
“Apa sebenarnya alasanku kembali?” pertanyaan dalam benak Mahesa menjadi titik awal dimulainya lembaran baru bagi Mahesa usai ia memilih untuk melepas karir sebagai seorang Chef di Australia ketimbang harus menjalani hari-hari penuh kesedihan setelah hubungan asmaranya dengan Halena berakhir.

Chapter 1. Privilege
Mahesa memperhatikan Yudhistira, kakaknya, yang tengah sibuk berkutat di dapur. Tangan Yudhistira, begitu sapaan Sang Kakak dipenuhi dengan tepung terigu. Meja dapur berantakan oleh gula, meses, dan selai. Ia tidak tahu pasti apa yang sedang diperbuat kakak sulungnya. Yang ia tahu, setiap kakaknya selesai ‘mengobrak-abrik’ dapur, akan terhidang camilan yang enak dengan bentuk yang lucu. Mata Mahesa kemudian berpindah ke arah Kanaya, kakak keduanya. Berbeda dengan Yudhistira yang belepotan dengan tepung terigu, kakak perempuannya itu sibuk mengolah beberapa bahan mentah seperti sayuran dan daging. Mereka berdua sangat sibuk disana.
“Tunggu, ya, Sa!” Kanaya mengedipkan matanya ke arah adik bungsunya itu. Mahesa tersenyum lebar. Sama seperti hasil tangan Yudhistira, masakan Kanaya pun menggugah selera siapa saja yang melihat. Tidak sekedar memasak lalu dipindahkan ke piring, Kanaya juga mengatur penampilan makanannya sedemikian rupa cantiknya hingga rasanya sayang untuk memakannya.
“Lapar, ya?” Mahesa menoleh ke arah suara. Rupanya Mamanya baru saja pulang dari pasar bersama Mbak Nina, asisten rumah tangganya. Tangan Mbak Nina penuh dengan kantung-kantung kresek makanan.
“Ma..ma,” panggil Mahesa terbata.
Mama mengangkat Mahesa lalu memangkunya. Mama membersihkan kotoran mata yang terselip di sudut mata Mahesa. Mahesa masih tidur saat Mamanya pergi ke pasar. Ia bangun karena mendengar peralatan masak beradu di dapur.
“Anak Mama sudah bangun,” Mama memeluk Mahesa dengan erat.
“Mama bawa..apa?” tanya Mahesa.
“Coba tebak Mama beliin kamu apa?” Mama menjawab.
“B-bolu?” tebak Mahesa.
Mama mengacungkan jempolnya. Mahesa sangat menyukai bolu. Dia jatuh cinta dengan rasa manis-gurih sejak pertama mulutnya diperkenalkan dengan kue-kue. “Bolu pandan,” kata Mama.
Alis Mahesa mengerut. “Pa..ndan?” Mahesa memandang Mamanya bingung. Ia tidak pernah mendengar kosa-kata itu.
“Iya, Pandan. Bolunya warna hijau,” jelas Mama. Mama meraih sekotak bolu dari kantung kresek lalu membukanya.
“Wah,” mata Mahesa membulat. Mulutnya ternganga. Selama ini ia hanya memakan bolu dengan warna cokelat. Kadang, hanya bolu biasa tanpa tambahan adonan cokelat di dalamnya. Kini ada bolu berwarna hijau yang melambai-lambai ingin berlari masuk ke dalam lambungnya.
Jemari kecil Mahesa berusaha meraih potongan bolu tersebut. “Cuci tangan dulu!” Tahan Mama.
Mahesa menurut. Ia langsung turun dari pangkuan Sang Mama untuk mencuci tangan. Setelah itu, dia menikmati bolu yang Mama belikan untuknya.

Setelah lebih dari Iima jam perjalanan menggunakan pesawat kembali ke Indonesia, akhirnya Mahesa menapakkan kakinya kembali di bandara. Ia meregangkan ototnya lelah karena terlalu lama duduk.
Mahesa pun melangkah untuk mengambil kopernya. Kedatangan Mahesa menarik perhatian beberapa pengunjung bandara. Mahesa menggunakan setelah kasual jeans denim dengan sepatu sneaker kasual berwarna navy. Ia juga mengenakan kaos polo berkrah ditutup sweater berlengan 7/8. Tangannya yang berotot terlihat semakin matcho dengan jam tangan kulit keluaran brand ternama. Tidak lupa ia mengenakan kacamata hitam. Tidak hanya dari segi penampilan yang menarik mata. Tubuh Mahesa yang tegap tinggi, berdada bidang dengan bahu lebar terbentuk sempurna, serta pinggang yang kecil, orang akan mengira Mahesa seorang model. Padahal sejatinya Mahesa adalah seorang chef. Mahesa kembali ke tanah air setelah beberapa tahun berkarir di Australia sebagai chef di restaurant bintang Iima.
Mahesa adalah lulusan salah satu sekolah culinary terkenal setelah menempuh pendidikan selama Iima belas bulan. Ia kembali ke Indonesia karena salah satu kolega Sang Ayah meminta Mahesa untuk menjadi salah satu Chef de Cuisine di hotel miliknya. Ya, Mahesa memiliki sebuah privilege yang tidak bisa dianggap remeh.
Mahesa terlahir dalam keluarga yang sangat berada. Ayahnya adalah seorang pilot dan Mamanya adalah seorang pengacara. Yudhistira, kakak sulungnya, kini bekerja sebagai seorang Executive Chef di restaurant dengan banyak cabang yang tersebar di Indonesia. Lalu Kanaya adalah seorang Pattisier. Kanaya memiliki toko kue dan pastry yang juga tersebar di beberapa mall besar. Jika ditelisik dari kedua orang tuanya, tidak ada yang berlatar belakang kuliner seperti ketiga anak mereka. Namun dibalik itu, adalah Nenek mereka yang menurunkan bakat memasak. Berada dalam keluarga yang sangat berada, membuat Mahesa dan kedua kakaknya memiliki jalan yang mulus untuk menggapai cita-cita mereka. Biaya tidak menjadi kendala untuk mereka.
“Yes?” Mahesa menghentikan langkahnya keluar bandara untuk menerima sebuah telepon.
“Kamu sudah di bandara belum?” tanya Kanaya melalui panggilan telepon.
“Aku baru saja sampai, Kak,” jawab Mahesa.
“Could you wait for a while? Aku jemput kamu setelah klienku pulang, ya. Mereka sedang memilih wedding cake untuk pernikahan mereka,” kata Kanaya.
“No problem,” jawab Mahesa. Mahesa pun menutup teleponnya. Mahesa pun menunggu di sebuah café yang ada di depan lobi bandara. Ia memesan satu Frappe dan satu cake. Mahesa masih sangat menyukai cake.
Mahesa lalu duduk di sofa yang ada di sudut ruangan. Ia mengeluarkan laptopnya. Ia berselancar dalam streaming video untuk mencari ide referensi menu makanan yang ingin ia kreasikan. Benak Mahesa sedikit teralihkan saat ia mengingat alasannya kembali ke Indonesia. Karirnya di Australia bisa dibilang bagus. Ia menjadi Station Chef disana. Akan tetapi, kisah asmaranya tidak sebagus karirnya di dunia kuliner. Mahesa sempat memiliki seorang kekasih, Halena namanya. Dia sangat cantik dengan rambut blonde bermata biru. Namun hubungan mereka berakhir di tahun kedua saat Halena memutuskan hubungan mereka secara sepihak tanpa ia tahu apa alasannya. Pikirannya sempat kacau dan mengganggu pekerjaannya.
Kemudian ia mendapat panggilan dari teman Ayahnya yang menawarinya pekerjaan sebagai chef di Indonesia. Tanpa ragu Mahesa langsung menyanggupi. Ia pun meninggalkan karirnya di Australia untuk kembali ke Indonesia. Pun, ia tidak bisa melupakan Halena jika ia tetap berada di sana.
Mahesa membuka tab baru dan mencari nama hotel yang disebutkan oleh teman Ayahnya. Dia adalah ownernya. Hotel itu merupakan hotel bintang Iima terkenal. Hotel itu sepadan dengan statusnya sebagai lulusan sekolah kuliner terkemuka di dunia. Hotel itu menjulang tinggi menawarkan konsep kamar eklusif dengan luas kamar terkecil sebesar empat puluh meter persegi dan nyairs tiga kali lipat untuk kelas kamar President Suit. Selain itu, hotel ini juga menjadi langganan para pesohor seperti selebriti dan pejabat saat mengadakan pertemuan, perjamuan, maupun pesta.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
