Gus Baha: Walau Susah, Paksa Bahagia agar Ridho dengan Qodho dan Qodar

2
0
Deskripsi

KAJIAN dari Gus Baha sudah banyak beredar di dunia maya. Tidak sedikit yang viral di media sosial (medsos).

Isi kajiannya renyah. Isi pembahasannya didominasi hal-hal yang ringan. Ada seriusnya. Ada guyonannya. Lengkap.

Gus Baha memilik nama lengkap KH Bahauddin. Ayah beliau Kyai Nursalim (alm). Gus Baha kini melanjutkan estafet kepemimpinan di pondok pesantren Al-Quran di Kragan, Narukan, Rembang, Jawa Tengah.

Kajiannya tidak hanya di seputar pondok. Tapi secara rutin juga mengisi pengajian di Yogyakarta....

KAJIAN dari Gus Baha sudah banyak beredar di dunia maya. Tidak sedikit yang viral di media sosial (medsos).

Isi kajiannya renyah. Isi pembahasannya didominasi hal-hal yang ringan. Ada seriusnya. Ada guyonannya. Lengkap.

Gus Baha memilik nama lengkap KH Bahauddin. Ayah beliau Kyai Nursalim (alm). Gus Baha kini melanjutkan estafet kepemimpinan di pondok pesantren Al-Quran di Kragan, Narukan, Rembang, Jawa Tengah.

Kajiannya tidak hanya di seputar pondok. Tapi secara rutin juga mengisi pengajian di Yogyakarta. Dan, juga di wilayah Jawa Timur.

Di alam maya. Kajian beredar. Pokok bahasan diantaranya tentang kehidupan. 

Dalam ceramah, Gus Baha bertutur:

“Tidak punya rasa takut, tidak punya rasa gelisah harus kita tiru. Karena kalau kita punya rasa gelisah, lama-lama, maka tidak ridho dengan qodho dan qodar.”

Atas dasar itu, Gus Baha berprinsip bahwa hidup harus bahagia.

“Mulo kudu ceria (maka harus ceria, happy),” katanya dalam channel Youtube Lentera Zaman Channel.

Bila hidupnya dilanda susah. Beliau yang bicara jeplas-jeplos ini selalu memaksa untuk menghilangkannya.

Sebab kalau tidak. Jika dibiarkan. Maka bisa berdampak tidak bisa menerima kenyataan -- takdir.

Lho kulo (saya) sebagai manusia sering susah. Tapi saya paksa. Susah itu saya hilangkan. Kalau saya rasakan terus, lama – lama saya gak ridho mik (dengan) qodho dan qodar.”

Makanya pilihannya dipaksa untuk senang. Kalau dalam kondisi susah, nanti bisa jadi kebiasaan. Susah terus. Kan repot.

Masak hidup ini dirasa susah terus. Bisa stres. Depresi.   

Dimisalkan, memiliki santri yang kurang pandai pun tidak dirasa susah. Apa adanya.

Ada yang datang mengaji. Tidak mudah paham, tidak mudengan pun tidak dipersoalkan. 

Semua diterima dengan bahagia.

Pokok e seneng kuwi ngibadah (Senang itu ibadah). Sifate wali iku Laa Khaufun Alaihim wa Laa Hum Yahzanuun. Ndak (tidak) ada rasa takut, ndak (tidak) ada rasa susah,” terangnya dalam video dengan judul "Gus Baha’ : anda lagi gelisah, susah & sambat. Nonton video ini !!!"

Sebagai manusia, layaknya kita, Gus Baha pun memiliki rasa khawatir. 

Diantara kekhawatirannya tentang kehidupan keturunannya -- anak cucunya, di masa mendatang.

“Saya sebagai manusia sok (sering) khawatir. Suk (kedepan) nasib anakku piye (bagaimana)? Nasib putuku piye (nasib cucuku bagaimana)?"

Tapi angger aku eling (tapi kalau saya ingat). Saya ada karena Allah. Dan saya punya rezeki karena Allah,” jelas Gus Baha yang selalu mengenakan baju lengan panjang putih.

Diantara rezeki itu menyangkut kekayaan dan kesuksesan.

Sehingga tidak dapat dipungkiri. Bahwa di dunia ini banyak orang kaya dan orang sukses.

Kaya dan suskses itu lahir bukan karena hanya sikap dari orang bersangkutan. Tapi ada campur tangan Tuhan Yang Maha Kaya.

"Kadang orang kan berpikir, anakku nek ora tak tinggali warisan piye (kalau tidak saya tinggali warisan bagaimana)?”

Tapi kenyataanya. Banyak orang tidak punya warisan bisa kaya. Tidak ditinggali harta benda melimpah, tanah hektaran, juga bisa kaya raya.

Orang tuanya tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Anaknya bisa sukses secara akademik. Itu nyata.

Hal tersebut karena manusia itu, tanpa Allah, bukanlah siapa-siapa. Di depan aturan Allah, manusia tidak ada apa-apanya.

Ketika rahmat Allah tidak terbatas, maka dalam kondisi apapun, Allah SWT tetap sebagai Tuhan. Bukan yang lain. Ini tauhid.

“Selama pengerane Allah, itu Al-Kahfi. Zat kang (yang) mencukupi. Allah Ar-Rozik, zat yang memberi rizki. Kenapa agama ini tidak bisa mati. Karena Allah itu Al Hadi (petunjuk),” jelasnya dalam video berdurasi 23 menit 14 detik.

Di channel lain, Motivation Project, Gus Baha juga membahas tentang bahagia. Dengan penjelasan berbeda.

Dijelaskan, pengarang kitab Al-Hikam, Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari, punya resep agar hidup bisa senang.

“Usahakan sedikit sekali apa yang bikin kamu senang. Maka, akan sedikit sekali yang bikin kamu susah,” tandas Gus Baha didurasi awal channel tersebut.

Gus Baha yang selalu mengenakan peci hitam lantas bercerita panjang lebar. Tetapi setelah itu kembali menjelaskan tentang hal di atas.

Gas Baha pernah ditanya. Apa resepnya, kok tidak pernah kelihatan susah?

“Resepnya ilmu begini, kata (kitab) Hikam."

“Kamu harus yakin, bahwa di sisa hidup Anda itu tidak akan maksiat lagi,” jelasnya dalam video dengan judul “(Ngaji) Gus Baha – Prinsip Urip Anti Susah”.

Sehingga kalau melakukan maksiat. Anggap saja itu yang terakhir. Setelah itu meninggal dunia. Atau, sudah tidak ada kehidupan di dunia ini. Kiamat.

“Karena cara berpikir kita membayangkan hidup 40 tahun lagi. Misalnya saya 40 (tahun), membayangkan hidup akan 4 tahun lagi. Sampeyan (Anda) misalnya 25 (tahun), membayangkan hidup 25 tahun lagi.”

“Sehingga mengganggap durasi 25 tahun, ora maksiat kan mohal (tidak melakukan maksiat itu tidak mungkin).”

Terjadi dialog lagi dengan jamaah yang berisi guyonan tapi berisi. Setelah itu menjelaskan lagi. Gus Baha mengingatkan agar bisa menata niat.

Dalam kesehariannya pun tidak peduli apa kata orang lain terhadap kehidupannya.

“Sehingga saya tidak pernah membayangkan (memikirkan), tonggoku senang aku opo ora (tetangga saya senang saya atau tidak).”

“Kecewa tidak kecewa tidak penting.”

Dalam hidup ini, yang dicari adalah ridho Allah. Bukan sanjungan dari manusia. Bukan penilaian dari manusia.

“Yang dicari adalah ridhonya Allah. Bukan ridhonya yang mengaji (manusia). Bukan ridhonya konsumen (manusia)."

"Itu apa? Makhluk. Gak penting.”

Sehingga harus dilatih.

“Sedikitlah kamu gembira dengan satu hal, nanti akan sedikit yang kamu kecewa,” tandasnya. (TitahKita)

(DUKUNG TULISAN INI)

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Quraish Shihab Bedah Akhlak, Sopan Santun, dan Basa-basi
4
0
BARANG kali masih ada yang beranggapan akhlak dan sopan santun sama. Sama artinya. Lalu juga bagaimana dengan basa-basi? Misalnya: sebenarnya kita tidak suka dengan perkara sesuatu. Tapi secara lahir, harus dipaksa untuk menyukainya. Tujuannya, agar nampak baik.KH Quraish Shihab membedah hal di atas. Dijelaskan akhlak adalah kondisi kejiwaan.Orang berakhlak baik: kalau nampak dari suatu pekerjaan, suatu kegiatan, dilakukan secara mudah tidak terpaksa. Catatan penting: tidak dilakukan secara terpaksa.Akhlak bisa menunjuk ke dalam. Yaitu ke kondisi kejiwaan seperti yang disebutkan di kalimat pertama di atas.Akhlak bisa juga nampak keluar. Yang nampak keluar dinamai sopan santun.“Jadi sopan santun itu lahir dari akhlak, kondisi kejiwaan, yang melahirkan suatu pekerjaan yang baik, yang terpuji dan dilakukan dengan mudah, tandasnya cendikiawan muslim kelahiran Sulawesi ini.Sopan santun dalam bahasa Arab: adab. Bahasa Indonesia juga adab.Sopan santun bisa dilakukan dengan mudah. Ketika dilakukan dengan mudah dan baik, masuk dalam kategori produk akhlak.Bisa juga sopan santun itu dibuat-buat. Bisa tidak? Di sini bedanya lagi dengan akhlak. Kalau dibuat-buat dengan sengaja untuk memperoleh kebiasaan itu namanya takhalluq.“Kita baca takhallaquu bi akhlaqillah. Paksakanlah dirimu untuk membiasakan, melakukan ini. Itu belum jadi akhlak, baru menjadi takhalluq.”Adalagi yang dinamai basa-basi. Salah satu bentuk basa-basi dalam hadist dinamai mudarah.Dicontohkannya:Pernah suatu waktu, Nabi Muhammad SAW duduk. Terus disinggung satu orang.Terus nabi berkata: “Waduh itu orang akhlaknya jelek.”Tiba-tiba orang itu masuk.Nabi diam, sopan santun, berbaik-baik dan sebagainya.Setelah dia keluar, Sayyidah Aisyah bertanya:“Kan tadi kamu tidak senang dengan orang itu, kenapa kamu begitu (sopan)?Disebutkan Qoraish itulah yang disebut mudarah.Ditandaskan, orang yang paling jahat itu adalah orang yang kita diamkan. Padahal, hati kita tidak senang dengan dia. Ada hadist lain.“Inna lanukasysyru fii wujuuhi aqwaamin, wa qulubunaa tal’anuhum.Artinya: Kami tersenyum di muka orang-orang, padahal hati kami mengutuknya."Itu mudarah, yang keluar itu bukan akhlak, jelasnya.Segala Sesuatu Ada AkhlaknyaSekarang kita lihat. Akhlak mencakup segala sesuatu, segala sesuatu ada akhlaknya.Agama Islam datang untuk menjadikan segala sesuatu itu mencerminkan akhlak yang baik.Ada seorang di Mesir Guru Besar, sudah meninggal. Itu dia katakan: Itu Imam Ghazali atur kita, dia atur kita.Dia bilang: Mulai dari tidur kita sudah diatur. Dia atur akhlaknya yang diambil dari Nabi Muhammad.Sebelum tidut pergi berwudhu. Mau tidur baca doa. Baringnya bagaimana? Semua diatur. Bangun tidur diatur. Bangun sebelum subuh.“Ke kamar mandi, kakinya diatur gak? Keluarnya diatur. Kalau mau mandi diatur: doanya apa? Shalat dhuha sekian rakaat. Pokoknnya semua (diatur), dan rinci,” jelasnya dalam channel Youtube Quraish Shihab dengan judul Akhlak Kepada Allah.Mau dengan istri, tidur dengan istri ada caranya.“Jadi Islam, meminta kita berakhlak dalam setiap kegiatan kita. Bukan hanya kegiatan kita, bahkan respon kita, bukan hanya terhadap manusia: terhadap binatang, terhadap tumbuh-tumbuhan.”Ada yang lebih dari itu, Guntur (geledek petir) kalau bunyi? Ada gak akhlak dari kita kalau Guntur bunyi?Itu sebabnya dikatakan tidak ada satu agama yang memberikan rincian, menyangkut yang baik seperti halnya yang dilakukan Islam.Innamaa bu'itstu li utammima makarimal akhlaq.“Tidak sekali-kali saya diutus oleh Allah (kecuali) hanya satu untuk menyempurnakan akhlak, untuk membangun akhlakul karimah.”Jadi semua ada akhlaknya. Ada akhlak kepada Allah, ada akhlak kepada manusia. Kepada manusia bermacam-macam: kepada orang tua, kepada anak, kepada istri, kepada pembantu.Semuanya itu ada. Semua ada diajarkan oleh Nabi. Ada juga akhlak kepada diri sendiri.“Adalagi. Adakah akhlak terhadap jalanan? Itu ada orang berkata Hak Asasi Manusia (HAM), ya ada hak jalanan.”Nabi pernah bersabda. Intinya:“Janganlah kalian duduk-duduk di pinggir jalan.”“Kami tidak bisa tidak duduk di sini. Ini tempat kami ngobrol.”Sabda Nabi:“Kalau kamu memang kamu harus duduk, berikanlah jalanan kepada haknya.”Sahabat bertanya:“Apakah ada haknya jalanan.”“O…ada. Kalau ada orang lewat begini, jangan ganggu. Kalau ada orang yang jalan mengucapkan salam, dijawab. Kalau ada kotoran di jalan singkirkan. Jangan kencing di jalan.”“Pokoknya ada haknya, semua ada, tidak ada yang tidak,” tandas Quraish Shihab. (TitahKita)(DUKUNG TULISAN INI)
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan