Skenario Pernikahan | 04

37
17
Deskripsi

Baca Gratis di sini.

Peringatan: Cerita ini memuat banyak adegan dewasa yang hanya bisa dibaca oleh kalian yang sudah berusia 18 tahun ke atas.

***

Alaska harus menggantikan posisi Gilang (saudara tirinya) yang lari di hari pernikahan demi nama baik keluarga. Dia terpaksa harus menikahi wanita yang bahkan belum pernah dilihatnya, apalagi dicintainya.

Orang tuanya sudah berjanji, bila Gilang kembali maka perannya sebagai suami pengganti akan berakhir. Namun, apa jadinya saat hari yang dinantikan itu tiba, dia malah tidak rela melepaskan istrinya?

Bagian 4

Melihat Nasha turun dari mobil, sang Mama yang sedang sibuk menyirami tanaman anggreknya sontak melepas selang di tangannya. Terpancar jelas sinar kebahagiaan di wajah wanita itu tatkala melihat putrinya merangkul lengan suaminya, bersamaan dengan senyum yang cerah.

"Papa, kita kedatangan tamu spesial!" seru Mahani memanggil suaminya.

"Siapa sih Ma tamunya sampe bikin Mama teriak-teriak gitu?" Krisna ke luar untuk memeriksa. Saat melihat siapa tamu yang dimaksud, wajahnya pun menyiratkan kebahagiaan.

"Baru juga sehari Nasha nggak nginep di rumah, udah dijadiin tamu aja sama Mama," sindir Nasha pura-pura merajuk.

Orang tuanya itu tertawa. "Kan, tamu spesial di hati Mama sama Papa. Jadi, nggak salah dong?" rayu Mahani.

Nasha pun tersenyum lalu memeluk Mamanya itu. Pelukannya sangatlah lama, seolah tidak ingin melepasnya lagi. Saat matanya mulai terasa panas buru-buru Ia sudahi pelukan itu dan beralih mencium tangan papanya.

"Alaska, ayo masuk." Krisna dengan ramah mengajak menantunya itu ke dalam.

"Maaf Pa, Alaska nggak bisa lama. Ke sini cuma mau anter Nasha, karena harus ke kantor." Alaska juga bicara dengan sopan.

"Loh, emangnya kamu nggak ambil cuti dulu, Alaska? Kan, baru menikah satu hari," tanya Mahani.

"Bisnis yang Alaska rintis ini baru seumur jagung, Ma. Jadi masih harus diurus sendiri dulu" jawab Alaska.

"Ya sudah, kamu boleh pergi. Emang kalau sudah urusan pekerjaan, susah dinomorduakan," ucap Krisna sangat pengertian.

Mahani juga mengangguk.

"Kalau begitu Alaska pergi dulu Pa, Ma." Alaska berpamitan pergi.

"Hati-hati ya, Mas." Nasha mencium tangan Alaska, membuat pria itu agak terkejut dan tersenyum kaku.

Setelah Alaska pergi, Nasha diajak ke dalam. Mereka bertiga duduk di sofa ruang keluarga, mendengarkan sang papa menyanyikan lagu lawas andalannya.

"Sayang, kamu betah tinggal di sana?" tanya Mahani.

"Kalau nggak betah, tadi malem aku pasti udah minta pulang Ma," jawab Nasha.

"Alaska memperlakukan kamu dengan baik, kan?" tanya Mahani lagi.

"Iya dong, Ma. Malah, dia nggak izinin aku masak, biar aku nggak capek. Jadi dari kemaren kita cuma pesen makan dari luar." Ucapan Nasha ini sedikit bertolak belakang dengan kenyataan. Alaska memang tidak mengizinkan dirinya masak, tapi bukan karena tak ingin dirinya capek. Nasha tidak bisa jujur, tidak mau orang tuanya cemas.

"Tapi kalau setiap hari beli juga nggak bagus, sayang. Kamu, kan, nggak bisa makan sembarangan. Inget, kamu itu punya gerd jadi harus makan tepat waktu dan sehat."

"Iya Ma, tenang aja. Tadi pagi kita belanja kok, jadi mulai besok Nasha bakalan masak."

Mahani tersenyum lega. "Syukurlah kalau kamu menikmati peran kamu sebagai istri. Mama lega dengernya." Dibelainya rambut panjang putrinya itu.

"Mama, Nasha, ayo nyanyi. Jangan ngobrol aja," panggil Krisna.

"Iya-iya." Mahani mengambil microphone, ingin memberinya pada Nasha, tapi putrinya itu menggeleng. Alhasil, dia pun berduet dengan sang suami.

Nasha bertepuk tangan mengikuti musik, sambil menggoyang tubuh ke kiri dan kanan. Dia bahagia sekali melihat keharmonisan orang tuanya, yang meski sudah tua tetap romantis satu sama lain.

***
 


"Nikah?!"

Aksara, Moreen dan Storm tentu saja terkejut saat mendengar pengakuan Alaska soal skenario pernikahan yang sedang dijalaninya itu. Pasalnya, sejak kemarin Ia tidak memberitahu ketiga sahabatnya itu, baru hari ini. Mereka berempat sedang merintis bisnis start up dalam bidang developer game.

"Siapa yang nikah?" Datang satu orang lagi bernama Rana, perempuan cantik rambut sebahu. Dia menaruh tasnya ke atas meja, lalu mengambil tempat duduk di samping Alaska.

Semua saling lirik, namun tidak ada yang berani bicara duluan.

"Kok pada diem sih? Kalian nggak lagi ngomongin gue, kan?" tanya Rana lagi, sambil menatap mereka semua bergantian.

"Ran, ada yang mau aku omongin." Alaska berkata dengan serius.

Rana balas menatap Alaska lekat.

"Kamu tau, kan, kemaren aku pulang karena Gilang mau nikah."

"Iya, terus?"

"Gilang kabur dan baru ketahuan pas kita semua udah siap-siap mau pergi ke tempat calon istrinya."

"Hah, serius? Terus gimana?" Rana benar-benar kaget.

"Karena udah nggak mungkin untuk dibatalin, Mama minta aku gantiin posisi Gilang. Aku nggak bisa nolak."

"Maksud ... Maksud kamu gantiin dia buat nikahin calon istrinya?" tanya Rana terbata.

Alaska mengangguk.

"Kamu becanda, kan? Nggak lucu deh, Ska." Rana tersenyum hambar, tidak mau menganggapnya serius meski isi kepalanya mulai terasa penuh. Saat matanya tertuju pada cincin putih di jari manis Alaska, matanya memanas.

Teman-teman mereka yang lain tidak ada yang berani ikut campur, hanya mendengarkan saja.

"Ini beneran?" tanya Rana berlinang air mata. Dia menggeleng saat Alaska hendak memegang tangannya. "Kamu bilang belum siap berkomitmen, tapi ini apa?"

"Ran, kita dengerin dulu penjelasan Ska sampai selesai." Storm menasihati Rana yang sudah mau meledak.

Alaska menjelaskan semuanya secara detail agar teman-temannya mengerti kenapa dia mau menggantikan Gilang menikahi Nasha. Mereka semua juga tahu kalau Alaska sangat menyayangi Mamanya, juga sangat berbakti. "So, kalau dia kembali gue bakalan bebas. Ini cuma sementara," tutupnya.

"Aku nunggu kamu selama lima tahun dan ini yang aku dapet, Ska?" Rana tetap tidak mau mengerti situasinya meski Alaska sudah berkata jujur. Dia memilih pergi dari sana dengan air mata yang mengalir deras.

"Nggak lo kejar, Ska?" tanya Moreen khawatir.

Alaska diam saja.

Alaska memang dekat dengan Rana, akan tetapi mereka tidak berpacaran. Meski begitu, Rana menaruh banyak harapan pada Alaska dan menunggu sampai pria itu siap berkomitmen.

"Gue aja yang nyusul. Biar gue kasih dia pengertian." Aksara berlari ke luar mengejar Rana.

"Emang ngagetin sih Ska," ucap Storm mewakili pikiran semua orang.

"Emang bajingan tuh Gilang, nggak tanggung jawab banget." Moreen jadi geram. "Terus gimana, Ska?"

"Kita harus cari dia."

***
 

Next mau tetep 1 part update …

Atau

Mau baca duluan langsung bom part?

Kebetulan udah sampai Bab 17

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Skenario Pernikahan season 1 (PDF Full)
13
5
Bagian 5Hari ini, Oma Nasha akan merayakan ulang tahunnya yang ke-80. Sejak pagi Nasha sudah repot menyiapkan kado. Dia sengaja membeli dua kado agar sang Oma senang karena mengira itu dari Alaska. Bisa saja Nasha meminta Alaska membelinya sendiri, namun dengan sifat pria itu rasanya mustahil Alaska mau meluangkan waktu untuk mengunjungi toko.Alaska ke luar dari kamarnya, sudah berpakaian rapi dan menenteng waist bag. Aroma maskulin parfum pria itu tercium dari jarak satu meter.Kamu mau ke mana, Mas? Nasha menghampiri Alaska.Nongkrong sama anak-anak. Alaska akan melangkah, akan tapi dihalangi oleh Nasha. Apa lagi?Kamu lupa ya Mas nanti siang kita mau ke rumah Oma? tanya Nasha sangat serius.Alaska memijat keningnya. Sorry, gue lupa, jawabnya tanpa sedikitpun rasa bersalah. Lo bilang aja gue lagi sibuk, jadi nggak bisa dateng. Kado udah lo beli, kan?Bukan kado yang Oma harapin, Mas. Oma tuh pengen banget ketemu kamu, karena pas kita nikah kemaren Oma lagi di Belanda. Nasha menahan pergelangan tangan Alaska yang tetap ingin pergi.Aku udah bilang ke Oma, ke Mama Papa juga kalau kamu bakalan dateng. Oma bahkan udah siapin oleh-oleh dari Belanda buat kamu. Nasha menambahkan, berharap Alaska bisa menghargainya.Kan, masih ada hari lain. Nanti kalau aku udah nggak sibuk, kita ke rumah Oma. Puas? Alaska menyepelekan.Tapi ini, kan, hari spesial Oma, Mas. Nasha benar-benar memohon.Yaelah Nas, kayak Oma bakalan mati besok. Ucapan Alaska ini tumpah begitu saja dari mulutnya, sama sekali tidak memikirkan perasaan Nasha.Nasha menatap Alaska dalam diam. Terlihat sekali dia kecewa. Dilepasnya tangan pria itu, lalu balik badan dan kembali melanjutkan membungkus kado.Harusnya Alaska pergi saja, namun melihat reaksi Nasha seperti itu entah mengapa perasaannya jadi tidak enak. Lo marah? tanyanya.Nasha diam saja, seolah-olah tidak mendengar. Ucapan Alaska tadi sangat menyakiti perasaannya. Mungkin pria itu tidak tahu dirinya sangat menyayangi Oma. Sakit sekali mendengar suaminya mengatakan hal tidak pantas seperti itu.Alaska gusar. Dia paling tidak suka dengan sifat wanita yang kalau sedang marah pasti diam. Harusnya luapkan saja, mengajaknya berdebat pun tidak apa-apa.Kalau suami ngomong itu dijawab, gertak Alaska.Nasha tetap bergeming. Menoleh saja tidak. Tangannya sibuk memasang pita di atas box kado, padahal sudah terpasang sejak tadi hanya saja dia bongkar lagi dan pasang lagi.Masalah kecil gini doang marah. Gue pergi, ucap Alaska tidak lagi peduli.Masalah kecil?Masalah kecil yang kamu bilang ini akan berdampak besar buat aku, Mas.***   Meski sedang kesal, Nasha berusaha untuk terlihat baik-baik saja di depan keluarganya. Kediaman Oma sudah ramai oleh para kerabat, tua dan muda. Setiap tahun di hari ulang tahun Oma, perayaan seperti ini selalu jadi sarana untuk berkumpul. Bahkan anak, menantu, cucu hingga cicit yang dari luar negeri pun datang di hari spesial ini.Nah panjang umur, itu Nasha sudah datang. Wanita dengan rambut yang sudah memutih dan berjalan dengan tongkat itu langsung menghampiri Nasha. Meski sudah berusia 80 tahun, Oma terbilang sangat awet muda dan tetap cantik.Oma, happy birthday. Doa aku cuma dua, Oma selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan. Nasha dengan penuh kasih memeluk sang oma.Aamiin, terima kasih cucu Oma yang paling cantik. Oma menciumi wajah Nasha.Nasha menyodorkan kado. Ini kado dari aku sama Mas Alaska, berinya dengan senyum manis.Loh, suami kamu mana? tanya oma sambil mengedarkan pandangan.Ekspresi Nasha sedikit berubah, tidak lagi seceria tadi. Maaf ya Oma, tadi Mas Alaska mau dateng, tapi tiba-tiba dapet telepon dari kantor. Kayaknya urgent, jadi terpaksa deh nggak jadi ke sini. Maaf Oma, Nasha terpaksa bohong.Oma tampaknya kecewa, karena dia sangat ingin bertemu dengan suami Nasha. Ya sudah nggak apa-apa, mau gimana lagi kalau memang ada yang lebih penting, kan? ucapnya tidak mempermasalahkan.Maaf ya, Oma. Nasha benar-benar merasa tidak enak. Mungkin di antara semua kerabat yang hadir, hanya Alaska yang berhalangan. Dia bahkan melihat suami sepupunya yang kerja di luar negeri menyempatkan untuk datang.Kalian baik-baik aja, kan, Nasha? tanya Oma sambil memegang tangan Nasha.Kita baik-baik aja kok, Oma. Jangan khawatir, ucap Nasha meyakinkan, meski tidak sesuai kenyataan.Syukurlah kalau gitu. Pernikahan kalian bahkan belum seumur jagung, jangan sampai ada apa-apa.Iya Oma. Nasha tersenyum.Eh, Nasha!Nasha dipanggil oleh salah satu adik sepupunya. Di sana saudara-saudara seusianya berkumpul.Ya sudah, kamu kumpul sama mereka, suruh Oma.Nasha tersenyum dan langsung berlari ke perkumpulan sepupunya itu. Di dalam hubungan keluarganya, tidak ada yang namanya persaingan, semuanya begitu akrab satu sama lain.Suami lo mana? Kok nggak keliatan? tanya Nadin.Tau nggak Nas, dari tadi yang dicari Nadin tuh suami lo. Hati-hati direbut sama dia, canda Dara, memancing tawa semua yang ada di sana.Dia nggak bisa dateng, lagi ada urusan, beritahu Nasha.Yah, sayang banget. Padahal gue pengen lihat lagi suami ganteng lo. Kemaren di pernikahan kalian, gue belum puas lihatnya, keluh Nadin.Heh, inget itu suami orang, sikut Mutia.Nggak papa ya Nas, gue kan cuma mengagumi. Tenang aja nggak akan gue ambil kok, ucap Nadin membela diri.Dia juga nggak bakalan mau sama lo, ledek Dara.Nasha tertawa geli. Semua sepupunya begitu memuja Alaska, tanpa mereka tahu kalau sifatnya berbanding jauh dengan wajah tampannya itu.Eh, Nas kata lo suami lo ada urusan. Itu kok dia di sini? Mutia menunjuk ke tempat seorang pria berdiri.Nasha menoleh ke belakang. Rasanya seperti mimpi melihat Alaska datang, tapi pria itu nyata, sedang mengobrol dengan Oma dan orang tuanya. Wajah Oma tampak sangat bahagia, berkali-kali menepuk pundak bidang Alaska sambil tertawa.Masya Allah, gantengnya suami orang. Kenapa ya rumput tetangga itu selalu lebih hijau dari punya sendiri, oceh Nadin.Makanya punya rumput itu dipupuk dengan kasih sayang, jangan setiap hari lo omolin dan cuma butuh uangnya aja, ledek Mutia, membuat yang lain tertawa.Jantung Nasha berdebar saat Alaska datang mendekat. Debar bahagia. Suaminya itu menyapa para sepupu dengan ramah, lalu duduk di samping Nasha seolah-olah tadi mereka tidak bertengkar.Alaska juga sangat mudah bergaul. Cepat sekali pria itu membuat semua orang mengagumi kepribadiannya yang ramah. Rasanya seperti bukan Alaska yang selama ini Nasha kenal, karena berbeda sekali dengan yang sering dilihatnya.Biasa aja kali Nas natapnya, sindir Nadin, diiringi tawa geli semuanya.Alaska menoleh pada Nasha, wanita itu sontak batuk-batuk. Seperti pria sejati, Alaska memberi Nasha minum sambil menepuk pundaknya. Hal ini membuat semua sepupu Nasha iri.Emang beda ya physical touch pengantin baru tuh, berasa banget masih angetnya, sindir Ranti.Cerita dong gimana malam pertama kalian, pancing Reina.Nasha yang sedang minum pun tersedak. Wajahnya memerah. Kenapa harus pertanyaan semacam itu yang sepupunya lontarkan di saat Alaska ada di dekat mereka. Diliriknya Alaska, pria itu dengan santainya terkekeh.***
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan