BAB 1 - HELLO MY NEIGHBOUR

2
0
Deskripsi

Pacaran bertahun-tahun, dari SMA sampai sama-sama mapan bekerja, tiba-tiba ditikung oleh orang ke tiga yang hanya 3 hari bersama ? Dina yang menunggu 10 tahun untuk dihalalkan, tapi dia malah memilih wanita lain untuk bersanding di pelaminan, dan itu hanya berselang 3 hari setelah mereka berpisah. Menurutmu bagaimana perasaan Dina ? Jika itu terjadi padamu, apa yang akan kamu lakukan ? Ungkapan apa yang pas untuk mewakili hati Dina ?

Dina memoles wajahnya secantik mungkin, mengenakan pakaian yang paling bagus untuk bertemu kekasih hatinya Andi. Sesekali Dina bersenandung pertanda suasana hatinya sangat bagus saat ini. Bagaimana tidak ? Hari ini Andi pulang dari perjalanan dinasnya, Dina akan menjemputnya di bandara dan mereka akan langsung makan malam merayakan anniversary 10 tahun mereka menjalin kasih.

Dina terkekeh mengingat sudah selama itu mereka berpacaran, 10 tahun bukan waktu yang sebentar, tapi kenapa terasa sangat cepat berlalu ? Rasanya baru kemarin Andi menyatakan cinta pada Dina saat mereka masih duduk di bangku SMA. Dina Ingat betul saat itu hari terakhir Ujian Nasional, dan tanpa disangka-sangka Andi yang saat itu menjadi salah satu lelaki idaman wanita di sekolah menyatakan cintanya dan mengajak Dina berpacaran dan ternyata sudah lama Andi memendam rasa pada Dina

Saat Dina bertanya kenapa baru sekarang Andi menyatakan cintanya, tanpa disangka, jawaban Andi semakin membuat Dina meleleh.

"Kalau aku menyatakannya sejak lama, mungkin kita tidak akan bertahan lama karena emosi kita masih labil. Tapi sekarang kita sudah beranjak dewasa dan siap dengan fase yang baru, dan..." Andi menggantungkan kata-katanya.

"Dan apa?" Tanya Dina walau dia sudah menebak kalimat selanjutnya.

"Dan aku tidak mau terlambat memberitahu perasaanku. Sudah cukup selama 3 tahun ini aku pendam"

Wajah Dina memerah mengingat momen itu, dan benar saja meraka bisa bertahan selama ini tanpa masalah berarti apalagi orang ketiga. mereka sangat menjaga hubungan ini, walaupun pertengkaran- pertengkaran kecil sepasang kekasih itu pasti ada.

Dina sangat berharap malam ini, Andi akan melamarnya. Bagaimana Dina tidak berharap demikian, Andi sudah melakukan reservasi di restoran terkenal dan mahal untuk merayakan anniversary mereka. Dina sudah membayangkan momen-momen romantis dan sangat penasaran bagaimana cara Andi melamar Dina.

Dina sendiri heran, kenapa Andi tidak kunjung melamarnya padahal usia mereka sudah sangat matang, karir mereka sudah mapan, keluarga mereka sudah saling mengenal dan merestui hubungan mereka. Tapi tidak masalah malam ini Dina yakin Andi akan melamarnya.

***

Dina melambaikan tangan saat melihat Andi. Lelaki yang akan segera menjadi suaminya itu sangat tampan dengan kaos putih yang dipadukan dengan blazer hitam, jeans dan tidak lupa kacamata hitamnya. Tubuhnya terlihat lebih kurus mungkin karena kelelahan mengurus proyek baru di luar kota selama 1 minggu.

"Maaf membuat mu menunggu" ujar Andi merangkul pinggang Dina.

Dina tersenyum menggeleng "Aku juga baru sampai"

Mereka tersenyum penuh kerinduan, terutama Dina yang ingin segera pada inti acara malam ini.

***

Restoran itu benar-benar mewah dan mahal. Yah hari ini kan memang spesial jadi harus sedikit berbeda. Batin Dina.

Andi memperlakukan Dina dengan sangat baik. Dia memang laki-laki sejati. Andi menarik kursi dan mempersilahkan Dina duduk lebih dulu, baru kemudian dia duduk dihadapan Dina. Dina merasa diperlakukan seperti ratu oleh Andi.

"Bagaimana proyeknya ? Kamu terlihat lebih kurus" kata Dina.

"Ya memang sedikit melelahkan karena harus memulai segalanya dari nol. Kamu tahu aku tidak suka pekerjaan asal-asalan. semuanya harus perfect" jawab Andi

Dina tertawa mendengarnya, bagaimana bisa Dina tidak tahu ? Dina sudah hafal kebiasaan calon suaminya itu. mungkin itu juga sebabnya karir Andi semakin menanjak, dan menjadi kandidat yang akan menerima promosi jabatan.

Satu persatu menu sudah dihidangkan dan sudah dinikmati oleh Dina dan Andi. Kini mereka sudah sampai di dessert.

Kenapa dia belum mengatakan apa-apa? Batin Dina. Apa dia sangat lapar atau sengaja membuatku menunggu? Ah mungkin kejutannya nanti saat dessert. Dina masih berusaha berpikir positif.

Dessert itu sungguh menggoda. Sangat indah, saking Indahnya Dina sampai sayang untuk memakannya. Tapi mungkinkah....

Dina segera melahap dessert itu, cake cantik yang awalnya sayang Dina makan karena tidak ingin merusaknya, kini Dina melahapnya. Tidak seperti duganan Dina. Tidak ada apapun di cake itu. jangankan cincin, kertas seperti Fortune cookies pun tidak ada.

"Andi..." panggil Dina.

"Ya?"

"Umm.. itu..." Dina terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi ragu

"Ada apa Dina ?" Tanya Andi.

"Kamu ingat teman kita Jani ?" Tanya Dina.

"Jani yang tomboy banget waktu sekolah itu?" Tebak Andi

Dina tersenyum mengangguk.

"Iya aku ingat. Kenapa dia ?" Tanya Andi

"Kemarin aku ketemu dia, Dia ngasih undangan buat aku sama kamu. Dia mau nikah minggu depan" jawab Dina.

Sebenarnya itu salah satu sindiran atau lebih tepatnya pancingan untuk Andi agar segera melamarnya.

"Benarkah? Wah nikah muda dia ?" Kekeh Andi.

Benarkah? Nikah muda? Apa dia tidak sadar berapa usia kami sekarang ? Masih berasa 18 tahun dia ? Semua ungkapan itu terkurung dalam hati Dina yang masih mencoba bersabar. Tidak ingin merusak suasana spesial mereka. Ini memang salah satu kekurangan Andi yang sering membuat mereka bertengkar. TIDAK PEKA.

"28 tahun nikah muda?" Tanya Dina aneh

"Ya maksud aku, dia kan tomboi banget dulu, kirain nikahnya bakal di atas 30 an gitu" jelas Andi

Dia saja yang tomboi sudah ada yang melamar, bagaimana dengan aku ? Apa yang salah denganku? Batin Dina.

"Dia dijodohin?" Tanya Andi

Dina menggeleng, kini raut wajahnya tidak bisa disembunyikan lagi, Dina sudah mulai kesal pada Andi.

"Temen lama?" Andi masih menebak

"Katanya pacarannya juga nggak lama. Emang ya pacaran lama ngga menjamin cepat ke pelaminan" sindir Dina.

Andi memengang tangan Dina dan tersenyum. Agaknya Andi sudah sedikit paham kemana arah pembicaraan Dina.

"Dina sayang... sabar dulu ya. Kita pasti nikah, tapi tidak sekarang" ujar Andi lembut.

Dina yang mendengarnya kecewa setengah mati. Imajinasinya runtuh seketika, bayangan-bayangan manis yang membuat hatinya berbunga-bunga kini sirna dalam hitungan detik.

Dina mengernyitkan dahinya, alisnya bertaut dan Dina segera menarik tangannya dari genggaman Andi.

"Kapan Di?" Tanya Dina. "Apa sih yang kamu tunggu? Kamu belum yakin sama aku? 10 tahun Di! Kamu mau berapa lama lagi?!" Cecar Dina sedikit meninggikan suaranya.

"Sstt... malu dilihat orang Din" Andi berusaha menenangkan Dina yang emosi.

"Kita udh pacaran dari umur 18 tahun! Sekarang kita udah 28 tahun! Kerjaan udah punya! Orang tua juga udah merestui. Apalagi yang kamu tunggu?!" Dina tidak mengindahkan omongan Andi. Dina tidak peduli jikapun orang-orang menganggapnya bar-bar dan tidak tahu malu.

"Bukan begitu sayang, aku cuma..."

"Cuma apa?!" potong Dina.

"Sabar Din... pernikahan itu bukan perlombaan, pernikahan itu komitmen. Bukan kamu yang punya kekurangan, tapi aku yang merasa masih belum pantas jad suami kamu" jelas Andi.

"Jangan banyak alasan Andi! Omong kosong macam apa itu?! Pernikahan bukan pantas atau tidak pantas! Pernikahan dijalani oleh 2 orang yang bersedia memperbaiki diri dari segala perbedaan! Iya memang bukan perlombaan, tapi butuh waktu berapa lama lagi? 10 tahun lagi? 20 tahun lagi?!" cecar Dina meluapkan emosinya. "Kalau kamu memang tidak ada niat tentang pernikahan, lebih baik katakan dari sekarang! Jangan membuang waktuku! Sudah cukup masa mudaku yang terbuang sia-sia!" Dina bangkit dari duduknya dan hendak meninggalkan Andi, tapi Andi menahan tangan Dina.

"Dina tenang dulu" cegah Andi.

Dina menarik tangannya dengan kasar "Jangan hubungi aku kecuali untuk melamar!" Itu sebuah ultimatum keras dari Dina. Dan setelah mengucapkan itu, Dina benar-benar pergi meninggalkan Andi.

Andi mencoba mengejarnya, tapi Dina sudah tidak ingin lagi mendengar alasan-alasan Andi. Dina sudah sangat kecewa dan terluka digantung hingga 10 tahun. Bagi Andi yang seorang laki-laki, mungkin usia 28 tahun itu usia emas untuk mencapai karir dan cita-citanya, tapi bagi wanita seperti Dina, usia itu sudah sangat matang untuk menikah, terlebih mereka sudah sangat lama bersama. Apa kata orang tuanya nanti ?

Andi tidak berhasil mengejar Dina, karena Dina langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli Andi pulang naik apa atau dengan siapa. Dina benar-benar kacau malam ini. Andi sudah sukses menghancurkan harapannya untuk segera menikah.

"Andi bodoh!" umpat Dina menyeka air matanya.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya BAB 2 - HELLO MY NEIGHBOUR
2
0
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan