Gus Baha: Walau Susah, Paksa Bahagia agar Ridho dengan Qodho dan Qodar

2
0
Deskripsi

KAJIAN dari Gus Baha sudah banyak beredar di dunia maya. Tidak sedikit yang viral di media sosial (medsos).

Isi kajiannya renyah. Isi pembahasannya didominasi hal-hal yang ringan. Ada seriusnya. Ada guyonannya. Lengkap.

Gus Baha memilik nama lengkap KH Bahauddin. Ayah beliau Kyai Nursalim (alm). Gus Baha kini melanjutkan estafet kepemimpinan di pondok pesantren Al-Quran di Kragan, Narukan, Rembang, Jawa Tengah.

Kajiannya tidak hanya di seputar pondok. Tapi secara rutin juga mengisi pengajian di Yogyakarta....

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Quraish Shihab Bedah Akhlak, Sopan Santun, dan Basa-basi
4
0
BARANG kali masih ada yang beranggapan akhlak dan sopan santun sama. Sama artinya. Lalu juga bagaimana dengan basa-basi? Misalnya: sebenarnya kita tidak suka dengan perkara sesuatu. Tapi secara lahir, harus dipaksa untuk menyukainya. Tujuannya, agar nampak baik.KH Quraish Shihab membedah hal di atas. Dijelaskan akhlak adalah kondisi kejiwaan.Orang berakhlak baik: kalau nampak dari suatu pekerjaan, suatu kegiatan, dilakukan secara mudah tidak terpaksa. Catatan penting: tidak dilakukan secara terpaksa.Akhlak bisa menunjuk ke dalam. Yaitu ke kondisi kejiwaan seperti yang disebutkan di kalimat pertama di atas.Akhlak bisa juga nampak keluar. Yang nampak keluar dinamai sopan santun.“Jadi sopan santun itu lahir dari akhlak, kondisi kejiwaan, yang melahirkan suatu pekerjaan yang baik, yang terpuji dan dilakukan dengan mudah, tandasnya cendikiawan muslim kelahiran Sulawesi ini.Sopan santun dalam bahasa Arab: adab. Bahasa Indonesia juga adab.Sopan santun bisa dilakukan dengan mudah. Ketika dilakukan dengan mudah dan baik, masuk dalam kategori produk akhlak.Bisa juga sopan santun itu dibuat-buat. Bisa tidak? Di sini bedanya lagi dengan akhlak. Kalau dibuat-buat dengan sengaja untuk memperoleh kebiasaan itu namanya takhalluq.“Kita baca takhallaquu bi akhlaqillah. Paksakanlah dirimu untuk membiasakan, melakukan ini. Itu belum jadi akhlak, baru menjadi takhalluq.”Adalagi yang dinamai basa-basi. Salah satu bentuk basa-basi dalam hadist dinamai mudarah.Dicontohkannya:Pernah suatu waktu, Nabi Muhammad SAW duduk. Terus disinggung satu orang.Terus nabi berkata: “Waduh itu orang akhlaknya jelek.”Tiba-tiba orang itu masuk.Nabi diam, sopan santun, berbaik-baik dan sebagainya.Setelah dia keluar, Sayyidah Aisyah bertanya:“Kan tadi kamu tidak senang dengan orang itu, kenapa kamu begitu (sopan)?Disebutkan Qoraish itulah yang disebut mudarah.Ditandaskan, orang yang paling jahat itu adalah orang yang kita diamkan. Padahal, hati kita tidak senang dengan dia. Ada hadist lain.“Inna lanukasysyru fii wujuuhi aqwaamin, wa qulubunaa tal’anuhum.Artinya: Kami tersenyum di muka orang-orang, padahal hati kami mengutuknya."Itu mudarah, yang keluar itu bukan akhlak, jelasnya.Segala Sesuatu Ada AkhlaknyaSekarang kita lihat. Akhlak mencakup segala sesuatu, segala sesuatu ada akhlaknya.Agama Islam datang untuk menjadikan segala sesuatu itu mencerminkan akhlak yang baik.Ada seorang di Mesir Guru Besar, sudah meninggal. Itu dia katakan: Itu Imam Ghazali atur kita, dia atur kita.Dia bilang: Mulai dari tidur kita sudah diatur. Dia atur akhlaknya yang diambil dari Nabi Muhammad.Sebelum tidut pergi berwudhu. Mau tidur baca doa. Baringnya bagaimana? Semua diatur. Bangun tidur diatur. Bangun sebelum subuh.“Ke kamar mandi, kakinya diatur gak? Keluarnya diatur. Kalau mau mandi diatur: doanya apa? Shalat dhuha sekian rakaat. Pokoknnya semua (diatur), dan rinci,” jelasnya dalam channel Youtube Quraish Shihab dengan judul Akhlak Kepada Allah.Mau dengan istri, tidur dengan istri ada caranya.“Jadi Islam, meminta kita berakhlak dalam setiap kegiatan kita. Bukan hanya kegiatan kita, bahkan respon kita, bukan hanya terhadap manusia: terhadap binatang, terhadap tumbuh-tumbuhan.”Ada yang lebih dari itu, Guntur (geledek petir) kalau bunyi? Ada gak akhlak dari kita kalau Guntur bunyi?Itu sebabnya dikatakan tidak ada satu agama yang memberikan rincian, menyangkut yang baik seperti halnya yang dilakukan Islam.Innamaa bu'itstu li utammima makarimal akhlaq.“Tidak sekali-kali saya diutus oleh Allah (kecuali) hanya satu untuk menyempurnakan akhlak, untuk membangun akhlakul karimah.”Jadi semua ada akhlaknya. Ada akhlak kepada Allah, ada akhlak kepada manusia. Kepada manusia bermacam-macam: kepada orang tua, kepada anak, kepada istri, kepada pembantu.Semuanya itu ada. Semua ada diajarkan oleh Nabi. Ada juga akhlak kepada diri sendiri.“Adalagi. Adakah akhlak terhadap jalanan? Itu ada orang berkata Hak Asasi Manusia (HAM), ya ada hak jalanan.”Nabi pernah bersabda. Intinya:“Janganlah kalian duduk-duduk di pinggir jalan.”“Kami tidak bisa tidak duduk di sini. Ini tempat kami ngobrol.”Sabda Nabi:“Kalau kamu memang kamu harus duduk, berikanlah jalanan kepada haknya.”Sahabat bertanya:“Apakah ada haknya jalanan.”“O…ada. Kalau ada orang lewat begini, jangan ganggu. Kalau ada orang yang jalan mengucapkan salam, dijawab. Kalau ada kotoran di jalan singkirkan. Jangan kencing di jalan.”“Pokoknya ada haknya, semua ada, tidak ada yang tidak,” tandas Quraish Shihab. (TitahKita)(DUKUNG TULISAN INI)
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan