Chapter 30—Indirect Kiss (GRATIS)

0
0
Deskripsi

Gara-gara ice cream dan ciuman tidak langsung yang dilakukan oleh Johnatan, seharian ini Veronica uring-uringan dan tidak bisa berhenti membayangkan bibir laki-laki itu.

                 Indirect Kiss

 

Semua gara-gara ice cream

Entah sudah berapa kali Veronica menyalahkan ice cream yang sudah mencair di hadapannya. Dia bahkan tidak sanggup menghabiskan ice creamnya saking kesalnya. 

Kalau boleh memutar waktu, Veronica ingin menolak ajakan Johnatan untuk membeli ice cream setelah bermain dari game center. Dia akan langsung mengajak cowok itu keluar dari Mall bukanya malah nongkrong di food court dan membuatnya terjebak dalam keadaan super mencengangkan seperti ini. 

Veronica masih belum bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba saja Alisa dan Jessica sudah bergabung bersamanya dan Johnatan. Hal yang lebih membuat heran adalah Veronica yang mengajak Alisa dan Jessica untuk bergabung.

Saking paniknya, Veronica tidak dapat berpikir jernih. Dia hanya ingin memperbaiki keadaan dengan cara memposisikan diri sebagai teman yang baik. Setidaknya Alisa jangan sampai salah paham melihatnya bersama Johnatan. 

Namun, saat Veronica bersusah payah ingin memperbaiki keadaan, Johnatan justru bertingkah sebaliknya. Sama sekali tidak ada ekspresi panik di wajahnya. Malahan cowok itu sekarang sedang santai menikmati nasi goreng seafood yang dia pesan tadi. Seolah tidak melakukan kesalahan apa pun. Johnatan bahkan tidak peduli pada tatapan sinis Jessica. 

"Kalian udah makan?" Tanya Johnatan pada Alisa dan Jessica. 

Alisa mengangguk. "Udah tadi—"

"Udahlah, kalau belum entar mati," sinis Jessica. 

Alisa menepuk paha Jessica, memberinya tatapan tajam. 

"Bener juga," Johnatan terkekeh sama sekali tidak tersinggung dengan jawaban sinis Jessica. "Kalian habis selesai kelas langsung ke sini?" 

"Iyalah, masa bolos?" Jessica tersenyum. "Udah deket dua bulan lebih lo masih belum hapal jadwal kelasnya Alisa?" 

Pertanyaan Jessica membuat Johnatan seketika berhenti mengunyah.

Tolong siapapun bawa Veronica pergi dari tempat ini. Rasanya dia seperti sedang terjebak dalam urusan rumah tangga orang lain. Dia merasa tidak seharunya mendengar percakapan di antara Alisa, Johnatan, dan Jessica. Sebuah kesalahan dia tetap duduk di sini, menyaksikan keributan yang entah bagaimana jadi melibatkannya. 

Veronica semakin bertanya-tanya sebenarnya sudah sejauh mana hubungan Johnatan dan Alisa. Tadi, Johnatan bilang dia masih belum tahu apakah perempuan pilihannya mau menjadi pasangannya. Itu berarti belum ada status di antara Johnatan dan Alisa. Tapi tingkah Jessica menegaskan sebaliknya. 

"Jes," tegur Alisa. 

"Apa?" Jessica menatap polos Alisa. "Gue cuma tanya." 

Johnatan berdeham sejenak. "Bukanya belum hapal, tapi gue belum pernah tanya." 

"Diemin aja, John. Jangan ditanggepin," Alisa menatap tidak enak Johnatan. 

"Kok enggak pernah tanya? Kalian, kan, sering ketemu di luar kampus. Kalau enggak tahu jadwal masing-masing gimana, tuh?" Tanya Jessica. 

"Sebelum ketemu kita kontakan dulu kapan ada waktu free," jelas Johnatan. 

"Tapi akhir-akhir ini kayaknya lo sering enggak free. Bahkan hari ini lo batalin janji pergi sama Alisa karena ada urusan," Jessica melirik sekilas Veronica. "Oh, ini urusannya?"

Demi apa pun Jessica benar-benar memiliki mulut setajam silet. Bisa-bisanya dia membeberkan urusan Johnatan dan Alisa di hadapannya. Dari tatapan Jessica, jelas sekali terlihat cewek itu berusaha memojokkan Johnatan dan Veronica yang ketahuan pergi berdua hari ini. 

Jika Veronica tahu Johnatan sebenarnya hari ini ada janji dengan Alisa, pasti dia tidak akan menyetujui ajakan cowok itu tadi. Posisinya, Veronica sama sekali tidak tahu. Bahkan Johnatan yang memaksa Veronica untuk pergi, bukan kemauannya. Tingkah Jessica membuat Veronica jadi merasa seperti seorang pelakor a.k.a perebut laki orang. 

"Janji pergi?" Johnatan menaikkan sebelah alis. "Memangnya kita ada janji pergi hari ini, Lis?"

Alisa mengulum bibirnya. "Bukan janji, sih."

"Bukan janji?" Jessica mendengus. "Terus siapa yang minggu lalu bilang mau nemenin Lisa pergi cari kado buat kakaknya? Lo sendiri yang tentuin harinya pula."

"Minggu lalu.." Johnatan menepuk keningnya. "Astaga, sorry gue lupa!"

"Cih," Jessica memutar bola matanya malas. "Kalau minta maaf aja selesai penjara kosong—aduh!"

Jessica terlonjak kaget saat Alisa mencubit lengannya cukup keras. 

"Santai aja," Alisa tersenyum . "Salah gue juga enggak chat lo lagi buat ngingetin. Wajar kalau lo lupa—"

"Mana berani chat lagi. Orang chat terakhir Lisa aja belum lo bales," celetuk Jessica kembali mendapat pelototan tajam Alisa. 

Alisa menghela napas. "Chat gue terakhir cuma emoticon. Lo juga sering enggak bales chat gue kalau cuma emoticon, Jes." 

"Lo enggak cerita sebelumnya kalau cuma emoticon," Jessica mengalihkan tatapannya pada Veronica. "Diem aja dari tadi, Ve."

Mampus

Sepertinya sekarang gilirannya dibantai oleh Jessica. Dia belum siap menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan cewek itu lontarkan padanya.

Veronica tersenyum tipis. "Gue enggak paham kalian lagi ngomongin apa."

"Wajar kalau enggak paham." Jessica tersenyum. 

Lah, kok baik? Batin Veronica.

Baru saja Veronica menghela napas lega. Mengubah penilaiannya tentang Jessica yang ternyata tidak seburuk dugaannya. Tapi, ekspektasinya seketika runtuh saat Jessica kembali membuka mulut tajamnya. 

"Alex apa kabar, Ve?"

"Hah?" Veronica membelalakkan mata kaget.

Bukan hanya Veronica yang terkejut mendengar Jessica menyebut mana Alex, bahkan Johnatan sampai tersedak nasi goreng.

"Alexander Wirawan dia temen SMA gue," Jessica menyeringai. "Kalian lagi deket, kan?" 

"Enggak deket-deket banget, sih." Jawab Veronica seadanya. 

Sejujurnya Veronica tidak tahu harus menjawab apa. Dia tidak yakin apakah hubungannya dengan Alex terbilang dekat. Sampai hari ini Veronica masih belum memberikan nomornya pada Alex. Mereka juga tidak pernah bertukar kabar lagi melalui sosial media. Lebih tepatnya, Veronica yang sengaja menjauh dan mengabaikan direct message dari Alex. Sejak mereka makan malam bersama di Mekdi, Veronica sengaja menjaga jarak dengan Alex. 

Veronica merasa dia tidak satu frekuensi dengan Alex. Mulai dari penampilan sampai ke topik pembicaraan. Dia tidak merasa nyaman menghabiskan waktu bersama cowok itu. Cukup sekali, kalau bisa jangan lagi. 

Jika tadi Veronica yang diam, kini gantian Alisa dan Johnatan yang bungkam seribu bahasa. Menyimak pembicaraannya dengan Jessica. 

"Alex sering chat gue tanya-tanya tentang lo. Terakhir dia tanya lo udah punya pacar apa belum. Gue jawabnya belum soalnya setahu gue lo masih jomlo."

Jessica kembali menatap Johnatan dan Veronica bergantian. "Bener, kan?"

"Iya," Veronica memaksakan seulas senyum. 

"Oke," Jessica mengangguk puas. "By the way, kalian berdua habis ini mau ke mana?" 

"Pulang," jawab Johnatan. 

"Kalau gitu sekarang John bisa, dong, nemenin Lisa cari kado. Sesuai janji yang sempet lo lupain," sindir Jessica.

"Apaan, sih?" Alisa menatap kesal Jessica.

"Bercanda, gue cuma cari alesan aja barusan biar kalian pergi. Soalnya gue pingin ngobrol berdua aja sama Veve," ujar Jessica. 

Jessica merangkul pundak Veronica. "Ve, enggak masalah, kan, kalau temen lo nemenin temen gue?"

Temen. 

Veronica mulai memahami maksud Jessica. Cewek itu sengaja menekan kata 'teman' untuk menyadarkannya batasan di antara dirinya dan Johnatan. Meski dengan cara yang menyebalkan, entah mengapa Veronica dapat memahami maksud baik Jessica. 

Mungkin Jessica takut hubungan Alisa dan Johnatan hancur karenanya. Pasti dia khawatir Veronica akan merebut waktu Johnatan yang seharusnya menjadi milik Alisa. Sebagai sesama perempuan, Veronica dapat memahami itu. Karena dirinya pun enggan jika memiliki pacar yang lebih akrab dengan teman perempuannya. 

"Enggak perlu," Alisa menggelengkan kepala. "Nanti gue bisa cari sendiri."

"Lis, kakak lo cowok, ya?" Tanya Veronica. 

Alisa mengangguk. 

"Wah, susah cari kadonya. Butuh pendapat dari cowok," Veronica mengibaskan tangannya. "Sana, John. Bantu Lisa cari kado."

"Hah?" Johnatan menaikkan kedua alisnya. "Terus kalau gue pergi, lo pulang sama siapa?" 

"Nanti gue bisa pesen ojek," jawab Veronica.

Jessica mengedikkan bahu. "Bisa gue anterin juga. Gue bawa mobil, kok."

"Tapi, Ve—"

"Gue enggak bisa leluasa tanya soal Alex kalau kalian berdua ada di sini," potong Veronica seketika membuat Johnatan bungkam. 

Bohong. 

Jelas-jelas Veronica tidak lagi peduli pada Alex. Jangankan peduli, dia bahkan berusaha menjauh dari cowok itu. Tapi tidak ada alasan lain yang terlintas di kepalanya. Hanya itu yang bisa dia gunakan untuk mengusir Johnatan pergi dari tempat ini. 

Semakin lama cowok itu berada di dekatnya, hatinya terasa semakin sesak. Veronica sudah lelah menjadi pihak tak diundang dalam hubungan Johnatan dan Alisa. Dia tidak ingin menjadi orang jahat dalam kisah mereka. 

Setelah mengucapkan itu, Veronica menundukkan kepala tidak berani menatap mata Johnatan.

"Tuh, Veve aja udah bilang gitu. Mendingan lo berdua cabut sekarang," ucap Jessica. 

"Laptop lo ada di mobil gue. Mendingan lo tunggu bentar di sini. Nanti habis beli kadonya gue balik lagi," kata Johnatan.

"Titipin Kos Juan aja. Nanti malem kayaknya gue mau keluar sama dia," jawab Veronica tanpa menoleh.  

Jangan pergi. 

Dua kata itu tertahan di bibirnya. 

Ingin sekali Veronica menahan Johnatan agar tidak pergi bersama Alisa. Masa bodoh dengan janji, Veronica lebih senang jika Johnatan mengingkari janjinya pada Alisa. 

Tetapi dia tidak mampu melakukannya. Karena perannya sekarang hanya sebatas flatshoes. 

Tidak memiliki hak. 

Veronica masih menundukkan kepala tidak berani mendongak. Dia tidak ingin hatinya semakin nyeri saat melihat wajah Johnatan. Veronica takut tidak dapat mengendalikan dirinya untuk menahan Johnatan agar tidak pergi bersama Alisa.

"Oke, kalau gitu."

Ucapan Johnatan seketika membuat pundak Veronica melemas. Hatinya mencelos menyadari dia tidak dapat berbuat apa-apa selain tersenyum dan berlagak senang melihat Johnatan pergi bersama Alisa. 

"Lo bener-bener temen yang baik, Ve. Gue respect," komentar Jessica setelah Johnatan dan Alisa pergi. 

Veronica mengerutkan kening. "Maksud lo?"

"Gue tahu sebenernya lo sama Alex udah renggang. Alex sendiri yang cerita ke gue, katanya lo udah enggak pernah bales DM dia lagi," Jessica menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. "Tadi lo sengaja sebut nama Alex biar John pergi, kan?"

Veronica masih terdiam, tidak tahu harus berkomentar apa. Dia cukup kaget mendengar pengakuan Jessica. Ternyata sejak tadi cewek ini sedang mengetesnya saja. Sengaja menanyakan kedekatannya dengan Alex padahal dia sudah tahu semuanya. 

"Thank's udah ngelakuin itu tadi. Karena kalau enggak, Alisa pasti kecewa banget," ucap Jessica. 

"Kecewa?" 

Jessica mengangguk. "Bayangin aja seberapa kecewanya dia? Cowok yang dia taksir lupa sama janjinya, padahal dia udah terlanjur seneng banget waktu Johnatan mau bantu cari kado buat kakaknya. Parahnya lagi, cowok itu lupa karena lebih milih pergi sama perempuan lain. Walau perempuan itu cuma temennya, sih." 

"Sebenernya gue udah lama banget penasaran," Jessica menatap serius Veronica. "Lo cuma anggep Johnatan temen, kan?" 

Temen, ya? 

Bukan sekali dua kali saja dia mendapat pertanyaan tentang perasaannya pada Johnatan. Saking banyaknya, Veronica sampai mempunyai jawaban yang dia simpan dalam template memori otaknya. 

'Iya, gue sama Johnatan cuma temen.'

Dulu jawaban itu mudah sekali terucap dari bibirnya. Tetapi sekarang, jawaban itu rasanya berat sekali untuk dia katakan. 

"Ve?" Panggil Jessica sontak memecah lamunan Veronica. 

"Hah? Oh, iya gue sama Johnatan cuma temen," jawab Veronica. 

Selama beberapa saat Jessica hanya diam, memandang Veronica dengan tatapan tak terbaca. Perlahan dia mengulurkan tangan merangkul akrab pundak Veronica.
 

"Semoga selamanya lo bisa jadi temen yang baik buat Johnatan, yah, Ve."


 

⚖️⚖️⚖️


 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Chapter 31—Patah Hati Lagi (GRATIS)
0
0
Diusir terang-terangan oleh Veronica sukses mematahkan hati Johnatan yang tadinya berbunga-bunga. Namun, di hari yang sama Johnatan telah memantapkan hatinya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan