
Aini semakin dekat dengan Adi, dan Jamal menjadi cemburu. Sedangkan dokter Anggi tunangan Adi di Jakarta sangat bersedih.
Bab.4 Adi Lupa Siapa Dirinya
Mereka saling pandang dengan cemas.
"Itu Pak mayatnya," ujar Aini menunjuk Adi.
"Astagfirulah!" Ujar Hasan yang masih berharap Adi selamat.
Bergegas turun ke dalam air diikuti Gani dan Supri.
"Bagaimana Pak Hasan?" Gani menatap Hasan yang baru saja memeriksa denyut nadi Adi.
"Semoga masih ada harapan," ujar Hasan,"Ya Allah terima kasih dia masih bernapas!"...
Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Telah Kuberikan Segalanya (bab.7-9)
0
0
Sedangkan Adi merasa tak bisa bersaing dengan Jamal untuk merebut hati Aini.Jamal yang calon sarjana mencari jalan untuk mengeluarkan Adi yang dipanggil Jaka itu dari kampung nelayan, demi cintanya pada Aini.Bab.7 Saling Berprasangkah Adi menemani Aini di pelelsngan ikan.Sedangkan Hasan beristirahat di rumah. Itu atas usul Adi.
Pak Hasan sebaiknya istirahat saja kan mengantuk setelah melaut,
Yakin Nak Jaka bisa menemani Aini di lapak? Hasan tersenyum pada Adi.
Oh sangat yakin, Pak, angguk Adi lalu menoleh pada Aini yang tengah membuang sampah dari tumpukan ikan hasil melaut bapaknya.
Aini balas menatap Adi. Dan tersenyum lalu memandang Hasan, Ya, Pak, Kak Jaka sudah janji mau belajar menjual ikan, terus katanya mau belayar melaut ikut Bapak,
Hasan tertawa, Baiklah kalau begitu kalian berjualan di sini, jangan lupa sisain untuk kita makan di rumah, ujar Hasan bersiap untuk meninggalkan lapak. Dia memang sangat mengantuk.
Tenang saja, Pak, sambut Adi, Pak Hasan harus istirahat untuk persiapan melaut lagi nanti malam,
Hasan meninggalkan lapak jualannya untuk istirahat, Gani, Supri aku pulang dulu, ngantuk badan sakit semua, maklum badan tua kali, ujarnya mampir ke lapak Gani yang bersisian dengan lapak Supri.
Ya Pak Hasan kan sudah ada wakilnya untuk jualan, seru Gani yang memang masih berumur belum empat puluh tahun.
Kapan kapan si Jaka ajak melaut juga biar dia bisa jadi nelayan, Pak Hasan, sambung Supri yang berumur empat puluh tahun lebih.
Ya si Jaka juga bilang ingin ikut aku melaut kapan kapan, yuk aku pulang dulu, pamit Hasan.
Lihat Aini dan Jaka mereka tampak serasi, ya,
Ya mereka sering saling pandang, angguk Gani yang kerap memergoki sepasang sejoli itu sering berkirim senyum beberapa hari ini.
Jaka tampak dewasa, jadi pas dengan Aini yang masih belia, bisa jadi pempimbingnya kalau mereka berjodoh, rupanya Gani menyukai sikap Adi yang dewasa dan santun dalam kesehariannya.
Mereka bertetangga, karena rumahnya di depan rumah Hasan. Terkadang Adi dan Gani bercakap cakap sambil makan ubi rebus. Dari cara bicara Adi yang selalu ingin belajar melaut, dan lelaki itu selalu mendengar ceritanya dengan tentang ringan melaut, membuat Gani menyukai perangai Adi yang menurutnya santun.
Adi dan Aini sangat kompak bekerja sama memisahkan ikan besar dan kecil sesuai jenisnya. Walau masih sedikit canggung tapi Adi berusaha untuk belajar memoting ijan ikan ada pelanggan yang meminta untuk memotong ikan tuna ukuran dua kilo untuk dijadikan beberapa potong.
Saudara si Ujang ini Neng Aini? Seorang pelanggan menanyakan tentang Adi.
Ya, Bu,
Kayaknya bertampang pemuda kota, apa memang dari kota, Dik? Kini si pelanggan langsung bertanya pada Adi.
Tentu saja Adi sesaat gelagapan, tapi segera tersenyum, Masa, Bu, saya kan saudaranya Aini ya pastinya dari kampung juga,
Kampung nelayan, sambung Aini tersenyum.
Setelah pelanggan berlalu.
Memang benar tampang Kak Jaka itu tampang kota,
Masa, sih? Adi mengerling dan menggoda Aini.
Tentu saja membuat Aini tersipu dengan dada berdebar, dan kedua pipinya merona.
Wah ada kawan baru rupanya, muncul Jamal langsung memandang pada Adi.
Adi tersenyum pada Jamal.
Diam diam Jamal mengakui ketampanan Adi walau dibalut baju sederhana milik Hasan.
Ya, saya Jaka, ujar Adi .
Jaka, gumam Jamal, Aku Jamal, lanjutnya mengulurkan tangan pada Adi.
Adu maaf Dik Jamal tanganku ini kotor dan amis, terima kasih salam perkenalannya, Dik Jamal asli dari sini?
Ya, tapi hanya tiap liburan saja aku pulang,
Ya si Bang Jamal ini anaknya Juragan Tahir penjual perahu di sini, tapi kuliah di kota sudah mau sarjana, sambung Aini .
Wah hebat, ya ... Adi tersenyum mematap Jamal.
Biasa saja Bang Adi, siapa tahu justru Bang Adi sebenarnya lebih hebat dari aku, tertawa Jamal, dan di hatinya dia memamg menilai kalau tampang Adi itu cukup tampan, dan jika dikenakan baju yang layak dan bagus maka akan jauh lebih gagah dari dirinya. Dan tak dipungkiri bahwa ada kecemburuan di hatinya.
Mau ikan Bang Jamal? Aini memutus perhatian Jamal pada Adi.
Ya Dik Jamal, tuh ikannya segar agar biasanya anak muda suka ngumpul dan membakar ikan kalau akhir pekan ... Adi terdiam ada bayangan sekelompok anak muda sedang membakar ikan di sebuah tempat. Dan muncul sosok dirinya diantara bayangan beberapa anak muda yang membakar ikan.
Sesaat Adi terhenyak dalam diam karena memusatkan pikirannya pada bayangan yang muncul di memori otaknya.
Kak Jaka ... Aini menepuk lengan Adi pelan.
Oh ...ya .. ya ... Adi gelagapan dan bayangan memori di otaknya menghilang.
Lain kali saja Bang Jaka kita bakar ikan bersama, minggu depan ya sekalian kita ngobrol ... ujar Jamal.
Oke siap. Adi tersenyum ramah pada Jamal.
Aini ini oleh oleh dariku, Jamal memberikan bungkusan pada Aini.
Apa ini? Aini menerima bungkusan dari Jamal.
Nanti saja dibuka di rumah, ya, sepasang mata Jamal menatap wajah Aini penuh kagum.
Tentu saja Aini merasa tak nyaman ditatap lekat Jamal. Dia menghindar dengan pura pura sibuk memperhatikan bungkusan pemberian pemuda itu.
Jaman semakin merasa suka pada Aini. Dia salah mengira. Tatapan dan perhatian Aini pada hadiah pemberiannya membuatnya yakin jika gadis itu menyukai pemberiannya.
Begitu pun dengan Adi. Melihat sikap Aini yang seakan begitu terkesan dengan hadiah dari Jamal merasa jika gadis yang dikagumi dan ditaksirnya itu sangat senang hatinya menerima pemberian itu.
Apa Aini menyukai Jamal, ya? Bisik Adi tali hanya dalam hatinya saja.
Ya sudah aku permisi dulu, ya, sekalian mau pamit nanti kembali ke kota karena ada pertemuan dengan dosen pembimbing skripsiku, sebenarnya malam ini Jamal ingin main ke rumah Aini. Tapi ada telepon tadi dari dosen prmbimbingnya bahwa dirinya harus ke rumah sang dosen nanti malam. Tak apa kan semua demi masa depannya.
Wah hebat Dik Jamal ini semoga sukses, ya ... Adi merasa bangga pada Jamal sekaligus cemas kalau nanti pemuda itu lebih menarik perhatian Aini.
Ya secara keadaan Jamal melebihi dirinya yang hanya seorang lupa jati dirinya dan hidup menumpang. Belum lagi secara pendidikan sungguh tak bisa mengejar Jamal. Begitu pemikiran Adi yang menyadari dirinya bukan siapa siapa.
Jamal sepertinya menyukai Dik Aini, lirih suara Adi menatap Aini.
Aini hanya diam. Aku lebih menyukaimu, Kak Jaka, tapi hanya disuarakan Aini di dalam hatinya saja.
Adi justru mengira diamnya Aini adalah benar bahwa gadis itu memang menyukai Jamal dan merasa bahagia dengan pemberian pemuda calon sarjana itu.bersambung
Bagaimana cinta segitiga antara Jamal dan Aini serta Adi?
Lalu bagaimana pula penantian Anggi, ajankah dia bertemu Adi kembali.Para pembaca yang baik ikuti terus ya cerita Telah Kuberikan Segalanya, yang kelak akan membawa Aini ditolong Anggi persalinannya dan membuat gadis lugu itu harus kuat dihantam badai dalam percintaannya dengan Adi. Bab.8 Misi Mengeluarkan Adi Dari Kampung Nelayan
Adi dan Aini pulang dari pelelangan ikan bersama Gani serta Supri dan yang lainnya. Wajah mereka berseri seri karena ikan tangakapan semalam habis terjual.
Banyak orang kota yang datang ke pelelangan untuk memborong ikan tangkapan yang segar segar itu.
Yang dimaksud orang dari kota adalah mereka yang bertempat tinggal di perkotaan jauh dari perkampungan nelayan. Mereka datang ke kampung nelayan untuk berburu ikan segar. Ada yang sengaja datang hanya untuk memborong ikan, ada pula yang datang karena kebetulan tengah traveling di tempat yang tak jauh dari perkampungan nelayan.
Aini memilih dua ikan tongkol berukuran sedang untuk dibajar, serta sedikit udang untuk dimasak sambel goreng.
Wah mau dimasak apa dua tongkol itu, Dik Jaka? Gani menoleh pada Adi.
Kata Dik Aini mau dibakar, Pak, tersenyum Adi.
Wah Aini memang pinter masak. Panggang ikan dan sambel kecap buatannya sangat sedap. Dik Jaka pasti ketagihan, timpal Supri.
Adi langsung menoleh pada Aini, Oh ya, Dik? Kerlingnya.
Aini menerima kerling dari Adi tersipu, Biasa saja seperti orang membakar ikan lainnya,
Jadi nggak sabar ingin cepat makan ikan bakar Dik Aini dan sambel kecap, rupanya Adi sangat senang menggoda Aini, membuat gadis itu salah tingkah.
Tentu saja Gani dan Supri saling tatap melihat tingkah Aini yang menunjukkan gestur malu malu tapi suka itu. Mereka sudah sering melihat Adi dan Aini duduk bersama dan jalan berdua menyusuri pantai.
Hasan menyambut kedatangan Adi dan Aini dengan tawa lebar.Bagaimana hasil jualannya?
Alhamdulillah rejeki lancar, Pak Hasan. Dik Aini yang aktif sama pembeli, saya hanya sebagai tukang timbang saja, sahut Adi tersenyum melirik pada Aini.
Aini lagi lagi tersipu saat lirikan Adi bertemu dengan tatapannya.
Hasan menyaksikan gaya kedua anak muda itu hanya senyum senyum. Bukan tak mengerti jika Putrinya menaruh perhatian pada Adi. Juga bukannya tak tahu Jika Adi kerap mencuri pandang pada Aini. Tapi dia belum berani menafsirkan yang lebih. Karena dia sendiri masih berharap Adi kembali ingatannya.
Nanti juga lama lama Nak Jaka tahu cara menarik pembeli,
Ya, Pak kalau saya sudah punya taktik cara mengalahkan Dik Aini bertransaksi dengan pembeli, pasti lewat deh dengan gaya saya ...
Hasan tertawa mendengar ocehan Adi.
Aini tersenyum.
Bercanda, Dik ... Adi mendekat pada Aini,Pokoknya aku pendampingmu berjualan, oke?
Sudah sana kalian mandi bergantian, Huh amis nih, seru Hasan bercanda.
Adi dan Aini saling pandang dan tersenyum.
Biar Bapak yang menyiangi ikan tongkol dan udang ini. Setelah kalian wangi baru masak dan kita makan siang ...
Siapa yang duluan mandi, nih? Adi menatap Aini.
Gamsit, tantang Aini.
Boleh siapa takut? Adi tertawa.
Hasan merasa lucu mendengar mereka mau gamsit berebut kamar mandi. Langkahnya yang sudah siap ke dapur sambil menenteng tas plastik yang berisi dua tongkol dan setengsh kilo udang ukuran sedang itu, tertahan. Memandang pada Adi dan Aini yang kini mulai gamsit dan dimenangkan oleh Aini.
Jaka memberikan jempolnya, sedangkan Aini memberikan melawan dengan kelingking.
Menang aku ... seru Aini kegirangan.
Adi bertolak pinggang.
Aini langsung meninggalkan Adi menuju ke kamar mandi yang terletak di belakang dapur. Tapi Adi menyusul. Hasan diam diam ingin tahu kenapa Adi menyusul putrinya ke kamar mandi.
Maka lelaki yang sudah menduda sejak Aini berumur sepuluh tahun itu, menghentikan langkahnya di balik sekat antara dapur dan kamar mandi.
Rupanya Aini merasa jengah diikuti Adi. Dia menoleh. Kok ikut ke sini?! Sungutnya.
Jangan ke-ge-eran dulu, Non, aku kan kalah gamsit tadi, biar aku yang akan menambah air di bak kamar mandi, Nona boleh bersenang senang bak putri duyung di sana ...
Aini tersenyum, Memangnya aku mau berenang ke dalam baik kecil itu?! Aini bersungut.
Entah siapa tahu punya ajian mengecilkan badan ... tertawa Adi.
Aini ikut tertawa, Benar, ya Kak Adi yang nambahi air aku enak enakan mandi ...
Benar ayo cepat amisnya nanti keburu busuk ... Adi menggoda Aini sambil memencet hidung dengan tangannya.
Tanpa bersuara segera Aini berlari masuk ke kamar mandi, dan Adi bergegas ke sumur untuk memompa air yang sudah tersambung dengan selang ke kamar mandi.
Adi langsung mengerjakan janjinya memompa air untuk mengisi bak air kamar mandi, dimana Aini sudah menyiram tubuhnya dengan air.
Hasan diam diam tersenyum dari tempatnya berdiri. Mereka tampak serasi, batinnya.*Jamal duduk di belakang jendela kamarnya. Jendela dibiarkan terbuka, sehingga dia bebas memandang ke hamparan laut luas.
Jaka hanyut di laut terbawa ke pantai lalu ditolong Aini. Sampai saat ini dia belum ingat siapa dirinya. Tampaknya dia suka pada Aini, jangan jangan Aini juga suka juga sama Jaka. Ah, aku terlambay tahu, gumam hati Jaka yang hampir sebulan memang tak pulang kampung karena sibuk dengan jadwal kuliahnya yang sudah rampung itu.
Jamal sungguh sangat terganggu dengan adanya Adi di rumah Aini. Nanti malam aku harus mengajak Jaka ngobrol. Harus kupancing supaya dia ingat dirinya. Kalau sudah ingat siapa jati dirinya, kan bisa langsung pulang ke rumahnya.
Kemudian Jamal keluar kamar dan menemui bapaknya di teras rumah mereka yang merupakan bangunan rumah paling bagus diantara penduduk kampung nelayan.
Kamu itu kan punya misi pribadi sampai mau mengajak Jaka ke Psikiater, kan? Tahir sang juragan perahu mengerti tujuan anaknya untuk mengembalikan ingatan Adi.
Jujur memang saya khawatir Aini jatuh hati, Pak, kelihatannya mereka akrab. Aini dan Jaka seperti sepasang sejoli yang menyembunyikan perasaan hati mereka, ujar Jamal jujur atas bisikan hatinya melihat gestur tubuh Aini dan Jaka yang mudah ditangkapnya.
Tahir bangga akan kalimat berisi anaknya. Anakku ini ngomongnya memang berisi, jangkauan pikirannya panjang, tak sia sia aku sekolahkan tinggi ke kota, bisik hati Tahir yang sempat lulus dari sekolah jurusan tekhnik perkapalan yang setara dengan es em u itu.
Tahir masa mudanya pernah jadi pelaut. Tapi sayang tugboat dimana ia tercatat sebagai masinis pecah dan tenggelam di tengah gelombang ombak di laut kepulauan Malaysia, hingga ia mundur jadi pelaut di usia tiga puluh lima tahun, kembali ke kampung halaman. Dengan modal yang ada membuka usaha pembuatan perahu nelayan.
Tapi jika sampai saya bisa membantu mengembalikan ingatan si Jaka, kan pahala, Pak. Jamal sudah bisa membayangkan Jaka akan segera kembali ke tempat tinggalnya begitu ingatannya kembali.
Kamu serius suka pada Aini, Mal? Tahir juga heran sejak masih remaja anaknya itu sangat menyukai Aini. Bahkan sampai mau lulus jadi sarjana masih juga sangat cinta pada gadis sederhana yang hanya tamat sekolah agama setaraf es em pe, atau sekolah menengah atas.
Sangat! Mantap suara Jamal.
Aini hanya lulusan es em pe,
Walau pun, ujar Jamal, Cinta tak kenal kasta dan derajad,
Tahir yang diam diam mengagumi kecantikan alami serta sikap santun gadis itu, sebenarnya tak mempersoalkan tentang jenjang pendidikan antara Aini dan Jamal. Tapi dia harus lebih memastikan lagi perasaan hati anaknya yang sudah pengalaman di kota sebagai mahasiswa.
Jamal tak sabar menunggu waktu sore hari untuk bertamu dan bertemu Aini, lalu menyelidiki siapa Adi yang dikenal sebagai Jaka itu.Bab.9 Menjalankan Misi Hasan dan Aini serta Jaka menyelesaikan makan siang yang nikmat. Oanggang tongkol yang dimakan dengan sambel kecap dipadu irisan tomat dan bawang merah, lalu dibubuhi perasan jerik nipis. Rasa kecap serta garam dan campuran lainnya sangat pas. Wah nikmat sekali panggal tongkol colek sambel kecap ini ... gumam Adi, Tak kalah dengan buatan restauran terkenal, Hasan dan Aini saling tatap. Rupanya Adi masih ingat rasa sambel kecap di sebuah restaurant terkenal yang pernah disinggahinya. Jika demikian memori ingatan lelaki itu tak hilang semuanya, pikir Hasan berharap Adi bisa membongkar ingatan masa lalunya.Saya tapi lupa di restaurant mana itu, Pak, ujar Adi betul betul tak ingat dimana dirinya pernah makan sambel kecap serta tongkol panggang seperti racikan Aini.Ada kecewa di hati Hasan karena Adi tak sepenuhnya mendapat ingatannya. Sedangkan Aini tersipu tapi merasa sangat senang hatinya mendengar Adi menyamakan racikan sambel kecap untuk panggang tongkol olahannya, disamakan dengan olahan restaurant besar.Dan sambel goreng udang ini sangat nikmat, wah nanti Dik Aini bisa buka restaurant, nih, mata Adi mengerling Aini.Aamiin ... sambut Aini senang, hobbynya masak memang pas jika nanti dia berjualan makanan, begitu pikirnya, jadi cocok dengan saran Adi.Semoga terkabul, ujar Hasan.Acara makan siang itu sangat berkesan bagi Aini, karena Adi memberinya semangat untuk berjualan makanan.Seperti biasa Adi akan membantu membawa piring dan peralatan makan kainnya yang kotor ke tempat cucian piring. Seperti biasa pula gadis itu tak mau dibantu. Maka Adi berlalu dari dapur. Aini sangat cekatan dia mencuci semua peralatan makan dengan cepat dan bersih serta hilang bau amisnya.Adi mengingatkan Aini tentang bungkusan hadiah oleh oleh yang diberikan Jamal tadi pagi di lapak saat melihat gadis itu muncul di ruang tamu, yang hanya berisi dua kursi rotan yang sudah tak bagus lagi serta sebuah bale bale yang ditutup tikar pandan.Kayaknya ada hadiah yang belum dibuka, nih, Malas rasanya, gumam Aini yang memang tak bermaksud untuk membuka bungkusan dadi Jamal.Oh nggak boleh begitu, ujar Adi cepat, Bagaimana pun kita harus menghargai pemberian orang lain. Dia sudah baik pulang dari kota membawa oleh oleh, Aini menatap Adi.Adi mengangguk.Aini pun menuruti ucapan Adi. Segera ke kamarnya, lalu keluar membawa bungkusan yang diberikan Jamal.Adi mendorong Aini dengan anggukan kepalanya supaya segera membuka bungkusan di tangannya. Aini tak bisa menolak. Maka dia membuka bungkusan yang berisi sebuah hijab berwarna pink muda yang bersalur warna krem pada sekeliling tepinya. Wow sebuah hijab, tampaknya Dik Jamal sangat perhatian padamu, ya, Dik Ain? Adi memang suka memanggil Aini dengan Ain saja.Aini pura pura tak mendengar ucapan Adi. Namun sesungguhnya perasaan Adi sendiri tak menentu melihat kenyataan di depannya tadi. Pandangan Jamal penuh arti pada Aini. Dan pemuda itu memberi gadis itu oleh oleh. Ah, manamungkin dirinya bersaing dengan Jamal. Pemuda itu anak juragan perahu, calon sarjana pula. Jika dibanding dirinya dengan Jamal tak ada artinya sama sekali. Tak jelas asal usulnya dan entah sampai dimana pendidikannya dulu. Namun begitu seandainya Aini memilih Jamal dia tak mau jadi penghalang, karena Jamal lebih dulu mungkin naksir Aini. Bagaimana pun dirinya harus bisa menelan kecewa karena harus tahu diri.Coba pakai, pinta Adi.Aini menggeleng,"Pasti cantik, ayolah aku ingin melihatnya, desak Adi.Karena Kak Jaka yang minta baiklah, ujar Aini segera menuju ke kamarnya.Adi tertegun. Apa Aini lebih memiliki perasaan pada dirinya, daripada terhadap Jamal?Adi menghela napas panjang. Dirinya harus sadar tak boleh banyak berharap pada gadis yang semakin hari semakin saja membuatnya semakin suka itu.Aini muncul dengan hijab pemberian Jamal. Adi menatap dengan senyumnya. Aini berdebar menerima senyum yang diberikannya.Dik Ain cantik mempesona ... sepasang mata Adi tak berkedip menatap Aini yang sepasang pipinya merona itu, Pantas saja dik Jamal suka, sebenarnya ada yang sakit di dadanya saat menyebut nama Jamal.Aku sukanya sama kamu Kak Jaka, bisik hati Aini.
*
Saat ini di kantor tempat Adi bekerja sedang berlangsung pengangkatan Harry sebagai CEO pengganti Adi, berhubung sudah satu bulan kursi yang diperuntukkan Adi itu kosong.Hadir pada pengangkatan itu Anggi tunangan Adi.Kita semua berharap Saudara Adi akan kembali berkumpul bersama di kantor ini seperti dulu lagi, ujar Salim Sahri membuka kata sambutan.Ya sementara tempat CEO kosong, maka kami sepakat menunjuk Saudara Harry untuk menggantikannya, sambung Yanuar.Harry menerima jabat tangan dari Yanuar dan Salim Sahru, serta Teja tiga orang pemilik saham Benua Indah."Terima kasih atas kepercayaan ini, dan jika suatu hari ini Adi kembali saya berjanji untuk memberikan posisi miliknya ini. Karena saya masih berharap ada keajaiban untuk Adi, sepasang mata Harry berkaca kaca.Ya Anda benar tak ada yang tak mungkin jika Allah berkehendak. Kematian itu rahasiaNya, dan kita semua berharap masih ada mukjizat Allah untuk Adi, sambung Teja dengan raut muka sedih.Anggi tak dapat menahan air matanya. Rasa sedih begitu menguasai dadanya. Sehingga beberapa kali dia menyeka air mata yang bergulir di kedua pipinya.Selamat ya Mas Harry, dengan rasa tegar Anggi menyalami Harry yang pernah menjadi senior Adi.Dokter Anggi terima kasih, yang sabar ya dan semoga keajaiban untuk Adi diberikan oleh Yang Punya Kehidupan ini, ujar Harry berusaha menguatkan hati Anggi.Ya ... ya .... Anggi menahan kesedihannya.
*
Sore hari Jamal betul betul datang bertamu ke rumah Hasan. Kedatangannya selain ingin menyelidiki Adi, juga ingin bertemu Aini.Aini bagaimana suka pada hijabnya? Jamal menatap lekat ke wajah gadis yang tak pernah lekang dari ingatannya itu.Oh ..ya ..., setengah gugup Aini ditanya tentang hadiah yang sebenarnya tak diinginkannya itu. Pasti kamu semakin cantik deh pakai hijab itu, tak dapat ditutupi jika sinar mata Jamal menggambarkan perasaannya.Aini tersenyum kecil.Adi merasa dirinya seperti tak ada kesempatan untuk memiliki gadis yang telah menolongnya itu.Nggak lama lagi aku harus kembali ke kota untuk mengurus skripsiku, kamu minta oleh oleh apa?Aini menggeleng, Tak usah merepotkan, ujar Aini menolak secara halus.Untuk gadis sepertimu aku relah repot, tersenyum Jaka, Nggak kok, aku nggak direpotkan, lanjutnya dengan penuh perhatian menatap Aini, membuat gadis itu kikuk, dan Adi semakin berdebar menyadari jika dirinya tak mungkin bisa bersaing dengan Jamal untuk mendapatkan Aini.Aku harus tahu diri tak pantas bersaung dengan Jamal ... Namun hanya diucapkan Adi di dalam hati saja.Bang Jaka kayaknya kita perlu santai, nih, tak keberatan kan kita ngobrolnya di pantai saja? Ajak Jamal.Oh pasti sangat asyik, sambut Adi.Jamal menoleh pada Aini, Mau ikut?Aini langsung menggeleng.Mau jalan jalan ke pantai dengan Dik Jamal dulu Pak Hasan, pamit Adi pada bapaknya Aini.Ya silahkan Nak Jaka, Pak Hasan mau ngajak Bang Jaka menikmati angin pantai sore hari, ujar Jamal pada Hasan.Bagus biar Nak Jaka semakin mencintai pantai kita yang indah itu, sambut Hasan.Kedua lelaki yang baru tadi pagi saling kenal itu berjalan berjalan bersisian dalam pandangan Hasan dan Aini.Hasan yang sudah lama tahu jika Jamal menyukai putrinya merasa heran juga atas sikap Jamal yang terlihat sangat bersahabat dengan Adi. Dia berharap apa yang dilihat sepintas itu dari sikap Jamal, betul betul tulus anak juragan Tahir itu pada Adi. Bukan pura pura baik. Hasan rupanya melihat sinar mata Jamal yang memandang Adi dengan rasa cemburu. Namun Hasan yakin jika Jamal memiliki wawasan luas sebagai seorang mahasiswa.Di tepi pantai Jamal mengajak Adi duduk di perahu yang ditambatkan. Hingga mereka terkadang terbawa perahu yang bergerak agak ke tengah diombang ambing air yang datang dari laut.Aku ingin membantu Bang Jaka supaya pulih ingatannya ..." Jamal langsung pada titik sasaran supaya Adi cepat kembali ingatannya dan secepat mungkin meninggalkan rumah Hasan. Dengan begitu tak ada kesempatan lebih dekat lagi dengan Aini gadis pujaannya. BersambungKalau suka ceritanya lanjut ikuti ya ...
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan