
Narasi ke 5 atau part 31
Cek cerita lengkapnya di twitter @callypsovaldez
Amorphous.
Kata itu melintas begitu saja di benak Brilian. Bukan kata yang asing baginya. Shapeless. Kata yang cocok untuk mendeskripsikan dirinya bersama cewek yang sedang duduk di sebelahnya.
Senja memang bukan orang asing bagi Brilian. Dia sudah mengenal cewek ini sejak 3 tahun yang lalu.
Saat Fajar memberikan tawaran untuk dekat dengan Senja, Brilian memang tidak menolak. Bahkan, merasa terpaksa pun tidak. Yang dia tahu, Senja adalah sosok cewek yang sejak dulu dia kagumi sebagai kakak perempuan dari temannya.
Brilian merasa dia harus memberikan yang terbaik untuk apa yang telah dirinya pilih, yaitu Senja. Kalau memang dirinya dan Senja harus memiliki hubungan lebih dari ini, Brilian akan menerima itu.
"Li," ucap Senja membuyarkan lamunan Brilian.
"Iya?"
"Kamu kemarin beresin kamarku ya?"
"Cuma ngumpulin kertas-kertas yang berserakan kok. Biar nanti pas Kak Senja balik, bisa langsung istirahat. Maaf, saya lancang ya?"
Senja menggeleng pelan. "Enggak. Kamu juga yang naruh snack di kamar saya?"
Brilian nyengir. "Biar semangat ngerjaim skripsi."
"Kamu nggak perlu sebaik ini kok sama saya," ucap Senja pelan. "Saya.. bukannya saya gak senang. Baru kali ini saya dapat perlakuan semanis ini dari orang lain. Saya takut saya jatuh terlalu dalam. Kamu paham maksud saya."
"Kak Senja takut jadi suka sama saya?" tanya Brilian.
Senja mengangguk kecil. "Terus terang, saya bersyukur orang yang ditunjuk Fajar itu kamu. Cuma kalau kamu terlalu baik gini, saya malah jadi gak enak. Padahal keluarga kami udah ngerepotin kamu."
"Kak Senja tahu Amorphous gak?" tanya Brilian setelah hening beberapa saat.
Senja berpikir sebentar. "Kayak bangunan-bangunan yang bentuknya abstrak gak sih?"
"Iyap. Menurut Kak Senja, bangunan-banguna itu gimana?"
"Hm.. unik kan? Kayaknya mendesainnya juga susah."
"Sama kayak kita. Sampai sekarang ini, hubungan kita seperti shapeless. Tapi kalau kita tata lalu dibangun dengan baik, barangkali bisa jadi ... priceless."
"Maksud kamu?"
Brilian tampak tegang sejenak sebelum akhirnya berhasil merilekskan diri. Perlahan, mobil yang sedang dia kemudikan ditepikan di pinggir jalan.
"Kak Senja mau gak jadi pacar saya?" tanya Brilian hati-hati. Dia melirik Senja yang terlihat kaget. "Terlalu buru-buru ya?"
"Bukan gitu. Tapi, kenapa?"
"Saya rasa, gak ada salahnya kan kita coba jalani hubungan?"
"Kamu tipe orang yang gak suka dengan sesuatu yang gak terstruktur ya?" komentar Senja setelah beberapa saat terdiam. "Kamu merasa gak nyaman dekat sama saya, memperlakukan saya dengan baik, tapi tanpa hubungan yang jelas."
"Saya gak bermaksud--"
"Oke, saya mau," potong Senja cepat. "Saya setuju kita pacaran."
Suasana menjadi hening sesaat. Sampai Senja harus berinisiatif mengkoneksikan ponselnya ke pemutar musik mobil. Sayup-sayup Country Road milik John Denver mulai terdengar.
Senja nyengir setelahnya. "Saya dari dulu suka banget sama lagu ini. Boleh kan?"
Brilian balas nyengir. "Blue Ridge Mountain, Shanendoah river..." nyanyinya sambil kembali menyalakan mesin mobil.
"Jadi, sekarang saya sudah bisa manggil Senja aja ya," ucap Brilian setelah mobil kembali melaju.
"Dari kemarin-kemarin juga kan saya bilangnya panggil Senja aja," balas Senja sambil terus menatap keluar jendela, menghindari kontak mata dengan Brilian.
Jadi gini ya rasanya jadian sama cowok cakep? Batin Senja merasa lucu. Lagaknya saja terlihat santai, padahal dia masih harus mengepalkan telapak tangannya karena sejak tadi gemetaran saking gugupnya.
"Besok sore aku harus berangkat," ujar Brilian.
Hah? Aku? AKU?!!
Senja menoleh untuk melihat Brilian. "Kok cepet banget?"
Ingin rasanya Senja menepuk bibirnya sendiri. Memangnya kenapa kalau cepat?
"Tadi atasanku tiba-tiba nelpon katanya ada proyek baru, jadi aku seenggaknya 3 hari lagi aku udah harus di Jakarta."
Dia tidak salah dengar ternyata. Kata 'saya' beneran sudah berubah jadi 'aku'. Yang Senja dengar dari Runa, bagi kebanyakan orang di Jakarta sana aku-kamu menunjukkan kesan lebih intim.
Senja menepis pikirannya. Apa sih yang dia pikirkan?
"Berarti kan masih ada 3 hari?" tanya Senja lagi. Sekarang dia merasa dirinya benar-benar seorang cewek yang tidak ingin cepat berpisah dengan cowoknya. Geli!
"Aku mau ngunjungin mama sebelum balik ke Jakarta," jelas Brilian. "Gak apa-apa ya saya ninggalin Jogja lebih cepat?"
Senja tertawa canggung. "Ya nggak apa-apa dong."
"Aku gak mau kamu merasa aku gak serius. Habis ngajak kamu jadian eh malah kabur."
"Apa sih. Gak gitu ah. Lagian jarang-jarang kamu dapat cuti. Ya memang harus ngunjungin Mama kamu."
"Nanti kalau ketemu Mama, aku bakal cerita ke Mama."
Senja mengerutkan kening. "Cerita?"
"Soal kita," jawab Brilian sambil nyengir.
"Lebay ah," komentar Senja sambil membuang muka ke arah jendela untuk menyembunyikan pipinya yang mungkin sudah bersemu-semu.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ