
WARNING: KHUSUS DEWASA!
Berisi 6 chapter tamat yang akan mengakhiri kisah manis Kaynan dan Violet. Harga masih promo, jadi tunggu apalagi beli sekarang juga ya!
The Player Next To Me
549
158
19
Selesai
Benar kata orang, jatuh cinta akan membuatmu lemah. Saat kau membiarkan seseorang masuk terlalu dalam ke hatimu, tanpa sadar kau telah memberinya izin untuk berbuat sesuka hatinya.Seperti Violet yang harus merasakan patah hati terdalamnya saat tahu ternyata pria yang dia cintai hanya bermain-main dengannya.Namun, apakah benar Violet memang selemah itu?Kissable Series #1
6,239 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
The Player Next To Me
Selanjutnya
Intimate
2
2
WARNING: KHUSUS DEWASA !!Bab 1-3 Gratis, silakan dibaca.Blurb:Clovis tidak menyangka kalau pertemuannya dengan seorang wanita malam itu membuat hidupnya tidak lagi tenang. Wanita yang dia sewa untuk kepuasan satu malam, namun tidak mengambil bayarannya. Bukankah ini aneh?Satu fakta lagi yang membuat Clovis cukup terkejut ketika dia bangun sendirian di kamar hotel itu, yaitu adanya bercak darah di seprei putih. Apakah wanita itu masih perawan saat dia tiduri? Oh No, Clovis bertambah tidak tenang.Sampai suatu ketika, di malam pesta topeng berikutnya takdir mempertemukannya dengan wanita yang selama ini dia cari. Wanita bergaun merah yang berpura-pura melupakannya. Jangan harap Clovis akan melepaskannya, dia sudah menghabiskan banyak waktu untuk mencarinya.Kau tidak ingat padaku? tanya Clovis.Maaf, anda sepertinya salah orang. Wanita itu berusaha menghindar, tapi tangannya dicekal oleh pengusaha kaya raya itu.Mau aku ingatkan, di mana saja aku menyentuhmu malam itu, Honey? Clovis tersenyum miring.Mata wanita yang berbentuk sabit itu seketika membesar.=======Bab 1. Clovis Cullen Ahhh.Clovis memijat kepalanya yang terasa berat. Sepertinya tadi malam dia sangat mabuk sehingga efeknya baru terasa di pagi ini. But being drunk doesn't make him forget what happened last night, semuanya masih membekas dalam ingatan.Terutama ...Dia tersenyum. Tangannya meraba ke sisi sebelahnya, berusaha menyentuh kembali. Sekalipun harus membayar dua kali lipat untuk satu kesenangan lagi, Clovis siap. Tidak menemukan apapun di sampingnya, Clovis membuka matanya dengan cepat. Kemana wanita itu?Clovis turun dari ranjang, membiarkan tubuhnya tetap polos seperti itu. Dia membuka kamar mandi, wanita yang dia cari tidak ada di mana pun. Uang yang tadi malam Clovis letakkan di atas meja, masih berada di posisi yang sama. Wanita itu pergi tanpa mengambil bayarannya?Aneh.Dia kembali ke ranjang, menemukan fakta bahwa ada bercak darah di atas seprei putih itu, membuat pikirannya bertambah tidak tenang. Aku meniduri seorang perawan?Buru-buru dia mengambil ponsel, menelepon seseorang yang berada di balik keanehan ini.Hai Darling, ada apa hubungi aku pagi-pagi?Tidak perlu basa-basi. Siapa wanita yang kau kirim padaku tadi malam?Clovis, I'm sorry. Sungguh, ini di luar rencana. Dia tiba-tiba sakit, sehingga secara mendadak membatalkan untuk datang. Aku sudah berusaha mencari penggantinya, namun ...Dia tidak datang? potong Clovis. Kedua alisnya naik. Ada kerutan di keningnya.Ya, maafkan aku.Clovis langsung mematikan sambungan telepon, mencoba mengingat-ingat kembali. Andai wanita itu tidak meninggalkan jejaknya di atas seprei ini, sudah pasti Clovis akan berpikir kalau semalam dia sedang bermimpi.Tapi mana mungkin sebuah mimpi bisa meninggalkan kenikmatan yang masih terasa hingga saat ini? Bahkan hanya dengan membayangkannya, Clovis sudah merasa bernafsu. Tidak ada satu detail pun yang Clovis lupakan dari keseluruhan wanita itu, dia seperti sedang melukisnya di dalam ingatan.[Kemarin malam]Clovis suka pesta topeng, di mana dia bisa menyembunyikan wajahnya dan menikmati pesta sesukanya. Dia sedang merasa penat karena pekerjaan dan juga tuntutan menikah dari orang tua.Ting.From: Christina
Dia akan memakai gaun pemberianmu.
Selamat bersenang-senang.Clovis hanya membacanya. Pesan dari seorang kenalan yang biasa mencarikan teman bersenang-senang saat dibutuhkan. Di saat bersamaan, wanita bergaun merah itu duduk di sebelah Clovis, memesan segelas kecil minuman.Seringaian nampak dari wajah tampan Clovis kala memandangi tubuh wanita itu. Seakan gaun itu memang tercipta untuk si pemakainya, Clovis tergoda dengan lekuk indah yang terlihat di matanya. Belum apa-apa, dia sudah sangat ingin menenggelamkan wanita itu ke dalam permainannya di atas ranjang.Hold up, biarkan dia bersenang-senang dulu sebelum menyenangkamu, Clovis.Clovis memesan minuman, juga untuk wanita itu. Dia tidak ingin terburu-buru dulu. Belum terlalu malam. Dia masih bisa menahan gairah menikmati kemolekan tubuh yang terbungkus dress ketat itu.Thanks. Wanita itu mengangkat gelas dan meminumnya.Clovis hanya tersenyum miring. Memikat bagi sebagian wanita. What is your name? tanya Clovis.Kau tidak perlu tahu. Aku ke sini bukan untuk mencari kenalan, jawab Wanita itu.Clovis pun tergelak. Tidak ada wanita yang pernah berbicara seperti ini padanya, and the first is always interesting. Diamatinya gerak-gerik gelisah wanita itu, yang sesekali mengangkat satu kaki, kemudian menurunkannya dan seperti sedang menahan buang air kecil.Kau tahu toilet di mana? tanya wanita itu akhirnya.Mau kuantar?Awalnya wanita itu terlihat ragu. Dia menoleh ke sekeliling, terlihat jauh lebih ragu. Baiklah. Hanya sampai aku bisa melihat toilet ada di sebelah mana.Clovis lagi-lagi terkekeh. Dia turun dari kursi dan mempersilakan wanita itu berjalan lebih dulu. Boleh aku tahu kenapa kau bekerja seperti ini? tanyanya penasaran.Aku dipaksa! jawab wanita itu kesal.Kau terpaksa? Clovis terkejut mendengarnya.Sangat terpaksa. Well ... aku membutuhkan uang dan dia hanya memberiku pekerjaan sialan ini.Clovis semakin tidak mengerti. Apa dia bilang kau akan bertemu dengan siapa? kuliknya.Wanita itu menggeleng. Itulah yang membuatku mau gila rasanya. Aku sama sekali tidak tahu seperti apa rupa pria yang akan ketemui. Lihat saja, bila bertemu nanti akan aku cekik dia.Seketika Clovis memegangi lehernya.***
Whats?!Clovis mengusap telinganya saat suara melengking Christina terdengar. Kau sebaiknya bicara dari luar, aku pasti bisa mendengarmu.Christina meringis, Sorry. Dia lalu serius kembali. Kau benar-benar tidur dengan wanita yang tidak dikenal? ulangnya ingin lebih diyakinkan.Ini salahmu. Clovis menuding.Me? Christina menunjuk dirinya sendiri.Kenapa tidak kau beritahu aku sejak kemarin malam kalau wanita yang kau janjikan tidak datang? Kalau aku tau, aku tidak akan salah orang.Wajah Christina berubah penuh sesal. I'm sorry, aku bener-bener lupa. Aku pikir semua aman karena kau pun tidak menghubungiku tadi malam.Clovis mengesah.Tapi bukankah seharusnya wanita itu memakai gaun pemberianmu? tanya Christina bingung.She wore it.Gosh, seriously?! Itu Berarti dia datang tadi malam?Christina, kau jangan membuatku bingung. Bukankah tadi kau bilang dia sakit?Christina menggaruk kepalanya dengan kasar. Apa kau membeli pakaian yang murahan? Bisa saja wanita yang kau temui semalam juga membeli di tempat yang sama.Kau meragukan kualitasku?Kalau begitu dari mana dia dapatkan gaun itu?Clovis memijat pangkal hidungnya.Ngomong-ngomong, seperti apa wajahnya? Apa dia memuaskan? selisih Christina setengah berbisik. Dia tersenyum menggoda, dengan kekehan geli.Clovis mengusap bibirnya dengan jari telunjuk, kembali membayangkan. Dia mana mungkin lupa wajah wanita tadi malam. Bahkan Clovis tidak sekalipun berpaling dari setiap ekspresi yang wanita itu tunjukkan. Bagian yang paling Clovis suka adalah saat wanita itu mendesah ketika dihentaknya dengan kenikmatan.Clovis! panggil Christina.Clovis tersentak. Rasanya ingin mencekik Christina karena baru saja mengganggu kesenangannya berkhayal.Kau sedang memikirkan adegan panasmu dengan wanita semalam? Wajah Christina terlihat sedang mengejek Clovis.Clovis tidak bereaksi, tetap berusaha cool. Karena ini kesalahanmu, maka cari tau siapa wanita itu. Apapun caranya. Aku harus tau kenapa dia pergi tanpa sepatah katapun, dan tidak mengambil bayarannya.Baiklah. Itu tidak sulit. Aku akan minta pihak hotel mengecek cctv. Christina lalu berdiri. Bagaimana dengan malam ini, apa kau butuh wanita? Aku punya banyak stok baru.Clovis menggeleng.Wow, it's a surprise! ejek Christina. Dia tertawa dengan pelototan Clovis. Aku pergi dulu. Akan aku kabari kalau sudah mendapatkan info.Clovis hanya menggeleng.Clovis kembali mencoba fokus pada pekerjaannya, tapi sialnya hanya wajah wanita itu yang ada di kepalanya. Fokusnya buyar, ingatannya tentang one night bersama wanita itu sangatlah kuat.Siapa dia? gumam Clovis sambil menatap kosong pada layar laptopnya.***
Bab 2. Clara Raisya Clovis, Mami rasa kau harus berpikir lebih serius mulai dari sekarang. Usiamu tidak lagi muda, tapi kau masih sendiri hingga detik ini. Tidakkah kau ingin memberi Mami calon menantu?Clovis merasa telinganya sudah bosan mendengar ceramah dari Ibunya itu. Sudah berulangkali pula dia katakan kalau menikah bukanlah tujuan akhir hidupnya dan dia masih ingin bebas.Clovis, kau mendengarkan Mami?!I'm listening. Clovis menggaruk batang hidungnya.Jangan hanya mendengarkan tapi tidak kau ingat baik-baik. Mami lelah mengulang terus menerus hal ini agar kau mengerti.Mom, aku bahkan menghafal setiap kata yang kau ucapkan. Jadi, buat apa mengulangnya terus menerus? Clovis mulai merasa lelah.Clovis, Mami hanya ingin kau mengerti kalau usiamu sudah kepala tiga. Kakakmu Sella, dia sudah memberikan kami cucu. Sebentar lagi, adik perempuanmu pun akan menikah. Ben bahkan sudah memiliki tunangan. Lalu, kau kapan?Clovis nyaris benar mengikuti setiap detail ucapan Tavisha itu tanpa suara. Andai saat ini sang Mami ada di hadapannya, kepalanya pasti sudah dipukul dengan sepatu. Mom, oke aku akan segera mencarikanmu menantu. Beri aku waktu.Sungguh? Kapan?Clovis memutar bola matanya. Apa mencari pasangan hidup itu semudah membalikkan telapak tangan? Dia bahkan tidak memiliki kandidat.Mudah bagimu, honey. Kau pria yang tampan dan sukses, wanita mana saja bisa kau buat bertekuk lutut. Mami beri waktu satu bulan atau kau harus menerima Vanessa.Oh, come on. Aku tidak menyukai dia.Kalau begitu perkenalkan pada Mami wanita yang kau sukai. Makan malam bersama di hari ulang tahunku, kau harus mengajaknya serta. Mengerti?Sungguh aneh Papi bisa tahan dengan wanita cerewet seperti ini, gumam Clovis.Apa kau bilang?Nothing! Clovis spontan terpekik. Dia bisa kehilangan kedudukannya di perusahaan ini kalau Tavisha mengadu pada Papinya yang lebih menyayangi istri itu.Baiklah, Mami tutup dulu teleponnya. Jangan lupa untuk datang ke pesta Nick nanti malam, wakili kami dan sampaikan maaf karena tidak bisa hadir.Okay, Mom.Clovis akhirnya bisa menginginkan telinga yang terasa terbakar akibat ocehan Tavisha. Dia mengurut alisnya, berpikir bagaimana caranya mendapat seorang wanita untuk diperkenalkan pada keluarganya nanti. Minimal, wanita yang bisa diajak bekerja sama.Ponselnya berbunyi, nama Christina tertera di layar. Clovis langsung menerima panggilan itu, karena dia memang sudah menunggu.Aku mendapatkan rekaman cctv-nya, beritahu Christina langsung.Bagaimana? Clovis menegakkan tubuh dan sangat bersemangat. Selama satu bulan dia menunggu, akhirnya ada petunjuk juga tentang siapa wanita itu.Aku kirim ke ponselmu sekarang.Clovis menatap layarnya yang sudah mati dan menunggu pesan yang akan masuk.Ting!Seperti flash, Clovis langsung membuka pesan itu dan mengunduh video yang masuk. Jarinya mengetuk ke layar, tidak sabaran lagi.Video berhasil diunduh. Clovis melonggarkan dasinya sambil menonton. Potongan adegan tidak penting sedang dimulai, yaitu para pegawai hotel yang mondar-mandir di sekitar lobi.Ini dia!Terlihat, seorang wanita dengan gaun yang dia kenal itu melewati lobi menuju pintu keluar tanpa memakai alas kaki. Wanita itu tampak kacau, rambutnya berantakan dan dia berjalan terburu-buru.Saat sedang terhuyung-huyung sambil menoleh cemas ke belakang, wanita itu tanpa disengaja menabrak seseorang. Membuatnya jatuh terduduk di lantai. Orang yang ditabraknya berniat menolong, tapi cepat-cepat ditepisnya. Ada beberapa pegawai hotel yang menyapa, tapi wanita itu terus berjalan keluar hingga tak terlihat lagi. Lalu video berakhir.Shit! Hanya begini saja? Clovis nyaris membanting ponselnya itu. Wajah wanita itu tidak terlihat jelas. Sepertinya Christina merindukan amukannya yang bisa sepanjang sungai nil.Ting!From: Christina
Namanya Clara Raisya.***
Pesta topeng malam ini diadakan di kediaman keluarga Atkinson. Nick yang merupakan teman sebaya Clovis sedang berulang tahun. Orang tua Nick dan orang tuanya bersahabat. Sebenarnya Clovis menyukai pesta ini, tapi tidak dengan adik Nick yang bernama Vanessa. Wanita itu seperti lalat yang terus menempel. Maka demi menghindari Vanessa, Clovis sengaja memakai topeng full face berwarna hitam.Hei Man, happy birthday! Aku harap kau berhenti mengompol di celana. Clovis memberikan pelukan pada Nick yang tengah berdiri di depan kue ulang tahunnya. Dia membuka topeng agar Nick mengenalinya, sambil waspada kalau saja Vanessa ada di sana.Berhenti mengejekku, jerk. Aku sudah tidak mengompol satu tahun yang lalu. Nick memang tidak seperti Clovis yang tangguh, dia itu cengeng. Saat sedang terlibat masalah dengan teman-teman di sekolah, Nick akan mengandalkan orang tuanya untuk membereskan itu. Hingga sekarang, masih sama.Tawa Clovis terdengar. Aku menyukai pesta ini, pujinya.Kau akan lebih menyukai para penari yang sebentar lagi tampil. Mereka ... Nick mendekatkan bibirnya ke telinga Clovis, sangat terbuka.Aku lebih suka wanita terbuka di tempat tertutup, balas Clovis.Giliran Nick yang tertawa. Kalau begitu kau harus membawa mereka ke salah satu kamar di rumah ini.Sayangnya, aku sedang tidak bernafsu untuk itu.Ah, payah kau. Nick meninju pundak Clovis.Tiba-tiba ...Nick, kau melihat di mana Clovis? Vanessa datang menghampiri mereka berdua.Mendengar suara bak kaleng rombeng itu, Clovis cepat-cepat memakai topeng. Tolong jangan beritahu dia, bisiknya pada sang sahabat. Dia membalikkan badan agar tidak menjadi perhatian Vanessa.Vanessa yang tengah memakai gaun layaknya Cinderella itu, bersusah payah naik ke atas panggung. Wajahnya tidak terlihat bahagia, dia menghabiskan waktu mencari Clovis dan itu sangat melelahkan. Dikiranya, malam ini Clovis akan menjadi teman dansa yang paling ditunggu-tunggu, tapi ternyata ... batang hidungnya saja tidak terlihat.Kau mencari Clovis? tanya Nick pada sang adik. Dia menyunggingkan senyum aneh di wajahnya.Apa dia tidak datang? Aku mencarinya ke setiap tempat di rumah ini, tapi sulit menemukannya. Vanessa yang manja mulai menunjukkan aksi merajuknya. Tunggu, kau tidak lupa mengundangnya, kan?Menurutmu itu mungkin?Tidak. Kau pasti mengundangnya. Vanessa mengedarkan pandangan kembali.Bagaimana bila aku tahu dia di mana? tanya Nick dengan sengaja. Dia ingin mengerjai Clovis. Sudah lama tidak melihat sahabatnya itu menderita karena ulah adiknya ini.Aku bersumpah akan memberikan nomor Angela padamu. Aku pastikan dia mau berkencan denganmu. Vanessa berkata dengan berapi-api.Clovis mencium aroma tidak beres. Dia pelan-pelan membalikkan badan dan siap ambil langkah seribu. Nick lemah bila nama Angela disebut, seperti drugs yang tidak bisa ditolak oleh orang sakau. Pasti ...Clovis! Nick menunjuk Clovis dengan antusias.Langkah Clovis terhenti.Vanessa mengerutkan kening, perlahan mendekati. Dia Clovis? tanyanya kurang percaya. Ditelitinya dari atas hingga bawah, pelan-pelan percaya karena hanya seorang Clovis yang menurutnya memiliki tubuh seindah itu.Clovis berjalan cepat menghindari, lalu suara Vanessa menggema di telinga. Memanggilnya. Tawa menyebalkan Nick membuatnya ingin menjahit mulut pria itu nanti. Tunggu pembalasanku Mr. Ngompol!Clovis, kenapa kau lari?! Vanessa mengejar. Untunglah dia memakai gaun yang menyusahkan sehingga Clovis punya banyak kesempatan untuk melarikan diri.Clovis menerobos orang-orang yang sedang asyik berpesta, menaiki tangga ke lantai dua. Matanya sigap mencari ke mana harus bersembunyi. Sampai akhirnya dia menemukan satu pintu dan langsung masuk ke dalamnya. Entah ruangan seperti apa ini, Clovis lebih dulu menguncinya dari dalam.Nyaris saja, keluh Clovis. Dia merasa lelah, fisik dan mental.Hello, kenapa kau di sini? tanya seorang wanita di dalam kamar itu.Clovis terperanjat. Diedarkannya pandangan ke sekitar, semua serba merah muda dan Clovis bisa tebak ini kamar siapa. Dia sontak berbalik dan mendapati wanita bergaun merah sedang duduk di sofa. Oh, shit! Ini kamar Vanessa dan wanita itu pasti temannya.But wait ...Clovis merasa mengenal iris mata indah berwarna cokelat terang itu. Lalu lekuk hidungnya yang ramping. Bibir warna merah itu juga sudah tidak asing lagi, pasti pernah dicecapinya.Kau salah masuk kamar? tanya wanita itu lagi. Kau bisa keluar? Dia terlihat tidak nyaman dengan kehadiran Clovis.Clovis bertambah yakin itu wanita yang sama dengan yang dia cari selama ini. Meski matanya ditutupi topeng renda warna hitam, tapi itu tidak mampu mengalihkan ingatan Clovis tentangnya. Dia pun menyunggingkan senyum. Seraya bersyukur Vanessa mengejarnya tadi.Clara? panggil Clovis sebagai pancingan. Terkesan bertanya apakah benar nama wanita itu Clara.Wanita itu terlihat mengerutkan kening. Bagaimana kau tahu namaku Clara? Kau mengenalku? tanyanya lebih tidak nyaman lagi. Dia lantas berdiri, meremas kedua tangan dan melangkah mundur.Clovis memiringkan senyumnya. Dia melepas topengnya dan menunjukkan jati diri. Senyum tercetak sempurna di wajah tampannya. Kau tidak mengenalku? tanyanya dengan tatapan lekat bak seorang pemangsa.***
Bab 3. Gone to Hell [Flashback]Clara Pov.Kau benar-benar membutuhkan uang? Aku bisa membantumu. Saat kudengar ini dari Ruth, rasa putus asaku seketika berganti dengan harapan.Aku mau. Sungguh! sahutku bersemangat.Pekerjaan ini sangat gampang, kau cukup menemani Fred ke pesta topeng sahabatnya. Berpura-pura menjadi pacarnya. Tersenyum pada semua orang dan sedikit bersikap mesra bila diperlukan. Saat dia mengajakmu pulang, itu artinya tugasmu selesai. Ruth menjelaskannya secara gamblang, otakku bisa dengan mudah menangkap.Ruth adalah sahabatku. Bagaimana ya aku menjelaskan pekerjaannya, sebut saja dia ini makelar. Dalam segala hal. Misal ada orang yang meminta bantuan seperti Fred tadi, maka Ruth akan mencarikannya. Intinya apa saja yang bisa jadi uang Ruth akan melakukannya.Memangnya Fred tidak punya pacar? tanyaku lebih hati-hati. Aku tidak mau tiba-tiba ada yang memukul wajahku di pesta itu.Punya. Seorang laki-laki.What?! Aku terpekik.Dia seorang gay. Tapi tidak ada yang tahu. Itu sebabnya dia membutuhkan wanita untuk pura-pura menjadi pacarnya agar statusnya tersamarkan. Kau tenang saja, dia aman. Dia tidak akan menyentuhmu melebihi batas karena dia hanya bernafsu dengan laki-laki.Aku meringis.Persiapkan dirimu malam ini, okay? Aku akan mengirimkan alamatnya padamu dan datanglah tepat waktu. Aku tidak mau mengecewakan Fred, karena dia membayar kita mahal.Aku mengangguk. Tidak apa bekerja seperti ini, demi uang. Lagian, seperti yang Ruth bilang Fred itu gay, mana mungkin punya niat buruk padanya. Dia hanya perlu tersenyum, bersikap normal. Bila hanya bergandengan tangan, dirangkul atau sedikit ciuman sepertinya itu tidak masalah.Okay. Aku akan berusaha semaksimal mungkin.Kau pasti bisa. Kepercayaan Ruth ini harus kujaga. Dia orang yang tidak pernah mengabaikan kesusahan sahabatnya.Thank you, Ruth, ucapku saat dia memberikan bayarannya dimuka. Dia tahu persis aku membutuhkan ini.Ruth memelukku sebagai rasa simpati.***
Kepalaku benar-benar sakit, entah apa yang aku minum tadi sehingga rasanya tubuhku ingin terbang. Minuman itu terasa pahit dan manis dalam waktu bersamaan, nyaris seperti hidupku. Ah, aku ini bicara apa!Aku keluar dari toilet yang dipenuhi bau alkohol ini. Untunglah kesadaranku masih sangat baik sehingga tidak jatuh pingsan di tempat ini. Kulihat, pria yang tadi mengantarku masih berdiri tak jauh dari sana. Dia langsung menghampiriku dengan wajah yang aku rasa ... cemas?Kau tidak apa-apa? tanyanya padaku.Aku menggeleng. Hanya saja kepalaku terasa sakit, jawabku terus terang. Dia sepertinya bukan pria yang jahat, atau setidaknya soft boy. Aku lebih suka bertemu jenis pria seperti ini daripada fuck boy. Oh God, ini pasti karena racun Vanessa, itu sebabnya aku tau banyak tentang jenis-jenis pria padahal belum pernah berpacaran.Bagaimana kalau kita pergi dari sini? ajak pria itu dengan sangat lembut, tidak terkesan memaksa.Benar, dia jenis soft boy yang pelan-pelan menghanyutkan. Sorry, aku masih harus di sini. Tentu saja aku menolak dibawa oleh pria asing. Satu lagi, pekerjaanku belum selesai.Kulihat pria itu tersenyum. Aku harus pergi sebelum jatuh pada pesonanya. Sambil memegangi kepalaku dan mulai sempoyongan, aku mengedarkan pandangan mencari seseorang.Hai Nona, kau cantik sekali. Seorang pria mencolek daguku. Aku langsung bereaksi sangar, paling tidak suka diperlakukan seperti ini.Jauhkan tanganmu, brengsek! Teriakan itu disertai pukulan talak di rahang pria yang menggodaku tadi. Suara teriakan dari para wanita pun terdengar. Aku menoleh dan mendapati pria di Toilet tadilah pelakunya.Kita harus pergi sekarang!Tiba-tiba saja tanganku ditarik. Aku tidak bisa melawan karena kalah kuat. Tubuhku tertarik melewati kerumunan yang sedang melihat kami. Hingga suara hentakan musik perlahan tak lagi terdengar keras. Sampai akhirnya benar-benar lenyap dan aku sudah berada di dalam mobil.Hei, kau mau membawaku ke mana? tanyaku panik.Kau tidak seharusnya menunda waktu kita, kata pria itu dengan wajah marah.Apakah kau ... Aku menunjuk pria di sampingku itu dengan kening berkerut.Ya, aku orangnya. Pria itu melonggarkan dasinya, masih tampak jelas kemarahan yang terbingkai di wajahnya yang tampan itu. Entah sejak kapan kami sudah melepas topeng dan tidak lagi menyembunyikan jati diri.Kenapa kita pergi, Ruth bilang aku hanya harus menemanimu di pesta itu.Kau tidak waras? Pria itu menginjak gas lebih dalam dan membuatku harus berpegangan, serta menutup mulut.
Sampai akhirnya kami sampai di sebuah kamar hotel yang sangat mewah. Aku mengabaikan akal sehatku dan malah terpesona dengan tempat yang kuinjak ini.
Kau ingin mandi? Pria itu tiba-tiba saja berdiri di belakangku dan menyentuh tali gaun di pundakku. Aku tidak terlalu takut, yang kutahu pria ini sangat aman. Setidaknya Ruth bilang begitu.Aku harus pulang, kataku padanya. Aturannya, aku akan terbebas dari pekerjaan ini setelah pulang dari pesta itu.Pulang? Pria itu tertawa.Aku berbalik, menatap sayu wajah tampan yang sayangnya punya kelainan itu. Andai pria ini normal, aku pasti akan terpikat. Istirahatlah, aku akan pulang.Saat aku hendak melangkah, tanganku ditarik begitu keras hingga tubuhku jatuh di atas ranjang. Aku atau pria ini yang tidak waras sebenarnya, kami malah berciuman di bawah kesadaran yang masih setengah jalan.Lidahmu sangat manis, sayang. Pria itu bergumam sesaat, lalu kembali menyesap lidahku. Jantungku berdebar dan hasrat di dalam tubuhku terpancing keluar.Lama-lama, aku merasakan tak hanya ciuman yang kudapatkan. Tapi remasan lembut di dadaku dari balik gaun yang masih kukenakan. Hey, stop! pekikku tidak terima. Aku mendorongnya dengan kuat, tapi hasilnya kedua tanganku malah dikunci di samping kepala. Nafas pria itu terengah-engah dan matanya yang gelap itu menatapku penuh nafsu.Kenapa berhenti? tanyanya dengan suara serak.Jangan memaksakan dirimu. Aku tau kau ingin sembuh, tapi aku bukanlah orang yang tepat untuk membantumu.Apa yang kau katakan?Kita sedang sama-sama mabuk.Lalu?Ini kesalahan. Kau seorang gay dan aku wanita normal.Kening pria itu berkerut kembali. Apa kau bilang tadi? Aku ... apa? tanyanya ingin lebih jelas.Jangan marah. Sungguh, aku tidak akan mengejekmu. Ruth bilang kau sangat tidak percaya diri dengan dirimu karena merasa tidak normal. Tapi percayalah, ada di luar sana yang pasti bisa menerima kondisimu.Kau sepertinya salah minum. Pria itu kembali membungkuk dan mencium bibirku.Aku yang tidak waras. Bagaimana bisa aku merasa senang berciuman dengan pria gay? Permainan bibir dan lidahnya sangat memabukkan, membuatku tidak bisa menahan diri membalasnya lebih rakus.Ciumannya berpindah ke leherku. Aku merasakan sengatan kecil di kulitku, agak sakit tapi lebih banyak nikmatnya. Tali gaun di pundakku diturunkan dan pria itu mencium pundakku yang sudah terbuka.Berhentilah sebelum kau menyesal, kataku padanya. Aku paham dengan pria seperti ini, mereka akan merasa malu dan semakin tidak percaya diri saat kejantanannya tidak bisa digunakan karena tidak bernafsu dengan wanita.Kenapa harus berhenti? tanya pria itu sambil memindahkan ciuman ke dadaku yang sudah tidak tertutup. Dia meremas dan menyesap puncaknya yang aku yakin sudah sangat tegang.Aku tau kau tidak bernafsu padaku.Aku tidak tahu apa yang salah dengan otakmu. Tapi akan kuberitahu satu hal. Pria itu mengangkat kepala menatapku. Aku straight dan kalau kau butuh bukti, akan kuberikan sekarang juga.Mataku terbelalak lebar saat gaunku dilepas. Kedua kakiku di lebarkan dan kepalanya berada di antara pahaku yang bergetar. Pertama kalinya dalam hidup, aku tau seperti apa rasanya saat Ruth bilang keintimanmu akan berdenyut. Lidahnya bermain di inti hasratku yang sudah basah.Jangan ditahan, lepaskan saja. Dia memerintahkanku yang sedang gelisah di bawah kuasanya. Aku seperti ingin buang air kecil, tapi kutahan.Kau menungguku? kekeh pria itu sambil menyudahi kenikmatan yang aku rasakan. Aku kecewa, jujur saja. Tapi saat melihat dia membuka pakaiannya, rasa kecewaku terbayarkan. Fakta bahwa seorang gay memiliki tubuh atletis itu ternyata benar.Tapi ...Aku kaget saat melihat milik pria itu. Ukurannya sebesar pria-pria yang ada di majalah mesum Ruth. Pria straight yang miliknya akan membesar ketika bernafsu. Dia sungguh gay?Ahhhh! Aku terpekik ringan saat ada yang melesak masuk ke dalam tubuhku. Rasanya sakit, seperti dipaksa merobek sesuatu di dalamnya.Hentikan, kau menyakitiku! Kudorong dadanya, tapi tidak sampai bereaksi apa-apa. Dia semakin menekan miliknya ke dalamku, sakitnya luar biasa.Kenapa kau sangat sempit? umpatnya masih memaksakan.Kulihat wajahnya benar-benar keenakan. Sementara diriku sendiri masih tidak nyaman dengan desakan yang keras ini. Tolong berhentilah, ini sangat sakit, rintihku. Aku menangis, tidak bisa melawannya.Sampai lama kelamaan perjuanganku menahan rasa sakit mulai terbayarkan saat milik kami sudah terbiasa bersatu. Ada rasa yang jauh lebih nikmat dibandingkan saat pertama tadi. Dia mendesak cepat dan dalam, membuatku tersedak oleh kenikmatan yang lebih gila lagi.Aku mendesah seperti seorang pelacur. Sial, kenapa rasanya senikmat ini!Ahhh. Kami berdua sama-sama masuk dalam lingkaran kepuasan. Mencapai titik akhir dari permainan tidak masuk akal ini. Aku harus meyakinkan diriku ini disebabkan karena kami sedang mabuk.Kami berbaring bersama, dia memelukku dan itu sangat nyaman. Nafasnya teratur bermain di leherku, pertanda dia sudah berkelana di alam mimpinya.Ting!Aku meraih ponselku di dalam tas yang kuraruh di atas nakas. Nafasku masih tersengal. Antara mengantuk, lelah dan masih menikmati sensasi di bawah sana.From: Ruth
Kau di mana?
Fred bilang kau tidak datang.
Jangan bercanda Clara, aku sudah membayarmu!Aku seketika tersentak. Kutoleh pria di sampingku ini. Dia bukan Fred? Oh my God, pantas saja dia tidak gay! Seketika aku panik.Aku melompat turun dari ranjang, ada rasa yang masih kurang nyaman di bawah tubuhku. Mungkin saja bengkak atau hanya perasaanku. Kucari sesuatu untuk lebih meyakinkan, lalu menemukan dompet dan uang berserakan di atas meja. Kubuka dompet itu dengan tangan gemetar, sebuah identitas yang ada di dalamnya nyaris membuatku jatuh pingsan.Clovis Cullen Abimanyu.I've gone to hell!***
Gimana, seru kan?kalau penasaran kelanjutannya silakan beli ebooknya yang sudah bisa kamu baca sampai tamat. Tapi ingat, pastikan usia kamu sudah 18 tahun ke atas ya, dikarenakan novel ini memuat konten dewasa.Silakan gunakan voucher diskon 10K selama kuota masih ada. Kode voucher: JAJANINTIMATE
Ebook ini berisi:-PDF 35 Part -369 Halaman Bila terdapat kendala harap DM ke Instagram shanty.etm ya untuk respon lebih cepat.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan