6. SELESAIKAN SEMUA MASALAH SEBELUM TIDUR

0
0
Deskripsi

Konon, pertengkaran suami-istri adalah hal yang biasa. Jadi bumbu-bumbu penyedap dalam berumah tangga. Ujian untuk lebih mengeratkan pertalian di antara pasangan. Jalan untuk mendapatkan kehidupan rumah tangga yang lebih bahagia. Cobaan yang bisa menuntun ke jalan yang lebih menjanjikan di masa selanjutnya.

Pertengkaran di tahun-tahun awal perkawinan menjadi lumrah karena pasangan masih dalam tahap pengenalan karakter masing-masing, juga orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Di masa-masa ini...

Konon, pertengkaran suami-istri adalah hal yang biasa. Jadi bumbu-bumbu penyedap dalam berumah tangga. Ujian untuk lebih mengeratkan pertalian di antara pasangan. Jalan untuk mendapatkan kehidupan rumah tangga yang lebih bahagia. Cobaan yang bisa menuntun ke jalan yang lebih menjanjikan di masa selanjutnya.

Pertengkaran di tahun-tahun awal perkawinan menjadi lumrah karena pasangan masih dalam tahap pengenalan karakter masing-masing, juga orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Di masa-masa ini hal-hal sepele dan remeh bisa menjadi pemicu. Masalah keuangan… keluarga pasangan… kebersamaan… jatah liburan… soal anak… batasan-batasan antara suami-istri… dan privasi pasangan, katanya bisa meletupkan pertengkaran.

Soal mantan?

Ya ampun!

Jeffry mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Meski layar tivi sudah mati, bayangan Andhika masih terlihat jelas di matanya. Dan, dia tak mau disalahkan atas keadaan itu.

Terus, itu salah Andhika? Salah dia selalu terlihat semakin baik dan memesona? Salah dia selalu berseliweran di layar tivi setiap hari?

Dzigghh!

Jeffry mengenyahkan dirinya yang lain yang dengan berani menyalah-nyalahkannya. Pandangannya mengarah ke pintu kamar. Miranti pasti sudah tidur setelah menganggap semuanya bukan masalah. Setelah menganggap semuanya tak lebih penting dari rasa kantuk. Alangkah enaknya jadi dia.

Ya ampun, apa sih yang dilakukannya seharian ini?

Bunyi alarm ponsel menunjukkan malam sudah larut. Jeffry ingat pernah mendapat nasihat baik. Masalah suami-istri sebaiknya diselesaikan sebelum tidur, jadi ketika bangun semuanya sudah kembali seperti semula.

Benarkah? Mungkin benar, tapi bisa juga salah. Sulit diterapkan buat Jeffry saat ini. Bagaimana bisa menyelesaikan masalah mereka jika Miranti sudah terlelap sementara dia sendiri pun belum bisa membuat hatinya tenang?

Nasihat itu hanya bisa diikuti kalau masalah datang jauh sebelum waktu tidur tiba, Jeffry menyimpulkan sendiri. Dia menguap, lalu meneguk air putih. Berharap itu bisa mendinginkan hati. Tak lama kemudian dia berderap menuju kamar.

*

Jeffry terbangun di pagi hari, mendapati Miranti sedang mengurusi Mika dan Jemmy sekaligus. Miranti sedang menyusui Mika, sebelah tangannya menepuk-nepuk Jemmy yang merengek dengan rengekan yang semakin lama semakin pelan.

“Kak Jemmy sama Papa yuk,” bujuk Jeffry setengah berbisik, khawatir mengusik Mika yang didekap Miranti. Waktunya masih cukup sebelum bersiap-siap ke kantor. Dia melirik Miranti, berharap mendengarnya berkomentar. Tapi, tak ada satu kata pun yang keluar dari bibirnya.

Dia masih marah. 

Jeffry hendak meraih Jemmy dan menggendongnya, tapi tangan Miranti menahan pinggang Jemmy dengan erat. 

“Ummmhh…,” hanya itu yang terdengar dari mulut Miranti.

Jeffry  mengalah, meninggalkan kamar dengan rasa heran yang ingin dia mengerti.

Kenapa Miranti masih marah dan mendiamkannya? Padahal Jeffry sudah mengalah dan mendekatinya lebih dulu. Sebegitu terlukanyakah Miranti oleh sikap Jeffry semalam?

Jeffry menghela napas. Rasanya kesalahan yang dibuatnya tak fatal. Dia tidak menuduh Miranti dengan tuduhan yang tidak-tidak. Mereka hanya mempermasalahkan para mantan dan itu pun bukan masalah besar, menurutnya.

Bagaimana bukan masalah besar, Jef? Miranti marah karena kamu menganggap seolah-olah dirinya nggak bisa dipercaya. Buat dia mungkin itu masalah yang besar. Saling percaya adalah salah satu kunci untuk hubungan yang lestari.

Tapi, aku kan justru menunjukkan kalau dirinya penting buatku.

Dengan metode pembuktian terbalik? Cis! Dikira kasus korupsi, apa?

Tapi aku nggak bermaksud begitu. Masa menuduh yang nggak-nggak…

Terserah kamulah! Udah minta maaf?

Jeffry memutar mata. Obrolan seru di dalam dirinya terhenti seketika. Iya, dia belum meminta maaf. 

Suara kucuran air membuatnya tersadar. Semula dia hendak mencuci dan memotong buah untuk sarapan. Tapi, buah belum dikeluarkan dari kulkas dia sudah membuka keran di wastafel tanpa disadari.

Terdengar langkah menuju ruang makan saat Jeffry baru saja menutup keran. Dia berbalik, siap meluncurkan kata maaf dengan ekspresi penyesalan yang maksimal. Namun, ekspresi Miranti yang dilihatnya dari kejauhan sungguh di luar dugaan.

“Udah bikin sarapan sendiri, Jef?” tanyanya dengan senyum yang lebar. “Sori, aku ketiduran.”

Jeffry menggaruk-garuk pelipis, bingung menanggapi reaksi Miranti.

“Eh? Oh… eh, ini baru mau cuci buah.”

Miranti semakin dekat, hendak mengambil buah dari dalam kulkas. Jeffry menunggunya dengan kikuk.

“Mir, maafin aku ya soal semalem.”

Miranti tertawa. Suaranya membuat Jeffry gagap meneruskan.

“Umm… kamu udah nggak marah lagi,’kan?”

Sambi mencuci beberapa jenis buah Miranti berujar, “Dari semalem juga udah kelar buat aku, Jef. Makanya bisa langsung tidur nyenyak.”

Pagi yang semula terasa pengap mendadak melegakan. Jeffry mengembuskan napas lega dengan demonstratif, membuat Miranti menyeringai lebar.

‘”Dih, nggak usah lebay, ah!”

Jeffry mendekati Miranti, mengekorinya seperti seekor kucing.

“Tapi, kamu tadi ngelarang aku ambil Jemmy….”

Miranti yang sedang memotong buah menyahut, “Yaiyalah, anak udah mau tidur lagi malah mau dipindahin.”

“Abis, kamu nggak omong apa-apa, cuma mmmhhh….”

“Sori, aku ngantuk berat tadi.”

“Sampai tak bisa berakata-kata ya?” seloroh Jeffry. Dia merengkuh bahu Miranti dari belakang dan memeluknya erat. “Istriku emang isdabes! Mmmmuaaah…!” katanya, mengacak-acak rambut Miranti dengan ujung hidung.

Jeffry menarik kursi, duduk menanti Miranti selesai memotong buah sambil memainkan gawai. Dia membuka-buka laman media sosial, membaca beberapa status sebelum secara tiba-tiba gawai di tangannya berubah wujud menjadi piring yang dipenuhi potongan buah.

“Sarapan dulu yang bener, papanya Jemmy dan Mika sayang. Jangan main medsos terus.” Miranti memasukkan ponsel Jeffry ke dalam kantung di celemeknya.

“Baiklah, mamanya Jemmy dan Mika yang cangtip….”

Pagi ini terasa segar, sesegar potongan buah yang dikunyah Jeffry sesuai aturan. Sampai cukup lembut untuk ditelan dan dapat membantu meringankan organ pencernaan. Setidaknya, begitu yang sempat Jeffry baca di medsos sebelum negara api menyerang dan mengubah ponselnya jadi potongan semangka merah merona.

*

Pada akhirnya, drama satu setengah babak tentang mantan selesai. Dengan sepengetahuan Miranti, Jeffry berteman dengan Chyntia di semua akun medsos miliknya. Nomor ponsel Andhika pun kembali bertengger manis di daftar kontak ponsel Miranti. Nama pembawa berita terkenal itu terbaca lagi di pojok kiri atas pada pesan yang dikirimnya di grup wassap, juga di daftar teman fesbuk. Bahkan “Andhika D. Wardana” dengan centang biru tertera di daftar orang yang diikuti Jeffry di akun ige dan twitternya.

“Aku mau nyetalk dia biar bisa antisipasi kalau dia mulai modus-modus dengan istri cantikku. Belum merit kan dia?”

Alasan Jeffry membuahkan lemparan segumpal tisu yang masuk tepat ke gelas jus yang isinya masih tersisa setengah.

“Ya ampun, Mir!” protesnya, tapi malah membuat Miranti menyeringai lebar.

“Jangan malu-maluin!”

“Nggak janji ya…,” ledek Jeffry. Dia berdiri, “Aku mau mandi, siap-siap ke kantor.”

“Nah, begitu kan lebih bermanfaat,” timpal istrinya. “Pulang nanti bawa duitnya yang banyak ya!” selorohnya.

Sebuah pesan dari seorang istri yang bisa membuahkan dua hasil berbeda. Membuat suami lebih bersemangat atau membuatnya merasa terbebani. Tapi, Jeffry bisa memastikan tidak ada maksud jelek dari pesan yang dilontarkan istrinya itu.

Miranti memberesi sisa sarapan mereka. Membuang sampah dan mencuci piring. Di menjengit ketika ada yang mencoba merogoh kantung celemeknya dari belakang. Secara spontan dia mempertahankan benda yang disimpannya di sana.

“Eits! Jangan coba-coba bawa hape ke kamar mandi!” ancamnya sembari menggenggam ponsel Jeffry erat-erat.

“Isshhh…istriku galaknya ngelebih-lebihin satpam komplek,” keluh Jeffry, lalu menghilang ke kamar mandi diiringi gelengan istrinya.

*

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya 7. YANG INGIN KAUKETAHUI DAN INGIN KAULIHAT DARI MEDSOS MANTANMU
1
4
“Wuiih… siapa tuh?” Mata Wira menunjuk foto yang terpampang di layar ponsel Jeffry. “Coba lihat,” pintanya setelah menarik tangan Jeffry mendekat. “Wow! Cantiknya super, nggak kaleng-kaleng.”Jeffry tertawa. Entah menertawakan komentar Wira atau merasa senang mendapat teman baru yang sama-sama mengagumi kecantikan keturunan Hawa yang satu ini.“Siapa?”“Temen, kok,” katanya defensif,  mengantisipasi Wira berpikir macam-macam.“Kok, pake ‘kok’? Apa aku terlihat mau ambil kesimpulan lain?”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan