🌊1|The Samudra's Bride🌊

3
0
Deskripsi

My Remy 💞
Hotel Santima kamar 102 ya sayang

My Remy 💞
Aku tunggu sekarang ya, muah muah

"Ja-jangan salah pasangan. Jangan nya—" 

Lagu yang sedang aku dengarkan tiba-tiba terputus. Layar ponsel menyala, menampilkan pemberitahuan terbaru dari Remy. Tunanganku. Sekaligus calon suamiku.

My Remy 💞
Hotel Santima kamar 102 ya sayang

My Remy 💞
Aku tunggu sekarang ya, muah muah

Aku mengerutkan kening. Tiga tahun menjalin hubungan dengan Remy. Kami memang sering kali melewati batas, tapi ini pertama kalinya Remy mengajak ke hotel secara terang-terangan. Biasanya dia melakukan dengan lebih halus, membujukku, merayuku, lalu diam-diam memesan hotel.

Layar ponsel masih menyala, menampilkan balasan yang ingin aku kirim. Namun, mendadak jariku berhenti, perasaan ragu menyeruak. Aku menarik napas lalu menghapusnya. Padahal seminggu lagi kami akan menikah. Seharusnya dia bisa lebih sabar, bukan malah mengajakku ke hotel malam-malam begini.

Atau, jangan-jangan dia salah kirim?

Tidak mau terus berlarut dalam pikiran. Aku segera membuka Google Maps dan mencari lokasi Hotel Santima. Ternyata jaraknya  tidak terlalu jauh. Hanya lima belas menit dari rumahku. Tanpa ragu, kusambar kunci mobil dan bergegas pergi ke sana.

Kamar 102.

Aku menghafalkan nomor kamar itu baik-baik. Begitu tiba, aku langsung menuju kamar tersebut. Langkahku terhenti tepat di depan pintu, alisku mengerut tajam saat membaca secarik kertas kertas bertuliskan "Do Not Disturb" yang tergantung di gagang pintu.

Aku semakin yakin, bukan kedatanganku yang Remy tunggu. Sensasi panas menjalar di tubuh, jantungku bergejolak, tanganku menekan bel berulang kali.

"Siapa sih?!" Suara seorang perempuan teriak melengking dari dalam, diikuti suara pintu yang terbuka beberapa detik kemudian.

Seorang perempuan berdiri di ambang pintu, tubuhnya diselimuti kain yang hanya terikat asal. "Mau ngapain, Mbak? Kayanya salah kamar deh."

"Enggak! Enggak salah kamar." Aku mendorong tubuhnya ke samping dan menerobos masuk. "Remy!" teriakku melengking saat melihat sosok tunanganku tertidur di atas ranjang.

Remy terperanjat. Bola matanya membulat. "M-Mila ngapain di sini?" suaranya terbata-bata. Langkahku semakin mendekat, dadaku naik turun menahan emosi, tamparan kencang mendarat di pipi.

"Mila! Aku bisa jelaskan!" Remy menarik tanganku, tapi aku langsung menepisnya.

"Iya. Apa? Jelaskan sekarang?" Aku menoleh pada perempuan yang masih berdiri terpaku. "Siapa dia? Kita tinggal seminggu lagi menikah. Bisa-bisanya  kamu tega tidur dengan perempuan lain."

"Loh, Mbak!" Perempuan itu menatapku tajam, "Mbak yang ngada-ngada. Harusnya aku yang tanya. Mbak ini siapa? Remy tunanganku. Tiga hari lagi kami akan menikah."

Mendadak rahangku terjatuh. Tiga hari lagi mereka menikah? Aku menatap Remy dan perempuan itu secara bergantian. "Maksudnya apa?" tanyaku menuntut penjelasan.

"Mila, kamu cuma selingkuhanku."

Tubuhku menegang disertai napas tercekat.

"Sejak awal aku sudah menjalin hubungan dengan Renia," ucap Remy lirih. Matanya melirik ke arah perempuan itu. "Dia sedang mengandung anakku. Makanya kami akan menikah tiga hari lagi."

Tanpa bicara, kulepaskan cincin pertunangan kami dari jari dan melemparnya ke wajah Remy. "B*jingan!" teriakku. Sebelum keluar, aku kembali melayangkan tamparan berkali-kali. Pipi pria itu memerah, tapi enggak sebanding dengan sakit yang aku rasa.

Selepas kejadian itu, aku mengurung diri. Aku menangis, menjerit, dan menghancurkan barang-barang apa pun yang bisa kulempar. Aku sakit hati, pria yang aku cintai, ternyata menjadikan aku selingkuhannya. Aku meratapi kebodohanku, bisa-bisanya selama ini aku tertipu.

Undangan telah disebar. Wedding organizer sudah dibayar lunas. Persiapan sudah lebih dari sembilan puluh lima persen, tiba-tiba dibatalkan begitu saja. Sudah pasti aku dan keluargaku akan menahan malu.

"Apa kata rekan bisnis Papa nanti?" suara Papa terdengar berat, tangannya memijat kening. "Bisa-bisa jadi omongan. Papa malu."

Aku menunjuk ke diriku sendiri. "Aku juga malu, Pa," suaraku bergetar, "aku bukan cuma malu. Aku sakit hati. Aku kecewa. Mentalku hancur."

Papa menghela napas panjang. "Kita harus cari solusi. Pernikahan harus tetap berjalan," aku menaikkan sebelah alis, menunggu ucapan Papa selanjutnya, "kita harus cari pengantin pengganti."

Aku menggeleng kecil, solusi yang sangat tidak masuk akal. Waktu pernikahanku kurang dari seminggu. Mana ada pria yang siap menikahiku dalam waktu sesingkat itu. Jika ada, pasti sulit dicari.

"Silakan. Papa yang cari," aku mengangkat tangan, "aku mau terima beres."

Belum sempat Papa merespons ucapanku, suara pintu terbuka. Aku dan Papa sama-sama menoleh. Dari dalam ruang kerja Papa, seorang pria keluar. Samudra. Karyawan kepercayaan Papa. Lima tahun bekerja dari nol hingga kini menjadi general manajer di perusahaan keluarga kami.

Aku dan Papa saling berpandangan. Senyuman lebar terlukis di bibir Papa. Seolah mengerti arti tatapan dan senyuman itu. Aku langsung menggeleng cepat-cepat.

“Jangan, Pa! Jangan Samudra! Please!”

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Full E-book _ The Samudra's Bride _ TheDarkNight_
5
3
Blurb:Pengantin Pengganti Pilihan Papa: Samudra!Kenapa kamu mau nikahin aku, Sam? Aku enggak cinta sama kamu.Ya, sama. Papamu minta tolong. Daripada pernikahan anaknya gagal. Keluargamu menanggung malu. Tapi kita beda. Kamu terlalu serius, introvert, dan kurang pergaulan. Sedangkan aku ekstrovert, pergaulan aku luas, dan hidupku banyak senang-senangnya.Saking luasnya, sampai salah pergaulan.Yakin mau nikahin perempuan salah pergaulan?“Kita coba tiga bulan. Kalau saya kewalahan, kita pisah.”E-book yang bisa diunduh dan dibaca berkali-kaliTerdiri dari:Part Ke-1 sampai Part Ke-80 (Ending)Bonus Ekstra Part Eksklusif Full E-bookTotal 81 part ; 300 Halaman
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan