LANGIT GEMINI (COMPLETE)

9
4
Terkunci
Deskripsi

Setelah putus dengan Jesper, cowok yang selama dua tahun ini menjadi pacarnya, Gemini memilih -jika tidak mau disebut terpaksa- pulang ke Batam. Karena satu dan lain hal dia terpaksa bekerja sebagai kasir di sebuah kafe, padahal keluarganya lebih dari sanggup membiayai dirinya yang suka menghambur-hamburkan uang. Yang membuatnya kesal bukan hanya karena harus bekerja, tapi seorang pengunjung yang kaku, tidak bisa diajak becanda dan lebih sering melotot padanya.
-Gemini Tomo-

Sebenarnya Langit...

46,463 kata

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Paket
8 konten
Akses seumur hidup
999
Karya
1 konten
Akses seumur hidup
399
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya CHOCOLATE KISS COMPLETE
9
4
Prolog Cuaca hari ini sangat tidak mendukung, batin Fanny. Rasanya dia sudah hampir pingsan. Fanny menghentikan gerakan kakinya dan menghapus keringat di dahinya. Dia menelan ludah, kerongkongannya  jelas membutuhkan air.Eh, kamu! Kenapa diam saja? bentak seorang senior yang kebetulan adalah salah satu mentor di grupnya. Fanny menggeleng lemah. Lalu melanjutkan gerak jalan sialan itu. Ospek sialan! Fanny melirik teman - teman seangkatannya yang raut wajahnya tidak jauh berbeda dengan dirinya. Dia mendaftar kuliah di kampus ini untuk menjadi seorang baker sukses, bukan untuk disiksa selama tiga hari seperti ini. Memikirkan hal itu membuatnya semakin kesal.Kau lagi! bentak senior yang sama. Senior wanita yang diketahui Fanny bernama Dinda itu kemudian menghentikan segala aktifitas yang dilakukan teman-teman satu grupnya. Disaat yang bersamaan grup-grup lain juga mendapatkan perintah yang sama. Tampaknya neraka bernama peraturan baris-berbaris ini sudah berakhir.Semuanya kembali ke kelas! kecuali kamu. perintah Dinda kemudian menunjuk Fanny. Fanny melongo tidak percaya lalu menunjuk dirinya sendiri untuk meyakinkan.Iya kamu! Dinda menatapnya tajam. Fanny menghelah napas pelan. Apakah dia akan menerima hukuman karena dia berhenti bergerak tadi? Fanny memandang cemas pada Dinda.Ikut saya! perintah Dinda. Fanny mengikuti Dinda berjalan menelusuri koridor menuju kantin, tempat sebagian senior yang menjadi panitia ospek beristirahat.Hai Din, hukuman? tanya seorang senior pada Dinda ketika Fanny dan Dinda melintasi meja mereka. Dinda mengangguk dan tersenyum cerah. Sangat berbanding terbalik dengan wajah Fanny yang sudah pucat. Tanpa Fanny sangka, Dinda menyodorkan sebotol air mineral pada Fanny.Terimakasih kak. ucap Fanny kemudian meneguk isi botol itu sampai habis. Dia bahkan tidak peduli sebagian senior sedang memperhatikannya. Dinda mengambil tempat dan duduk di sebelah Steve, senior yang tadi menyapa. Fanny mencelos dalam hati. Kenapa juga dia harus ikut dengan Dinda jika akhirnya dia hanya berdiri di samping meja yang dikelilingi banyak senior seperti orang bodoh. Tidak masalah jika dia sedang tampil normal, tapi jelas ospek sialan ini tidak akan membuatnya terlihat normal. Rambut hitam panjangnya dikepang enam dan papan nama besar yang bergelantungan didepannya. Semburat merah muncul di wajah Fanny saat beberapa senior yang lewat menggodanya sambil lalu.Kamu buat salah apa sampai dihukum Dinda? tanya Steve terkekeh. Fanny menggeleng.Kebanyakan melamun. jawab Dinda. Dia melirik Fanny misterius kemudian memintanya duduk. Fanny menurut seperti sapi yang telah di cucuk hidungnya.Kamu lihat senior yang berkaus putih itu? Dinda menunjuk seorang pria yang duduk beberapa meja di depan mereka. Pria itu tampak sedang berdiskusi serius dengan beberapa temannya. Fanny mengangguk. Ambilkan sehelai rambutnya. perintah Dinda santai. Dia melanjutkan kembali memakan baksonya. Kebetulan dia belum sarapan dari pagi. Dinda tidak sadar Fanny memadangnya memohon. Di samping Dinda, Steve menyeringai bahagia.Ayo Fanny! seru Steve memberi semangat. Dengan gusar Fanny pergi dari meja mereka.Sudah lama tidak ada pertunjukan menarik. ucap Dinda menyeringai sambil memperhatikan Fanny yang bersungut-sungut.Gadis itu manis, kasihan jika harus bertemu serigala seperti Dimas. Si brengsek itu akan berterimakasih padamu. ucap Steve prihatin.Jangan memuji gadis lain di hadapanku. ancam Dinda. Steve meraih tangan Dinda di bawah meja dan mencuri satu kecupan di pipinya. Kamu yang paling manis. bisik Steve mesra.Fanny berjalan tanpa semangat menuju meja yang penuh gelak tawa itu. Semakin dia mendekat pada sasarannya, semakin banyak senior yang memperhatikannya dengan raut wajah seolah bertanya apa yang sedang dilakukannya saat ini. Suara tawa itu akhirnya benar- benar berhenti ketika Fanny berdiri tepat di belakang senior berkaus putih itu.Permisi kak. bisik fanny pelan. Pria itu memutar tubuhnya dan Fanny bersumpah manusia yang sedang menatapnya ini luar biasa tampan. Kulit eksotis, mata dan rambut sehitam arang, rahang kokoh dan bahu lebar.Ada apa? Suaranya yang serak dan rendah bahkan mampu mengirimkan sengatan listrik ke tubuh Fanny, membuat gadis itu gugup. Fanny meremas tangannya dan memandang pria itu gugup. Senior lain tampak antusias dengan pertunjukan yang akan menjadi seru sebentar lagi. Mereka tahu persis seperti apa seorang Dimas.Maaf kak, boleh saya minta sehelai rambut kakak? tanya Fanny takut. Mata besarnya yang dilengkapi bulu mata lentik membelalak dengan indah menatap Dimas. Dimas mengakui dia sempat terpesona dengan mata coklat itu.  Tanpa Fanny sangka Dimas tersenyum manis padanya. Fanny yang semula gugup dan takut membalas senyum itu dengan perasaan lega. Dia telat menyadari senyum manis itu seharusnya membuatnya lebih takut, karena tidak ada senyum manis dalam kamus Dimas.Baiklah, tapi, katanya terputus.Fanny menatapnya bingung, tapi apa?Makeout denganku selama sepuluh menit. jawab Dimas santai sementara bisik - bisik jahil mulai terdengar dari seniornya yang menatap Fanny penuh arti. Fanny tampak terkejut dan tertegun, dia memandang senior lainnya seolah mencari pertolongan atau petunjuk bahwa ini semua hanya lelucon. Tapi dia harus menelan ludahnya gugup karena dia tidak mendapat indikasi yang mengarah pada lelucon. Dadanya berdebar kencang saat dia menatap Dimas yang tengah menikmati coklat batangan dengan santai. Apakah dia harus melakukannya?Putuskan kau akan nelakukannya atau tidak sebelum aku menghabiskan coklatku. Itu kesempatan terakhirmu. Suara serak rendah yang menyebalkan itu tidak salah lagi sedang meremehkannya. Fanny menatap pemilik rambut hitam sebahu itu dengan kesal. baiklah, batinnya.***
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan