
Sukai dan beri komentar ya ✅
Bagian 1-7 GRATIS mengikuti yg udah update di wattpad : sitinuratika07
Bagian 8 akan update setelah TSA & ONSWTB Tamat.
cerita bertema isekai. tentang seorang nenek kaya raya yang meninggal dan reinkarnasi kembali di tubuh gadis cantik seorang model papan atas.
"Aku tidak mau bertemu pacarmu, jadi aku menunggu di kafe seberang sampai dia pulang."
Itulah ucapan Chloe setelah mengantarku di lobi apartemen. Entah apa alasannya Chloe tidak mau ikut denganku saat bertemu Antonio nanti, aku tak perlu ambil pusing. Mungkin inilah yang terbaik untuk menggali informasi lainnya dari sisi Antonio. Aku belum percaya sepenuhnya pada Chloe, bahkan bisa dibilang, aku baru kenal dengannya setelah masuk ke tubuh Deborah.
Sebelum memasuki pintu, aku melihat dua orang berpakaian jas dan celana hitam tengah berdiri tegak bak patung. Tanpa ditanya pun, aku tahu mereka adalah pengawal pria itu. Menjadi seorang multitriliuner, sudah sepantasnya Antonio memiliki beberapa pengawal yang selalu mengikutinya kemanapun dia pergi. Dulu aku juga seperti dia, tetapi pengawalku lebih banyak.
"Mr. Zach telah menunggu Anda," ujar salah satu dari mereka dengan sopan menyambutku.
"Ya, aku tahu."
Menurut penjelajahanku di internet, Antonio Zach ialah sosok pria tampan berkharisma yang memiliki kumis agak tebal dan berjambang. Dia yang memiliki warna mata keemasan itu keturunan Amerika Jerman. Rambutnya berwarna hitam, dan tubuhnya tidak terlalu tinggi, hanya seratus delapan puluh sentimeter.
Jika media menyebutnya sebagai casanova kelas kakap, aku akan percaya seratus persen. Antonio memang memiliki material seperti itu.
Tetapi jujur saja, aku sama sekali tidak merasa berdebar saat ini. Bagiku, Antonio sama saja seperti anak kecil, atau mungkin bayi lucu. Jika ditambah waktu sepuluh tahun setelah aku terbangun, dia pasti seumuran dengan cucu pertamaku.
Yang aku khawatirkan saat ini adalah bagaimana caraku menyikapinya? Aku tidak tahu Deborah memperlakukan Antonio seperti apa.
"Deborah."
Aku mendongak saat nama gadis ini dipanggil. Oh itu yang namanya Antonio. Lebih tampan daripada di foto.
Ya Tuhan, dia masih sangat muda! Kalau aku harus bersikap manja padanya, aku tidak bisa untuk tidak merasa geli.
Oke, sebaiknya aku akan menjadi diriku sendiri. Berakting menjadi orang lain akan membuatku lelah, apalagi sekarang aku sedang mengandung. Demi Deborah, aku harus menjaga janin ini.
"Kau di sini?" basa-basiku. Tidak terdengar aneh kan. Aku berusaha semaksimal mungkin terlihat normal. Antonio yang awalnya duduk di sofa, langsung beranjak saat melihatku. Dia menghampiriku dan menangkup wajahku. Sontak aku agak menghindar, tetapi pria itu lebih mendominasi dariku.
"Kau dari rumah sakit?"
Raut wajah khawatir. Itulah yang kutangkap dari ekspresi Antonio. Tidak dibuat-buat, tulus, dan tepat sasaran.
Aku segera melepaskan tangannya di wajahku, "tahu darimana?"
Antonio berdeham singkat dan kembali berakting seolah kekhawatiran dia tadi hanya ilusi. Hah, berpikir akan terus berhadapan dengan bayi kecil ini sudah membuatku lelah.
"Kau masih marah padaku?"
Aku bahkan tidak tahu alasan kenapa aku harus marah padamu?! Deborah yang asli juga tidak memberikan kenangan apapun tentang hidupnya padaku.
"Jangan menjawab pertanyaan seseorang dengan pertanyaan. Itu perbuatan tidak menyenangkan bagi si penanya."
Aku menatapnya dengan tajam. Antonio tampak terkejut mendengar ucapanku. Atau mungkin dia sedang bingung. Buktinya dia terus memandangiku tanpa mengedipkan mata hingga aku merasa risih.
"Kau pasti sangat sibuk. Bagaimana bisa kau kemari?" Aku menjauh darinya karena tidak ingin dipandangi intens seperti itu. Apa yang dia lihat dari wajah keriputku.
Ah aku lupa lagi.
"Mau kemana?" tanya Antonio segera menangkap tanganku.
"Ambil minum. Aku sangat haus."
"Duduk di sini, aku saja yang mengambilnya," kata pria berpakaian rapi itu menuntunku duduk di sofa. Well, dia ternyata pandai membuat wanita nyaman. Tidak buruk juga.
Antonio lantas pergi ke arah belakang, dan tak perlu waktu lama, dia kembali dengan segelas air di tangannya.
"Aku bisa sendiri." Aku menggeleng saat Antonio ingin meminumkan air itu ke mulutku. Namun dia menolak lirih dan tetap melakukannya pelan-pelan seolah takut aku tersedak. Bayi ini memperlakukanku seperti bayi.
Antonio kemudian duduk di sampingku, persis menempel di sisiku. Ia melihatku dengan dahi berkerut dalam. Apa yang dia sedang pikirkan?
"Aku pikir, kau tidak marah lagi selang dua hari ini. Tapi setelah melihatmu yang ketus padaku, kemarahanmu belum pudar juga," kata Antonio mengelus kepalaku lembut. Dia ternyata anak yang baik. Kapan ya terakhir kali ada orang yang mengusap kepalaku? Aku tidak ingat.
"Aku sudah tidak marah lagi," ucapku apa adanya. Lagipula aku tidak tahu kenapa Deborah bisa marah padanya.
Tetapi reaksi Antonio di luar dugaanku. Aku kira dia senang mendengar hal itu, justru sebaliknya. Ia tampak marah.
"Lantas kenapa seperti ini?"
"Apanya?" tanyaku bingung.
"Jika kau tidak marah, kenapa kau tidak memelukku, tidak menciumku, tidak mengucapkan kata cinta padaku?" Antonio menggenggam tanganku sedikit emosi. Dia persis seperti anak kecil yang merajuk.
Aku bingung dengan sikapnya. Sangat bertolak belakang dengan apa yang dibicarakan oleh Chloe.
"Bukankah kau muak padaku jika aku bersikap manja padamu?"
"Apa?" Antonio langsung berteriak. Aku benar-benar kaget mendengarnya. Untung saja aku tidak sampai jantungan. "Siapa yang bilang padamu seperti itu?"
"Chloe," jawabku tanpa berpikir.
Mata Antonio membelalak besar, ia menggeram marah seakan ingin menghancurkan seisi rumah. Dia juga mencengkram tanganku lebih kuat. Aku menjerit kesakitan sehingga tanganku yang bebas sontak melayang untuk memukul kepalanya.
"Tanganku sakit! Dasar anak nakal."
Kemarahan Antonio langsung menghilang. Dia meringis seraya mengusap kepalanya.
"Maafkan aku, Sayang. Tapi kau tidak harus memukul kepalaku." Ia pun melepaskan tanganku. Sangat jelas bahwa dia tidak suka saat aku memukul kepalanya.
"Kau harus dipukul supaya sadar! Untuk apa juga kau semarah itu. Bukankah yang Chloe katakan itu benar? Kita putus dan kau meninggalkanku dua hari lalu." Aku menjaga jarak darinya agar bisa bicara dengan leluasa. Bila terlalu menempel padanya, aku merasa sedang menyewa jasa gigolo. Dia terlalu muda untukku.
"Omong kosong apa lagi itu? Shit! dimana sekarang manajermu?" Antonio berdiri dari posisinya. Ia memanggil salah satu pengawalnya, "kau kemari! Cari wanita itu dan bawa ke sini."
"Untuk apa? Tidak perlu memanggilnya!" Aku sontak menarik tangan Antonio.
"Dia bicara omong kosong padamu. Dengar, Deborah. Aku tidak pernah muak padamu. Jika aku muak, aku tidak akan bertahan selama ini." Antonio menangkup wajahku dan hendak mencium bibirku.
Aku langsung menggeleng dan segera menutup mulutnya dengan telapak tangan, "memangnya selama apa hubungan kita?"
Antonio mulai merasa bingung. Dia baru menyadari ada yang salah padaku.
"Kau lupa? Bagaimana kau tidak ingat, my dear? Apa yang terjadi padamu tadi pagi sampai kau tidak ingat apapun tentangku?" Antonio menampilkan wajah sedih yang sedikit membuatku merasa bersalah. Aku tidak kuasa untuk menjawabnya.
Karena aku tidak menjawab, Antonio semakin mendekat dan mendekat hingga ia menciumi bibirku. Aku sontak menutup mataku rapat-rapat, menahan gejolak geli di perutku. Tidak, ini tidak benar. Aku bukan pedofil yang menyukai anak kecil. Hentikan ini kumohon!
"Antonio...Emh... sudah cukup." Aku mendorong wajahnya supaya berhenti menciumku. Antonio tidak terima aku menghentikan kecupan yang berujung lumatan panas itu. Dia terlihat kecewa sebelum mengatur ekspresi wajahnya lagi menjadi datar.
"Apa yang terjadi padamu? Beritahu aku sedetail-detailnya. Jangan ada kebohongan sedikitpun."
Hah... aku mengembuskan napas berat, mau tak mau harus menceritakan segalanya pada Antonio. Ini pasti melelahkan. Dimulai dari aku terbangun dalam keadaan basah kuyup, dan Chloe berkata aku tenggelam karena ingin bunuh diri akibat Antonio yang memutuskan hubungan. Lalu, aku juga jujur padanya bahwa aku hilang ingatan. Oleh karena itu, Chloe membawaku untuk diperiksa ke dokter.
Perihal aku hamil, aku sengaja tidak mengungkapkannya. Bukan tidak mau, tetapi aku menunggu respon Antonio terlebih dahulu soal masalah tenggelamnya aku di kolam itu.
"Aneh. Sangat aneh. Kenapa kau tidak mengingat apapun? Apa kepalamu terbentur?" Antonio segera mengecek kepalaku.
"Kata dokter tidak ada yang salah. Semuanya normal."
"Semuanya?"
"Ya."
Antonio berpikir keras seolah ada yang mengganggu pikirannya. Ia menatapku lalu melengos kembali, "aku tidak yakin."
"Dengan?"
"Pernyataan Chloe yang bicara kau ingin menenggelamkan dirimu sendiri karena putus denganku. Jika kau ingat, kau yang bilang ingin putus denganku, tapi aku tidak mau. Lalu kau melarangku untuk bertemu selama satu bulan."
"Benarkah?" Aku terkejut mendengarnya. Astaga, ucapan Antonio sangat bertolak belakang dengan yang dikatakan oleh Chloe. Menurut hati nuraniku, aku lebih percaya pada pria di depanku ini. Melihat bagaimana sikap manisnya pada Deborah, aku yakin Antonio sangat mencintai wanita ini.
"Tentu saja." Antonio memegang kedua tanganku dan mengecupinya, "aku sangat mencintaimu Sayang. Tolong percayalah padaku.
"Aku tidak tahu harus percaya yang mana. Karena aku juga tidak ingat apapun. "
Antonio gusar. Ia menggelengkan kepalanya dengan kasar, "ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus mengusut masalah ini sampai tuntas mengingat penyebab kau ingin putus diriku adalah wanita sialan itu."
"Hah? Bagaimana maksudnya?"
Aku semakin tidak mengerti persoalan ini. Sangat rumit dan membingungkan. Apalagi saat Antonio bicara bahwa Chloe adalah penyebab dari akar masalah ini. Padahal aku yakin dia anak baik-baik. Jika yang terjadi padaku pagi ini hanyalah akting, Chloe pantas mendapatkan piala oscar.
"Kau melupakan begitu saja kenangan kita selama tiga tahun terakhir, Sayang. Setelah aku selesai dengan Chloe, kau juga akan kuberi hukuman." Antonio mencium keningku, lalu mengecup bibirku dengan lama dan sedikit basah. Ia lalu berdiri dari sofa karena pengawal yang ditugaskan untuk membawa Chloe telah kembali.
"Hukuman apa? Jangan macam-macam karena aku tidak mau sampai keguguran. Awas saja!"
Ucapanku sukses membuat Antonio menghentikan langkahnya. Ia tampaknya sangat syok karena langsung terdiam seperti patung. Antonio segera berbalik badan dan mendekatiku lagi.
"Kau apa? Keguguran?" tanya Antonio dengan masih ekspresi kaget, "ini tidak seperti yang kupikirkan, bukan?"
"Menurutmu apa?"
"Kau... hamil?"
"Iya. Aku hamil, Antonio. Tapi ini bukan anakmu. Ini anakku, jadi kau——akhh!" Aku berteriak saat Antonio menyerangku hingga terjerembab di sofa. Dia menciumi seluruh area wajahku tanpa terkecuali, "hey! Hentikan! Antonio, umhh. Ini...tidak...ehmmm... benar." Aku kesusahan bicara karena Antonio berulang kali mengenai bibirku. Dia tidak berhenti-henti menciumku.
Di dalam hati aku terus mengulangi kalimat yang sama. Aku bukan pedofil. Aku bukan pedofil. Aku bukan pedofil. Ciuman ini gila! Anak muda ini sudah gila.
,,,,,,,,
22.32 WIB
22 MARET 2022
.
.
.
Update lagi. Heheheheheheheheh semoga suka.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
