
Sebuah Karya Persembahan untuk Gelar Karya Peksiminas 2022 Provinsi Kal-Sel]
Generasi muda dan tua patutlah terus melestarikan budaya Banua. Basama-sama tidak adanya bedanya. Tak ada penerus laksana tali putus, kalau generasi tak peduli akan tradisi yang mungkin saja tergerus. Empat Puluh Satu Cendayan menyimbolkan tradisi massa ke massa, berbudaya Banua, di ujung tombak modernisasi dunia.
EMPAT PULUH SATU CENDAYAN
Buah Karya: Silfina Rahayu
- Tema: Kearifan Lokal
- Isu: Budaya Wadai Ampat Puluh Satu Urang Banjar yang sakral namun minimnya generasi muda yang peduli di zaman modern serta minim pewaris pembuat wadai
- Konsep: Budaya Bawarungan & Basalamatan (Selamatan)
- Jenis Lakon: Modern-Komedi
- Latar Tempat: Perkampungan Banjar
- Set Skenografi Panggung:
-Warung Wadai Ampat Puluh Satu (Sisi Kiri Tengah, Titik Panggung Nomor 6)
-Gardu/Pos Kamling/Rumah Jaga (Sisi Kanan Tengah, Titik Panggung Nomor 4)
- Set Skenografi Lighting:
-Main Lighting/Lampu Halogen (Lighting utama netral untuk menyebarkan pencahayaan dengan luas/ full 9 titik panggung)
-Lampu PAR/ Lampu Sorot (Lighting suasana sebagai lampu sorot, poin beberapa panggung)
-Lampu RGB, Merah (Lighting suasana pembentuk suasana menegangkan, poin 1 tiitk panggung)
-Lampu RGB, Biru (Lighting suasana pembentuk suasana haru, poin 1 titik panggung)
-Lampu RGB, Pink (Lighting suasana pembentuk suasana kasih/cinta, poin 1 titik panggung)
- Set Skenografi Musik: Menyesuaikan Suasana pada Naskah Baik Musik Pengisi Suasana atau Musik Efek
- Set Skenografi Busana & Make-Up: Menyesuaikan Penokohan Tokoh Baik Umur, Watak ataupun Latar Belakang Tokoh.
- Tokoh dan Penokohan:
- Ni Jumi (Ampunnya Warung 41 (yang Punya Warung 41), Penyabar, Kada Purunan (Mudah Kasihan), 70 Tahun)
- Imah (Macal (Nakal), Panyarikan (Mudah emosi/marah), Kada Pamaasian (Tidak Patuh), Tomboi, Cucu Ni Jumi, 20 Tahun)
- Inces/Solihin (Karyawan Ni Jumi, Babanciran (Bencong), Kijil (Genit), 25 tahun)
- Aluh (Kalalantihan (Cerewet), Mendungil (Ngeyel), Artis Tik Tok, Anak Pambakal, 18 tahun)
- Pambakal Iyan (Pambakal (Kepala Kampung), Kijil (Genit), Katuju Bamamakan (Suka Makan), 45 tahun)
- Julak Hayah (Bini Pambakal Iyan (Istri Pembakal Iyan), Pemamaian (Suka Marah-Marah dengan Nyerocos), 40 tahun)
- Iban (Mahasiswa Penelitian, Bungas Babanaran (Ganteng Banget), 22 Tahun)
- Ita (Mahasiswa Penelitian, Culun Babanaran (Culun Banget), 22 Tahun)
- Sinopsis:
Generasi muda dan tua patutlah terus melestarikan budaya Banua. Basama-sama tidak adanya bedanya. Tak ada penerus laksana tali putus, kalau generasi tak peduli akan tradisi yang mungkin saja tergerus. Empat Puluh Satu Cendayan menyimbolkan tradisi massa ke massa, berbudaya Banua, di ujung tombak modernisasi dunia.
BABAK 1
Adegan 1 (Set Warung, Musik Netral, Set Lighting Sorot, Pagi Hari)
(Lighting on)
Ni Jumi beberes warung dengan tubuh renta, satu per satu tersusun kue khas Banjar yang setiap pagi memanjakan muhara mata. Inces masuk panggung sambil membawa tatampah wadai (Tampah kue).
Inces : Nini uuu Ni, nah ini wadai kelalapon, wajik, Apam, Cincin, sama serabi pesanan Nini…
Ni Jumi : uuu akhirnya datang juga Solihin ini
Inces : Umaaa Nini, Inces Nii Inces (Sambil menyibak rambut), Inces ini pegawai paling rajin, pulang dari langgar langsung ke warung Nini, tidak makan gajih buta apalagi korupsi, Inces susunkan sekalian ya Ni, Sudah ada yang beli belum Ni? (Menyusun wadai/kue)
Ni Jumi : Belum, inikan masih jam 6 pagi (Batuk-batuk)
Inces : Nini istirahat aja, biar Inces yang jaga, biasanya orang-orang pulang dari langgar langsung kesini, tapi ini tumben?
Ni Jumi : Kamu kecepatan, jangan-jangan belum mandi lagi? (tertawa kecil)
Inces : Iiihhh Nini, sudah cantik seperti ini, wangi, sudah berbedak, lipstik merah on, menantu idaman, kurang apalagi Inces ini?
Ni Jumi : Kurang jantan aja hin, hahaha (tertawa lagi)
(Inces cemberut dan keluar Imah dari rumah belakang warung baru bangun)
Inces : Nah ini yang namanya belum mandi Ni, Uuu Imah baru bangun ya?, gadis perawan tapi baru bangun (Mimik menyindir) tidak malu sama Inces yang cantik ini….
Imah : Diam Bencong! (kesal)
Inces : Mulutnyaaaa…Ihh…(membuang muka, geram ingin cubit dan kembali menyusun kue)
Imah : Ni Minta Uang (menengadah tangan)
Ni Jumi : Nini belum punya uang, uhuk (Batuk)
Imah : Aghh Bohong, Ayo cepetan (makin kesal)
Inces : Ihhh… Sudah dibilang kalau Nini belum punya uang, belum ada yang beli Imah, kalau mau punya uang itu kerja! jangan jadi sampah masyarakat, minta minta… (Suaranya jadi berat karena terlalu kesal)
Imah : BACOT! Kamu nantangin aku? Berani? (melotot ke Inces)
Inces : (Menggeleng seketika nyalinya jadi ciut)
Ni Jumi : Sudah sudah ini uangnya (memberi ke Imah) jangan beli yang macam-macam ya…
Imah : (Merampas uang dari tangan Ni Jumi) Gini aja lama… (Pergi tanpa Pamit dengan mengambil beberapa wadai)
(Inces masih dengan muka kesalnya, Imah keluar panggung)
Inces : Ihhh… Ni kenapa di kasih uang? Anak itu harus diberi pelajaran, dia sudah kelewatan…
Ni Jumi : Sudahlah hin, kau tau aku tak bisa menolak dia, aku tak punya siapa-siapa lagi, biarkanlah dia…
Inces : Tapi Ni… (menatap Nini) hmmm ya sudahlah (pasrah)
(Melanjutkan aktivitas di warung, menyusun kue-kue kembali, Aluh Masuk Panggung sambil membawa tongsis)
Aluh : Hallo gais kembali lagi bersama Aluh, anak abah yang paling badai, nah disini kita ada di warung Nini Jumi, banyak kan wadai Banjarnya. Nah ini Nini (menyorot kamera ke Nini), dan ini (jeda) tidak penting (menyorot kamera ke Inces), Lanjut Aluh akan review wadainya, kalian mau apa dulu? komen di bawah gais….
Inces : Umaaa Artis ini, pagi-pagi buta sudah dandan heboh, mau kemana?
Aluh : Aluh mau beli kue Bang, yang ini, yang ini, yang, ini, yang, ini, yang ini, yang ini, yang ini, yang ini juga….
Inces : Yang mana-mana? Tunjuk yang benar, bilang namanya?
Aluh : Yang ini bang… Apa ya ini ya?
Inces : Keseringan makan tapi tidak tau namanya…
Aluh : Aluh kada penting namanya, yang penting rasanya enak…
Inces : Iyaaa terserah kamu aja luh… (Pasrah)
Aluh : (Mulai mereview) Hallo gais ini namanya Gaguduh, rasanya manis ada gulanya, hmmm enak…
Inces : Itu Gagatas Luh aii, ini yang Gaguduh ada pisangnya…
Aluh : Ihhh Abang Solihin ini, diam bang, Aluh mau mereview, nanti fans Aluh keluar kebingungan
Inces : Hmmm dibilangin yang benar malah ngeyel (mengambil bedak dan memakai lipstik)
Ni Jumi : Sudah sudah jangan bertengkar di depan rezeki
Aluh : Lanjut gais, nah kalau yang ini ada yang tau? tidak tahu luh, tidak tahu luh, tidak tahu luh (membaca komen live) Kalian ini itu aja tidak tahu, Sama aku juga tidak tau (tertawa)
Inces : (Terkejut sampai tertawa) Burung tak tahu sarang Aluh ini, kamu Aluh Banjar tapi tidak tahu makanan lokal, gimana?
Aluh : Kalau abang tahu, coba abang sebutkan nama-nama wadainya ini…
Inces : (Berlagak sombong) Itu aja? Gampang? Biar Duta Wadai Banjar bicara, geser (menggeser Aluh dan mengambil alih)
: Haiii gais, perkenalkan aku Inces, Duta Wadai Banjar (tertawa kecil), Kalian tau tidak wadai banjar itu ada berapa? lima (menggeleng), sepuluh (menggeleng lagi), wadai khas banjar itu ada empat puluh satu, yang paling best seller ada wadai Bingka ini, sepupunya namanya Bingka Barandam, kalau yang dimakan Aluh itu namanya Wadai Cincin, rasanya manis banget seperti Inces (tertawa kecil). Ini Gaguduh makanan sejuta umat Banjar, kawannya namanya Wadai Untuk yang lainnya ada Kararaban, Wajik, Apam, Undi-undi, Bulungan hayam, Kikicak, Sarimuka, Wadai Lapis, Kelalapon, Cingkarok Batu, Gagatas, Gincil, Wadai Satu, Hintalu Karuang, Lamang, Ronde, Garigit, Sasagun, Ilat Sapi, Cucur, Lupis, Pais Pisang, Pais Sagu, Pais Waluh, Bubur Sagu, Serabi, Putri Salat, Dadar Gulung, Pundut, Amparan Tatak, Ipau, Gayam, Rangkasusun, Agar-agar Habang, Patah, sama Katupat Balamak. Kalau mau tau rasanya datang ke Warung Empat Satu Nini Jumi, bye Gaiisss, Muach…
Aluh : WOWWW! (Terpelongo sambil tepuk tangan), Keren juga Abang ya…
Inces : Siapa dulu, Inces… (menyibak rambut)
(Pambakal masuk panggung)
Pambakal : Umaaa Ramainya, lagi ngapain ini? Nii teh hangat lah nii…
Aluh : Abang Solihin lagi menjelaskan wadai tadi Bah, Boleh diulang lagi gak bang?
Inces : SIBUK!
Ni Jumi : Nah tehnya kal, sudah jangan berkelahi terus, tidak baik?
Pambakal : Apa yang kalian ributkan?
Aluh : Masalah wadai aja Bah, di marahin Bang Solihin Aluh, karena tidak tau namanya…
Inces : Ihhhh INCES WOI INCES!
Pambakal : Nah betul marahin aja Aluh ini Hin, kamu galuh tapi ga tau namanya, gimana mau buat…
Aluh : Aluh tahunya Desert Box, Brownies, Tart yang viral-viral di tik-tok, yang seperti Artis dan Bule-Bule…
Pambakal : Apa kelotok (Perahu)?
Aluh : Tik tok Abah Tik tok
Inces : Nah ini yang kata Inces tadi, ‘Burung kada tahu di sarang’ (Burung tak tahu sarang)
Ni Jumi : Aluh itu juga betul, kita tidak bisa menolak dengan peningkatan zaman, massa terus berjalan, semuanya sudah jadi tradisi modern yang patut untuk dikembangkan, namun yang ada di Banua sendiri juga patut untuk dilestarikan.
Pambakal : Apa-apa yang utama tetap Banua kita
Inces : Nah betul kata Nini sama Pembakal, jangan taunya cuma makan aja jua, kalau kata Orang Banjar “Handak Tahu Nyaman Haja, Tahu Baharat Rasa, Kada Paduli Wan Dalam Banua” (Maunya cuma enaknya aja, tahu rasa keren, tidak peduli dengan apa yang ada di Banua).
Aluh : Kenapa Aluh jadi dimarahin (merengut) Iyaa nanti Aluh ingetin lagi namanya
Pambakal : Tidak ada yang marahin Aluh, Jangan diingat namanya aja, dicoba bikin juga…
Aluh : Iyaaa… (masih merengut)
Pambakal : Ooo ya Ni, besok siang ada mahasiswa dari kota mau mewawancarai Nini
Ni Jumi : Wawancara Apa?
Pambakal : Mewawancarai Warung Nini buat penelitian mereka, sambil mau belajar buat kue tradisional katanya
Ni Jumi : Wah boleh, datang aja, uhukkk (batuk)
Pambakal : Sakit lagi ya Ni? Istirahat aja dulu Ni, atau untuk mahasiswanya saya bilangin nanti aja kesini?
Ni Jumi : Tidak papa Kal, ini penyakit tua, sudah biasa
Pambakal : Dimana Imah Ni? lamanya saya tidak bertemu…
Aluh : Genitnya Abah, Bah ada Mama (menunjuk)
Pambakal : Mana? (terkejut)
Aluh : (Tertawa Puas)
Inces : Ngomong-ngomong mahasiswanya laki-laki ya Kal? Bungas (tampan) tidak?
Pambakal : Jangan macam-macam Solihin
Aluh : Kalau laki-laki baik sama Aluh, daripada sama Abang Incesss Ini…
Inces : Baik sama Inces lah…
Aluh : ALUH!
Inces : INCES!
Aluh : ALUHH!
Inces : INCESS!
Aluh : ALUHHH!
Inces : INCESSS!
Pambakal : SUDAHHHH!
(Blackout)
Adegan 2 (Set Warung, Musik Netral, Set Lighting Sorot, Siang Hari)
(Lighting on)
Inces dan Aluh berdua main tik-tok Dance Challenge di depan warung Nini.
Tik Tok Musik ‘Kadang Bikin Aku Kesal,
Tiba-tiba aku melayang, menembus lapisan awan, kuhempaskan semua sedihku’
Aluh : Nah bagus, Aluh Upload lah…
Inces : Diberi Filter supaya Inces Bungas (Cantik), Kau tak pulang? Mamamu pasti marah dari pagi asik keluyuran aja…
Aluh : Mama Aluh masih tidur, biasa ibu hamil
Inces : kalau di marahin Mamamu, Inces gak ikut-ikut ya…
: (Inces meihat dari kejauhan) Luh luh, Mamamu…
Aluh : Mana? (terkejut) Ooo Iya, Aduh pasti dimarahin aku ini…
: Aku sembunyi, kalau mamaku tanya, bilang Aluhnya tidak disini… (bersembunyi)
(Julak Hayah ke warung wadai)
Julak Hayah : Solihin bin Mahmud ada lihat Aluh tidak?
Inces : Tidak lihat Julak (Tapi tangan Inces menunjuk ke arah Aluh sembunyi)
Julak Hayah : Ooo tidak disini dia ya… (menjewer telinga Aluh) Kenapa tidak pulang-pulang?
Aluh : Aduhh Ma, sakit… Ihhh abang nii (melotot ke Solihin)
Inces : (Pura-pura tidak lihat)
Julak Hayah : Mama nungguin dari pagi mau makan wadai, Anaknya disini nongkrong…
Aluh : Aluh mau nunggu mahasiswa yang kata Abah itu…
Inces : Inces juga
Julak Hayah : Genitnya kalian ini, Amit-amit cabang bayi jangan ikut-ikutan mereka ya nak…
Aluh : Ini wadai pian
Julak Hayah : Nah salah kan, kata mama wadai pais pisang, ini waluh nak…
Aluh : Nah salah, besok lagi beli Ma (tertawa tanpa dosa)
Julak Hayah : Sudah habis semua ya hin? sudah tutup?
Inces : Iya sudah habis Julak, Nini juga lagi sakit, ini sisanya untuk mahasiswa yang mau kesini, jadi tutup…
(Tidak lama datang pembakal dan 2 mahasiswa)
Julak Hayah : Nah Abah
Pambakal : Mamanya, kenapa kesini?
Julak Hayah : Nih mencari anak kau ni, asik main aja, ini mahasiswanya ya?
(Inces dan Aluh terpesona, Ni Jumi keluar rumah)
Ni Jumi : Eee Pambakal, Hayah… Ooo ini ya anak-anaknya?
Pambakal : Iya Ni, Ini namanya…. Eh eh
Inces : Hallo, my name is Inces, yang akan mengajarimu memasak wadai, aku jomblo loh…
Aluh : Aku Aluh (menyenggol Inces) Artis tik-tok, Follow lah, id nya aluhbungas
Julak Hayah : Ngerinya yang berdua ini, sudah-sudah jangan ganggu mereka, siapa namanya tadi?
Iban : Saya Iban, Kalau ini…
Ita : Ita
Inces dan Aluh: Oh..(Inces dan Aluh mengangguk)
(Ni Jumi mendengar sedikit keributan dan keluar rumah)
Ni Jumi : Duduk Nak… Seadanya ya
Iban :Iya tidak apa-apa Ni
Pambakal : Jadi mereka ini mau nanya-nanya masalah wadai empat satu Banjar Ni
Julak Hayah : Kalian bersama orang yang tepat, Ni Jumi ni sudah legend jualan wadai Banjar, jadi tanyakan saja banyak-banyak…
Iban :Biasanya wadainya ini dijadikan konsumsi pagi aja ya Ni?
Ni Jumi :Biasanya selain konsumsi pagi, wadai empat satu juga syarat sakral untuk mengusir roh jahat pada ritual tradisi, misal selamatan, nikahan, tujuh bulanan, atau acara adat lainnya…
Inces : Bungasnya Iban ni, malu Inces jadinya
Aluh : Memotong aja Abang ni… (menepok paha Inces)
Iban : Kalau sekarang itu masih berjumlah empat puluh satu ya Ni?
Ni Jumi :Masih, tapi biasanya terjual hampir tidak sampai empat puluh satunya
Ita : Kenapa bisa seperti itu Ni?
Ni Jumi :Karena para pembuat kue khas sudah minim, dan pewaris pembuat kue juga sudah banyak merantau ke kota, jadi sangat sedikit yang masih tersisa, untuk warung Nini ini juga sudah tak selengkap dulu lagi?
Iban : Apa berhubungan dengan pewaris juga ni?
Ni Jumi : Anak Nini sudah tidak tinggal disini, dia tinggal ke kota yang lebih besar dan membuat kehidupannya sendiri…
Ita : Cucu?
(Semua menghela nafas)
Imah : Ni Uang (menengadah tangan)
Pambakal : Eeeh Imah, mau kemana? (genit)
Julak Hayah : HEH! (melotot ke arah pambakal)
Imah : Cepetan uang
Ni Jumi : (mengambil uang di dompet)
Imah : Udah sini semuanya…
Ni Jumi : Jangan semua Mah, ini untuk modal besok…
Imah : Terserah aku lah…
Julak Hayah : Ihhh mengerikan sekali kau Mah, Tobat, Amit-amit cabang bayi…
Imah : Yang harusnya tobat itu Julak, setiap hari ngomongin orang, cerewet, cemburuan, dah ah dari pada disini…
Ni Jumi : Imah, uhuk kembalikan uangnya Cu…(Batuk)
Julak Hayah : Imah kamu kurang Ajar ya, Ini Nini kamu sakit, kita bawa ke dalam aja dulu Bah..
(Pembakal dan Julak Hayah membawa masuk Ni Jumi ke dalam)
Inces : Kalian paham kan (berbisik)
(Iban dan Ita mengangguk)
Inces : Ingin rasanya aku beri dia pelajaran, tapi gimana ya?
Aluh : Sama, tapi gimana ya?
Ita : Aku tau gimana caranya?
Aluh dan Inces: Gimana gimana?
(Berbisik bersama)
Inces : Pintar juga kau, Oo ya kalian ini satu kelas ya?
Iban : Iya, kami saudara kembar
Aluh dan Inces: HAH KALIAN KEMBAR!
(Blackout)
Adegan 3 (Set Gardu, Musik Netral, Set Lighting Sorot & RGB, Set Busana Ganti Hari-Pagi Hari)
(Lighting on)
Imah ada di Gardu sambil baruku, sambil minum-minum tidak karuan, mendengarkan musik dari radio gardu dan seringkali melamun. Aluh lewat gardu.
Aluh : Kadang bikin aku kesal, Tiba-tiba aku melayang menembus lapisan awan, kuhempaskan semua sedihku…. (memperagakan musik tik tok sambil berjalan) Na na na
(Sadar melihat Imah) Haduh ada Imah, nanti aku di palak (Sambil jalan mudur)
Imah : Eh Aluh sini
Aluh : Aduh Imah sadar lagi
Imah : CEPATTT!
Aluh : iya iya iya (muka takut)
Imah : Kau datang dari mana?
Aluh : Dari rumah handak ke warung Nini, sudah ya nanti mama aku marah (bergegas)
Imah : Eiii buru-buru banget, minta duit…
Aluh : Aluh ga punya uang….
Imah : KARAMPUT!
Aluh : Ihhhh Beneran
Imah : Sini (menggeledah Aluh) Nah ini apa?
Aluh : I-itu duit mama Aluh buat beli wadai, kembalikan ka…
Imah : Eh Kau jangan bilang siapa-siapa ya, kalau tidak habis kau (Mencubit Aluh)
Aluh : I-iyaa ka (sambil menahan sakit)
(Tiba-tiba datang Solihin, dan melihat mereka berdua yang mencurigakan)
Inces : ALUH
Inces : Ngapain disini luh? Imah kau tak pulang dari semalam?
Imah : Apa urusannya sama kau? (sinis sambil main handphone)
Inces : Nini kau itu sakit, pulang lah…
Imah : Arghh Bacot banget sih (Main game di Handphone)
Inces : Cepat Pulang!
Imah : Ga Mau! (mengambil kue Inces di Tampi dan memakannya)
Inces : Ihhh tidak sopan banget ya, ini itu tempahan kuenya Jualak Hayah
Imah : Bodo Amat…
Inces : Dah habis ya kesabaranku hadapin kau kek bangsat ni, dah maju (menggulung lengan baju)
Imah : Ooo sudah berani sekarang si bencong, siapa takut…
(Imah dan Inces bertengkar,Aluh menjadi panik melihat pertengkaran mereka)
Aluh : Loh…. Kok Berantem, Duh duh Tolong, tolong!
Imah : Habis kau sama aku!
Inces : Berani Kau ya!
Aluh : Tolong, Tolong! (Takut Meleraikan)
Inces : GANTI RUGI GAK!
Imah : CUIH NAJIS!
Inces : BANGSAT!
(Iban dan Ita datang, terkejut dan meleraikan mereka)
Iban : Ehhh sudah, Cukup, kenapa jadi bertengkar seperti ini?
(Iban terjatuh dan tertarik Imah, hingga membuat mereka jatuh berdua, semua terkejut dan hanya bisa terdiam)
Inces : TIDAKKKK! (terkejut dan berlari meninggalkan panggung)
Aluh : Bang Inces, tu-tungguin, tampinya ketinggalan
Ita : (Terkejut, terdiam dan meninggalkan mereka)
(Suasana jadi canggung dan aneh)
Iban : Ka-kamu tidak papa?
Imah : Apaan sih? kenapa dihentikan coba? (menyalakan rokok)
Iban : Kamu cucunya Ni Jumi ya? (menghentikan tangannya) Aku Iban (mengulurkan tangan) Kamu tidak pulang, Ninimu kan sakit?
Imah : Bukan urusan kamu, pergi sana…
Iban : Aku tahu apa masalahmu? Pulanglah sebelum menyesal maaf itu tak berbatas, hargai selagi ada…
Imah : (Melamun sambil merokok tak lama terdengar suara dari langgar)
: Nini… (Terkejut menangis)
(Iban meninggalkan Imah sendiri di Gardu bersama asap rokoknya)
(Blackout)
Adegan 4 (Set Warung, Musik Haru, Set Lighting Sorot-RGB, Pagi Hari)
(Lighting on)
(Imah datang ke rumah dengan tersedu-sedu memanggil Nini nya, semua orang berkumpul termasuk pambakal wan bininya)
Imah : Nini…(Menangis sambil berjalan ke muka warung kada kuat masuk rumah)
Pambakal : Sudah relakan (sambil merangkul Imah)
Julak Hayah : (Menepuk tangan Pembakal) Sempat-sempatnya (melotot)
: Sudah Mah, ini sudah takdir, tidak bisa terulang, relakan saja…
Pambakal : Hari terus berjalan, waktu terus berputar, Nini sudah cape sudah tua…
Imah : Biadab! (menepuk dirinya) Ni Imah salah, ini bukan salah Nini, Imah yang masih belum mengerti, Imah yang tidak tau diri, Imah minta maaf…
Julak Hayah : Sekarang kau tahu kan alah kau apa, minta maaflah sama Nini kau…
(Ni Jumi keluar rumah dan membuat Imah terkejut)
Ni Jumi : Imah…
Imah : Nini… (Sontak memeluk Ni Jumi)
Inces : Yah sebenarnya ini prank, kami sudah merencanakan dari kemain, habisnya kamu bandel banget, nih tangan Inces masih sakit…
Imah : Maaf ya hin, dan semuanya juga aku minta maaf…
: Iban terimakasih juga ya, I-iban… (melirik Iban)
Aluh : Cieee keknya habis selamatan 7 bulanan mamaku, bakal ada selamatan nikahan nih…
Inces : Iyah gais sebenarnya setelah ini, Inces dan Iban mau nikah (tertawa malu)
Semuanya : IDIH NAJIS!
(Black Out)
-SELESAI-
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
