03. Salah Pilihan

1
0
Deskripsi

"Apa yang sebenarnya terjadi? Gue ada di mana? Kenapa semua orang tiba-tiba berubah?"

Ketika Shena berbalik ke belakang, dia bisa melihat semua orang tertawa. Mereka menertawakan Shena yang baru saja ditolak Leon. Sebagian besar dari orang-orang itu bahkan mengatakan jika Shena memang tak cocok bersama Leon.

"Yakali kapten basket kita, pacaran sama cewek pick me kayak si Shena!"

"Ngaku lo! Lo pasti sengaja buat Cindy celaka kan?! Dasar Cewek Pick Me!"

Tuduhan para gadis berseragam sekolah, terarah kepada Shena. Shena yang tak tahu apa-apa mengernyitkan kening bingung. Dia melihat ke arah sekelilingnya, dan semua sorot mata orang-orang terarah kepadanya. Oleh karena itu, Shena menunjuk dirinya sendiri, "Kalian ngomong ke gue?"

Salah satu gadis berpipi tembam merotasikan bola matanya. Setelah itu, dia menyilangkan tangan di depan dada. Kemudian berkata, "Yaiyalah! Emangnya siapa lagi, cewek caper yang berhobi ngejatuhin cewek lain, supaya dilirik para cowok?"

"Gue? Caper cuman buat dilirik cowok-cowok?" tanya Shena heran. Setelahnya, Shena tertawa kecil, menertawakan hal tak lucu di hadapannya. Dia kemudian berpikir sebentar. "Gue emang suka caper sama pacar gue, tapi kok orang-orang ini malah mikir yang enggak-enggak? Sebenarnya apa yang terjadi?"

Shena menepuk-nepuk pipinya sendiri. Dia berniat menyadarkan dirinya sendiri, dari keanehan hal ini. Namun, berulang kali Shena menepuk pipinya, dia masih belum kembali. Semua pandangan tak suka itu masih tetap menatapnya bersamaan.

"Oke. Ini beneran, bukan sekadar mimpi," gumam Shena.

Gadis berpipi tembam bernama Siska itu mendekati Shena. Setelahnya, dia tiba-tiba merampas gawai milik Shena. Shena jelas tak terima, barang pribadinya dirampas begitu saja. Namun, ketika Siska membuka ponsenya dan menjulurkan sebuah video ke arah teman-temannya. Akhirnya Shena menyadari sesuatu.

Siska berteriak, "Liat! Di video pas Cindy nari sendiri di ruang latihan, ada sebuah kulit pisang yang sengaja dilempar ke arah Cindy!"

"Dan siapa pelakunya? Udah pasti cewek pick me ini! Dia sengaja ngerekam video Cindy jatoh, buat dijadiin hiburan! Pantes aja, gue sering liat dia ketawa-ketawa di depan ponselnya ini!" tuduh Siska.

Shena tak pernah merekam video Cindy jatuh. Dia juga tak pernah mencoba menarik perhatian cowok selain Leon. Apalagi membuat Cindy celaka. Namun anehnya, di gawainya tiba-tiba muncul video Cindy jatuh bersamaan dengan suara tawa Shena, dan parahnya lagi, semua teman-temannya membencinya.

"Ini bukan dunia asli, tapi dunia yang ada di permainan tadi," gumam Shena sembari memundurkan langkahnya ke belakang.

Siska tersenyum kecut, dia kemudian mengajak teman-temannya untuk mengepung Shena. Hal itu jelas membuat Shena semakin memundurkan langkahnya. Shena memperingati, "Kalian kayaknya salah paham. Ini bukan pilihan game yang gue mau! Gue mau jadi protagonis favorit, bukan malah cewek pick me yang dibenci satu sekolah!"

Shena mengingat-ingat saat sebelum dirinya masuk ke dunia game ini. Tampaknya sistem eror, sampai pilihan pada permainan game Shena juga berubah. Namun, kenapa juga Shena sekarang harus terjebak di dunia ini? Terlebih lagi, semua tuduhan dan bukti terarah langsung ke arah Shena.  

"Gue harap ini gak bener, cuman mimpi gue aja! Tolong, keluarin gue dari mimpi buruk ini," gumam Shena dengan tubuh bergetar.

Siska memperingati, "Lo beneran egois Shena! Cuman karena lo mau dapetin posisi center, supaya bisa dilirik Kak Leon. Lo malah berusaha buat nyakitin Cindy, biar bisa gantiin posisinya, kan?"

"Tapi, jangan harap keinginan lo itu bakal tercapai! Selamanya, cara kotor lo ini gak bakal berhasil!"

"Lo tetep bakal jadi anggota cadangan, yang gak akan dipakai! Kalo pun kita harus cari pengganti Cindy, kita gak bakal minta bantuan lo buat gantiin posisinya! Ngerti lo?" tanya Siska.

Shena mengepalkan kedua tangannya, dengan mata memelotot. Dia memperingati, "Gue gak pernah ngincar posisi Cindy! Dan gue juga gak pernah mau nyelakain dia!"

Siska membalas, "Gak usah bohong lagi. Gak ada orang yang percaya sama ucapan lo! Terlebih lagi, buktinya udah ada di depan mata!"

Semua tuduhan masih tetap terarah pada Shena. Shena bingung bagaimana cara dia keluar dari situasi ini. Namun, sudut bibirnya tiba-tiba terangkat ke atas. Shena melihat Leon berjalan ke arahnya. "Kak Leon!"

Shena langsung menerobos kerumunan. Dia tidak peduli pada tatapan merendahkan semua orang. Karena sekarang, Shena ingin bertemu dengan Leon. Shena pikir, Leon bisa membantunya. Sayangnya, ketika Shena tinggal melangkah beberapa langkah lagi, Shena melihat seorang gadis yang tengah dibantu Leon.

"Cindy?" Langkah Shena langsung terhenti. Keningnya mengernyit, melihat perban yang melilit pada kaki Cindy. Parahnya lagi, gadis itu menyandarkan tubuhnya pada Leon, untuk mempermudah jalannya.

Shena ingin memanggil Leon, tetapi Leon sudah lebih dulu meliriknya. Sorot mata Leon memandang Shena penuh dengan kebencian. Sudut bibir cowok itu melengking ke bawah. Dia menggenggam erat salah satu tangan Cindy yang berada di tangannya.

"Kak Leon! Gue tahu kakak emang baik, tapi kenapa harus gandengan segala?!" ucap Shena kesal.

Shena berniat memisahkan tangan Cindy dari lengan Leon. Namun, sebelum hal itu terjadi Leon berkata, "Mau apa lo ke sini? Lo mau nyelakain Cindy lagi? Gak cukup kah, lo liat dia kayak gini?"

"Sebenarnya, salah Cindy sama lo itu apa?" tanya Leon.

Shena terdiam. Bukan. Orang di depannya bukan Leon. Leon yang Shena kenal, tidak pernah memarahi atau menyalahkan Shena. Sorot mata dan nada bicara orang di depannya berbeda dengan Leon yang selalu memanjakan Shena.

Jantung Shena berdetak kencang. Bukan karena dia merasa senang bertemu Leon, tetapi sekarang dia takut. Dari raut wajah, dan perlakuan Leon pada Cindy, Shena tahu jelas jika Leon lebih mempedulikan Cindy dibanding Shena.

"Apa, apa yang terjadi? Kenapa Kak Leon benci sama gue? Ini, ini gak bisa terjadi!" rutuk Shena.

Shena awalnya masih bisa bertahan, berharap semua hal ini memang mimpi semata. Namun, tiba-tiba Leon semakin menggenggam erat tangan Cindy. Tepat di depan mata Shena sendiri, Leon berjalan melewatinya bersama gadis lain. Cowok itu mengancam, "Jangan sekali-kali, lo berani nyelakain Cindy."

"Dan jangan harap, gue mau pacaran sama cewek jahat kayak lo lagi. Gue gak sudi, pacaran sama lo lagi," lanjut Leon.

Sakit. Shena merasakan hatinya diremas begitu kuat. Walaupun ini hanya sekadar mimpi, rasa sakitnya masih bisa menjalar ke semua urat nadi Shena. Shena tak pernah membayangkan, jika Leon akan pergi bersama gadis lain, sekaligus menghinanya seperti ini.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Gue ada di mana? Kenapa semua orang tiba-tiba berubah?"

Ketika Shena berbalik ke belakang, dia bisa melihat semua orang tertawa. Mereka menertawakan Shena yang baru saja ditolak Leon. Sebagian besar dari orang-orang itu bahkan mengatakan jika Shena memang tak cocok bersama Leon.

"Yakali kapten basket kita, pacaran sama cewek pick me kayak si Shena!"

"Kak Leon emang pantes sama Cindy! Mereka berdua sama-sama idola di sekolah ini!"

"Sedangkan si Shena? Udah caper, tukang ngejatuhin orang, tukang boong lagi!"

"Jangankan jadi pacar, jadi temen aja pada ogah!"

"Siapa juga yang mau temenan sama dia!"

Shena tak kuat menahan malu, sekaligus frustrasi. Dia berlari menjauhi kerumunan, tanpa arah tujuan. Entah ke mana Shena akan mengadu, tetapi Shena hanya bisa berlari untuk menjauh. Ingin rasanya Shena berteriak kesal. Namun, sebelum dia berteriak, kakinya sudah lebih dulu tersandung batu.

"Si*l!"

Sudah jatuh, tertimpa tangga. Shena merutuki takdirnya di dalam hati. Dia kemudian berniat untuk bangkit, tetapi matanya tiba-tiba melihat sebuah cahaya terang.

Bersambung….

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya 04. Prolog Menjebak
1
0
Shena mengernyitkan kening. Dia bergumam, Ini baru prolog cerita, tapi gue udah kena masalah?! Niat gue main game ini buat nyenengin diri, ini kok malah dibikin kesel!
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan