Sexy Roommate (PDF)

31
16
Terkunci
Deskripsi

Ini Versi PDF yang tidak bisa di-download, isinya sama dengan versi baca langsung.

Password ada di akhir deskripsi ya.

1 file untuk di-download

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Karya
1 konten
Akses seumur hidup
500
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Kategori
Pdf
Selanjutnya Lone(ve)ly Lady
38
17
(Bisa dibaca langsung lewat aplikasi dan pdf)Baca 3 chapter pertama gratis, silakan scroll ke bawah sampai habis.Blurb:Aileen menyimpan banyak rahasia dalam hidupnya, termasuk menyembunyikan seorang bayi yang baru berusia satu tahun. Dia harus menghadapi berbagai gunjingan masyarakat, termasuk sindiran istri-istri dari para suami yang mencoba mendekatinya.Di tengah himpitan permasalahan dan ekonomi, hadir seorang pemuda yang usianya lebih muda darinya, bernama Axel. Axel tak hanya menawarkan bantuan, tapi juga perlindungan dalam bentuk pernikahan.Di saat hatinya mulai bisa menerima kehadiran Axel, pria dari masa lalunya kembali dan ingin memenuhi kewajibannya sebagai ayah dari bayi itu.Siapa yang akan Aileen pilih bila pada akhirnya salah satu harus dia korbankan?***Chapter 1Siapa yang tidak mengenal Aileen? Wanita berusia dua puluh lima tahun dan berparas cantik ini menjadi idola para pria di pemukiman sederhana tempat tinggalnya. Meski tidak merespons satu pun dari mereka, tapi anehnya semua istri dari para pria itu kerapkali mencurigainya.Kalau aku jadi Bu RT sih, udah kuusir dari sini. Ngapain kita biarin wanita nggak bener tinggal di kompleks kita? Iya, kan, Ibu-ibu?Iya, bener. Mana nggak jelas di mana suaminya, tau-tau udah punya anak.Jangan-jangan itu anak haram yang nggak jelas siapa Bapaknya.Aileen mengabaikannya. Dia sudah terbiasa mendengar gunjingan seperti ini, entah di belakangnya atau frontal di depannya langsung. Baginya, tidak perlu meladeni orang-orang yang hanya taunya bicara jelek, tapi lupa berkaca kekurangan masing-masing.Hus, Ibu-ibu ini mau beli sayur atau bergunjing sih? tegur Pak Saliman, tukang sayur keliling yang merasa kasihan pada Aileen. Setiap hari, pasti ada saja topik untuk menggunjingkan wanita itu.Loh, Pak Saliman kok malah marah? Kenapa, naksir ya sama dia? tuding Bu Ambar.Astaghfirullah, Bu. Udah pada tua bukannya bertobat, malah bikin dosa tiap hari. Pak Saliman cuma bisa geleng-geleng.Dih! Bu Ambar melempar sayur di tangannya. Aku nggak jadi beli, udah nggak seger sayurannya.Beli tempat lain aja yuk, nggak enak di sini, sahut yang lain.Bagai dayang-dayang yang setia, para ibu-ibu lainnya juga ikut pergi tanpa membeli apa-apa.Pak Saliman membereskan sayur dan buah-buahan yang direcoki oleh para tukang gosip tadi. Sabar ya Mbak Ai, lama-lama mereka capek sendiri. Tapi sekali-kali Mbak Ai juga harus tegas, jangan didiemin aja, ucapnya.Aileen hanya tersenyum. Semuanya berapa ya, Pak? tanyanya setelah menaruh semua belanjaannya pada satu tempat.Pak Saliman menghitung semuanya dengan kalkulator. Semuanya enam puluh dua ribu, Mbak. Enam puluh ribu aja nggak papa, sebutnya.Jangan Pak, masa tiap saya beli selalu dikurangi harganya. Nanti rugi loh, tolak Aileen.Mbak Ai ini malah aneh. Ibu-ibu di sini kalau dikasih diskon pasti seneng, malah belum dikasih pun udah minta duluan. Lah, Mbak Ai nggak pernah mau.Aileen tertawa kecil. Soalnya Bapak, kan, dagang. Kalau selalu dikasih diskon, kapan kayanya? candanya.Pak Saliman tertawa, Nunggu jadi anggota DPR baru bisa kaya, korupsi soalnya.Hahaha. Bapak bisa aja. Ini uangnya Pak, kembaliannya diambil aja.Loh, Mbak! Pak Saliman terbengong melihat uang seratus ribu di tangan.Aileen sendiri sudah pergi membawa belanjaannya. Dia melewati beberapa rumah untuk sampai ke rumahnya sendiri, dan di sini cobaannya sangat besar.Dek Aileen, habis belanja ya? tanya Pak Seno, sampai nekat keluar pagar padahal sedang mencuci mobil.Aileen hanya mengangguk, tidak mau istrinya yang galak itu salah paham lagi bila disahuti.Selamat pagi Dek Aileen, dari tukang sayur ya? tanya Pak Imron saat lewat depan rumahnya.Aileen kembali hanya mengangguk.Sepertinya Bapak-bapak di kompleks ini sudah hapal jadwal Aileen lewat depan rumah mereka sehingga ada saja cara agar bisa bertemu. Entah itu mencuci mobil, padahal masih bersih. Atau pura-pura menyiram tanaman, padahal baru saja hujan.Aku kok lama-lama eneg ya lihat dia, suamiku tuh bertingkah setiap pagi.Sama. Mas Hari yang biasanya sering bangun siang, sejak ada dia sekarang bangunnya selalu pagi. Sok joging lagi biar bisa lewat depan rumahnya.Aileen cepat-cepat membuka pintu pagar, daripada semakin panas. Entah apa salahnya, padahal tidak pernah sekalipun menggoda suami mereka.Sudah pulang, Nduk? tanya Mbok Arum. Mbok Arum satu-satunya yang Aileen punya saat ini. Dulu, Mbok Arum merupakan tetangga di rumah lamanya. Setiap kali Ayahnya akan pergi bekerja, maka dia dititipkan pada si Mbok. Ibunya sendiri sudah meninggal ketika melahirkannya. Namun saat usianya lima tahun, sang Ayah pergi menyusul Ibunya karena kecelakaan. Jadilah kini Mbok Arum yang merawatnya hingga saat ini.Penuh perjuangan Mbok, kekeh Aileen sembari menaruh belanjaannya ke atas meja.Hmm, masih aja mereka ngomongin kamu? Mbok Arum mengesah.Biarin aja, Mbok. Selama kita nggak merugikan mereka, abaikan aja. Aku males meladeni, nanti malah makin panjang.Iya, diamkan aja. Nanti juga capek sendiri, ucap Mbok Arum, persis apa yang Pak Saliman katakan tadi.Aira belum bangun ya, Mbok? tanya Aileen.Belum. Badannya masih panas, apa nggak sebaiknya dibawa ke rumah sakit aja? tanya Mbok khawatir.Aileen masuk ke kamar, mendekati Aira yang tengah tidur di kasur busa. Kening anak itu terpasang plaster demam. Dia menempelkan punggung tangan ke pipi Aira, terasa sangat panas. Ya udah Mbok, aku bawa Aira ke dokter dulu kalau gitu, ucapnya setuju.Iya, bawa aja.Aileen lenih dulu bersiap-siap, setelah itu dia memesan taksi online lewat aplikasi. Hanya sekitar sepuluh menit taksi yang dipesan datang, Aileen langsung menggendong Aira.***Akibat ugal-ugalan di jalan raya, Axel mengalami kecelakaan. Dia dibawa ke rumah sakit oleh teman-temannya karena mendapat luka robek pada keningnya. Tapi untung saja tidak terlalu parah sehingga diperbolehkan pulang. Saat turun dari ranjang UGD, tak sengaja dia melihat seorang wanita masuk dengan wajah panik sembari menggendong seorang bayi.Dok, tolongin anak saya. Tadi di jalan dia kejang, ujar wanita itu sembari dibantu perawat menaruh bayi itu ke ranjang.Ini pertama kalinya dalam hidup Axel tak bisa berpaling dari kecantikan seorang wanita. Dia membeku dalam beberapa detik ketika wanita itu lewat di hadapannya, tercium aroma minyak telon yang disukainya.Kebetulan, ranjang pasien Axel dan anak dari wanita itu bersebelahan, dan tirai dalam posisi terbuka. Axel pun urung keluar, malah duduk di tepi ranjang memperhatikan apa yang sedang terjadi.Tatapan Axel tak lepas dari wanita yang tampak begitu cemas, namun masih sangat cantik.Bu, bisa tolong ke ruang admistrasi dulu untuk mendaftar? minta seorang perawat.Tapi dok, anak sayang gimana? Saya hanya sendirian di sini, tanya wanita itu begitu panik.Tidak apa-apa Bu, di sini aman.Bisa Axel rasakan kegelisahan wanita itu hanya dari gerak-geriknya. Dari ekspresinya, dia berat meninggalkan anaknya sendirian, meski ada banyak tim medis di sini. Sampai akhirnya, wanita itu pergi dan sambil menoleh ke belakang tanpa henti.Para tim medis meninggalkan bayi itu sendirian saat ada pasien lain yang harus ditangani. Ranjang itu dipasang pengaman di setiap sisinya, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun melihatnya menangis, Axel tidak tega. Dia mendekati bayi itu, dan berupaya menenangkannya.Anak manis, Mama kamu sebentar lagi pasti datang. Tunggu ya, bujuk Axel.Meski sudah melakukan segala cara membujuknya, bayi itu masih saja menangis. Tidak ada pilihan lain, Axel pun menggendongnya. Dia bersyukur pernah menggendong keponakannya yang juga masih bayi, jadi tidak terlalu sulit melakukannya. Ajaibnya bayi itu berhenti menangis, malah jadi sangat anteng.Anak pinter, ucap Axel sembari menimangnya dengan lembut. Aneh, baru bertemu sekali dia sudah suka pada bayi menggemaskan ini.Maaf, kamu siapa ya? Ibu dari bayi yang Axel gendong datang.Axel membalikkan badan, kemudian tersenyum pada wanita cantik di hadapannya itu.*** Chapter 2Aileen benar-benar tidak tenang saat harus meninggalkan Aira sendirian. Harusnya dia mengajak si Mbok tadi sehingga ada yang menjaga anak itu. Hatinya terasa sesak membayangkan bayi yang berusia satu tahun harus dirawat di rumah sakit dan dipasang infus di tangan mungilnya.Sudah selesai ya Bu, kita akan segera pindahkan Aira ke ruang rawat inap. Silakan menunggu terlebih dahulu, ujar petugas administrasi.Saya bisa kembali ke UGD? tanya Aileen tidak sabaran.Bisa Bu, silakan.Terima kasih. Aileen memasukkan KTP-nya ke dalam tas, kemudian segera berlari untuk menemui Aira. Dia mengeluarkan ponsel, menelepon Mbok Arum untuk mengabarinya.Halo Mbok.Gimana Aira? Apa kata dokter?Tadi dokter minta Aira agar dirawat aja Mbok, soalnya demamnya udah kelewat tinggi. Tadi juga pas jalan ke sini, dia kejang-kejang, beritahunya.Ya ampun, kasihan Aira.Mbok, nanti sore bisa bantu jagain Aira dulu? Soalnya aku harus kerja, minta Aileen.Bisa, Ai. Ini Mbok beres-beres rumah dulu, terus langsung ke sana ya.Makasih ya, Mbok. Aileen sampai di ruang UGD. Melihat ada laki-laki yang sedang menggendong Aira, dia pun bergegas menghampiri.Maaf, kamu siapa ya? tanya Aileen. Dari postur tubuhnya, Aileen tidak merasa mengenali laki-laki ini.Laki-laki itu membalikkan badan dan tersenyum ke arahnya. Tadi dia nangis, jadi aku gendong. Diberinya Aira pada Aileen.Makasih, ucap Aileen alakadarnya. Dia menimang Aira yang terbangun, sampai tertidur kembali.Sendirian aja? tanya laki-laki itu.Aileen mengangguk singkat.Suaminya ke mana?Mendengar pertanyaan frontal itu, Aileen mengerutkan kening. Rasanya agak kurang sopan laki-laki yang tidak dikenal menanyakan hal-hal pribadi seperti itu.Maaf kalau pertanyaan aku nggak sopan. Aku cuma penasaran kenapa kamu sendirian, ralat laki-laki itu.Aileen tetap mengabaikannya.By the way, nama aku Axel.Aileen menatap uluran tangan Axel, tapi tidak membalasnya karena dua tangannya sedang dijadikan alasan menggendong Aira. Padahal dia bisa menggendong dengan satu tangan, tapi memang tidak berniat membalas. Aileen, ucapnya menyebutkan nama.Ailen dalam bahasa Irlandia artinya Cahaya, nice name for you, puji Axel.Aileen terpana beberapa saat, sampai akhirnya menggeleng risih. Axel jelas menunjukkan ketertarikan padanya, padahal jelas-jelas tahu dia memiliki anak.Aku sama kayak Aira nih, lagi sakit. Bedanya aku abis kecelakaan, ujar Axel sok akrab.Aileen sempat menatap perban yang ada di kening Axel, tapi kemudian memalingkan wajah. Ditaruhnya Aira pelan-pelan ke ranjang, menatapnya sedih. Harusnya Mama aja yang sakit, Ai. Kenapa harus kamu?Aku kadang nggak ngerti sama jalan pikiran orang tua saat anaknya sakit. Mereka berpikir, lebih baik mereka aja yang sakit jangan anaknya. Padahal kalau orang tuanya sakit, kasihan si anak nggak ada yang jagain. Iya, kan?Aileen terpaku. Apakah Axel pintar membaca pikiran orang? Dia menoleh pada laki-laki itu. Kamu lagi sakit, kan? Kenapa nggak istirahat? sindirnya.Kalau aku mau nemenin kamu aja, boleh nggak? Daripada kamu sendirian, minta Axel begitu percaya diri.Maaf sebelumnya, kamu lihat, kan, aku udah punya anak? Kalau maksud kamu mau ...Punya anak, belum tentu punya suami, kan? potong Axel begitu saja.Aileen tersentak.Kalau kamu punya suami, dia nggak akan biarin istrinya sendirian ke rumah sakit kayak gini.***Axel yakin otaknya mengalami cedera paska kecelakaan tadi malam. Sebab baru kali ini dia begitu terobsesi pada seorang wanita, sampai tidak sedetik pun bisa melupakannya.Sialan, dia udah punya anak kali. Axel mengumpat dirinya sendiri. Lo cuma penasaran aja, nggak beneran suka sama dia.Berulangkali Axel mengingatkan diri sendiri agar segera sadar. Dia seorang laki-laki single, jadi mustahil jatuh cinta pada wanita yang sudah punya anak sekalipun seorang Janda. Hanya karena usia wanita itu yang terbilang masih muda, bukan berarti segalanya bisa semudah itu.Tapi, kan, belum tentu juga dia udah janda. Mana tau suaminya emang lagi kerja di luar kota, kan? Axel bicara pada diri sendiri.Lebih gila lagi dong kalau gue suka sama istri orang? Axel menggaruk rambutnya dengan kasar.Tok. Tok. Tok.Axel, ini Kak Dira.Masuk, Kak. Axel duduk di sofa bed, mengambil ponsel dan membuka akun sosial medianya.Axel punya kakak perempuan yang memiliki anak seusia Aira tadi. Kebetulan dia sangat dekat dengan kakaknya itu, karena memang orang tua mereka terlalu sibuk. Terlebih, kakaknya itu seorang janda yang terpaksa bercerai karena suatu alasan .Axel, temenin Kakak ke dokter yuk! ajak Dira dengan wajah panik.Kenapa, Kak? tanya Axel ikutan cemas.Dinda dari pagi muntah-muntah, sekarang badannya lemes banget.Ya ampun Kak, kenapa nggak diajak ke dokter dari pagi sih?! Axel dengan cepat melompat dari sofa bed dan keluar dari kamarnya. Untuk urusan Dinda, baginya tidak ada kompromi.***Lantaran hanya satu orang yang bisa masuk ke ruang tindakan, Axel pun menunggu di luar. Secara kebetulan, Aileen terlihat turun dari taksi. Dari atas Aileen tampak sederhana dengan hoodie yang dikenakannya, tapi dari bawah roknya sangat pendek hingga nyaris tertutupi hoodie.Hai! sapa Axel yang langsung menghadang langkah Aileen.Aileen tampak mengerutkan kening, mencoba mengingat siapa pria yang tiba-tiba muncul itu.Kamu nggak lupa sama aku, kan? tanya Axel tercengir.Dilihat dari ekspresinya yang lelah, tampaknya Aileen sudah mengingat Axel. Dia pun melanjutkan langkah tanpa menggubris pria itu.Gimana keadaan Aira?! tanya Axel dengan teriakan yang cukup keras.Aileen tidak memedulikannya dan lenyap di balik pintu. Axel mengesah, kenapa wanita itu sangat angkuh?Axel, panggil Dara yang baru saja keluar dengan tergesa-gesa.Axel langsung menghampiri. Kenapa Kak? Dinda baik-baik aja, kan? tanyanya cemas.Dinda harus dirawat, dia kekurangan cairan. Kamu bisa bantu Kakak urus ke administrasi sekalian minta kamar buat Dinda?Oke Kak, tenang aja.Dira kembali ke dalam dan Axel pergi ke ruang administrasi. Dia mengurus segalanya, namun ada masalah yang cukup membuatnya bimbang.Jadi, gimana Mas? Untuk sementara menang cuma tersedia kamar kelas dua dengan dua pasien, atau kamar kelas tiga yang berisi empat pasien.Bener-bener nggak ada kamar VIP, Mbak? tanya Axel meyakinkan lagi.Semua sudah penuh, Mas.Sebentar ya, saya telepon kakak saya dulu. Axel mengambil ponselnya dari saku celana dan menelepon Dira. Dia menjelaskan semuanya, termasuk kemungkinan lain kalau mau pindah rumah sakit.Udahlah, nggak papa kamar kelas dua sementara waktu. Siapa tahu aja nanti ada yang keluar di kamar VIP, kamu minta waiting list. Udah malem kalau mau pindah rumah sakit lagi, kasihan Dinda.Oke, Kak. Axel mematikan telepon.Mbak, kamar kelas dua aja nggak apa-apa.*** Chapter 3Tidak ada yang kebetulan di dunia ini kan? Apalagi terjadi lebih dari sekali dalam sehari. Axel percaya, ini bagian dari rencana semesta yang ingin dia bertemu dengan Aileen lagi dan lagi. Ajaib saja rasanya saat ternyata Dinda berada satu ruangan dengan Aira di bangsal anak-anak.Halo, sapa Dira ramah pada Aileen.Aileen tersenyum dan mengangguk. Dia melirik Axel yang juga sedang tersenyum menyapanya, namun tak dihiraukannya.Anaknya sakit apa, Mbak? tanya Dira sembari mendekati box bayi Aira.Demam tinggi Mbak, jawab Aileen. Anak Mbak sendiri sakit apa? tanyanya balik.Kata dokter bisa jadi karena alergi makanan, tapi masih nunggu hasil tes darah juga. Rasanya tuh panik banget ya kalau anak sakit, ujar Dira.Iya Mbak. Tadi aja pas di jalan Aira sempet kejang, untungnya nggak lama, sahut Aileen.Dalam sekejap, Aileen dan Dira sudah akrab. Keduanya terlibat obrolan satu arah, hingga terlihat benar-benar cocok. Axel hanya bisa menguping sembari duduk di samping box bayi Dinda. Sesekali dia melirik Aileen, ada sedikit rasa penasaran yang belum juga terjawab. Ke mana Ayah kandung Aira?Hingga malam semakin larut, Dira sudah tidur dengan posisi duduk dan menyandarkan kepala di box bayi. Axel tidak bisa tidur, lantaran sudah terbiasa begadang. Dia rasanya ingin melihat Aira, tapi takut dikira berniat jahat lantaran ini sudah malam. Ada tirai yang membatasi area Dinda dan Aira.Tiba-tiba terdengar suara tangis Aira. Suara-suara lain bisa dipastikan Aileen yang sedang berusaha untuk mendiamkan bayinya itu.Sayang, kamu kenapa? Ada Mama di sini, jangan takut. Aileen mencoba menenangkan Aira kembali.Tidak tahan hanya berdiam diri, Axel pun menyibak tirai hingga membuat Aileen terkejut. Bukannya meminta maaf, dia justru mendekat. Kenapa Aira? tanyanya.Aileen tidak punya waktu untuk marah karena sikap tidak sopan Axel, lebih fokus pada Aira yang malah makin menjerit dan meronta. Aira, kamu jangan gini nanti infusnya lepas sayang, bujuknya.Sini biar aku yang gendong, minta Axel mengulurkan tangan.Aileen tidak begitu saja menyerahkan Aira pada laki-laki asing ini. Dia masih berusaha sendiri, meski tangan rasanya pegal karena menimang.Axel mengesah. Aku bukan orang jahat kali, ucapnya sembari dengan lembut mengambil Aira dari tangan Aileen. Jangan salah paham, aku nggak tega lihat anak kecil sakit, karena aku juga punya keponakan yang usianya sama kayak Aira.Aileen terpana. Bukan hanya karena ucapan Axel barusan, tapi juga karena Aira yang kini sudah diam dan sangat tenang.Mungkin dia kangen sama Papanya. Kenapa nggak ditelepon aja suruh ke sini? tanya Axel.Aileen tidak menjawabnya.Kamu kenapa ngeliatin, Om? Pasti karena Om ganteng ya? tanya Axel pada Aira.Aileen terpana melihat kehangatan yang terpancar dari diri Axel. Sangat jarang laki-laki seusia itu yang punya sifat seperti itu, buktinya saja Aira nyaman dalam gendongannya. Aira biasanya nggak mau ikut orang lain, cuma aku atau si Mbok, beritahunya.Si Mbok sendiri sudah tidur pulas di lantai beralaskan tikar. Aileen tidak tega membangunkannya untuk minta bantuan menenangkan Aira.Axel cukup terkejut Aileen membuka diri untuknya. Mungkin karena Aira tau aku bukan orang jahat, jawabnya sembari terkekeh. Aira pasti seneng, kan, digendong Om ganteng?Aileen tersenyum meledek.Tapi emang iya loh, anak kecil mana aja pasti suka sama aku. Kayaknya aku udah cocok jadi Bapak, ujar Axel membanggakan diri.Kenapa nggak nikah kalau gitu? tanya Aileen iseng.Belum ketemu yang cocok. Menikah kalau bisa, kan, sekali seumur hidup. Axel menjawab dengan bijak. Eh tapi ada sih yang sebenarnya wanita yang aku suka, tapi sayangnya dia terlalu menutup diri. Bingung mau deketin, nanti ada yang punya.Entah kenapa Aileen merasa Axel sedang membicarakannya, tapi dengan cepat dia membuang pikiran itu dari kepalanya. Tanya dong, biar nggak ada penyesalan, suruhnya.Status kamu sekarang apa? tanya Axel.Mata Aileen sontak terbuka lebar. Matanya terpaku pada tatapan Axel yang teramat dalam, sampai rasanya dia akan tenggelam. Jantungnya tidak hanya berdetak kencang, tapi juga cepat.Katanya disuruh nanya, tapi malah nggak dijawab, ujar Axel tanpa melepas kontak mata.Itu kayaknya Aira udah tidur. Aileen mengalihkan pembicaraan.Axel mengulum senyum. Dia menoleh pada Aira. Bayi aja bisa nyaman gini ya sama aku? sindirnya memberi kode.Aileen terlihat berusaha keras untuk tidak tergoda. Semaksimal mungkin dia mempertahankan wajahnya tetap datar, meski tidak akan bisa menyembunyikan rona merah yang sudah terlanjur muncul di pipinya.***Rumah sakit memiliki kesibukannya sendiri di pagi hari. Berbagai macam suara terdengar di luar sana, entah berasal dari manusia atau roda yang bergerak di lantai. Wangi karbol yang menyengat menyapa penciuman, ciri khas dari setiap rumah sakit. Aileen terbangun dengan badan yang terasa kaku akibat tidur dengan posisi duduk.Ai, kamu sudah bangun? Mbok mau pulang dulu ya ke rumah. Si Mbok sudah mandi dan berganti baju.Mbok malam ini tidur di rumah aja. Aku off malam ini, beritahu Aileen.Beneran? Nanti kamu repot jaga Aira sendirian.Nggak papa, Mbok. Aileen mengusap lengan Mbok Arum yang sudah menggelambir. Mbok tidur di rumah aja istirahat yang cukup.Ya sudah kalau ada apa-apa langsung telepon Mbok ya?Pasti Mbok. Aileen mengambil tas dan mengeluarkan dompetnya. Lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya pada si Mbok. Ini buat ongkos taksi, beli makan ya Mbok.Nggak usah, uang yang kamu kasih masih ada. Simpen aja buat kebutuhan Aira di sini. Mbok naik angkutan umum aja lebih hemat, soal makan gampang. Mbok menolak uang itu.Tapi Mbok ...Udah, jangan boros. Kamu cari uang capek, simpen buat kebutuhan yang mendesak. Mbok Arum mendorong tangan Aileen.Aileen mendesah. Ya udah Mbok, makasih ya udah bantu jagain Aira.Iya. Aira, kan, juga cucu Mbok. Mbok Arum menempelkan tangan ke kening Aira, panasnya udah lumayan turun, Ai.Iya Mbok?Mbok Arum mengangguk.Syukurlah.Mbok juga tenang pulangnya kalau gitu. Pamit dulu ya.Hati-hati Mbok. Naik taksi aja biar cepet.Iya!Melihat Aira masih tidur pulas, Aileen pun berniat ke kamar mandi. Namun baru selangkah, terdengar suara tangis Dinda di sebelah. Karena sudah terlalu lama dia pun mencoba melihat apa yang terjadi, ternyata hanya ada Axel yang sedang tidur.Aileen langsung menggendong Dinda dan menimangnya. Dinda sayang, takut ya karena Mama nggak ada? Itu Om kamu malah molor, ajaknya bicara.Dinda pun diam, mengamati wajah Aileen yang mungkin terasa asing. Lalu tak lama kemudian senyumnya terbit, ditepuknya pipi Aileen dengan lembut, anggap saja cara anak kecil berkenalan.Di saat bersamaan, tiba-tiba Aira pun menangis. Aileen langsung mendekati box bayi anaknya itu, berharap diam setelah melihatnya, tapi tangis Aira malah semakin pecah. Dinda ikutan menangis, menjerit-jerit layaknya seorang bayi.Axel terbangun, ditolehnya ke dalam box bayi, kaget karena keponakannya tidak ada di sana. Dinda? carinya sembari berdiri.Dinda di sini! beritahu Aileen.Axel menyibak tirai, lalu tersenyum melihat Aileen menggendong Dinda. Saat tahu ternyata Aira juga menangis dia menggendong anak itu sebagai balasan.Setelah itu suasana menjadi hening. Baik Aira ataupun Dinda sama-sama diam. Aileen dan Axel saling pandang, tapi kemudian tertawa geli.Wah-wah, kompak sekali ini seperti pasangan suami istri yang lagi gendong bayi kembar, goda Dira saat melihat Aileen dan adiknya saing bertukar bayi.Lo dari mana aja sih main tinggal anak. Bangunin gue dulu kek, untung ada Aileen. Gimana kalau tadi dia bangun terus manjat? gerutu Axel.Gue abis dari cuci botol dot, kirain bakalan bentar doang taunya antri. Dinda terkekeh. Makasih ya Aileen, ucapnya.Iya sama-sama, balas Aileen.Ternyata lebih enak di kamar begini ya, Ax. Bisa saling bantu. Dibanding kamar VIP, ujar Dira.Axel pikir bila bukan sekamar sama anaknya Aileen mungkin situasinya akan berbeda.Sini sayang sama Mama, Dira mengambil alih Dinda. Seneng ya digendong sama Tante cantik? tanyanya pada sang buah hati, yang menggemaskan Dinda malah memberi senyum manis sebagai jawaban.Aileen menyodorkan tangan pada Axel untuk mengambil Dinda. Jarak keduanya cukup dekat, sampai tanpa sadar sudah bertatapan terlalu lama ketika tangan Axel menyentuh tangan Aileen.Kamu cantik banget, puji Axel dari jarak sedekat itu. Embusan napasnya membelai pipi Aileen.Aileen gugup bukan main, langsung melangkah mundur agar jantungnya baik-baik saja. Laki-laki yang dia yakin usianya lebih muda darinya ini ternyata cukup berbahaya.*** Baca kelanjutanya dengan cara beli seharga 40rb yuk!Total sekitar 20 chapter lagi dan dijamin makin baper parah.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan