
Baca Gratis di sini.
Peringatan: Cerita ini memuat banyak adegan dewasa yang hanya bisa dibaca oleh kalian yang sudah berusia 18 tahun ke atas.
***
Alaska harus menggantikan posisi Gilang (saudara tirinya) yang lari di hari pernikahan demi nama baik keluarga. Dia terpaksa harus menikahi wanita yang bahkan belum pernah dilihatnya, apalagi dicintainya.
Orang tuanya sudah berjanji, bila Gilang kembali maka perannya sebagai suami pengganti akan berakhir. Namun, apa jadinya saat hari yang dinantikan itu tiba, dia malah tidak rela melepaskan istrinya?
Bagian 4
Melihat Nasha turun dari mobil, sang Mama yang sedang sibuk menyirami tanaman anggreknya sontak melepas selang di tangannya. Terpancar jelas sinar kebahagiaan di wajah wanita itu tatkala melihat putrinya merangkul lengan suaminya, bersamaan dengan senyum yang cerah.
"Papa, kita kedatangan tamu spesial!" seru Mahani memanggil suaminya.
"Siapa sih Ma tamunya sampe bikin Mama teriak-teriak gitu?" Krisna ke luar untuk memeriksa. Saat melihat siapa tamu yang dimaksud, wajahnya pun menyiratkan kebahagiaan.
"Baru juga sehari Nasha nggak nginep di rumah, udah dijadiin tamu aja sama Mama," sindir Nasha pura-pura merajuk.
Orang tuanya itu tertawa. "Kan, tamu spesial di hati Mama sama Papa. Jadi, nggak salah dong?" rayu Mahani.
Nasha pun tersenyum lalu memeluk Mamanya itu. Pelukannya sangatlah lama, seolah tidak ingin melepasnya lagi. Saat matanya mulai terasa panas buru-buru Ia sudahi pelukan itu dan beralih mencium tangan papanya.
"Alaska, ayo masuk." Krisna dengan ramah mengajak menantunya itu ke dalam.
"Maaf Pa, Alaska nggak bisa lama. Ke sini cuma mau anter Nasha, karena harus ke kantor." Alaska juga bicara dengan sopan.
"Loh, emangnya kamu nggak ambil cuti dulu, Alaska? Kan, baru menikah satu hari," tanya Mahani.
"Bisnis yang Alaska rintis ini baru seumur jagung, Ma. Jadi masih harus diurus sendiri dulu" jawab Alaska.
"Ya sudah, kamu boleh pergi. Emang kalau sudah urusan pekerjaan, susah dinomorduakan," ucap Krisna sangat pengertian.
Mahani juga mengangguk.
"Kalau begitu Alaska pergi dulu Pa, Ma." Alaska berpamitan pergi.
"Hati-hati ya, Mas." Nasha mencium tangan Alaska, membuat pria itu agak terkejut dan tersenyum kaku.
Setelah Alaska pergi, Nasha diajak ke dalam. Mereka bertiga duduk di sofa ruang keluarga, mendengarkan sang papa menyanyikan lagu lawas andalannya.
"Sayang, kamu betah tinggal di sana?" tanya Mahani.
"Kalau nggak betah, tadi malem aku pasti udah minta pulang Ma," jawab Nasha.
"Alaska memperlakukan kamu dengan baik, kan?" tanya Mahani lagi.
"Iya dong, Ma. Malah, dia nggak izinin aku masak, biar aku nggak capek. Jadi dari kemaren kita cuma pesen makan dari luar." Ucapan Nasha ini sedikit bertolak belakang dengan kenyataan. Alaska memang tidak mengizinkan dirinya masak, tapi bukan karena tak ingin dirinya capek. Nasha tidak bisa jujur, tidak mau orang tuanya cemas.
"Tapi kalau setiap hari beli juga nggak bagus, sayang. Kamu, kan, nggak bisa makan sembarangan. Inget, kamu itu punya gerd jadi harus makan tepat waktu dan sehat."
"Iya Ma, tenang aja. Tadi pagi kita belanja kok, jadi mulai besok Nasha bakalan masak."
Mahani tersenyum lega. "Syukurlah kalau kamu menikmati peran kamu sebagai istri. Mama lega dengernya." Dibelainya rambut panjang putrinya itu.
"Mama, Nasha, ayo nyanyi. Jangan ngobrol aja," panggil Krisna.
"Iya-iya." Mahani mengambil microphone, ingin memberinya pada Nasha, tapi putrinya itu menggeleng. Alhasil, dia pun berduet dengan sang suami.
Nasha bertepuk tangan mengikuti musik, sambil menggoyang tubuh ke kiri dan kanan. Dia bahagia sekali melihat keharmonisan orang tuanya, yang meski sudah tua tetap romantis satu sama lain.
***
"Nikah?!"
Aksara, Moreen dan Storm tentu saja terkejut saat mendengar pengakuan Alaska soal skenario pernikahan yang sedang dijalaninya itu. Pasalnya, sejak kemarin Ia tidak memberitahu ketiga sahabatnya itu, baru hari ini. Mereka berempat sedang merintis bisnis start up dalam bidang developer game.
"Siapa yang nikah?" Datang satu orang lagi bernama Rana, perempuan cantik rambut sebahu. Dia menaruh tasnya ke atas meja, lalu mengambil tempat duduk di samping Alaska.
Semua saling lirik, namun tidak ada yang berani bicara duluan.
"Kok pada diem sih? Kalian nggak lagi ngomongin gue, kan?" tanya Rana lagi, sambil menatap mereka semua bergantian.
"Ran, ada yang mau aku omongin." Alaska berkata dengan serius.
Rana balas menatap Alaska lekat.
"Kamu tau, kan, kemaren aku pulang karena Gilang mau nikah."
"Iya, terus?"
"Gilang kabur dan baru ketahuan pas kita semua udah siap-siap mau pergi ke tempat calon istrinya."
"Hah, serius? Terus gimana?" Rana benar-benar kaget.
"Karena udah nggak mungkin untuk dibatalin, Mama minta aku gantiin posisi Gilang. Aku nggak bisa nolak."
"Maksud ... Maksud kamu gantiin dia buat nikahin calon istrinya?" tanya Rana terbata.
Alaska mengangguk.
"Kamu becanda, kan? Nggak lucu deh, Ska." Rana tersenyum hambar, tidak mau menganggapnya serius meski isi kepalanya mulai terasa penuh. Saat matanya tertuju pada cincin putih di jari manis Alaska, matanya memanas.
Teman-teman mereka yang lain tidak ada yang berani ikut campur, hanya mendengarkan saja.
"Ini beneran?" tanya Rana berlinang air mata. Dia menggeleng saat Alaska hendak memegang tangannya. "Kamu bilang belum siap berkomitmen, tapi ini apa?"
"Ran, kita dengerin dulu penjelasan Ska sampai selesai." Storm menasihati Rana yang sudah mau meledak.
Alaska menjelaskan semuanya secara detail agar teman-temannya mengerti kenapa dia mau menggantikan Gilang menikahi Nasha. Mereka semua juga tahu kalau Alaska sangat menyayangi Mamanya, juga sangat berbakti. "So, kalau dia kembali gue bakalan bebas. Ini cuma sementara," tutupnya.
"Aku nunggu kamu selama lima tahun dan ini yang aku dapet, Ska?" Rana tetap tidak mau mengerti situasinya meski Alaska sudah berkata jujur. Dia memilih pergi dari sana dengan air mata yang mengalir deras.
"Nggak lo kejar, Ska?" tanya Moreen khawatir.
Alaska diam saja.
Alaska memang dekat dengan Rana, akan tetapi mereka tidak berpacaran. Meski begitu, Rana menaruh banyak harapan pada Alaska dan menunggu sampai pria itu siap berkomitmen.
"Gue aja yang nyusul. Biar gue kasih dia pengertian." Aksara berlari ke luar mengejar Rana.
"Emang ngagetin sih Ska," ucap Storm mewakili pikiran semua orang.
"Emang bajingan tuh Gilang, nggak tanggung jawab banget." Moreen jadi geram. "Terus gimana, Ska?"
"Kita harus cari dia."
***
Next mau tetep 1 part update …
Atau
Mau baca duluan langsung bom part?
Kebetulan udah sampai Bab 17
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
