Deskripsi
Sudah beberapa menit Milia duduk di teras. Ia tidak berani untuk masuk, berhadapan dengan semua kakaknya. Melihat beberapa mobil milik kakaknya berada di garasi, ia yakin pasti semua kakaknya sudah pulang saat ini juga.
Sebenernya Milia tidak tahu apa yang ia takutkan. Ia tidak melakukan kesalahan apapun. Ia justru kebingungan dengan isi pesan yang ia dapatkan dari semua kakaknya.
Suara pintu dibuka terdengar begitu kencang, Milia sontak berdiri. Menatap ke arah Mentari yang tengah membawa koper dengan...
4,496 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Sebelumnya
Trauma by Tentang Jenggala
65
4
Tanpa ragu, Jenggala memeluk Jero dengan begitu erat. Alasan ia menjaga batasan selama ini dengan Jero dan kakak-kakaknya yang lain adalah karena ia takut tiba-tiba mereka akan memukulnya jika ia melakukan kesalahan.“Abang, aku gak suka dipukul... Papah pukul aku tiap hari. Kalo Abang sama yang lainnya pulang, aku tenang. Aku beneran tenang banget karena aku pikir kalau Papah pukul aku, kalian bakal nolongin, tapi—”Sebelum Jenggala menyelesaikan ucapannya, Jero membalas pelukannya dengan begitu erat. Dulu ia tak pernah tahu apa saja yang telah terjadi di rumah. Ia tidak menyangka kejadian masa lalu masih terus membayangi pikiran Jenggala. Adiknya terjerat trauma dan ia berjuang sendirian selama ini.Air mata Jero perlahan turun, menatap adiknya yang seolah kembali menjadi anak berumur tujuh tahun yang tengah mengadukan segala hal yang telah ia lalui. Ia bisa melihat Jenggala kecil di depannya saat ini. Tatapan mata itu menyiratkan ketakutan yang begitu besar.Jero semakin menenggelamkan kepala Jenggala ke dadanya. Ia mengusap punggung adiknya dengan begitu lembut. Bulir-bulir hangat itu tak berhenti keluar dari mata Jero. Melihat adiknya menangis seperti ini karena trauma, membuat Jero begitu tersakiti.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan