
Cinderella…!
Dongeng abadi yang tak akan lekang dimakan waktu. Cerita yang selalu menghiasi impian para gadis. Legenda yang menjadi sebuah fenomena bagi dunia. Nama yang tak asing di telinga manusia.
Cerita ini terinspirasi dari dongeng Cinderella. Dikemas dalam kemasan...
DURI LANDAKII
“Ananda menghadap AyahandaYang Mulia dan Ibunda Yang Mulia” ucap Ivan penuh hormat di hadapan Raja dan Ratu.
Raja mendekati Ivan dan memeluknya dengan gembira,“Akhirnya Putra Mahkota kita pulang”
Ivan balas memeluk ayahnya dengan terharu,
“Ananda pulang, Ayahanda”
Raja tersenyum dan menepuk pelan punggung Ivan. Perlahan Raja melepaskan pelukannya dan mengamati Ivan dari atas sampaibawah,
“Putra Mahkota terlihatlebih tinggi dan sedikit berbeda dari saat terakhir kita bertemu. Semakin terlihat dewasa”
Ivan tersenyum,
“Ananda berharap perbedaan ananda merupakan hal yang baik, Yang Mulia.”
Raja menganggukan kepalanya sambil tersenyum. Ivan mengamati ayahnya dengan ekspresi sayang,
“Kabarnya kesehatan Ayahanda Yang Mulia akhir-akhir ini kurang begitu baik. Apakah Yang Mulia tidak apa-apa?” tanyanya khawatir.
Raja tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak Ivan,
“Putra Mahkota jangan khawatir. Ayahandabaik-baik saja. Kabar memang terkadang bisa berlebihan. Seperti yang ananda lihat, ayahanda tidak apa-apa” Raja menghela nafas, ”Tapi ada baiknya kabar itu tersebar,setelah 2 tahun berada di negeri orang, akhirnya ananda kembali berkumpul bersama kami.”
Ivan tersenyum meminta maaf,
“Maafkan ananda, Yang Mulia. Seharusnya ananda lebih sering pulang untuk menjenguk Yang Mulia”
“Lebih sering pulang?!Takutnya Putra Mahkota telah lama melupakan jalan pulang” potong Ratu dengan wajah cemberut.
Ivan mengalihkan pandangannya menatap ibunya dengan ekspresi lembut,
“Di sini ada Ibunda Yang Mulia yang penuh kasih dan menyayangi ananda. Bagaimana mungkin ananda sampai hati melupakan jalan pulang” bujuk Ivan.
Ratu terlihat menahan tangis. Perlahan ia bergerak maju dan memeluk Ivan,
“Syukurlah, Putra Mahkota kami telah pulang. Ibunda sangat rindu pada ananda” Ratu tiba-tiba melepaskan pelukannya dan menatap Ivan dengan wajah penuh permohonan, “Pangeran jangan kembali lagi ke tempat itu. Berjanjilah pada ibunda” pinta Ratu.
Ivan tersenyum sayang dan kembali memeluk Ratu dengan manja,
“Ananda mengerti maksud Ibunda Yang Mulia. Ananda tidak akan kembali lagi ke tempat itu. Ananda berjanji”
Ratu terisak dalam pelukan Ivan. Ivan menatap ayahnya bingung. Tapi Raja hanya tersenyum menenangkan. Ivan akhirnya memeluk ibunya lebih erat,
“Ibunda Yang Mulia yang paling ananda sayangi” bujuk Ivan.
Ratu masih menyembunyikan wajahnya dalam pelukan Ivan. Raja tersenyum lembut menatap mereka berdua. Sementara dayang-dayang dan para pengawal yang ada di sekitar mereka, menundukan kepala mereka, terharu menyaksikan peristiwa itu.
Ratu perlahan melepaskan pelukan Ivan dan mengusap air matanya yang jatuh. Ratu menatap Ivan dengan dari atas sampai bawah,
“Lihatlah! Pangeran kami menjadi lebih kurus di negeri orang. Ananda pasti sering lupa makan” tegurnya. Tanpa sengaja Ratu melihat bibir Ivan yang bengkak. Wajah Ratu berubah kaget, “Ya Allah! Apa yang terjadi?! Kenapa wajah Pangeran bisa terluka seperti ini? Siapa yang berani melukai Putra Mahkota negara ini?!” Ratu menatap para pengawal Ivan dengan wajah marah, “ Pengawal!”
Pengawal Ivan bergegas mendekat dan memberi hormat, “Daulat, Yang Mulia”
“Apa yang terjadi? Kenapa wajah Putra Mahkota bisa terluka seperti ini?!” tanya Ratu tampak murka.
Pengawal Ivan tampak gelagapan. Ia tidak tahu harus menjawab apa.
Ia melirik ke arah Ivan dengan gugup,
“Maafkan saya, Yang Mulia. Itu karena…karena….”
“Ibunda Yang Mulia tidak usah khawatir. Luka sekecil ini bukanlah masalah besar. Ananda tidak apa-apa” kata Ivan menengahi.
Raja menatap Ivan dengan ekspresi tidak suka,
“Apanya yang tidak apa-apa! Wajah Putra Mahkotasampai bengkak seperti itu, apa Pangeran masih menganggap ini bukan masalah besar?!”
Raja lalu mengalihkan pandangannya menatap pengawal Ivan,
“ Katakan apa yang terjadi”
Pengawal Ivan menunduk dengan wajah cemas. Ivan menatap pengawalnya sesaat. Lalu Ivan tersenyum pada raja,
“Ayahanda Yang Mulia, pengawal-pengawal ananda tidak mengetahui apa yang menyebabkan wajah ananda bengkakseperti ini“
Ratu menatap Ivan dengan heran, “Apa maksud ananda?”
“Wajah ananda menjadi bengkak seperti ini, tidak lain merupakan akibat kecerobohan anandasendiri” jawab Ivan.
Raja menatap Ivan dengan bingung,
“Kecerobohan?”
“Benar, Yang Mulia. Ketika berada di pesawat, wajah ananda tanpa sengaja terbentur jendela pesawat ketika jatuh tertidur. Makanya wajahananda seperti ini” jelas Ivan pada Raja.
“Terbentur di pesawat?” tanya Raja curiga.
“Benar Yang Mulia” tegas Ivan.
“Sudah ibunda katakan, sebaiknya ananda pulang dengan pesawat kenegaraan. Tapi Pangeran begitu keras kepala dan bersikeras untuk menggunakan penerbangan biasa. Lihat! Ini jadinya! Keamanan Pangeran tidak terjamin” kata Ratu dengan nada tidak suka.
“Sudahlah. Kita jangan menyalahkan pesawat yang membawa Pangeran pulang. Bukankah tadi Pangeran sudah menjelaskan kalau ia terluka karena kecerobohannya sendiri. Lagi pula di pesawat, Pangeran berada di kelas utama yang memiliki ruangan sendiri dan dikelilingi oleh pengawal-pengawal istana yang terlatih. Keamanan Pangeran pasti jadi prioritas utama ” kata Raja menenangkan Ratu. “Tapi apa ananda Pangeran tidak apa-apa? Apa perlu memanggil dokter istana?” tanya Raja pada Ivan.
“Tidak perlu, Yang Mulia” tolak Ivan.“ Untuk luka sekecil ini, ananda rasa tidak perlu sampai merepotkan dokter istana untuk memeriksa. Ananda baik-baik saja.”
Raja menganggukan kepalanya tanda mengerti,
“Baiklah kalau memang begitu permintaan ananda. Ayahanda menerimanya” katanya menyetujui.
“Terima kasih Yang Mulia” jawab Ivan sambil menundukan kepalanya memberi hormat.
Ratu hanya bisa menghela nafas pasrah.
Raja kemudian tersenyum pada Ivan,
“Ananda Pangeran pasti sudah sangat lelah. Sebaiknya ananda istirahat terlebih dahulu untuk memulihkan tenaga”
“Ibunda sudah menyediakan semua keperluan ananda Pangeran di kediaman ananda. Sudah dua tahun tempat itu kosong. Ibunda berusaha untuk menjaga kediaman Pangeran sama seperti dahulu sebelum Pangeran meninggalkan istana. Ibunda hanya mengganti cat dan juga mendekorasi ulang beberapa ruangan agar sesuai dengan ananda” terang Ratu.
Ivan menggenggam kedua tangan Ratu,
“Terima kasih, Ibunda Yang Mulia. Memang hanya ibundalah yang paling mengerti ananda”
Ratu tersenyum mendengar ucapan Ivan.
“Tapi ananda rasa, untuk saat ini ananda tidak membutuhkan apa- apa. Lagi pula ananda sangat yakin kalau Ibunda Yang Mulia tentunya telah menyediakan segala kebutuhan ananda” kata Ivan lagi.
Ratu menganggukan kepalanya.
“Ananda kalau begitu mohon diri” pamit Ivan sambil melepaskan tangan Ratu.
Ivan memberi hormatpada Raja dan Ratu sebelumakhirnya keluar diiringi oleh pengawal-pengawalnya.
@@@
Aya baru saja melayani seorang pembeli di mini market tempat dia bekerja, ketika Anwar, teman kerjanya mendekatinya dengan wajah murung,
“Eh, Ay, kamu sudah dengar berita terbaru blom?” tanya Anwar
“Berita terbaru?” tanya Aya bingung.“Oooh...Aya tahu. Itu pasti berita tentang ayam tetangganya Kong Ali nikah ama ayamnya Mang Ujang kan, Bang?!” jawab Aya asal.
“Hus! Orang serius diajakin becanda” tegur Anwar.
Aya tersenyum kecil,
“Habis bang Anwar sih, udah tahu kalau di rumah Aya kagak ada TV. Plus Aya juga tidak pernah langganan koran. Biasanya juga kalau Aya mau nontonTV, Aya nebengdi rumahnya Mbak Memey” jelas Aya.
“Dengerin ya anak manis, nih berita kagak bakalan dah muncul di tipi atau koran. Ini berita tentang Koh Ahong yang berencana buat ngejual nih mini market” jelas Anwar dengan wajah serius.
Aya terlihat kaget,
“Yang bener, Bang?! Abang tidak bohongkan?”
“Ya elah, Neng! Buat apa juga abang bohong. Apa lagi kalau berita ini benar, alamat kita semua pada di PHK” jawab Anwar.
Wajah Aya berubah menjadi pucat,
“Aduh, Bang. Gimana nih? Aya tidak boleh sampai di PHK. Nanti kalau di PHK, kami makan apa?”
Anwar menghela nafas sedih,
“Yah…mau gimana lagi, Ay. Kita hanya bisa pasrah”
Aya dan Anwar saling berpandangan penuh kekhawatiran.
@@@
Erick sedang sibuk mengacak-acak koper Ivan. Begitu asyiknya dia dengan kegiatannya itu, sampai ia tidak menyadari kedatangan Ivan. Ivan bersandar di depan pintu kamarnya mengamati kelakuan Erick.
“Apa yang sedang kau lakukan?” tegur Ivan.
Erick menoleh kaget menatap Ivan.
“Menurut anda, saya sedang melakukan apa, Yang Mulia?” tanya Erick dengan nada pura-pura hormat.
Ivan beranjak dari pintu dan mendekati Erick,
“Berdasarkan pengamatanku, kau saat ini sedang dengan lancangnya mengeluarkan semua isi koperku tanpa izin dariku”
Erick tersenyum tak acuh sambil menunduk hormat,pura-pura merasa bersalah,
“Ups! Kelihatannya saya tertangkap tangan” Ia lalu menatap Ivan dengan ekspresi takut yang dibuat-buat,”Apa saya akan dihukum mati karena ini, Yang Mulia?”
Ivan tersenyum kecil melihat ulah Erick,
“Satu-satunya hukuman yang pantas kau peroleh adalah ini” kata Ivan sambil meninju dagu Erick, pelan dan kemudian menepuk pundaknya, “Bagaimana kabarmu, Bro?”
Erick tertawa gembira dan lansung memeluk Ivan yang balas memeluknya,
“Seperti yang kau lihat, Bro. Aku sangat sehat” jawabnya.
Erick kemudian melepaskan pelukannya dan menatap Ivan penuh selidik,
“Tapi kelihatanya kau sendiri tidak begitu baik. Tinggal di negeri orang membuatmu kehilangan semangat dan juga tenagamu” Erick mengusap dagunya, “Pukulanmu tadi sangat lemah. Tidak pantas disebut sebagai pukulan. What’s up, Bro?! Apakah kau terlalu sibuk pacaran dengan gadis-gadis Eropa, sehingga lupa untuk melatih pukulanmu?”ejeknya.
Ivan hanya tersenyum menanggapi gurauan sepupunya itu dan duduk bersandar di sebuah kursi.
“Oh ya..” sambung Erick lagi “ Sudah lama aku membongkar isi kopermu, tapi aku tidak menemukan satu oleh-oleh pun” Erick menatap Ivan dengan pandangan mencela,”Kau payah! Kau kan tahu hadiah kesukaanku. Apa kau tidak bisa membawakannya satu untukku?”
“Membawakanmu apa? Kalau aku tidak salah ingat, satu-satunya hadiah yang kau sukai adalah gadis cantik. Apa yang kau harapkan, Rick? Miss Universe?!” canda Ivan.
“Yah, tidak perlu Miss Universesih. Kalau semisalnya Miss Universe terlalu sibuk dengan jadwalnya, paling tidak kau bisa membawakanku Miss World” balas Erick.
Ivan terlihat seperti berfikir,
“Mmm.. Miss World di dalam koperku?” Ia menatap Erick, “Ide yang sangat menarik. Aku akan mempertimbangkan hal ini dengan serius” jawab Ivan penuh pertimbangan.
Erick tertawa terbahak-bahak. Ivan tersenyum dan beranjak untuk membereskan kopernya yang sudah di acak-acak oleh Erick. Erick memperhatikan Ivan dengan seksama,
“Syukurlah kau tidak berubah. Selera humormu masih sangat bagus. Aku mengira, kau akan berubah menjadi serius setelah sekolah di tempat itu”
Gerakan Ivan yang sedang membereskan kopernya terhenti. Perlahan Ivan menatap Erick dengan ekspresi tertarik,
“Apa yang membuatmu berfikir seperti itu? Apa kau tidak menyukai tempat itu?”
Erick menggaruk kepalanya yang tidak gatal,
“Entahlah. Aku juga kurang paham. Mungkin karena aku merasa semua murid yang ada di sana sejenis. Maka tempat itu pastilah membosankan.”
“Sejenis?”
“Iya…sejenis. Manusia-manusia yang dikenal dengan sebutan kaum bangsawan dan borjuis” jelas Erick.
“Apa yang salah dengan hal itu?”
“Tidak ada yang salah, Bro. Hanya saja aku merasa, jika dunia ini berisikan orang-orang yang sama dan satu tipe, maka pastilah dunia akan menjadi tempat yang membosankan. Tidak menarik untuk ditinggali”
Ivan tersenyum kecil,
“Apa tempatmu sekarang menempuh pendidikan merupakan tempatyang menarik bagimu?” tanya Ivan.
Erick menganggukan kepalanya,
“Mmm…lumayan. Aku tidak pernah merasa bosan bila pergi sekolah. Murid-murid yang ada di sana sangat beraneka ragam. Ada anak pejabat, pengusaha, pegawai negeri biasa, tukang becak dan bahkan...” Erick tampak menerawang,”... ada yang sudah menjaditulang punggung keluarganya. Banyak yang sudah kupelajari dari sana. Selain ilmu pasti dan ilmu sosial tentunya” jelas Erick.
Ivan menundukan kepalanya mendengar cerita Erick,
“Kau beruntung karena bisa memilih saat itu. Tapi aku...” Ivan menatap Erick sambil tersenyum pahit,” Aku sempat sangat kecewa padamu, Bro. Kupikir, walaupun aku harus berada di sana, namun setidaknya kau akan menemaniku. Tapi ternyata…” perkataan Ivan terhenti.
Ivan tampak melamun menatap kopernya. Erick menatap Ivan dengan wajah bersalah,
“Bro...”
Ivan kembali menatap Erick sambil tersenyum,
“Apa kau tahu. Tahun pertama aku di tempat itu, aku habiskan dengan perasaan marah padamu. Aku kecewa pada keputusanmu. Tapi lambat laun aku mulai bisa menerimanya. Aku mulai menikmati suasana santai yang diberikan tempat itu. Yah… paling tidak aku tidak disibukan dengan kegiatan menghadapi wartawan”
Eric tertegun mendengar perkataan Ivan,
“Aku sama sekali tidak tahu hal ini. Maafkan aku, bro. Tapi sepertinya saat aku menyampaikan keputusanku padamu, kau terlihat setuju dan tidak mengatakan apa-apa. Aku fikir kau sama sekali tidak keberatan dengan hal itu” jelas Erick dengan perasaan bersalah.
“Apa yang kau harapkan, Rick? !Apa kau ingin aku menangis tersedu-sedu dan memohon padamu untuk tinggal menemaniku?” tanya Ivan.
Ivan meraih bantal dari tempat tidurnya dan melempari Erick dengan bantal itu. Bantal itu tepat mendarat di wajah Erick. Erick menatap Ivan dengan wajah kesal,
“Hei...apa-apaan ini!” Ivan tertawa kecil,
“Anggap itu untuk membayar kejengkelanku padamu”terang Ivan seraya membereskan kopernya kembali.
Erick tersenyum menatap sepupu yang sangat dihormati dan disayanginya itu. Mereka berdua melebihi saudara kandung. Semenjak Erick kehilangan ayah dan ibunya dalam kecelakaan, Ivan menjadi orang penting yang menjadi pegangannya untuk bertahan hidup. Tidak ada rahasia apapun yang ia sembunyikan dari sepupunya itu. Mereka tumbuh sebagai sahabat baik dan sangat akrab. Makanya ketika Ivan meneruskan studinya ke Inggris, Erick diminta ikut untuk menemaninya. Tapi sayangnya, Erick betul-betul tidak betah berada di tempat itu. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali dan meninggalkan Ivan sendiri di sana. Erick tidak menyangka kalau keputusannya itu meninggalkan luka bagi sepupunya itu.
Erick mengamati Ivan yang masih asyik membereskan kopernya. Tanpa sengaja ia melihat Ivan menyentuh bibirnya yang bengkak. Erick tersenyum jahil,
“Eh, Bro. Boleh aku bertanya?”
“Silahkan. Kau memangnya ingin menanyakan apa lagi?” jawab Ivan tak acuh.
“Dari mana kau mendapatkan luka di wajahmu?”
Gerakan Ivan yang sedang membereskan kopernya, terhenti seketika. Ivan kembali menyentuh bibirnya yang bengkak,
“Ini?” Ivan lalu dengan tak acuh, kembali ke aktivitasnya yang semula, “Aku tidak hati-hati sehingga terbentur di pesawat” jelasnya asal.
“Ooo…terbentur di pesawat. Bukan karena dihajar seorang gadis?”ejek Erick sambil tersenyum jenaka.
Ivan spontan membalikan badannya menatap Erick tajam,
“Siapa yang telah membocorkan hal ini padamu?!”
Erick terlihat kaget,
“Jadi benar! Pangeran Ivan, Putra Mahkota negara ini dihajar seorang gadis?!”Erick tertawa terbahak-bahak, “Ini berita besar!”
Wajah Ivan berubah masam,
“Aku pasti akan memecat orang yang membocorkan masalah ini padamu!”ancamnya.
“Oooo….take it easy, Bro! Don’t get it wrong! Tidak ada seorangpun yang membocorkan masalah yang melukai harga dirimu ini padaku. Hanya saja, tadi aku tanpa sengaja mendengarkan percakapan pengawalmu. Dia sedang memerintahkan teman-temannya untuk menutup mulut mereka” jelas Erick penuh tawa.
Ivan tersenyum masam.
“Jadi seperti apa gadis itu?” tanya Erick lagi penasaran.
“Gadis yang mana?”
“Ayolah, Bro. Tentu saja gadis yang mendapatkan kehormatan untuk meninggalkan bekas luka itu di wajahmu.”
Ivan berusaha mengingat wajah Aya,
“Aku tidak begitu jelas. Tapi yang pasti, ia mengenakan kacamata yang besarnya melebihi wajahnya dan sangat jelek” kata Ivan sambil menggelengkan kepalanya mengusir bayangan Aya.
Erick tersenyum jenaka,
“Harga dirimu sudah jatuh hanya dengan kabar kau dihajar seorang gadis sampai jatuh. Jika ditambah lagi dengan fakta bahwa gadis yang menghajarmu berwajah jelek, wah…bisa-bisa kerajaan kehilangan muka. Skandal, Bro... skandal!”
Ivan tersenyum kecil. Ia mengambil sebuah bungkusan dari kopernya. Kemudian ia mendekati Erick dan menyerahkan bungkusan itu,
“So, be a good kid and keep your mouth shut” bujuk Ivan.
Erick menerima bungkusan itu dan memeriksanya,
“Kau menyuruhku tutup mulut dengan ini?!” tanyanya dengan nada mengejek. “Apa kau tahu berapa yang bisa kudapatkan dengan membuka mulutku ini?”
Ivan menatap Erick jengkel,
“Ya..ya…ya! Kalau begitu buka saja mulutmu dan bernyanyilah kau di luar”
Erick hanya nyengir kuda menanggapi perkataan Ivan. Tiba-tiba terdengarsuara ketukan pintu.
“Masuk” perintah Ivan.
Seorang laki-laki paro baya masuk. Ia kemudian memberi hormat pada Ivan,
“Saya mohon izin menghadap Yang Mulia Putra Mahkota” Kemudian laki-laki itu menghadap Erick dan memberi hormat, “Selamat sore, Tuan Erick”
Erick tersenyum ramah, “Selamat sore, Pak Harun”
Pak Harun tersenyum pada Erick, kemudian kembali menghadap Ivan. “Sudah lama tidak bertemu, Pak Harun” kata Ivan.
“Benar, Yang Mulia. Terakhir kali kita bertemu adalah ketika Yang Mulia Pangeran akan menghadapi ujian tahun lalu” jawab Harun.
“Apa ada hal yang Bapak ingin sampaikan?” tanya Ivan.
“Benar, Yang Mulia Pangeran. Sepertiyang mungkin sudah Yang Mulia ketahui, saya akan kembali bertugas untuk mendampingi Yang Mulia Pangeran dalam mengatur semua keperluan Yang Mulia” jelas Harun.
“Lalu bagaimana dengan Tuanku Yang Mulia? Bukankah Bapak juga harus mendampingi beliau?”
“Benar, Yang Mulia Pangeran. Saya tetap akan mendampingi beliau untuk mengurusi beberapa hal. Sebagai Kepala Sekretaris Kerajaan, itu merupakan tugas utama saya. Namun Tuanku Yang Mulia telah menitahkan saya untuk membantu Yang Mulia Pangeran dan menjadikan Yang Mulia Pangeran sebagai prioritas tertinggi saya“ jelas Harun lagi.
Ivan mengangguk tanda mengerti. Kemudian ia kembali membereskan kopernya,
“Lalu apa yang akan ku lakukan hari ini, Pak Harun?”
“Hari ini Tuanku Yang Mulia Paduka Raja menitahkan saya untuk tidak menjadwalkan apa-apa untuk anda. Tuanku berpesan untuk membiarkan Yang Mulia Pangeran beristirahat. Hanya saja nanti malam, Tuanku Yang Mulia mengundang Yang Mulia Pangeran untuk santap malam bersama di istana Garuda. Setelah itu…”
“Eits… tunggu dulu, Pak Harun. Sebelum Bapak melanjutkannya, sebaiknya saya menghindar terlebih dahulu. Saya tidak mau mengganggu keasyikan Ivan dalam mendengarkan jadwal-jadwalnya” potong Erick.
Ivan tersenyum pahit mendengar ucapan Erick.
Harun menundukan kepalanya dengan hormat pada Erick, “Sebenarnya Tuan Erick, Tuanku Yang Mulia juga mengundang anda untuk bisa bergabung dalam santap malam nanti”
Erick menganggukan kepalanya tanda mengerti,
“Saya akan datang, Pak Harun. Saya tidak akan terlambat.” Erick kemudian menatap Ivan, “Hei, Bro! Aku pergi dulu. Sampai jumpa nanti.”
Ivan menganggukan kepalanya sambil tersenyum. Ketika Erick hendak beranjak pergi, Pak Harun tiba-tiba berkata,
“Maafkan kelancangan saya, Tuan Erick. Namun sesuai dengan protokoler istana, ada baiknya anda menyapa Yang Mulia Pangeran sesuai peraturan yang ada”
Erick terpaku sesaat. Tak lama ia menganggukan kepalanya sambil tersenyum meminta maaf pada Pak Harun,
“Maafkan saya. Saya lupa”
Erick kemudian kembali menghadap Ivan dan menundukan kepalanya, memberi hormat dengan resmi,
“Maafkan kelancangan saya, Yang Mulia Pangeran. Saya mohon diri terlebih dahulu”
Erick kemudian memberikan anggukan resmi pada Pak Harun lalu beranjak untuk keluar.
“Hei, Bro!” panggil Ivan.
Erick berhenti dan membalikan badannya menatap Ivan dengan heran.
Ivan melemparkan sesuatuke arahnya. Dengan sigap Erick menangkapnya.
“Itu juga uang tutup mulut untukmu” jelas Ivan.
Erick menatap barang yang ada di tangannya itu. Ternyata itu adalah teh kotak kesukaannya. Erick tersenyum dan melambaikan teh kotak itupada Ivan,
“Rahasia Yang Mulia Pangeran… aman di tangan saya” katanya dengan jenaka.
Erick kembali menunduk hormat dan keluar. Setelah Erick pergi dari kamarnya, Ivan memasukan kedua tangannya ke saku celana dan melirik Harun tajam,
“Pak Harun”
“Saya, Yang Mulia” jawab Harun.
“Lain kali, jangan pernah mengucapkan kalimat protokoler istana lagi di hadapanku. Aku tidak suka mendengarnya. Apa anda mengerti” tegur Ivan.
Pak Harun tertegun menatap Ivan.
“Dan satu lagi” lanjut Ivan “ Jangan pernah menegur Erick seperti itu lagi. Dia mendapatkan izin khusus dariku untuk menyapaku dengan cara apapun yang dia mau. Aku harap anda tidak pernah lagi mempermalukannya seperti tadi.”
“Tapi Yang Mulia...”
“Tidak ada tapi, Pak Harun. Anggap saja ini perintah dariku” potong Ivan menatap Harun dengan tajam.
Harun terlihat ragu untuk sesaat.Tapi akhirnya ia menundukan kepalanya penuh hormat,
“Saya akan menjalankan perintah Yang Mulia Pangeran”
Ivan tersenyum,
“Terima kasih” Kemudian ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya, “Sekarang apa lagi yang harus aku lakukan setelah santap malam di istana Garuda?”
Pak Harun menunduk hormat dan kembali membacakan jadwal Ivan.
Sementara itu, Ivan kembali sibuk membereskan kopernya.
@@@
Aya pulang dari mini market dengan wajah suntuk dan lelah. Perkataan Anwar masih terngiang di kepalanya.
“Assalammualaikum” ucap Aya sambil berlalu tak peduli ke dalam kamarnya.
“Waalaikumsalam” jawab Pak Maman dan Shiro yang duduk di meja makan sambil menatap pintu kamar Aya yang tertutup dengan wajah bingung.
Di dalam kamarnya,Aya membanting tasnya ke meja dan menghempaskan badannya ke kasur. Diam-diam ia menangis. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
“Ayah boleh masuk?” tanya Pak Maman Aya tidak menjawab.
Pak Maman membuka pintu dengan perlahan dan menatap Aya dari pintu dengan wajah bingung,
“Aya kenapa?”
Aya menghapus air matanya dan duduk menatap ayahnya,
“Tidak kenapa-napa, Yah.” jawabnya. “Ada apa?” Aya balik bertanya.
Pak Maman tampak sedikit gugup menatap Aya, “Ng..itu..ng..tadi..tadi Mang Asep minta sumbangan untuk acara RT”
“Sumbangan apa?”
“Ng…ayah juga tidak tahu. Mang Asep cuma bilang hari Minggu nanti ada acara di RT sini. Jadi pak RT minta warga untuk menyumbang”
Aya menatap ayahnya curiga,
“Ayah nyumbangin apa? Ayah tahu kalau sekarang kita sedang tidak punya uangkan?”
Pak Maman menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal,
“Ng... anu…itu..ayah…tadi nyumbangin beras 2 kaleng”jawab Pak Maman pelan.
Aya menatap ayahnya dengan wajah tak percaya, “Beras dua kaleng?”
Pak Maman mengangguk ragu, membenarkan. Aya tampakmenarik nafas dalam,
“Ayah tahukan, kalau di rumah sekarang sudah tidak ada uang? Ayah tahukan, kalau saat ini uang sekolah Aya belum dibayar, karena uang itu Aya gunakanuntuk membayar uang sekolah Shiro dan MEMBELI BERAS YANG AYAH SUMBANGKAN TADI!”teriak Aya tiba-tiba pada ayahnya.
Pak Maman tampak kaget. Wajah Pak Maman berubah pucat.
“Kenapa ayah tega memberikan beras yang sudah tinggal sedikit pada Mang Asep. Padahal ayah tahu kalau kita butuh makan. Bahkan Aya terancam diusir dari sekolah karena Aya tidak punya uang untuk membayar uang sekolah! Dimanapikiran ayah?! Ayah tidak boleh begini bodoh!”teriak Aya lagi sambil menyembunyikan wajahnya dalam bantal dan menangis sekuat-kuatnya.
Pak Maman menundukan kepalanya pucat, merasa sangat bersalah.Air mata menetes dari wajah Pak Maman,
“Ayah salah, Ay. Ayah minta maaf. Ayah memang bodoh!” kata Pak Maman sambil memukul-mukul kepalanya. “Sekarang ayah akan ke rumah Mang Asep dan minta kembali beras yang tadi”
Pak Maman bergegas membalikan badannya hendak keluar. Tapi Aya tiba-tiba bangun dan berteriak,
“Nggak butuh lagi!”
Aya kemudian kembali menyembunyikan wajahnya dalam bantal dan terisak.
Pak Maman membalikan badannya menatap Aya dengan wajah terluka. Pak Maman merasa sangat bersalah.
@@@
Di Istana Garuda, tepatnya di ruang makannya, Raja dan Ratu serta Ivan dan juga Erick, tampak mengelilingi meja makan. Para dayang istana dan juga Pak Harun, bersiaga di sekeliling mereka untuk melayani.
“Rasanya sudah sangat lama, meja makan ini ramai seperti saat ini” kata Raja.
“Benar, Tuanku Yang Mulia. Terakhir kali kita semua berkumpul seperti ini adalah hari dimana Pangeran Ivan dan Erick akan berangkat ke Inggris” sahut Ratu.
Raja menganggukan kepalanya,
“Benar. Tanpa terasa itu merupakan kejadian 2 tahun lalu” Raja menatap Erick dan tersenyum, “Bahkan ketika akhirnyaErick memutuskan untuk kembali, meja makan ini tetap sepi. Erick kelihatannya sangat sibuk sekali. Walaupun berada di kota yang sama, namun sangat sulit untuk bisa bertemu dengannya”
Erick menundukan kepalanya memberi hormat,
“Maafkan saya, Yang Mulia. Saya tidak bermaksud seperti itu. Saya hanya takut kedatangan saya akan mengganggu kesibukan Yang Mulia. Jadi mohon maafkan saya bila jarang datang untuk mengunjungi Yang Mulia”
“Tuanku Yang Mulia harap memaklumi Erick. SebelumPutra Mahkota belajar ke luar negeri, Erick hampir tiap hari berkunjung ke istana, dikarenakan di sini ada Putra Mahkota yang bisa menemani.Namun ketika Putra Mahkota pergi belajar, alasan kedatangan Erick menjadi tidak ada lagi. Mana mungkin anak muda seperti Erick mau menemani kita yang tua-tua ini bermain” jelas Ratu.
Semua tertawa mendengar ucapan Ratu. Erick menatap Ratu dengan penuh hormat,
“Puanku Yang Mulia sangat bijaksana. Saya betul-betul tidak tahu. Apakah Yang Mulia bermaksud untuk menolong saya… atau malah ingin menyindir saya”
Semua kembali tertawa dengan hangat. Raja tampakmenghela nafas, bahagia,
“Sudahlah” Raja menatap Ivan, “Sekarang PangeranIvan sudah kembali ke istana. Jadi Erick pasti akan lebih sering mengunjungi kita” Raja terlihat merenung, “Ternyata memburuknya kesehatanku ada baiknya juga. Istana kembali menjadi ramai dan hidup”
Ratu menatap Raja kaget,
“Tuanku Yang Mulia! Bagaimana mungkin Yang Mulia berkata seperti itu?!”
“Ibunda benar, AyahandaYang Mulia. Tidak semestinya Yang Mulia berkata seperti itu. Hanya akan membuat kami merasa sedih. Yang Mulia tidak perlu menunggu kesehatanYang Mulia memburuk untuk memanggil ananda pulang. Jika Yang Mulia sampai berfikir seperti ini, ananda merasa bahwa ternyata ananda bukanlah anak yang berbakti” sahut Ivan.
Erick mengangukkan kepalanya cepat,
“Benar....benar! Saya setuju dengan yang dikatakan Yang Mulia Pangeran.Tuanku Yang Mulia, saya berjanji! Mulai hari ini, kapanpun Yang Mulia menitahkan saya untuk datang, maka saya akan segera berlari menghadap. Bahkan bila perlu, saya akan datang setiap hari sampai Yang Mulia bosan melihat wajah saya”
Raja tertawa kecil,
“Baiklah... baiklah! Jangan menyerangku dari segala arah. Aku menyerah. Mulai detik ini aku berjanji tidak akan pernah mengatakan hal yang seperti itu lagi. Bagaimana?”
Ratu, Ivan dan Erick tampak tersenyum lega.
“Sekarang bagaimana kalau kita mulai menyantap hidangan ini ?! Mari” pimpin Raja.
Ratu, Ivan dan Erick menganggukan kepala mereka. Merekapun mulai menyantap hidangan yang telah disediakan.
@@@
Aya akhirnya mulai tenang dan berhenti menangis. Ketika itulah perasaan bersalah menyerangnya. Dia lalu keluar dari kamarnya. Di luar ia melihat Shiro sedang tertidur pulas di atas kursi. Sementara Pak Maman terlihat duduk melamun di meja makan. Ketika melihat Aya, Pak Maman berdiri.
“Ayah belum tidur?” tanya Aya
“Belum. Ayah nungguin Aya” jawab Pak Maman.
“Kenapa nungguin Aya? “
Pak Maman menundukan kepalanya terlihat sedih,
“Ayah mau minta maaf karena sudah bikin Aya marah. Ayah janji… tidak akan melakukan itu lagi. Jadi Aya jangan marah sama ayah ya?” pinta Pak Maman.
Ekspresi Aya penuh rasa bersalah. Ia berusaha tersenyum tapi yang keluar dari matanya hanya air mata,
“Tidak, Yah. Seharusnya Aya yang minta maaf. Hiks...Aya jahat. Aya anak durhaka! Aya berani menyebut ayah bodoh. Aya berteriak pada ayah. Aya benar-benar anak durhaka!” Aya lalu duduk dan memegang kedua kaki Pak Maman, “Maafin Aya ya, Yah! Maafin Ayaaa!Hiks…huaaa..” katanya terus terisak.
Pak Maman menepuk pundak Aya pelan. Ia berusaha menarik Aya berdiri sambil menghapus air matanya yang juga sudah jatuh,
“Aya jangan nangis. Kalau Aya nangis, ayah jadi sedih. Hiks.. Aya tidak salah kok. Ayah yang salah! Ayah yang bodoh! Sudah tahu kalau beras mau habis, ayah malah memberikan beras itu pada Mang Asep!” Pak Maman tiba-tiba memukul kepalanya dengan kesal, “Dasar bodoh!Bodoh!” teriaknya berulang kali.
Aya lansung memegang tangan Pak Maman dan menangis semakin keras,
“Tidak! Ayah tidak bodoh! Ayah tidak bodoh. Aya yang bodoh. Aya yang oon. Maaafin Aya, Yah” mohonnya dengan sangat sambil kembali jatuh berlutut memeluk kaki ayahnya.
Pak Maman lalu ikut berjongkok dan memeluk Aya. Aya dan pak Maman sama-sama terisak. Ketika itulah Shiro bangun. Shiro mengucek kedua matanya dan menatap pemandangan itu dengan wajah bingung,
“Kak Aya sama ayah lagi ngapain? Kok main Teletabis Shiro ndak diajak! Shiro marah nih!” katanya dengan wajah cemberut.
Aya tersenyum menahan tangis menatap adiknya. Perlahan ia berdiri sambil mengusap air matanya. Aya mendekati Shiro dan memeluk kepala adiknya,
“Maafin Kak Aya ya. Dengan Shiro dan ayah di sisi Aya, rintangan seberatapapun pasti akan sanggup Aya hadapi” katanya sambil menangis.
Shiro tampak bingung menatap Aya, sementara Pak Maman masih terlihat menangis sambil berusaha menghapus air matanya.
@@@
Di istana, keluarga kerajaan telah selesai santap malam dan sedang berkumpul dengan santai sambil menikmati secangkir teh hangat.
Raja menyerahkan cangkirnya pada Ratu, yang membantunya meletakan kembali di meja, dan menatap Ivan,
“Ada hal yang ingin ayahanda tanyakan pada Pangeran” kata Raja memulai pembicaraan, “Demi kembali ke istana, Putra Mahkota terpaksa harus meninggalkan studinya yang belum selesai. Apa Pangeran tidak merasa sayang?” tanyanya.
Ivan menundukan kepalanyadengan hormat,
“Yang Mulia tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut. Ananda sama sekali tidak keberatan. “
“Tapi tetap sangat disayangkan. Padahaltinggal sebentar lagi Pangeran akan selesai“
“Tuanku Yang Mulia, bukankah studi Pangeran Ivan bisa dilanjutkan di sini. Saya berpendapat, pendidikan di negara kita juga tidak kalah dengan negara luar” kata Ratu.
Raja menganggukan kepala,
“Dinda benar. Bukan masalah mutu pendidikan yang dulu membuat kita mengirimkan Putra Mahkota belajar di luar negeri. Namun atas dasar pertimbangan kenyamanan Putra Mahkota selama belajar” Raja menatap Ivan “Setidaknya kalau di negara asing, Pangeran tidak perlu harus menerima pengawalan ketat selama belajar dan terganggu oleh wartawan yang selalu mengikutinya kemana-mana” terang Raja.
“Ananda berterima kasih atas perhatian Ayahanda Yang Mulia. Tapi seperti yang tadi ananda sampaikan, ayahanda tidak perlu mencemaskan hal ini. Ananda yakin, ananda akan bisa mengatasi masalah ini dengan baik” jawab Ivan.
Raja menganggukan kepalanya,
“Yah...tapi masalah melanjutkan studi ini harus segera di selesaikan.
Apa Pangeran sudah memiliki sekolah pilihan?” tanya Raja.
“Tuanku Yang Mulia harap memaklumi Putra Mahkota. Pangeran baru kembali hari ini. Takutnya Pangeran belum menentukan pilihannya. Ada baiknya Pangeran tidak terburu-buru dan beristirahat sejenak, sebelum kembali memulai aktivitasnya secara resmi” kata Ratu dengan hormat.
Raja mendengarkan penjelasan Ratu dengan seksama dan mengangguk tanda setuju,
“Benar juga. Aku yang ceroboh” Raja menatap Ivan “ Kalau demikian, sebaiknya ananda Pangeran beristirahat terlebih dahulu. Nanti setelah ananda menentukan pilihan sekolah ananda, baru kita akan membicarakan masalah ini lagi”
“Terima kasih atas pengertian Yang Mulia” jawab Ivan.
Erick mendengarkan semua pembicaraan itu dengan diam sambil menikmati tehnya.
“Ada yang ingin saya sampaikan Yang Mulia. Saya berharap Yang Mulia bisa menyetujui hal ini” kata Ratu.
Raja menatap Ratu,
“Hal apa yang dinda ingin agar kanda menyetujuinya” tanya Raja dengan wajah heran.
“Berita kepulangan Putra Mahkota, saya rasa besok pasti sudah tersebar dan diketahui masyarakat. Jadi dalam rangka menyambut kedatangan Putra Mahkota, saya menyarankan agar kita mengadakan pesta penyambutan. Bagaimana pendapat, Yang Mulia?” tanya Ratu
Raja terlihat berfikir,
“Pesta penyambutan?” Raja kemudian mengangguk sambil tersenyum bijak, “Ya, tentu saja. Kita harus mengadakannya”
Raja lalu menatap Ivan, “Bagaimana pendapat Pangeran?”
“Ananda sangat berterima kasih atas perhatian Yang Mulia. Tapi jika memang Yang Mulia ingin ananda mengadakan pesta ini, maka ananda jika diperkenankan, ingin pesta ini bersifat lebih pribadi. Hanya antara ananda dan teman-teman lama. Sudah 2 tahun ananda tidak berjumpa dengan mereka” jawab Ivan.
Raja tersenyum,
“Tentu saja boleh. Ini adalah pesta Pangeran. Ananda Pangeran boleh mengundang siapa saja yang ananda inginkan. Bahkan...” raja menatap Erick, “...Erick juga boleh mengundang teman-temannya”
Erick tampak terkejut,
“Terima kasih atas perhatian Tuanku Yang Mulia. Saya akan sangat senang jika memang Yang Mulia memperkenankan saya mengundang beberapa sahabat saya”
Raja tertawa kecil,
“Tentu saja boleh Erick. Tapi walau bagaimanapun, ini pestanya Pangeran Ivan.Lebih bijaksana kalau kita menanyakan pendapatnya”
Erick menatap Ivan dengan wajah penuh harap,
“Bagaimana menurut pendapat Yang Mulia Pangeran?” tanyanya.
Ivan tersenyum kecil,
“Aku tentu saja mengizinkanmu mengundang teman-temanmu. Pasti akan sangat menyenangkan sekali bila bisa mengenal mereka” jawab Ivan.
Erick terlihat gembira,
“Wah....ini pasti akan sangat hebat! Teman-temanku bisa kaget karena gembira! Terima kasih, Yang Mulia Pangeran”
Ivan, Raja dan Ratu tersenyum melihat kegembiraan Erick.
“Kalau begitu, saya akan meminta Sekretaris Kerajaanuntuk mengatur semuanya. Mengenai waktu, tempat dan seperti apa pesta yang ingin digelar, saya akan meminta Sekretaris Kerajaan untuk mendiskusikannya dengan Pangeran terlebih dahulu” ucap Ratu
“Terima kasih atas perhatian Ibunda Yang Mulia. Secepatnya ananda akan mengatur masalah ini” kata Ivan.
“Kalau demikian, biar Pangeran yang mengatur pesta ini. Sementara itu, besok kerajaan akan mengumumkan secara resmi mengenai kepulangan Putra Mahkota” putus Raja.
Ivan menganggukan kepalanya menerima perintah.
@@@
Aya melamun dalam kamarnya sambil menatap langit malam. “Ibu. Maafkan Aya ya! Aya sudah menyakitihati ayah. Selama ini, Aya selalu tidak rela bila orang lain mengatai ayah dan Shiro dengan perkataan yang tidak baik. Tapi tadi Aya sendiri yang mengucapkan kalimat itu“ Air mata jatuh di pipinya, “Maafkan Aya, Bu. Tolong jangan membenci Aya” isaknya pelan.
@@@
Ivan memasuki kediamannya. Di depan kamar tidurnya, Pak Harun sudah menunggunya. Pak Harun memberi hormat seraya menyerahkan sebuah map pada Ivan,
“Ini adalah jadwal Yang Mulia Pangeran untuk besok. Harap Yang Mulia Pangeran berkenan untuk memeriksanya. Jika ada yang ingin Yang Mulia Pangeran tanyakan, saya akan berusaha menjelaskannya”
Ivan menerima map itu,
“Aku pasti akan memeriksanya nanti, Pak Harun. Tapi sekarang aku sangat lelah sekali. Aku ingin beristirahat. Pak Harun tidak perlu menungguku di sini. Anda sebaiknya juga beristirahat”
“Baik, Yang Mulia Pangeran. Kalau Yang Mulia Pangeran membutuhkan sesuatu, silahkan memanggil saya” jawab Harun
“Baiklah, Pak Harun”
“Jika demikian, saya mohon diri terlebih dahulu. Selamat malam, Yang Mulia”
“Selamat malam Pak Harun”jawab Ivan.
Pak Harun menundukan kepalanya memberi hormat dan kemudian beranjak pergi.
Ivan mendesah lelah. Ia kemudian memasuki kamarnya. Setelahmenutup pintu, Ivan melemparkan map yang diberikan oleh Pak Harun ke atas tempat tidurnya. Lalu ia melepaskan jas yang dikenakannya dan menyampirkannya di atas kursi. Ivan kemudian menyambar sebuah bola dari atas meja yang ada di samping tempat tidurnya dan perlahan berjalan menuju jendela kamar. Ia membuka tirai dan bersandar di sana sambil menatap langit. Ia terlihat melamun sambil meremas-remas bola itu di tangannya.
“Aku… harus hidup seperti dulu lagi” bisiknya dengan wajah pilu.
@@@
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
