Lost Story of Adriana Sinclair BAB 1-2

0
0
Deskripsi

Chapter 1-2 :

Lost Story of Adriana Sinclair - 1

 

 

“Ini salahmu! Ini semua salahmu! Kenapa kau harus hidup di dunia ini!? Kalau kau tidak hidup! Mama pasti masih bisa tersenyum dan hidup bahagia!”

“Kau seharusnya malu pada dirimu sendiri. Anak tidak berguna seperti dirimu tidak layak untuk menghirup oksigen seperti kami.”

“Kasihan sekali Permaisuri. Padahal beliau sudah mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan anak itu, sayangnya anak yang di lahirkannya sama sekali tidak mirip dengan siapa pun.”

“Atau memang benar kata orang-orang? Apa kalian yakin bahwa gadis itu adalah Tuan Putri yang asli?”

“Mungkin saja dia adalah bayi orang lain bukan? Jika tidak mana mungkin bayi yang di lahirkan oleh Permaisuri mempunyai sifat sangar seperti itu.”

Bisikan-bisikan dari orang-orang di sekitarku masuk ke dalam telinga.

Tanpa mengetahui bagaimana perasaanku ketika mendengarnya, mereka terus mengulang kalimat yang sama.

Kalimat dimana mereka mempertanyakan apakah sosokku adalah sosok Tuan Putri yang di lahirkan oleh sang Permaisuri yang memiliki hati baik nan lemah lembut.

Brak Brak Brak

“Kenapa?! Kenapa tidak ada yang mencintaiku?! Padahal aku sudah berusaha keras untuk memperbaiki sikapku! Tapi kenapa tidak ada yang menghargai usahaku?!”

Sudah berkali-kali aku berteriak dan menghancurkan barang-barang di kamar.

Tidak terhitung lagi sudah berapa banyak barang-barang itu rusak.

Aku selalu menghancurkan segala hal yang dapat ku raih agar perasaan menjijikkan yang menyesakkanku ini bisa lega.

Namun…

“Cth! Apa yang kau lakukan?! Apa kau sudah gila?! Jangan merusak barang-barang lagi! Dasar anak terkutuk!”

“Apa katamu!? Berani sekali kau merendahkanku seperti itu?! Apa kalian tidak tahu siapa aku?! Aku adalah Tuan Putri di Kerajaan ini!”

“Tidak! Kau bukan Tuan Putri! Kau hanya gadis gila yang suka merusak! Permaisuri yang kami cintai tidak pernah melahirkan sosok penghancur sepertimu!”

Tanganku ku kepal dengan erat saat mendengar ucapan tajam itu.

Seperti biasa, mereka mengucapkan kalimat itu dengan mudah dan menggoreskan luka pada hatiku.

Dan tanpa mengetahui bagaimana perasaanku ketika mendengarkannya, ucapan yang terasa seperti belati tajam itu semakin menusukku.

“Ya ampun. Dia berulah lagi?”

“Iya. Ini sudah yang ke berapa kali dia seperti ini?”

“Kasihan Yang Mulia dan pangeran. Mereka harus mempunyai anggota keluarga yang gila.”

Braak Braakk Braaakk

“Berisik! Berisik! Berisik! Tutup mulut kalian! Jangan memandangiku dengan tatapan seperti itu! Yang perlu kalian lakukan hanya lah melayaniku! Jadi jangan bertingkah seperti itu di hadapanku!”

Aku yang tidak tahan dengan segala keadaan yang ada semakin menggila.

Semakin hari aku semakin merasakan emosi milikku bertambah tinggi sampai akhirnya membuat Kaisar, yang sebenarnya adalah sosok Ayahku menghela nafas dengan memandangiku tajam.

Meski dia tahu aku di perlakukan tidak adil dan selalu di rendahkan oleh banyak orang, dia sama sekali tidak berusaha untuk menolongku.

Dan bukannya memperbaiki keadaan, dia malah semakin memperburuknya.

Bahkan…

“Ini Yveria. Adik perempuan kalian. Dia akan menjadi Tuan Putri Kedua di Kekaisaran ini, jadi perlakukan dia dengan baik.”

Di perayaan ulang tahun milikku yang ke-6, pria yang mempunyai status sebagai Ayah kandungku membawakanku sebuah kutukan yang baru.

Benar.

Di perayaan dimana harusnya aku yang menjadi bintang utama, sosok gadis kecil yang ia bawa membuatku menjadi bayangan yang gelap.

Anak perempuan itu…

Gadis kecil yang memiliki rambut pink manis dan bola mata biru indah itu dengan cepat menarik banyak perhatian.

“Huwaa! Manis sekali! Gadis ini benar-benar mirip seperti Yang Mulia dan Permaisuri!”

“Benar! Warna rambutnya yang terlihat cantik dan bola matanya sangat indah! Benar-benar menampilkan sosok anggota keluarga Kerajaan.”

“Dibandingkan dengan Tuan Putri Yveria, Tuan Putri Adriana sungguh orang yang...”

Tatapan mata itu mengarah ke arahku saat mereka tengah berbisik mengagumi sosok sangat bidadari kecil. 

Merasakan emosi yang semakin membara, tanganku kembali mengepal kuat. 

Manik merah menyala yang ku miliki memandang tajam sosok gadis itu seraya aura membunuh keluar mengelilingi.

Dan itu tersampaikan kepadanya.

Gadis itu, Yveria, bergidik ngeri dengan rasa ketakutan saat melihatku yang memandang tajam dirinya.

“Apa yang kau lakukan?! Kau membuatnya takut!”

“Apa itu sikapmu terhadap gadis tidak berdosa ini?! Kau sungguh mempermalukan anggota Keluarga Kerajaan!”

Kenapa mereka yang marah?

Seharusnya aku yang marah!

Ini perayaan ulang tahunku!

Harusnya aku yang menjadi bintang utama dan menerima banyak perhatian!

Tapi kenapa mereka semua malah lebih tertarik pada gadis yang tidak di ketahui asal-usulnya!

Kenapa semua orang tidak pernah berada disisiku?!

“Adriana, dia adik perempuanmu. Jadilah kakak yang baik untuknya.”

Kakak yang baik katamu?!

Apa kau bercanda!? 

Kau membawa gadis itu ke perayaan ulang tahunku!

Kau menyuruhku untuk menjadi kakak yang baik padahal kau merusak hari bahagiaku!

Kau, yang seharusnya menolongku agar aku bisa bahagia malah mendorongku ke dalam jurang penderitaan!

Setelah lama aku berjuang untuk bersikap sopan agar di sukai kalian, kalian mencoba untuk menyingkirkanku dengan menjadikannya sebagai bintang utama?!

Tidak bisa di maafkan!

Kalian...!

Tidak akan aku maafkan!

“Huwaa!! Maafkan aku! Maaf! Jangan memukulku lagi!”

Aku yang marah dan benci pada sosok Yveria pun mulai melampiaskan amarahku kepadanya.

Mulai memukulinya, merendahkannya dengan mengatakan bahwa dia adalah malapetaka, dan juga menyabotase barang-barangnya.

“Barang ini terlalu bagus untuk gadis kampungan sepertimu! Dan barang ini terlalu jelek untukku, jadi ini lebih baik di buang saja!”

“Jangan! Itu pemberian dari Kak Zen! Kumohon, Kak Adriana! Jangan buang benda itu!”

Aku semakin kesal ketika mendengar ucapannya.

Benda ini, kalung yang ku pegang ini adalah pemberian dari Zen?

Anak itu, dia orang yang selalu memandangiku dengan tatapan tajam dan selalu mengatakan bahwa aku seharusnya tidak pernah dilahirkan, orang dingin tidak berperasaan seperti dia memberikan Yveria kalung ini?

Padahal aku tidak pernah mendapatkan hadiah apa pun darinya meski sudah berusaha keras, tapi Yveria yang baru saja datang sudah mendapatkan segalanya tanpa melakukan hal apa pun.

Tidak adil! 

Ini benar-benar membuatku marah!

Syuutt

“Ah! Tidak!!!”

Dengan amarah yang menyelimuti tubuhku, tanganku mengayunkan kalung itu dengan kuat dan melemparkannya ke danau.

Dan secara cepat Yveria menangis saat melihat kalung pemberian dari 'Kak Zen' tenggelam di dasar danau.

Sedangkan aku yang melihatnya tersenyum lebar karena merasa puas.

“Huwaa! Kenapa? Kenapa Kakak jahat padaku? Padahal aku tidak melakukan kejahatan apa pun!”

Tidak melakukan kejahatan apa pun katamu?

Gadis sialan ini benar-benar serius mengucapkannya?!

Dengan cepat aku menarik kasar rambutnya ke atas, dia langsung terkejut dan meringis kesakitan.

Air mata mengalir dari kelopak matanya dan berusaha untuk melepaskan diri.

Namun cengkramanku semakin kuat karena amarah yang kurasakan masih belum menghilang.

“Ini salahmu! Kau yang membuatku melakukan hal ini! Kalau kau tidak ada dan merebut segalanya, aku tidak akan menyakitimu tahu!”

“Huwaa! Kakak! Sakit! Maafkan aku! Maaf!”

Brruukk

Aku menghempaskan tubuhnya dengan kasar. Yveria semakin menangis karena kakiku menendang tubuhnya.

“Hey! Apa yang kau lakukan!?”

Sampai akhirnya beberapa pelayan yang sedang melewati tempat ini menyadari kegaduhan yang terjadi.

Dengan cepat mereka mendorong tubuhku dan menolong Yveria yang masih menangis sesegukan.

Dan tatapan tajam yang biasa mereka layangan kembali ku terima.

Namun tidak seperti dulu, kali ini aku bisa merasakan kebencian dan kemarahan yang dalam.

Mereka semua menatapku seakan aku adalah Tuan Putri yang menindas gadis lemah tidak bersalah.

Curang. 

Ini tidak adil. 

Kenapa hanya aku yang harus merasakan penderitaan seperti ini? 

Kegelisahan yang bercampur dengan rasa amarah semakin pekat. 

Seperti dugaanku yang sebelumnya, aku memang tidak diinginkan di keluarga ini.

Ahh…

Tidak.

Itu salah.

Kelahiranku sama sekali tidak diinginkan oleh Dunia ini.

Dan aku pun juga sama.

Aku tidak ingin hidup di dunia yang tidak menginginkan kehadiranku disini.

 

 

 

Lost Story of Adriana Sinclair - 2

 

 

“Hey, kau sudah dengar? Katanya Tuan Putri Adriana menindas Tuan Putri Yveria.”

“Iya. Aku sudah dengar. Pelayan yang menyelamatkan Tuan Putri Yveria adalah teman sekamarku. Dia sudah menceritakan bagaimana penindasan itu berlangsung.”

“Aduh. Kasihannya Tuan Putri Yveria. Padahal dia sama sekali tidak bersalah tapi Tuan Putri Gila itu menindasnya tanpa ampun.”

“Dan apa kau tahu? Katanya kalung yang diberikan oleh Pangeran Zen pun di buang oleh Tuan Putri Adriana. Makanya Tuan Putri Yveria menangis sesegukan.”

“Ck. Ck. Ck. Kasihan sekali. Dasar! Kenapa Kaisar sama sekali tidak menghukum gadis gila itu sih?!”

“Ku dengar sih Pangeran Zen akan menghukum Tuan Putri Adriana, tapi kurasa hukumannya tidak akan berat.”

“Ahh... Seandainya anak itu sama sekali tidak pernah lahir, pasti Kerajaan ini akan terus damai.”

Brakkk

Di Istana terpencil, dimana pintu masuk dibuka secara kasar hingga menimbulkan suara benturan yang cukup keras, kini muncul sosok Zen di hadapanku.

Dia adalah Zen Sinclair, Pangeran Pertama sekaligus pewaris Tahtah Kekaisaran Sinclair.

Disaat aku tengah menikmati teh hangat sembari membaca buku dengan tenang, orang yang mempunyai status sebagai Kakak laki-laki milikku itu datang dengan aura berbahaya.

“Kau...! Apa yang kau lakukan pada Yveria!”

Dan saat dia masuk, pertanyaan itu langsung ia lontarkan.

Tanpa memberi salam kepadaku, dia langsung menanyakan pertanyaan tersebut dengan tatapan bola mata yang tajam.

“Aku tidak melakukan apa pun.”

“Jangan berbohong! Jika kau tidak melakukan apa pun, dia tidak akan menangis dan mengurung diri di kamar! Kau pasti melakukan sesuatu, iya kan?!”

Cth.

Gadis itu cengeng sekali.

Baru di gertak seperti itu saja dia sudah langsung menangis dan mengurung di kamar.

Kenapa gadis lemah sepertinya di cintai oleh banyak orang?

“Aku hanya sedikit mengerjainya saja. Bukan hal yang serius.”

“Bukan hal yang serius katamu?”

Mendengar jawaban acuh ku, raut wajahnya semakin marah, kakinya dengan segera berjalan mendekatiku. 

Lalu secara cepat dia mengambil teko yang berisikan air hangat dan menumpahkannya langsung ke buku yang tengah aku baca.

Mengalami hal tersebut, aku langsung terkejut dan baru saja akan marah besar sebelum dia segera berkata.

“Maaf. Aku hanya mengerjaimu sedikit. Ini bukan lah hal yang serius kan?”

Bajingan ini...!

Dia mengucapkan kembali kalimat yang baru ku ujarkan!

Dia sengaja melakukan hal ini karena marah padaku!

Dan semua itu karena gadis sialan yang menangis di kamar!

“Aku tidak menyangka kau bisa melakukan hal ini. Bukannya kau selalu bilang kita harus menjaga martabat dan keagungan anggota Keluarga Kekaisaran di setiap saat?”

“Memang. Aku memang selalu mengucapkan hal itu. Tapi kurasa hal itu tidak berlaku saat aku tengah berhadapan denganmu. Secara aku sama sekali tidak pernah menganggapmu sebagai sosok anggota Keluarga Kekaisaran.”

Mataku membulat lebar ketika mendengar kalimat itu, untuk beberapa saat aku hanya terdiam dengan shock sebelum akhirnya membuka suara kembali.

“... Apa maksudmu dengan hal itu?”

“Apa kau idiot? Hah! Kurasa iya! Secara yang kau lakukan selama ini hanya lah membuang tenaga dan uang untuk hal yang tidak berguna! Aku lupa bahwa otakmu sama sekali tidak berfungsi.”

Hatiku terasa sakit seperti diiris oleh belati tajam saat dia mengucapkan kalimat pedas itu.

Meski aku juga tahu bahwa aku salah dan pantas terkena omelan seperti ini.

Tapi aku tidak pernah menyangka bahwa dia akan tega mengucapkan kalimat kejam seperti ini pada sosok adiknya yang masih berumur 6 tahun.

Padahal dia lebih tua dariku, tapi kenapa dia kejam sekali pada anak kecil sepertiku?

Ahh…

Tidak.

Ini pasti karena Yveria!

Dia pasti mengadu padanya!

Dia berusaha untuk merebut segala hal yang aku inginkan!

Dia ingin mengambil segala hal yang seharusnya menjadi milikku.

Benci!

Aku benci padanya!

Aku benci Yveria!

Zen menarik kerah bajuku dengan kasar, tatapan matanya memandangku tajam dan aura membunuh menyebar di sekelilingnya.

Dan dengan suara yang dingin seperti es, kalimatnya kembali menusuk hatiku tanpa ampun.

“Kau dengar aku? Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau melakukan hal buruk pada Yveria! Hidup lah seperti tikus di tanah dan jangan buat kekacauan! Lain kali kau melakukan hal yang sama, aku akan memberikanmu pelajaran!”

Brrukk

Dia mendorongku dengan kasar dan membuatku terjatuh di lantai.

Meski aku meringis kesakitan dia sama sekali tidak merasa bersalah dan mulai berjalan meninggalkanku.

Bahkan pelayan Istana yang melihat bagaimana keadaanku saat ini sama sekali tidak berusaha untuk membantuku.

Hahahah…

Aku tahu akan hal itu.

Aku tahu tidak akan ada orang yang mau membantuku.

Aku tahu semua orang yang ada di Kekaisaran ini sangat membenciku.

Tapi tetap saja…

Meski aku tahu akan hal itu…

“Uuu... Huu...”

... Aku tidak bisa menahan perasaan sakit yang semakin terasa di dalam dadaku.

Sehingga air mata pun turun dari kelopak mataku seraya bibirku berusaha untuk meredam isakan tangisan yang ingin keluar.

Disana, aku menangis sendirian tanpa ada orang yang mau mencoba menenangkanku.

.

.

.

Sudah beberapa bulan semenjak Yveria masuk menjadi anggota Keluarga.

Dia yang sejatinya hanya lah gadis yang lahir dari rakyat jelata kini hidup sebagai sosok Tuan Putri yang dicintai.

Berbeda denganku, dia sangat di puja dan di kagumi oleh banyak orang.

Mulai dari rakyat jelata, bangsawan, pelayan Istana, bahkan anggota Keluarga Kekaisaran sendiri.

Yveria hidup dengan sempurna.

Kaisar dan dua Pangeran itu terlihat sangat bahagia saat menghabiskan waktu bersamanya.

Aura kebahagiaan dan ketenangan begitu terasa dan menghangatkan banyak hati.

Mereka berempat benar-benar terlihat seperti satu keluarga yang sangat bahagia meski aku tidak berada disana.

Ahh…

Tidak.

Aku salah.

Karena aku tidak ada bersama mereka lah, sosok keluarga bahagia itu bisa tercipta.

Karena jika aku berjalan mendekat hanya satu langkah saja, maka aura kenyamaan dan kebahagiaan itu segera langsung sirna dan berubah menjadi area medan perang.

Bibirku tersenyum tipis ketika menyadari hal itu.

Umurku masih 6 tahun.

Namun di umur yang masih belia, aku sudah mengerti dengan jelas seperti apa kehidupanku di Istana Kekaisaran ini.

Sungguh.

Ini benar-benar sangat memuakkan.

Aku tumbuh dewasa lebih cepat di bandingkan orang lain karena lingkungan dimana aku berada memaksaku.

Hahaha…

Benar-benar lucu.

Aku hidup menderita dan tertekan sendirian disini.

Sedangkan Yveria yang berasal dari kalangan luar hidup bahagia dengan sosok yang seharusnya menjadi anggota Keluargaku.

Hahh…

Ternyata aku memang…

“... Benar-benar membencinya.”

Benci. 

Aku membencinya.

Aku mengakuinya.

Aku sungguh-sungguh membencinya dari dalam lubuk hatiku.

Aku dengan jujur menerima kenyataan bahwa perasaan benci yang kurasakan ini semakin lama semakin bertambah besar seiring berjalannya waktu.

Bahkan perasaan benci ini mengundang pikiran jahat masuk.

Aku ingin membunuhnya.

Aku ingin melihat bagaimana reaksi mereka saat mengetahui sosok Tuan Putri tercinta mereka menderita akibat penindasan yang aku lakukan.

Aku ingin melihatnya menderita sama seperti yang ku alami!

“... Jika tidak ada yang mencintaiku, maka aku akan membuat mereka membenciku.”

“Aku akan membuat mereka membenciku dan segala hal itu akan ku lampiaskan padanya.”

“Aku tidak akan berakhir dengan menyedihkan seperti ini...! Tidak akan...!”

Di umur 6 tahun, aku seketika berubah menjadi penjahat.

Aku tidak lagi menindasnya dengan cara bermain-main.

Tidak. 

Aku sudah lulus dalam permainan kecil itu, dan kini aku menaikkan tingkatannya ke tingkat lebih tinggi. 

Aku tidak lagi ragu untuk membayar dan menyewa pembunuh bayaran untuk membunuhnya.

Aku bahkan dengan sengaja merusak gaun dan membakar segala hal yang ia punya.

Aku tidak menahan diri saat aku mengolok dan merendahkannya saat kami berdua bertemu atau pun berada di lingkungan banyak orang.

Dan aku senang ketika melihat raut wajahnya yang terlihat memelas meminta pertolongan. 

Benar.

Sesuai dengan yang mereka ujarkan.

Aku adalah Tuan Putri Gila.

Oleh karena itu meski aku di sebut gila, aku akan menganggap itu sebagai sebuah pujian.

Aku akan menjadi Tuan Putri Gila yang senang menindas Tuan Putri Sejati.

“Huwaa! Maafkan aku! Sungguh! Maafkan aku!”

“Berisik! Kau sudah mendapatkan banyak cinta dari orang-orang! Oleh karena itu bersyukur lah karena aku akan mengajarimu bagaimana rasanya di benci!”

Aku menendang tubuh Yveria berkali-kali dengan kuat dan menyiraminya dengan air.

Tubuhnya kini sudah di penuhi oleh luka-luka, pakaiannya sudah basah kuyub dan wajahnya pun sudah pucat.

Ini menyenangkan. 

Meski aku sudah beranjak dewasa pun, aku sama sekali tidak bermaksud berhenti untuk menindasnya.

Malahan, semakin lama, aku semakin ingin menyiksa dan membuatnya semakin merasakan bagaimana rasa penderitaan yang selama ini aku rasakan.

Setidaknya dia harus tahu bagaimana rasanya di benci oleh orang lain!

Dia harus tahu bagaimana perasaan menjijikkan ini agar tidak tenggelam dalam perasaan cinta itu!

Dia harus tahu bagaimana rasanya hidup sebagai bayangan yang tidak terlihat!

“Hoek! Kumohon! Kak Adriana, jangan...!”

“Berisik! Buka mulutmu yang lebar! Racun ini hanya akan membuatmu menderita sementara! Dan jangan sebut aku Kakak! Aku bukan Kakakmu!”

Dengan kuat, aku mencengkram wajah Yveria, memaksanya membuka mulut lebar agar cairan racun yang ada di dalam botol bisa masuk ke tenggorokannya.

“Uhuk! Ohok!”

Dia terbatuk dengan keras saat cairan racun itu masuk ke dalam mulutnya. Air mata mengalir deras dan dia menatapku dengan sayu dan penuh kesedihan.

Namun meski melihat sosoknya yang menyedihkan, aku sama sekali tidak merasa bersalah.

Kurasa saat ini aku benar-benar sudah menjadi sosok penjahat yang sesungguhnya.

Aku tahu apa yang akan terjadi jika aku terus melakukan hal buruk ini, namun karena hidupku selalu terasa buruk dan mengerikan, kematian sama sekali tidak membuatku takut.

Bahkan sampai akhir pun…

“Adriana Sinclair, dengan mengetahui segala dosa dan perbuatan yang selama ini kau lakukan pada Tuan Putri Yveria, kau akan di hukum mati.”

Sampai hukuman atas segala apa yang sudah aku lakukan, tubuhku sama sekali tidak bergetar dengan ketakutan.

“Bunuh dia! Bakar dia!”

“Suruh dia meminum racun yang pernah ia berikan pada Tuan Putri Yveria!”

“Benar! Siksa dia! Biarkan dia menderita!”

“Dasar Tuan Putri Terkutuk! Berani sekali kau menindas Tuan Putri kami!”

“Anak sepertimu seharusnya tidak pernah di lahirkan di dunia ini!!!”

Suara orang-orang yang menyorakiku dengan amarah masuk ke dalam pendengaranku.

Seiring aku berjalan perlahan menuju podium, batu-batuan kecil menerpaku.

Mereka melempariku dan membuatku terluka sebelum aku akan menerima akhir.

Tap

Ketika aku sudah berada di podium, aku melihat sosok pemuda berambut silver.

Dia adalah Zen.

Manik kristal biru itu memandangiku dengan tatapan tajam dan jijik seakan aku adalah sampah yang mengusik penglihatannya.

Seketika senyuman sinis mengembang di wajahmu, ku tatap wajahnya dengan tatapan lurus, tidak ada rasa bersalah di dalam diriku. 

“Ada apa, Kakak? Kenapa kau melihatku dengan tatapan seperti itu? Bukannya kau seharusnya bahagia? Secara penjahat yang menindas adik kesayanganmu sebentar lagi akan mati.”

Dia tidak menjawab sarkas milikku.

Tatapannya hanya memandangiku dengan tatapan lurus seraya memberikanku sebuah botol.

Ahh…

Racun.

Apa mereka ingin aku meminumnya sebelum akhirnya dibunuh?

Kurasa mereka benar-benar ingin membuatku menderita.

Tanpa mengetahui bahwa aku sudah cukup menderita sebelum melakukan hal gila ini.

“Minum lah.”

Nada bicaranya sangat dingin padaku.

Kurasa dia memang sama sekali tidak pernah berpikir bahwa aku adalah adiknya.

Tapi ya sudahlah.

Aku akan meminumnya.

Dengan begini, aku akan meninggalkan tempat memuakkan yang sudah terasa seperti neraka.

“Penggal kepalanya!”

“Seret dia ke api membara!”

“Cambuk dia sampai dia menangis dengan keras.”

Suara sorakan dari banyak orang masuk ke dalam pendengaranku.

Sepertinya orang-orang ini benar-benar tidak sabar melihatku merenggang nyawa.

Tentu saja.

Karena pada saat ini, mereka akan melihat bagaimana akhir dari sang penjahat bengis.

Menuruti keinginan banyak orang, aku pun membuka botol itu dengan kedua tanganku lalu meminum cairan racun itu sampai habis.

Aku bisa merasakan tubuhku menjadi tegang dan panas.

Detak jantungku berdetak dengan sangat kencang dan pandangan bola mataku mulai kabur.

“Hahahha... Akhirnya... Aku bisa meninggalkan neraka menjijikkan ini...”

Namun bukannya merasa kesakitan, hal yang kurasakan saat ini adalah kebahagiaan.

Aku senang karena setelah sekian lama berada di tempat busuk nan menjijikkan, tiba bagiku untuk meninggalkannya.

Dan kurasa gumananku itu terdengar oleh Zen.

Secara dia kini memandangiku dengan tatapan yang shock.

Hahahah…

Aku terkejut melihatnya.

Ternyata dia bisa berekspresi seperti itu juga.

Syuttt

“Hoek!”

Aku merasakan ada tancapan pedang yang menusuk tubuhku.

Sayangnya tancapan pedang itu tidak menusuk organ vitalku.

Membuatku masih bisa bernafas meski sudah banyak cairan merah kental merembes keluar.

Srruukm Srruukk Srrukk

Kini aku pun di seret ke arah sebuah pancungan.

Kepalaku di letakkan di bawah benda tajam yang akan memenggal kepalaku.

“Bunuh dia! Bunuh dia! Bunuh dia!”

Semua orang yang melihatku benar-benar tidak sabar.

Mereka terus berteriak dengan mengulang kalimat yang sama.

Kalimat yang mengatakan bahwa aku harus mati.

Sreekk

Secara perlahan aku melirik ke arah atas, disana sudah ada Kaisar, Ayahku yang duduk di singgahsana.

Di sebelahnya sudah ada Kakak laki-laki kedua dan adik perempuan.

Mereka hanya memandangiku dengan tatapan datar.

Kecuali Yveria, gadis itu memandangiku dengan tatapan yang sedih seakan bersalah.

Itu membuatku ingin tertawa kembali.

Untuk apa dia menunjukkan raut wajah seperti itu?

Aku yakin dia sebenarnya sangat senang dan bahagia karena akhirnya penjahat yang menindasnya akan segera mati.

Sungguh lucu melihatnya bertingkah seakan dia merasa bersalah ketika melihatku menderita.

“Hahahha... Lucu... Semuanya benar-benar terasa menggelikan.”

“Sangat menggelikan melihat orang-orang munafik memandangiku dengan tatapan seperti itu.”

“Hahhaa... Benar-benar... Aku sungguh membenci kalian semua. Kebencianku bahkan tidak bisa hilang meski sebentar lagi aku akan mati dengan dosa ini.”

Aku tertawa pelan.

Inginnya aku tertawa keras dan mengolok-olok mereka semua, namun sayang racun dan tusukan yang ku terima ini membuat tubuhku semakin lama semakin terasa lemah.

“Adriana Sinclair, dengan hukuman ini, dosamu akan di ampuni.”

Aku tidak tahu apa yang tengah ia bicarakan, namun kurasa dia tengah memberikan sebuah narasi panjang atas perbuatanku kepada orang.

Menjadikanku sebagai contoh agar tidak melakukan kesalahan bodoh hanya karena tertelan dalam amarah.

Hah…

Sudahlah.

Bisakah kau menyelesaikannya sekarang?

Karena kurasa nyawaku sebentar lagi akan melayang. 

Menutup mata secara perlahan, telinga milikku pun mendengar suara benda tajam itu melesat jatuh mengenaiku.

Dan setelah itu, semuanya menjadi gelap dan tidak ada suara apa pun yang terdengar.

Di umurku yang ke-20, Tuan Putri Adriana, sosok Tuan Putri Gila dari Kerajaan Sinlcair akhirnya menutup usia.

Di saat-saat terakhirnya, senyuman puas mengembang lebar di wajahnya, membuat banyak masyarakat yang mengatakan bahwa dia adalah Tuan Putri paling buruk dan mengerikan yang pernah ada di Kerajaan Sinclair.

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Lost Story of Adriana Sinclair BAB 3-4
0
0
Chapter 3-4
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan