Quraish Shihab Bedah Akhlak, Sopan Santun, dan Basa-basi

4
0
Deskripsi

BARANG kali masih ada yang beranggapan akhlak dan sopan santun sama. Sama artinya. 

Lalu juga bagaimana dengan basa-basi? Misalnya: sebenarnya kita tidak suka dengan perkara sesuatu. Tapi secara lahir, harus dipaksa untuk menyukainya. Tujuannya, agar nampak baik.

KH Quraish Shihab membedah hal di atas. 

Dijelaskan akhlak adalah kondisi kejiwaan.

Orang berakhlak baik: kalau nampak dari suatu pekerjaan, suatu kegiatan, dilakukan secara mudah tidak terpaksa. Catatan penting: tidak dilakukan secara...

BARANG kali masih ada yang beranggapan akhlak dan sopan santun sama. Sama artinya. 

Lalu juga bagaimana dengan basa-basi? Misalnya: sebenarnya kita tidak suka dengan perkara sesuatu. Tapi secara lahir, harus dipaksa untuk menyukainya. Tujuannya, agar nampak baik.

KH Quraish Shihab membedah hal di atas. 

Dijelaskan akhlak adalah kondisi kejiwaan.

Orang berakhlak baik: kalau nampak dari suatu pekerjaan, suatu kegiatan, dilakukan secara mudah tidak terpaksa. Catatan penting: tidak dilakukan secara terpaksa.

Akhlak bisa menunjuk ke dalam. Yaitu ke kondisi kejiwaan seperti yang disebutkan di kalimat pertama di atas.

Akhlak bisa juga nampak keluar. Yang nampak keluar dinamai sopan santun.

“Jadi sopan santun itu lahir dari akhlak, kondisi kejiwaan, yang melahirkan suatu pekerjaan yang baik, yang terpuji dan dilakukan dengan mudah," tandasnya cendikiawan muslim kelahiran Sulawesi ini.

Sopan santun dalam bahasa Arab: adab. Bahasa Indonesia juga adab.

Sopan santun bisa dilakukan dengan mudah. Ketika dilakukan dengan mudah dan baik, masuk dalam kategori produk akhlak.

"Bisa juga sopan santun itu dibuat-buat. Bisa tidak? Di sini bedanya lagi dengan akhlak. Kalau dibuat-buat dengan sengaja untuk memperoleh kebiasaan itu namanya takhalluq."

“Kita baca takhallaquu bi akhlaqillah. Paksakanlah dirimu untuk membiasakan, melakukan ini. Itu belum jadi akhlak, baru menjadi takhalluq.”

"Adalagi yang dinamai basa-basi. Salah satu bentuk basa-basi dalam hadist dinamai mudarah."

Dicontohkannya:

Pernah suatu waktu, Nabi Muhammad SAW duduk. Terus disinggung satu orang.

Terus nabi berkata: “Waduh itu orang akhlaknya jelek.”

Tiba-tiba orang itu masuk.

Nabi diam, sopan santun, berbaik-baik dan sebagainya.

Setelah dia keluar, Sayyidah Aisyah bertanya:

“Kan tadi kamu tidak senang dengan orang itu, kenapa kamu begitu (sopan)?"

Disebutkan Qoraish itulah yang disebut mudarah.

Ditandaskan, orang yang paling jahat itu adalah orang yang kita diamkan. Padahal, hati kita tidak senang dengan dia. Ada hadist lain.

“Inna lanukasysyru fii wujuuhi aqwaamin, wa qulubunaa tal’anuhum."

Artinya: "Kami tersenyum di muka orang-orang, padahal hati kami mengutuknya."

"Itu mudarah, yang keluar itu bukan akhlak," jelasnya.

Segala Sesuatu Ada Akhlaknya

"Sekarang kita lihat. Akhlak mencakup segala sesuatu, segala sesuatu ada akhlaknya."

Agama Islam datang untuk menjadikan segala sesuatu itu mencerminkan akhlak yang baik.

Ada seorang di Mesir Guru Besar, sudah meninggal. Itu dia katakan: Itu Imam Ghazali atur kita, dia atur kita.

Dia bilang: Mulai dari tidur kita sudah diatur. Dia atur akhlaknya yang diambil dari Nabi Muhammad.

Sebelum tidut pergi berwudhu. Mau tidur baca doa. Baringnya bagaimana? Semua diatur. Bangun tidur diatur. Bangun sebelum subuh.

“Ke kamar mandi, kakinya diatur gak? Keluarnya diatur. Kalau mau mandi diatur: doanya apa? Shalat dhuha sekian rakaat. Pokoknnya semua (diatur), dan rinci,” jelasnya dalam channel Youtube Quraish Shihab dengan judul "Akhlak Kepada Allah".

Mau dengan istri, tidur dengan istri ada caranya.

“Jadi Islam, meminta kita berakhlak dalam setiap kegiatan kita. Bukan hanya kegiatan kita, bahkan respon kita, bukan hanya terhadap manusia: terhadap binatang, terhadap tumbuh-tumbuhan.”

Ada yang lebih dari itu, Guntur (geledek petir) kalau bunyi? Ada gak akhlak dari kita kalau Guntur bunyi?

Itu sebabnya dikatakan tidak ada satu agama yang memberikan rincian, menyangkut yang baik seperti halnya yang dilakukan Islam.

Innamaa bu'itstu li utammima makarimal akhlaq.

“Tidak sekali-kali saya diutus oleh Allah (kecuali) hanya satu untuk menyempurnakan akhlak, untuk membangun akhlakul karimah.”

Jadi semua ada akhlaknya. Ada akhlak kepada Allah, ada akhlak kepada manusia. Kepada manusia bermacam-macam: kepada orang tua, kepada anak, kepada istri, kepada pembantu.

Semuanya itu ada. Semua ada diajarkan oleh Nabi. Ada juga akhlak kepada diri sendiri.

“Adalagi. Adakah akhlak terhadap jalanan? Itu ada orang berkata Hak Asasi Manusia (HAM), ya ada hak jalanan.”

Nabi pernah bersabda. Intinya:

“Janganlah kalian duduk-duduk di pinggir jalan.”

“Kami tidak bisa tidak duduk di sini. Ini tempat kami ngobrol.”

Sabda Nabi:

“Kalau kamu memang kamu harus duduk, berikanlah jalanan kepada haknya.”

Sahabat bertanya:

“Apakah ada haknya jalanan.”

“O…ada. Kalau ada orang lewat begini, jangan ganggu. Kalau ada orang yang jalan mengucapkan salam, dijawab. Kalau ada kotoran di jalan singkirkan. Jangan kencing di jalan.”

“Pokoknya ada haknya, semua ada, tidak ada yang tidak,” tandas Quraish Shihab. (TitahKita)

(DUKUNG TULISAN INI)

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya KH Zainuddin MZ Paparkan Resep Agar Hidup Tidak Dalam Kerugian
4
1
SETIAP orang dalam kehidupan ini, senantiasa berusaha meraih dan mencari sesuatu yang mendatangkan keuntungan. Setidaknya keuntungan bersifat moril.Demikian ditandaskan Dai Sejuta Umat: KH Zainuddin MZ dalam ceramahnya saat masih sugeng (baca: hidup).Ini berarti bahwa setiap orang pun dalam hidup ini, selalu berusaha menghindari hal-hal yang bisa membawa kepada kerugian. Sekurang-kurangnya kerugian yang bersifat moril, jelasnya.Apa yang mendatangkan keuntungan?Apa pula yang membawa kerugian?Tentunya persepsi setiap orang pasti berbeda-beda.Ada yang beranggapan dia akan beruntung kalau pangkatnya naik. Jabatannya menjadi tinggi. Hartanya bertambah. Tanahnya semakin luas. Pabriknya makin besar.Al-Quran dengan tegas mengajarkan wal ashri: Demi Masa.Sesungguhnya manusia benar-benar pasti berada di dalam kerugian.Tanahnya luas. Pabriknya banyak. Hartanya berlimpah. Jabatan makin tinggi.Pasti di dalamnya ada kerugian. Ini sesuatu yang kita semua tidak menginginkan.”Allah memberikan jalan keluar agar tidak menderita kerugian itu.Pertama. Orang yang dalam hidup ini punya iman.Jadi alangkah indahnya, jabatan itu kalau jatuh di tangan orang beriman.Alangkah baiknya harta itu kalau dipegang tangan orang yang beriman.Alangkah manfaatnya ilmu pengetahuan itu kalau dipegang juga oleh tangan orang-orang yang beriman.“Imanlah yang menyelamatkan manusia dari kerugian, tegas kyai yang memiliki nama lengkap KH Zainuddin Hamidi ini.Dikatakan, ada ungkapan bahwa ilmu bikin hidup jadi mudah. Seni bikin hidup jadi indah. Dan, iman bikin hidup jadi terarah.Tidak terbayangkan, bagaimana sebuah jabatan apabila tidak dilandasi dengan keimanan.Tidak terbayangkan, bagaimana nasib harta benda kalau jatuh di tangan orang yang jauh dari iman. Karena itu untuk selamat dari kerugian nilai imanlah adanya. Tanpa nilai iman semua akan jadi fatamorgana, tuturnya sebagaimana di channel Youtube KH Zainuddin MZ.Hal kedua yang menyelamatkan manusia dari kerugian adalah wa amilus sholihat. Iman tadi dibuktikan dengan amal saleh. Iman adalah generator. Iman adalah power yang melahirkan energi dan menimbulkan gejala.Seseorang beriman atau tidak, bisa kita lihat. Bisa kita dinilai dari gejala yang ditimbulkan oleh nilai iman tadi. Wujudnya dalam bentuk amal saleh.Dalam keseharian kita bisa bilang:“Orang itu imannya bagusnya.”“Kok tahu kamu?”“Sujudnya hebat orang itu.”“Orang itu imannya bagusnya ya.”Kok ngerti kamu?”“Sedekahnya berani.”“Orang itu imannya tinggi ya.” “Kok tahu kamu?”“Jihadnya luar biasa.”Iman sesuatu yang abstrak. Tetapi dia menimbulkan gejala. Gejalanya tidak lain adalah amal saleh, tegasnya.Kalau sebuah power, generator tidak menimbulkan gejala, tentu ada yang salah.Bisa konsleting. Bisa kebakaran. Bisa tidak nyambung arus pendek dan arus panjang. Tidak bertemunya negatif dan positif.Begitulah kalau iman tidak menimbulkan refleksi berupa amal yang saleh. Ada sesuatu yang harus diservis. Ada sesuatu yang harus diperbaiki.Maka dalam berbagai ayat di dalam Al- Quran, iman tidak terpisahkan dengan amal saleh.Dua hal itu memang tidak bisa terpisah satu dengan yang lain.“Ah biar saya pelit, iman saya kuat lho.”“Saya tidak shalat, iman saya mantep mas.” “Saya tidak pernah jihat, tapi iman saya luar biasa.”“Ndak mungkin logika seperti ini,” tandasnya. Setiap iman, melahirkan gejala yang disebut amal saleh. Ini hal yang ketiga.Yang keempat, setelah iman dan amal saleh, saling menasehati dalam kebenaran. Bukan dalam kebatilan. Bukan dalam kemungkaran.Setiap kita berkewajiban, menegakkan yang makruf, mencegah yang munkar. Tentunya sesuai bidang dan kemampuan masing-masing.Orang yang selamat dari kerugian selalu nasehat menasehati dalam kebenaran. Betapapun risikonya. Betapapun kondisi masyarakatnya.Dan ini pernah diingatkan oleh Rasul: akan selalu ada di tengah umat sekelompok orang yang tegak menyatakan kebenaran.“Dia tidak takut risiko yang tumbuh karenanya.”Sebagaimana diungkapkan oleh Napoleon:Kalau ada 1.000 penegak kebenaran, saya satu diantara yang 1.000 itu.Kalau ada 100 orang yang menegakkan kebenaran, saya satu dari yang 100 itu.Kalau ada 10 orang yang menegakkan kebenaran, saya pun satu dari yang 10 itu.Kalau hanya satu orang yang berjuang menegakkan kebenaran, sayalah yang satu itu.Walaupun besok langit akan runtuh, bumi akan bergulung, kebenaran tetaplah kebenaran.Orang yang tegar menghadapi kebenaran makin langka. Orang yang tidak larut di dalam memperjuangkan kebenaran, semakin sedikit jumlahnya. Tapi kalau kebenaran tidak ditegakkan, keadilan tidak dinyatakan, maka kebatilanlah yang akan berkuasa.Sungguh pun demikian yang keempat, Allah menutup ayat ini, watawa saubil shabr: nasehat menasehati dalam kebenaran. Dan, nasehat menasehati dengan cara yang sabar.Kalau kebenaran sebuah prinsip, maka kesabaran adalah sebuah strategi. Jika kita benar, kita harus sabar. Kalau kita sabar harus karena benar.Kebenaran tanpa kesabaran membuat kita mudah dipatahkan orang. Sebaliknya kesabaran tanpa kebenaran membuat kita diinjak oleh yang lain.Kalau punya prinsip harus punya strategi. Strategi digunakan untuk sebuah prinsip. Prinsip tanpa strategi habis kita digusur orang.Strategi tanpa sebuah prinsip, habis kita diinjak terus oleh yang lain, tegasnya. (TitahKita)SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya. HR. Muslim no. 1893.(DUKUNG TULISAN INI)
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan