My Crush (Full PDF)

10
0
Terkunci
Deskripsi

(Mohon baca deskripsi dulu)

Novel ini berbentuk PDF Full dari chapter 1 hingga Extra Part. Isinya sama, jadi kalau sudah beli yang versi baca langsung jangan dibeli lagi ya.

Kecuali kamu emang pengen koleksi e-booknya.

Note: Bila ada kesalahan dalam ebook ini, mohon untuk diinfokan ke DM Instagram @shanty.etm ya biar cepat diperbaiki.

1 file untuk di-download

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Karya
1 konten
Akses seumur hidup
750
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Kategori
My CrushPdf
Selanjutnya Selingkuh itu Indah Chapter 1 - 15
30
10
Mohon baca deskripsi sampai habis:Genre Adult Romance for 18+ onlyFile selanjutnya berbentuk PDF yang bisa di-downlod.Terdapat 15 Chapter (belum tamat)Bab 1 - 3 gratis, ada di bawah.Isi file:Chapter 1. Pertemuan Takdir Chapter 2. Suasana BaruChapter 3. Diam-diam Bertemu Chapter 4. Ciuman Pertama Chapter 5. Jendra CemburuChapter 6. BertengkarChapter 7. Rumah JendraChapter 8. MenginapChapter 9. Dari Horor ke RomantisChapter 10. PenampakanChapter 11. CipokableChapter 12. Restu MamiChapter 13. KejutanChapter 14. KetahuanChapter 15. Bantuan Queenzi***Sampel Chapter 1 - 3 gratis:Chapter 1. Pertemuan Takdir Guys, lihat dong siapa yang dateng!Empat orang yang sedang duduk di meja bundar itu langsung menoleh ke sumber suara. Joanna! teriak tiga di antaranya dengan wajah riang. Zela dan Vanilla langsung berlari memeluk Joanna.Joanna tersenyum bahagia disambut begitu hangat oleh teman-temannya. Sudah lama mereka tidak bertemu, itu sebabnya kehadiran Joanna bagai kado yang tidak terduga.Susah banget sih ketemu tuan putri yang satu ini, sindir Zavi dari tempat duduknya.Lo semua taulah bodyguard gue itu segalak apa, sahut Joanna mengesah.Semua orang tertawa.Eh, terus ini Lo kabur dari bodyguard nyebelin Lo itu? tanya Dante.Joanna tersenyum dan mengangguk.Whoaaa! semua pun berteriak riang dan kagum atas keberanian Joanna.Untuk keberanian lo malam ini, kita semua cheers demi sang tuan putri! teriak Queenzi mengompori.Semua langsung mengangkat kaleng soda masing-masing. Joanna tertawa geli, lalu ikut mengambil satu kaleng cola dan ikut bersulang.Duduk sini Joanna, suruh Zela yang mengambil satu kursi dari meja lain.Makasih, ucap Joanna sembari duduk. Dia mengedarkan pandangan, suka sekali dengan suasana cafe yang cukup ramai. Tempatnya bagus, ide kalian keren juga bikin cafe sekalian tempat nongkrong kayak gini. Terus namanya juga mewakili banget, Friends cafe.Siapa dulu dong founder-nya, Dante! Dante menepuk dada dengan angkuh.Jangan lupa gue penanam saham terbesar di sini, balas Queenzi tidak mau kalah.Semua pun tertawa.Queen, lo udah tau ya Joanna mau ke sini? tanya Vanilla.Joanna tadi nge-chat gue, katanya suntuk di rumah, jadi gue suruh ke sini. Eh datang beneran dong dia, kekeh Queenzi yang juga tidak menyangka.Gue nggak mungkin nggak dateng di momen penting kalian ini. Selamat ya atas dibukanya cafe ini, gue doain usaha kalian makin lancar dan buka banyak cabang.Aamiin! seru mereka semua.Insya Allah, kita punya rencana minimal harus buka lima cabang ya, guys? Biar nanti masing-masing bisa mengelola satu cafe sendiri, tambah Dante.Aamiin, sahut semuanya.Makasih ya Joanna, udah nyempetin dateng di cafe kita yang sederhana ini. Seneng banget loh kita, ucap Zela begitu terharu. Bukan apa-apa, untuk Joanna bisa datang ke sini usahanya pasti tidak mudah.Iya, sama-sama. Joanna tersenyum. Dia sebenarnya iri pada mereka yang diizinkan orang tua melakukan apa saja yang disukai, bahkan didukung seratus persen. Berbeda dengannya, yang untuk membeli sebuah pakaian saja harus berdasarkan aturan.Gimana ceritanya bisa lolos dari tuh bodyguard? tanya Zela penasaran.Gue nyuruh dia ke apotek beli obat, terus gue kabur deh naik taksi. Pasti sekarang dia lagi bingung nyariin, soalnya hape gue matiin, beritahu Joanna.Anjir, berani banget lo. Kalau Eros tau gimana tuh? Zavi merasa kagum pada Joanna.Sekarang gue nggak mau mikirin itu dulu. Joanna menenggak kembali isi kaleng sodanya, wajahnya terlihat sangat tertekan.Semua saling pandang, sangat paham seperti apa perasaan Joanna, karena mereka sudah mengenal cukup lama di bangku kuliah dulu.Oke, kita nggak usah bahas itu. Biar aja tuh bodyguard songong dihajar sama Eros karena gagal jagain tuan putri, ucap Vanilla senang.Hahaha.By the way, mau minum apa Joanna? Kita punya kopi, jus atau milkshake? Zela menawarkan.Gratis, kan? Joanna menoleh kelima temannya yang merupakan pemilik dari cafe ini.Bayar dong! jawab mereka semua kompak.Gratis itu hanya untuk orang yang tidak mampu. Sekelas lo mah, beli ini cafe juga sanggup, sindir Dante.Joanna tertawa. Ya udah deh orange juice aja, mintanya.Siap! Zela mengedarkan pandangan. Jendra! panggilnya pada pria yang baru saja selesai mengantar makanan untuk pengunjung lain.Pria bernama Jendra itu mendekat.Joanna mengerutkan keningnya saat melihat Jendra. Lo yang tadi siang ... tunjuknya ragu-ragu.Iya, gue yang lo tabrak di plaza tadi siang, sahut Jendra tersenyum.Wajah Joanna berseri, dan langsung berdiri. Ya ampun, nggak nyangka bisa ketemu di sini. Gue belum minta maaf sama lo, ucapnya mengulurkan tangan.Lupain aja, nggak papa kok. Jendra membalas uluran tangan wanita itu untuk mengajaknya berkenalan, gue Jendra.Joanna, Joanna tersenyum.Jendra dan Joanna saling tatap, begitu lekat dan memiliki makna dalam.Queenzi dan empat lainnya lantas saling pandang. Sepertinya mereka memikirkan hal yang sama mengenai Joanna dan Jendra.Ehm ehm ehm, kita melewatkan apa nih? sindir Dante.Kalian berdua udah saling kenal? tanya Zela juga.Jendra terkekeh sembari menyisir rambut sebahunya dengan jari. Tadi kita nggak ketemu di plaza, pas gue lagi ambil part time, beritahunya.Lebih tepatnya, gue nabrak dia pas mau kabur dari bodyguard sialan, tambah Joanna.Definisi jodoh nggak sih ini? sindir Vanilla, diikuti anggukan yang lain.Jendra dan Joanna hanya tersenyum, saling pandang beberapa saat.Kita perlu kenalin lo berdua secara resmi kalau gitu. Dante menepuk pundak Jendra. Jen, kenalin Joanna ini temen kuliah kita semua.Jendra mengangguk.Joanna, Jendra ini temen kita semua sejak kecil, cuma dia nggak kuliah di kampus kita.Joanna mengangguk.Berhubung kalian udah saling kenal, lo duduk bareng kita juga malam ini, ucap Zavi pada Jendra.Tapi, itu ... Jendra menunjuk para pengunjung cafe yang harus dilayani.Tenang aja, gaji lo nggak akan kita potong. Okta sama Win bisa handle, sepi ini. Dante menekan pundak Jendra agar duduk di samping Joanna.Sedikit banyak, Joanna mulai tahu latar belakang Jendra. Pria itu punya banyak pekerjaan paruh waktu demi membiayai kebutuhan hidupnya. Pantas saja saat dia bertemu Jendra tadi siang, pria itu sedang memegang banyak flyer untuk dibagikan kepada para pengunjung Mal. Saat tidak sengaja dia tabrak, flyer-flyer itu jadi berhamburan ke segala arah.Begitu pula sebaliknya, Jendra juga tahu latar belakang Joanna. Sang putri konglomerat yang hidup di sangkar emas dan selalu mencoba kabur, meski sadar endingnya dia tetap akan kembali ke sangkar itu.Karena sayapnya telah dipatahkan.***  Chapter 2. Suasana Baru Hari sudah semakin larut. Botol kaca dari teh yang telah habis itu berputar cepat di atas meja. Tujuh orang yang mengelilinginya sedang menantikan akhir dari perhentiannya yang entah akan menunjuk siapa. Ini bukanlah permainan truth or dare biasa, karena siapapun yang sial ditunjuk oleh botol itu tidak berhak memilih.Joanna! teriak mereka semua ketika akhirnya bibir botol berhenti pada Joanna.Joanna menepuk jidatnya. Beberapa kali dia lolos, tapi akhirnya kena juga.Karena Joanna anaknya terlalu jujur dan lurus-lurus aja, jadi nggak asyik kalau kita pilih truth. Harus dear, putus Queenzi memberi ide.Bener. Ditanya warna daleman pun dia bakalan jujur dan kasih lihat buktinya, ledek Zela, mengundang tawa teman-teman lain.Joanna meringis.Apa nih dare-nya?Semua tampak berpikir dengan serius, tapi Vanilla yang lebih dulu menemukan ide. Lo harus pegang tangan Jendra sampai permainan ini selesai, suruhnya.Whoaa! Teman-teman lain bersorak sambil bertepuk tangan setuju.Heh, kalian jangan gi ... protes Joanna terbungkam saat tiba-tiba Jendra memegang tangannya. Dia sempat merasa tidak enak pada pria itu atas tantangan konyol yang Vanilla berikan. Pikirnya, Jendra pasti tidak akan nyaman dengan itu. Tapi ...Cieee, goda Zela.Kok tiba-tiba gue merasa dehidrasi ya lihat yang ginian, minum tolong. Queenzi menggapai minumannya dan menenggak sampai habis.Joanna menatap lekat Jendra, merasa sesuatu tengah meledak di dadanya. Genggaman tangan pria itu membuat jantungnya berdebar keras.Dan tiba-tiba ...Joanna! Seorang pria memanggil Joanna dengan suara yang terdengar membentak. Wajahnya terlihat marah dengan kedua bola mata membesar. Di belakangnya, berdiri dua orang pria berbadan kekar berpakaian serba hitam.Semua menoleh, tak terkecuali para pengunjung cafe yang merasa terganggu.Kok dia bisa tau sih Joanna di sini?Joanna refleks menarik tangannya dari genggaman Jendra saat Eros mulai mendekat. Dia sudah tahu mau seperti apapun lari, atau sejauh mana pasti pria itu bisa menemukannya.Ngapain kamu di sini? desis Eros sembari mencekal pergelangan tangan Joanna, menariknya hingga hampir tersandung.Nggak usah kasar bisa kali! sergah Zela tidak terima sahabatnya diperlakukan seperti itu.Nggak usah ikut campur, ini bukan urusan lo! balas Eros menatap Zela tajam.Tapi Joanna temen kita! Dante yang terpancing emosi pun mendorong dada Eros, siap berkelahi jika pria itu menantang.Udah. Joanna menghalangi saat dua orang bodyguard Eros hendak maju memukul Dante. Kamu nggak harus berlebihan kayak gini, desisnya pada tunangannya itu.Kalau kamu lebih patut, aku nggak akan batalin meeting cuma untuk jemput kamu ke cafe mudahan ini! bentak Eros.Apa lo bilang? Cafe ini murahan?! Zavi tidak terima.Udah berasa paling kaya banget nih orang. Perlu dikasih lihat kalau uang nggak bakal bisa nyelametin dia dari amukan gue, ujar Dante sembari menggulung lengan kemejanya ke siku.Dua orang bodyguard itu maju, siap melindungi majikannya dari amukan teman-teman Joanna.Guys, udah jangan berantem. Nggak enak sama pengunjung cafe, mereka pasti nggak nyaman. Biar gue pergi aja dari sini. Joanna mengalah, tidak ingin teman-temannya dapat masalah bila dilanjutkan.Harus berapa kali aku bilang, jangan bergaul dengan orang-orang kayak mereka. Nggak akan bisa bikin kamu sukses, ucap Eros merendahkan.Enough. Joanna berusaha menahan emosinya.Lihat aja cafe ini, nggak level untuk yang sekelas kita. Kalau kamu mau aku bisa buatkan kamu restoran bintang lima yang lebih berkelas.Eros, enough! Meluap sudah emosi Joanna. Dia langsung meninggalkan cafe itu, masuk ke mobil Eros.Eros tersenyum sinis pada semua teman Joanna yang tidak bisa menyentuhnya, kemudian pergi menyusul sang tunangan.Gila ya, nggak ada otaknya itu orang. Pantes aja Joanna merasa tertekan sama dia, omel Vanilla.Sumpah, tangan gue gatel banget ini. Kalau aja nggak mikir dia tunangan Joanna udah gue habisin kali, geram Dante.Sama. Zavi kehilangan mood-nya.Udah, kita jangan emosi. Efeknya nanti ke Joanna, kasihan dia kalau diapa-apain sama si monster itu, ucap Queenzi menenangkan para sahabatnya.Sejak tadi Jendra diam saja. Dia pun berpikiran sama seperti Queenzi, bukannya takut maju melainkan demi kebaikan Joanna. Melihat sikap kasar Eros, tidak menutup kemungkinan pria itu bisa berbuat lebih kasar.***   Joanna menangis di kamarnya setelah puas menerima omelan dari Eros dan Papinya. Dia seperti seorang penjahat yang baru saja kabur dari mencuri, padahal hanya keluar sebentar untuk bertemu dengan teman-temannya. Sejak bertunangan dengan Eros, hidup Joanna makin terkekang. Pria itu sangat posesif, bahkan berteman saja dia dilarang.Drrttt.Ponsel Joanna bergetar, dia dengan malas-malasan mengambilnya dari nakas. Sebuah nomor tidak dikenal mengirim chat padanya.From: +62 811 333 xx Are you okay?Joanna mengerutkan kening. Siapa yang sedang bertanya seolah tahu dia tidak baik-baik saja sekarang? Lalu dari nomor yang sama kembali mengirim chat.From: +62 811 333 xx Sorry, lupa bilang. Ini Jendra.Wajah Joanna sontak bahagia. Dia refleks duduk, mengelap air matanya dan membaca kembali chat itu dari awal. Sambil tersenyum dia mengetik balasan.Serius ini Jendra? Lo tau nomor gue dari mana?   Sambil menunggu, Joanna menyimpan nomor Jendra.Jendra: Minta sama QueenJendra: Lo nggak marah, kan?Nggaklah, ngapain marah.   Jendra: Kirain marah.Jendra: Itu foto Lo waktu kecil, ya?Foto mana?    Oh, di profil.    Iya, itu foto gue waktu kecil. Kenapa?   Jendra: Ternyata emang udah cantik sejak lahirJoanna ingin berteriak rasanya, tidak bisa tidak meleleh pada ucapan Jendra. Meski terdengar gombal, tapi tetap saja dia bahagia.Jendra: Lo belum jawab pertanyaan gue tadi.I'm not okay :)   Jendra: Lo nggak diapa-apain, kan?Joanna menelepon Jendra.Hai! sapa pria itu.Dia nggak akan berani nyentuh gue, karena takut berurusan sama Polisi. Joanna menjawab pertanyaan Jendra tadi.Syukurlah kalau gitu. Gue khawatir.Joanna mengulum senyum. Lo khawatir?Iya. Habisnya tunangan lo galak gitu, jadi ya ...Joanna tertawa geli.By the way, lo lagi di mana?Baru aja pulang dari cafe. Langsung telepon Lo karena kepikiran terus.Demi apa Joanna mau terbang. Biasa ngerayu cewek ya? ledeknya.Hah?Itu tadi jurus lo kalau lagi ngerayu, kan?Astaga. Jendra terbahak.Joanna tersenyum seperti orang gila yang tidak ingat waktu, padahal sudah jam dua pagi, tapi matanya masih bersinar seperti bintang di langit.Susah ya kalau mau ketemu sama lo. Pasti diikutin terus ya?Joanna mengerutkan kening. Kalau gue nggak salah nangkep, itu ajakan buat ketemu nggak sih? ledeknya.Jendra tertawa. Kalau lo mau sih, kekehnya.Joanna mau melompat-lompat sekaligus berteriak rasanya. Kenapa Jendra membuatnya berdebar ya?Besok lo ngapain? tanya Joanna.Dari pagi sampai siang, gue ada kerja part time bagiin flyer di Plaza yang kemaren. Terus siang sampai sore gue jadi office boy di perusahaan iklan. Malamnya gue di friend's cafe.Lo punya kerjaan sepadat itu tapi mau ajak gue ketemuan? cibir Joanna.Jendra tertawa. Ya maksudnya kalau lo mau dan bisa, gue bakalan kosongin satu kerjaan, kekehnya.Joanna memikirkannya. Emm, kalau gitu besok deh gue kabarin, ujarnya tidak berjanji.Oke. Nggak usah maksain diri kalau situasinya nggak memungkinkan.Lo takut ya sama anjing penjaga gue? Eros maksudnya.Hahaha. Bukannya takut sama dia, tapi takut sama diri sendiri kalau ntar nggak bisa nahan diri buat mukul dia.***  Chapter 3. Diam-diam Bertemu Ada yang berbeda dengan Joanna hari ini. Tidak biasanya dia bangun penuh semangat, seolah memang menunggu datangnya pagi. Selain sudah mandi, dia juga datang sendiri untuk sarapan tanpa repot-repot dipaksa oleh sang Mami, lantaran Papinya selalu marah kalau dia melewatkan sarapan pagi bersama.Good morning! sapa Joanna dengan senyum secerah mentari.Good morning, Joanna. Diva, Sang Mami tersenyum senang menyambut putrinya itu.William melirik Joanna, agak terkejut dengan keceriaan sang putri pagi ini. Tumben kamu nggak perlu diseret ke sini, sindirnya sambil membalik lembar koran.Mas, tegur istrinya, dia menggeleng saat suaminya itu menoleh.Ucapan Papinya itu membuat Joanna kehilangan separuh mood-nya. Dia membalik piring, mengambil sedikit nasi goreng lalu menyantapnya cepat. Aku mau shopping, ucapnya datar.Papi udah bilang kamu nggak boleh ke mana-mana. Apa itu nggak bisa dipahami, Joanna? sergah William.Aku beneran mau shopping, Pi.Kamu pikir Papi bodoh? Coba kamu hitung, bulan ini sudah berapa kali kamu melanggar aturan Papi?Mas, gimana kalau aku yang temenin Joanna shopping? Kamu bisa percaya sama aku, usul Diva.Kamu lupa kalau hari ini kita harus ke acara peresmian hotel Pak Gibran? Kamu harus ikut, tegas William.Diva melirik Joanna, meminta maaf karena tidak bisa membantu. Kalau besok aja gimana, sayang? Mami akan temani kamu, usulnya lagi.Besok malam, kan, pesta anniversary orang tua Eros, Mi. Aku mau beli gaun yang bagus buat ke sana.Mendengar alasan Joanna, William sedikit lebih lunak. Dia meletakkan koran itu setelah melipatnya. Kamu beneran mau pergi karena ingin beli gaun untuk acara besok? tanyanya memastikan.Iya. Nanti kalau aku tampil biasa aja Papi malu, jawab Joanna malas.Baiklah. Kalau begitu kamu ajak Eros juga, biar dia yang menemani kamu, putus William.Joanna mulai panik. Kalau Eros ikut, sama saja menggagalkan rencananya bertemu Jendra. Malah dia akan sial ditemani pria berwajah datar itu. Tapi bila menolak, sang Papi akan curiga.Mas, bukannya Eros juga mau datang ke acara Pak Gibran mewakili orang tuanya yang sedang di luar negeri? tanya Diva begitu teringat. Selain itu, dia juga tahu Joanna tidak suka pergi dengan calon menantunya itu. Sama sepertinya yang tidak suka pada sifat Eros yang begitu mirip dengan sang suami.William tampak bingung. Bodyguard yang biasa menjaga Joanna sudah dipecat gara-gara kelalaiannya tadi malam sehingga Joanna bisa kabur. Dia belum mendapatkan bodyguard baru.Pi, aku sendirian aja, jangan ganggu Eros. Aku janji nggak akan kabur lagi. Kalau Papi masih nggak percaya, aku bakalan share current location biar Papi bisa selalu pantau.Baiklah. Kali ini Papi pegang janji kamu. Tapi ingat Joanna, kalau kamu melanggar lagi, Papi akan minta Eros untuk segera menikahi kamu.Joanna benci digertak seperti itu, tapi tidak bisa melawan. Dia mengangguk dengan terpaksa.***   Joanna diantar Pak Lukman hari ini, namun bisa lebih bebas lantaran sang sopir bisa diajak bekerjasama. Meski begitu, dia tidak akan membahayakan pekerjaan pria paruh baya yang telah mengabdi belasan tahun.Mal yang Joanna datangi merupakan merupakan Mal terbesar yang ada di kota ini, segala sesuatu pasti ada. Dia pun memang sudah mengatur janjian di sini dengan Jendra agar nanti kalau Papinya melacak keberadaannya, tak akan merasa curiga.Tapi Jendra mana? Joanna sudah berada di tempat janjian, yaitu depan lorong toilet. Ada banyak orang yang keluar dan masuk, tapi Jendra tidak terlihat batang hidungnya.Dia pun mengeluarkan ponselnya dan mencoba menelepon. Sebelum ...Maaf Mbak, toilet cowok di sebelah mana, ya? Saya udah keliling Mal dari tadi tapi nggak ketemu, ucap suara dari arah belakang.Joanna menoleh, lalu tersenyum pada pria yang telah ditunggunya itu. Saya yang jaga toilet di sini, Mas. Jadi harus bayar, ucapnya meladeni.Wah, ini Mal atau pasar tradisional?Joanna tertawa.Hari ini tuan putri minta ditemani ke mana? tanya Jendra seakan siap bila diajak berkeliling dunia sekalipun.Emm, shopping? Joanna bertanya balik, kalau-kalau Jendra tidak suka menemani wanita shopping lantaran itu pasti melelahkan. Eros saja tidak akan mau diajak belanja sesuatu yang tidak pasti, apalagi harus masuk dari satu toko ke toko lain.Apapun yang tuan putri mau, saya siap menemani, sahut Jendra tanpa terdengar terpaksa.Jangan ngeluh kalau nanti kakinya patah, ya. Joanna berkata sembari berjalan lebih dulu.Jendra tersenyum. Sepertinya Joanna lupa dia punya pekerjaan part time yang mengharuskannya berdiri lama dan berjalan jauh. Hanya menemani wanita itu belanja? terlalu mudah!Joanna masuk ke satu pertokoan, lalu mencari sebentar. Karena tidak ada yang disukainya, dia keluar dari sana dan masuk ke toko lainnya. Sampai tidak terasa sudah lima toko yang dia datangi namun tidak membeli apa-apa.Kayaknya bagusan yang di toko tadi deh. Coba kita ke sana lagi aja, ujar Joanna sembari memimpin jalan dan kembali masuk ke toko pertama.Jendra tersenyum samar, sadar kalau sedang dikerjai oleh tuan putri yang satu ini.Tunggu bentar ya, gue mau cobain yang ini, ujar Joanna menenteng satu gaun warna hitam.Jendra mengangguk.Pelayan toko itu membukakan pintu kamar ganti untuk Joanna, berdiri di depannya menunggu kalau-kalau bantuannya dibutuhkan.Sembari menunggu, Jendra berjalan ke sekitarnya melihat-lihat gaun yang terpajang di sana. Harga dari semua gaun itu tidak ada yang di bawah satu juta. Malah, gaun yang Joanna pilih tadi berkisar belasan juta, harga yang fantastis untuk seorang Jendra.Jendra! panggil Joanna.Jendra menoleh ke kamar ganti itu, di mana Joanna sudah berdiri di depan pintunya memamerkan gaun yang melekat pas di tubuhnya. Tatapannya terpaku, wanita itu sangat cantik.Gimana menurut lo, cocok nggak buat gue? Joanna meminta pendapat. Dia berputar sekali agar Jendra melihat keseluruhan gaunnya.Jendra mendekati Joanna, lebih dekat untuk menilai. Ini buat dipake ke acara apa? tanyanya.Wedding anniversary orang tua Eros. Acaranya besok malam, jujur Joanna.Jendra menatap sekali lagi. Wajahnya serius. Emang nggak terlalu sexy, ya? Terbuka banget, komentarnya.Oh ya? Joanna masuk ke dalam kamar ganti itu untuk bercermin. Dia berputar, bagian belakangnya cukup terekspose lantaran modelnya yang backless. Bagian bawahnya terdapat belahan yang panjang menyorot paha putihnya. Lalu bagian atasnya juga sedikit terbuka, memperlihatkan sedikit belahan dada.Joanna ke luar dari. Emang kelihatan sexy banget, ya? tanyanya sekali lagi.Kalau dari kacamata gue sih, terlalu sexy. Tapi kalau lo merasa nyaman ya gue nggak bisa ngatur juga. Jendra tersenyum, merasa tidak punya hak untuk mengatur apa yang Joanna pakai.Joanna melangkah ke depan hingga jarak mereka makin dekat. Kalau lo jadi pasangan gue besok malem, lo bakalan nyaman nggak gue pake ini? tanyanya serius.Jendra menggeleng. Gue nggak akan suka tubuh lo jadi tontonan pria lain. Bisa cari yang lain aja nggak? Lebih kepada memohon.Joanna tersenyum, entah kenapa dia merasa senang dengan ucapan Jendra barusan. Cara pria itu melarang tidak seperti Eros yang kasar, malah yang ini membuatnya meleleh.Tapi gue suka yang ini, pancing Joanna, sengaja ingin mendengar lagi larangan Jendra.Please ... mohon Jendra sembari memegang tangan Joanna.Joanna menggigit bibirnya, entah apa yang berdesir menyenangkan saat ini di rongga perutnya. Butterflies in the stomach, kah?***  Kisah Jendra dan Joanna bikin baper, kan? Bakalan rugi banget kalau kalian cuma berhenti sampai sini.Lanjutin yuk, dijamin akan ada butterflies in your stomach juga kayak yang dirasain Joanna.Isi PDF komplit dari Chapter 1 - 15 (tapi belum tamat ya, ini untuk memudahkan kalian membaca agar matanya tidak sakit)Kuy, gasssss 🔥🔥
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan