"Totalnya jadi seratus tiga puluh ribu" ucap kasir.

Baru saja aku akan memberikan uang, sudah ada yang menyodorkan kartunya. Aku menoleh.

Ahhhh dede meleleh.

"Biar saya yang bayar" ucapnya lembut.

"Duh gak usah bu, beneran deh" tolakku.

Nolak tapi mau ahahaha jual mahal.

"Gak papa Kinza, saya ikhlas".

Duh disenyumin bu Luna rasanya meleleh sampe ke kaki.

"Makasih bu" cicitku pelan.

Kuterima dua cup kopi pesananku "makasih lho bu, udah di traktir kopi" ucapku ramah.

"Sama-sama, semangat kerjanya ya" ucapnya lalu menepuk kepalaku dan pergi begitu saja.

Huahhh bu Luna tuh perfect. Cantik, baik, ramah, idaman lah ya.

"Ehem".

"Ehem".

Batuk minum lem aibon.

"Ehem".

"Ibu batuk, mau minum?" Tawarku basa basi.

"Baru dibayarin aja meleleh" nyinyir teros.

"Iri bilang boss" sahutku.

Aku keluar, malas berdebat dengannya. Terserah dibilang tidak sopan juga.

"Bete mulu tuh muka seharian" sindir Gama saat aku duduk dikursiku.

"Sebel gue sama si Binatang, nyinyir mulu" dengusku.

"BINTANG WOI BUKAN BINATANG. Cipok dong biar diem".

"Enakan manggil binatang. Ogah amat nyipok dia mending nyipok bu Luna".

Kalo nyipok bu Luna mah ikhlas lahir batin.

"Maunya loe itu mah" desis Yoyo.

“Tadi bu Luna bayarin gue kopi dong~” sombongku.

Jadi sumringah inget si girl crush.

"Eh seriusan loe blay? Gak halu kan?".

Kutatap tajam si Yoyo "maap saya bukan member halu-halu club".

"Dia bayarin gue kopi terus nepuk gemes pala gue" lanjutku.

"Ya Allah dapet rezeki nomplok loe Kin".

Aku mengangguk senang.

Bu Aluna atau bisa aku panggil Bu Luna itu General Manager yang cantiknya gak ketulungan. Baik hati dan gak sombong. Kalo ngomong bikin adem kek adem sari chingu. Punya body sexy, mukanya sebelas dua belas sama Chealsea islan.

Aku sudah lama mengidolakannya.

"Kin dipanggil boss" teriak Susan dari ambang pintu.

Gessss aku lupa jika si Bintang tadi menyuruhku keruangannya.

"Siap-siap dapet siraman rohani" bisik Gama.

"Pasti hati loe adem abis ini" ucap Yoyo diiringi tawa.

Sialan.

Aku berjalan malas keruangan Bintang, tanpa mengetuk pintu lebih dulu aku masuk kedalam ruangan.

"Ketuk dulu bisa kan!" sindir suara itu terdengar dingin.

Sudah biasa.

"Maaf" sesalku.

Aku melirik kesamping saat aku merasa ada yang memperhatikanku. Tiba-tiba aku terdiam kikuk saat melihat bu Luna ada disana sedang menatapku.

Ya Allah dia senyum manis banget.

Aku mengangguk padanya dan dibalas dengan senyum olehnya.

Plis jangan pingsan Kin, jangan.

"Ehem".

Aku langsung kembali mengarahkan tatapanku pada Bintang, si boss tersayang.

"Kenapa bu, masih batuk?".

Dia memelototiku sampai kulihat matanya hampir jatuh. Kalau jatuh lumayan dijual dapat uang.

"Pusing saya tuh punya pegawai kayak kamu" ucapnya.

Gue juga pusing punya boss kayak loe.

"Yaudah pecat aja bu" ucapku santai.

Becanda, padahal takut banget dipecat. Masuk kesini aja susah banget belum lagi gajinya gede bingitts.

"Yaudah kamu saya pecat" ucapnya santai tapi terdengar serius.

Alamak mati gue.

 

 

 

 

 

 

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Whats wrong With My Bozz Chapter 3
8
0
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan