
Deskripsi
Kecantikan model top Purnama telah membuat Hanjaya tergoda, dan mencampakkan istrinya. Sang model ternyata punya suami. Novel perselingkuhan 47 bab tamat ya.
1
Daftar Isi
Bagian Satu Foto Mesra Suami Dan Model Top
Bagian Dua Mengendalikĺan Cemburu
Bagian Tiga Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
Bagian Empat Berbohong Demi Bulan Madu
Bagian Lima Melihat Perselingkuhan. Suami
Bagian Enam Menahan Cemburu
Bagian Tujuh Telepon Mesra Di Ponsel Suami
Bagian Delapan Emosi Dan Anarah ...
Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Kutukan Model Lukisan (Sebuah Novel Misteri Tamat)
0
1
“Kau telah lancang melukis diriku. Maka semua makhluk hidup yang kau lukis akan binasa!” Ternyata kutukan model lukisan dalam mimpi itu jadi kenyataan. (Sebuah novel misteri. Tamat, ya). KUTUKAN MODEL LUKISAN Pengantar :
Novel atau tulisan Yang berjudul Kutukan Model Lukisan ini adalah cerita yang menggabungkan dunia nyata dan suatu yang gaib.
Namun begitu cerita ini fiktif belaka, tidak berasal dari kisah nyata, hasil imaji saya penulisnya.
Kita juga tak pernah tahu apakah di sekitar kita Di dunia nyata, yang sudah masuk pada era digital ini, mereka yang tak terlihat mata ada atau tidak. Semua itu menjadi rahasia dari kehidupan ini.
Jika ada kita tak perlu memusingkannya jika tak mengganggu. Biarlah kita berada pada dunia Kita masing masing.
Saya berharap cerita kemunculan toko rekayasa masa ratusan lalu ini, menjadi bacaan yang disukai Pembaca.
Demikian, saya mengucapkan banyak terima kasih atas apresiasi Anda semua.Salam Sejahtera
Salam Sehat
Rosida20Biodata
Nama Rosidawati
Email . [email protected]
Menulis sejak desember 1984, di Terbit dan Pos kota Group, sinar pagi, Tabloid Nova, Femina, Kartini,i Aneka Ria Kuncer dll. Tahun 1994 menerbitkan beberapa Novel di Alam Budaya. Dan tahun 2003 Menerbitkan Novel di Gramedia Pustaka Utama, judul; Ichen dan Ichen serta buku anak anak.
Lomba :
Juara penghargaan Cerber Femina 1987/1991 Judul : Menembus Tirai Masa dan
Laki Laki dari Ujung Dunia. 1993 juara tiga lomba Cerber Femina , judul: Ipah Gadis Batavia. Tahun1996 juara tiga cerberFemina judul Menembus Ruang dan Waktu.
Tahun 2011 vavorit lomba cerpen Raya Kultura
Tahun 2015 Unggulan lomba Puisi Sastra Hijau
Tahun 2015 Unggulan lomba Puisi Gula dan TEbu untuk Rakyat
Desember 2015 juara dua lomba cerpen Taman Fiksi.com judul cerpen Menari Di atas Pecahan Beling.
Scenario : Menulis beberapa scenario televisi
Jakarta 2Januari 2022
Rosidawati
Daftar Isi ;Bab. 1 Lelaki Berkuda Di Tengah Malam.
Bab 2 Lukisan Raden Ajeng Ningrum
Bab.3 Kutukan Dalam Mimpi
Bab 4 Kutukan Itu Terjadi
Bab 5 Gadis Mirip Raden Ajeng Ningrum.
Bab 6 Raden Surya Dan Mustika
Bab 7 Tuduhan Pemerasan
Bab 8 Lukisan Keluar Dari Kanvas
Bab.9 Pertemuan Dua Gadis
Bab.10 Terhalang Hujan Debu
Bab.11 Tahu Tahu Di Perkebunan
Bab.12 Dilaporkan Ke Polisi
Bab 13 Saling Melapor Ke Polisi.
Bab.14 Pameran Dan Pamit Dari Seni Lukis
Bab.15 Dijemput Raden SuryaSinopsis Kutukan Model LukisanRaden Surya lelaki bangsawan dari masa lalu datang ke gallery Andre untuk meminta Pelukis itu melukis foto Raden Ajeng Ningrum istri yang dikecewakannya karena ia menikah lagi dengan Tinnie Miau gadis keturunan China.
Andre melukis Raden Ajeng Ningrum.. Saat lukisan selesai dilukis tiba tiba saja Raden Ajeng Ningrum datang ke mimpinya Perempuan Itu marah telah dilukis, mengancam pada Andre setiap makhluk hidup yang dilukis akan mati. Kutukannya memang terbukti.
Bukan itu saja dalam mimpinya Andre mengejar Raden Ajeng Ningrum tanpa sengaja menarik saputangan perempuan itu. Saat terjaga Andre terkejut saputangan milik Raden Ajeng Ningrum dalam mimpinya ada padanya.Bab. 1 Lelaki Berkuda Di Tengah Malam
Andre baru saja merapikan galeri lukisnya, saat seorang lelaki muda berdiri di ambang pintu. Jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul dua belas malam lewat tiga puluh menit. Sebenarnya kalau saja tak ada Hans datang, ia sudah pulang satu jam yang lalu.Hai selamat malam.. Andre mendekat, meninggalkan pekerjaannya yang hampir selesai, merapikan ruangan galeri dari kertas yang berserakan di meja. Amin asistennya sudah disuruh istirahat lebih dulu, setelah seharian membantunya mempersiapkan pameran lukisan yang akan diselenggarakannya.Malam, sahut lelaki muda sebayanya, tersenyum santun menganggukkan kepala.Aku Andre pemilik galeri lukis ini, seperti biasa lelaki yang baru saja melewati usia dua puluh tujuh tahun itu, ramah pada setiap pengunjung galeri lukisnya. Walau pun kedatangan lelaki itu sebenarnya sudah diluar jadwal kunjungan pameran. Tapi, bagaimana pun tamu harus dihormati. Lagipula toh dirinya masih berada di ruang galerinya.Lelaki pengunjung galerinya itu menyambut uluran tangan Andre.Sejenak Andre tergugu dalam diam. Dirasanya tangan yang menjabatnya itu sedingin es.Anda pelukis, kan, Bung Andre? Lelaki tampan berkulit bersih serta berpakaian rapi serta menyisir rambutnya dengan minyak rambut itu, tersenyum.Ya..ya.. , pelukis tampan itu tersenyum lebar menarik tangannya dari tangan tamunya.Apa aku tidak mengganggu? Lelaki yang mengenakan kemeja warna putih bersih, dipadu dengan celana panjang hitam itu, tersenyum. Setelan pakaian yang dikenakan disesuaikan dengan sepatu warna hitamnya yang disemir licin. Sangat kontras dengan penampilan Andre yang hanya berkaos oblong putih, dipadu jeans, serta hanya mengenakan sandal.Oh tentu tidak, mari silahkan... Andre membuka lebar pintu yang setengah menutup tadi. Gerimis baru saja turun rupanya.Masuklah gerimis bisa membuat pakaian Anda basah, sambungnya.Lelaki itu memandang kemejanya sekilas. Tak ada bercak air gerimis di pakaiannya.Terima kasih, serunya melangkah ke dalam galeri yang berukuran cukup luas. Enam puluh meter persegi. Galeri tertata rapih. Beberapa lukisan yang di gantung. Sofa untuk menerima tamu, lengkap dengan kamar mandi.Silahkan duduk, seru Andre menunjuk sofa empuknya yang berwarna coklat tua pada tamunya.Terima kasih, angguk lelaki itu Aku Raden Surya, Oh... terpanah Andre, Silahkan duduk Raden Surya, ujarnya segera mengenyampingkan keheranannya tentang embel embel kebangsawanan, yang pada jamannya ini sangat jarang dilantangkan oleh pemiliknya.Terima kasih.Raden Surya duduk di sofa.Andre duduk di hadapannya. Mereka berhadapan. Rupanya lelaki bernama Raden Surya itu tidak hanya berpakaian licin dan rapih, serta sepatu mengkilat. Namun juga sebuah saputangan terselip di kantong bajunya.
Diam diam Andre seperti kedatangan seorang pegawai pemerintahan, atau seorang guru pada puluhan tahun lalu, melihat penampilan tamunya. Atau bahkan Andre terimpirasi pada penampilan lelaki tempo dulu. Khususnya penampilan para bangsawan jaman dulu.Ada yang bisa aku bantu, Raden Surya? Ya, aku perlu bantuan Bung Andre,Oh ya?Ya, angguk Raden Surya.Anda membutuhkan lukisan barangkali?Bukan... Raden Surya menggeleng.Mau dilukis, tapi kita buat janji dulu...Bukan aku...tapi...ini... Raden Surya agak gugup. Lalu mengeluarkan selembar foto, Ini tolong dilukis seukuran itu... lanjutnya menyerahkan foto pada Andre, lalu menumjuk lukisan yang bersandar di dinding berukuran empat puluh sentimeter kali delapan puluh sentimeter.Andre memperhatikan foto hitam putih di tangannya.. Seorang wanita muda cantik mengenakan kebaya panjang yang dipadu dengan kain panjang lurik. Wanita itu berkonde dan mengenakan perhiasan lengkap. Melihat foto itu, lagi lagi mengingatkan pada foto wanita keturunan bangsawan jaman dulu.Namanya Raden Ajeng Ningrum. Umurnya dua puluh dua tahun. Tolong lukislah berwarna dan secantik aslinya, suara Raden Surya penuh harap, Lukislah sesuai aslinya. Kebayanya beludru merah tua. Kain panjangnya warna putih lurik hitam. Perhiasannya emas tulen. Rambutnya yang digelung hitam legam. Kulitnya kuning langsat, cantik, lanjutnya merinci. Lalu sinar matanya menerawang, Tolong lukislah sebagai tanda penyesalanku, permintaan maafku ...Andre tercekat mendengar suara Raden Surya yang penuh nada sesal. Lelaki itu kini menunduk. Seperti sarat oleh pikiran.Beberapa detik suasana senyap. Hanya suara gerimis yang kini telah menjelma hujan. Dingin dan beku.Aku mohon lukislah Ningrum,Ya, tiba tiba saja Andre setuju. Saat ia sadar, terkejut oleh kesanggupannya, bukankah lukisan untuk pameran bulan depan masih kurang dua, dari rencana tiga puluh lukisan yang akan digelar? Tapi melihat sinar mata Raden Surya yang penuh harap itu, ia tiba tiba saja tak sampai hati untuk menolak.Terima kasih, Bung, ujar Raden Surya dengan mata berbinar.Andre seperti orang tak berdaya mengangguk begitu saja.Raden Surya berdiri,Kalau begitu aku pamit dulu, sungguh aku ingin mempersembahkan lukisan dik Ningrum pada dia. Terdiam sesaat, Terima kasih...Raden Surya menyalami Andre.Ya sama sama... Andre berdiriSeperti yang pertama lagi. Tangan itu dingin. Bahkan serasa tangan Andre jadi beku saat menjabat tangannya.Selamat malam,Selamat malam..Raden Surya berlalu. Tiba tiba terdengar ringkik kuda. Lalu disusul derap kaki kuda yang menjauh.Andre baru sadar kalau di luar gerimis. Ia bermaksud memanggil lelaki itu, untuk meminjamkan payung. Tapi lelaki itu sudah tak nampak. Telinganya menangkap derap kaki kuda berlari menjauh. Samar samar dia melihat lelaki bernama Raden Surya itu berada di punggung kuda. Kuda berlari mengarah pada jalanan depan galerinya. Lalu menghilang entah kemana.
Andre tertegun. Kemana dia kok menghilang? Semakin ditajamkan pandangannya yang nampak hanya jalan lengang diwarnai gerimis.
Aneh. Gumam hati Andre merasa tak salah melihat jika barusan Raden Surya memang duduk di punggung kuda yang berlari cepat kearah menuju jalan raya.
Siapa laki laki itu sebenarnya, ya? Penasaran Andre akan sosok Raden Surya.
Gerimis kini membesar menjelma hujan deras yang mengguyur seputar gallery.
Raden Surya Naik Kuda?! Ada yang aneh, depan galeri kan menuju ke jalan raya? Andre masih penasaran dan tak habis pikir dengan sosok lelaki itu yang muncul di tengah malam.Namun begitu Andre tak percaya jika Raden Surya berkuda ke jalan raya. Tapi jelas tadi melihat lelaki itu berada di punggung kuda menjauhi galerynya.
Ah mungkin hanya aku lelah dan agak ngantuk mungkin jadi aneh, batin Andre.
Andre berbalik dan menatap ke meja dimana ia menaruh foto wanita yang ditinggalkan Raden Surya. Diambilnya foto perempuan muda bernama Raden Ajeng Ningrum.
Lukislah sesuai aslinya. Kebayanya beludru merah tua. Kain panjangnya warna putih lurik hitam. Perhiasannya emas tulen. Rambutnya yang digelung hitam legam. Kulitnya kuning langsat, cantik. Tolong lukislah sebagai tanda penyesalanku, permintaan maafku ... Terngiang ucapan Raden Surya yang sangat serius tadi.
Andre bergumam tanpa sadar, Namanya Raden Ajeng Ningrum, umur dua puluh dua tahun.Entah mengapa semakin lama ditatap, foto itu seperti memiliki daya tarik tersendiri. Dan Andre ingin segera melukisnya.
Ningrum ... nama yang Indah, batin Andre, cantik mempesona. ujarnya dalam hati, Besok aku akan melukisnya,Bab. 2 LUKISAN RADEN AJENG NINGRUMAndre sudah berada di rumahnya. Lelah menyerangnya. Sebelum naik ke tempat tidurnya, ia menyempatkan untuk membersihkan tubuhnya dulu. Rasa segar menyapa seluruh tubuhnya begitu air hangat tersiram. Keluar dari amar mandi, ia bersiul kecil. Setelah mengenakan celana pendek serta kaos singlet, ia bersiap menyerahkan tubuhnya ke pembaringannya. Memang begitu kalau tidur malam. Enggan mengenakan piyama. Cukup celana pendek dan kaos singlet. Ia tidak mau ribet, dan direpotkan dengan pakaian tidur. Menguap dua kali, siap terpejam.Tiba tiba ia teringat sesuatu.. Lupa tak meminta alamat dan nomor telepon Raden Surya. Serta belum dibicarakan berapa hari ia menyelesaikan order dadakan itu. Order yang terkesan mengharuskan dirinya untuk segera melukis foto itu.Bisa saja dirinya menolak. Atau mengerjakan lukisan itu bulan depan setelah pameran. Toh antara dirinya dengan Raden Surya belum ada perjanjian hitam di atas putih. Hanya menyanggupi permintaan Raden Surya. Menerima order melukis wanita yang bernama Raden Ajeng Ningrum itu.. Tapi tidak menjanjikan berapa lamanya.Matanya sudah menyipit dan saat hendak terpejam tiba tiba ia teringat ucapan Raden Surya, yang begitu ingin foto Raden Ajeng Ningrum dilukis.Tolong dilukis sesuai aslinya, kebayanya beludru merah tua. Kain panjangnya putih lurik hitam perhiasannya emas tulen... Andre tersentak. Tiba tiba saja hatinya langsung memutuskan untuk sesegera mungkin melukis perempuan itu. Seperti ada dorongan melakukannya. Barulah ia tertidur nyenyak.*Pagi setelah sarapan Andre sudah menjadwalkan untuk ke galerinya. Sudah dipastikan ia akan memulai membuat lukisan Raden Ajeng Ningrum. Karena terlalu antusias, hingga ia lupa kalau pagi ini sudah janji mau jemput Sila. Gadis itu merengek terus beberapa hari ini minta ditemani hunting lokasi . Sila berencana untuk membuka studio fitnes.
Karuan saja Sila mendatanginya di galeri dengan cemberut.Hai, Sil... Assalamu'alaikum, pagi... sambut Andre yang sedang membuat sketsa tipis untuk lukisan Raden Ajeng NingrumWa'alaikum salam. Pagi menjelang siang...! Sila bersungut. Kamu tutup galeri nggak tahunya asyik di sini, hape nggak diangkat...! Dumelnya duduk di belakang Andre.
Sila merasa jika Andre tak terlalu mementingkan janji dengan dirinya.Oh sori... ponselku ketinggalan.. ujar Andre tampak tak merasa bersalah biasa biasa saja sikapnya.Kamu ini kan banyak dihubungi orang dan menghubungi orang, masak, sih, ponsel nggak dibawa?! Sila masih bersungut. Kesal karena Andre jika sudah melukis lupa pada janji mereka.Aku sengaja menonaktifkan, karena harus fokus melukis ini... Andre menunjuk foto Raden Ajeng Ningrum yang dipajang di samping kanvasnya.Sila mengernyitkan alisnya,Itu bukan untuk lukisan yang akan ikut pameran, kan? Ditatapnya lebih tegas lagi gadis sebayanya itu. Hem cantik dan melankolis, siapa dia?"Klienku... jawab Andre tak menghentikan tangannya yang terus bergerak membuat sketsa si gadis bangsawan itu lebih sempurna..Klienmu?!Ya semalam aku dapat order ini... tampaknya Andre sangat serius dan bersemangat dengan gerakan tangannya di kanvas lukisnya, hingga sama sekali tak ingin menghentikan gerakan tangannya itu. Hebat amat tuh cewek, baru semalam minta dilukis langsung kamu kerjakan, sampai kamu lupa mau mengantarku, Dre... Sila tak menutupi kesal hatinya.Oh ya, aku lupa. Hem gimana kalau kamu minta ditemeni sama Hans, kebetulan hari ini ia kosong nggak ada pemotretan, ujar Andre tanpa melepas tatapannya dari foto wanita modelnya.Sila merengut. Ini sudah keterlaluan, batinnya. Demi melukis wanita itu kekasihnya itu rela membiarkan dirinya ditemani Hans. Antara dirinya dengan Hans sudah terjalin persahabatan jauh sebelum mengenal Andre. Bahkan lelaki yang berprofesi sebaga fotografer itulah yang memperkenalkannya pada Andre tahun lalu. Tapi, masalahnya ia ingin ditemani Andre.Apa perempuan itu lebih penting dari aku, Dre? Sila lebih memperhatikan foto ysng sedang diperhatikan Andre.Andre tak menggubris ucapan Sila yang terdengar kesal. Perhatiannya terpusat pada sorot mata wanita dalam foto itu. Sinar matanya begitu hidup. Tapi kelam dan menyimpan kecewa... bisik hatinya.Sila semakin jengkel melihat sikap Andre yang tak memperhitungkan keberadaannya. Walau selama hampir setahun menjadi kekasih , Andre diakuinya bukan type lelaki romantis, tapi tidak pernah mengacuhkannya seperti saat ini.Dre... usik Sila lebih mencari perhatian Andre.Aku lagi sibuk, tak bisa meninggalkan pekerjaan ini ujar lelaki pelukis ini yang telah berpesan pada Amin yang bertugas menjaga galerinya, kalau galeri tutup untuk umum. Waktunya khusus untuk memindahkan sosok Raden Ajeng Ningrum ke kanvas. Harus sesuai permintaan Raden Surya.Sila sudah tak bisa menahan kecewanya,Memangnya siapa, sih, wanita itu, sampai segitunya kamu. ..Sudalah, Sila, kok kayak anak kecil, sih, kamu... Andre semakin cuek membuat Sila semakin dongkol saja.Dre kok kamu ngomong gitu, sih. Kita kan udah janji mau jalan bareng...Tapi aku nggak bisa ninggali pekerjaan ini. Kamu Kan tahu sendiri aku lagi sibuk .. Andre bersikukuh untuk tidak menghentikan proses pekerjaannya. Entah mengapa ia begitu bersemangat dan seakan seluruh perhatiannya hanya tertuju pada foto Raden Ajeng Ningrum yang harus selesai secepatnya.Oke kalau begitu, kamu lebih berat perempuan itu dari aku...! Sila bergegas meninggalkan Andre dengan kecewa dan marah.
Namun Andre tak merespon kemarahan Sila. Ia asik dengan gerakan tangan pada sketsa sosok Raden Ajeng Ningrum
Seluruh perhatian Andre terpusat pada proses pekerjaan. Seakan ada yang menggerakkan hati dan pikirannya untuk melukis foto sosok wanita cantik itu. Hingga Andre lupa waktu. Ia melukis dan melukis.
Tiga hari ia tak pulang. Menghabiskan waktunya dengan melukis. Hingga membuat Amin terheran heran. Karena belum pernah majikannya itu melukis seperti orang kesurupan. Kerja tak kenal waktu. Lupa istirahat. Bahkan untuk makan pun, Amin yang mengingatkannya. Istirahat siang tak pernah. Tidur malam pun hanya dua jam. Semua waktunya untuk menyelesaikan lukisan itu.Pada hari ketiga di sore hari rampung lukisannya. Seorang wanita bangsawan dalam kebaya panjang warna merah tua. Mengenakan kain panjang warna putih bercorak lurik hitam, berdiri dengan anggunnya di kanvas. Anting anting serta kalung emas yang cukup menyolok, serta dua gelang emas di pergelangan berbentuk bulat, semakin mempertegas keberadaan wanita itu, pada tingkat kehidupannya.
Inilah lulusan tercepatnya selama beberapa tahun menekuni dunia lulusan.
Aneh aku bagai memiliki tenaga cadangan beberapa hari ini, begitu kuat dan begitu bersemangat,
Kini telah berdiri dengan anggun dan mempesona Raden Ajeng Ningrum sesuai permintaan Raden Surya di atas kanvas.
Andre terkesima menatap hasil lukisannya yang begitu hidup, dan menyita seluruh perhatiannya. Perempuan yang berkharisma, serta penuh pesona .Raden Ajeng Ningrum sesuai dengan kecantikannya... gumam Andre. Saat berbalik , ternyata Sila sudah ada di hadapannya.Raden Ajeng Ningrum namanya? Sila lebih memperhatikan lukisan di depannya.Hem perempuan cantik ini begitu menguasai waktumu. Istimewa rupanya untukmu. Lukisan ini telah mengendalikanmu. Pujalah lukisanmu itu! Sila berbalik pergi.Sila... panggil Andre.
Sila bergegas meninggalkan galery.
Andre ingin mengejar Sila, tapi berat untuk meninggalkan lukisan Raden Ajeng Ningrum yang telah menghipnotis seluruh perhatiannya itu.Sila tak perduli. Ia sudah kecewa. Cemburu melukai hatinya. Andre lebih perduli pada perempuan model lukisannya. Tiga hari tak pulang. Tiga hari sulit ditelepon. Tak tahunya menghabiskan seluruh waktu demi melukis perempuan itu.
Bab.3 Kutukan Dalam MimpiSebenarnya Andre mau pulang ke rumahnya saat Hans muncul. Tubuhnya baru terasa lelah ketika lukisan Raden Ajeng Ningrum rampung. Tiga hari tiga malam sudah dirinya berada di galeri. Lelah tubuhnya, serta kantuk yang tertahan, terbayar sudah.. Lukisan Raden Ajeng Ningrum selesai dengan baik.Kau lesuh sekali, Dre... Hans menepuk pundak Andre.Santai ajalah, Andre tertawa kecil, Oh ya thanks, ya, udah nemeni Sila, gimana udah dapat tempat yang cocok?Hans melongoh. Jadi Sila belum bilang padamu kami sudah nego sama yang punya gedung?!Tadi dia ke sini tapi ngambek terus pulang,Ngambek?Kau kan sudah hapal betul Sila, semua harus diutamakan. Ngambeknya gede.. Andre mengangkat kedua bahunya.Tapi kamu cinta, kan? Hans tertawa.Ya, aku banyak mengalah, Andre tertawa kecilKamu boleh bangga punya pacar Sila. Cerdas. Pintar, kerling Hans, ngambek dikit, manja, wajarlah, lanjutnya .Begitulah aku banyak mengalah... Andre mengangkat kedua bahunya.Itulah cinta... Han tertawaJadi ceritanya udah deal gedung untuk fitnesnya?'Udah, ruangannya bisa menampung sampai lima puluh orang, katanya langsung mau dimodif interiornya, biar nyaman, lapor Hans.Ya syukurlah biar dia melatih lebih nyaman, muda-mudahan ajah ngambeknya nggak kelamaan. bukan hanya sekali ini saja Sila ngambek. Gadis manis dua puluh dua tahun itu memang manja. Gampang ngambek.Mungkin karena dia anak tunggal, jadi maunya diperhatikan terus. Bela Hans.
Sila kan tahu jika aku melukis sulit untuk diganggu, ujar Andre yang sering membujuk Sila setelah selesai melukis.
Namanya cewek Minta diduluilah, Dre,
Ya aku ngerti tapi aku kayaknya sulit ninggalin lukisan yang sedang aku harap. Andre memberi alasan.
Oh ya kamu sampai tiga hari lembur, emangnya modelnya yang seperti apa, sih? Penasarsn Hans rupanya, karena lima tahun bersahabat dengan pelukis yang tengah bersinar itu, tak pernah sampai begitu ngebutnya untuk menyelesaikan sebuah lukisan seperti saat ini.
Lihatlah aku simpan di dalam, ajak Andre mendului Hans.
Lihat kamu kuyuh banget, jadi penasaran aku tak sabar pengen lihat lukisannya.Siapa yang ngelarang.. Andre langsung menuju ruangan dimana ia menyimpan lukisan yang telah membuatnya lupa dengan kesehatannya sendiri.Woww..!' Hans terkesima. Ia lebih mendekat pada lukisan Raden Ajeng Ningrum yang mempesonanya,Wah... wah... Lihat aura wajah perempuan ini, sungguh menaburkan magnit bagi yang melihatnya. Lukisan ini seperti memiliki roh, Dre...
Oh ya?!
Ya, angguk Hans tak mengungkiri jika lukisan sahabatnya kali ini sungguh bagai model hidup yang berdiri di hadapannya.
Kukira hanya aku yang merasakan aura dari perempuan cantik itu,
Hans merasa ada yang aneh dan luar biasa. Semakin ditatap serasa sosok lukisan di depannya itu, membuat perasaannya mendayu dayu, Ini lukisan punya nyawa, Dre, hidup. Luar biasa..."Memang begitu kalau pria memandang wanita cantik... tiba tiba muncul Sila, pandangannya langsung ke lukisan yang sudah membuatnya cemburu.Sila kamu udah nggak ngambek lagi, kan? Goda Hans mengerling kearah Andre.Ngambek sih, nggak, cuma kesel ajah, masa dia kayak cinta mati sama tuh model...!Andre tertawa kecil, Aku begitu bersemangat, hingga takut kehilangan moodku, ujarnya memberi alasan. Namun Sila tak sepaham.Tapi untukku perempuan ini memiliki daya magis... Sila lebih mendekat.
Hans dan Andre terkejut.
Sila kamu asal ngomong ajah, sergah Andre tak setuju,Perempuan ini memiliki pesona luar biasa, membuat kita yang menatapnya terbawa perasaan...Oh begitu, ya, pantas kamu sampai lembur abis abisan. Nggak perduli padaku. Lebih mementingkan perempuan itu, ternyata terseret perasaan, ya...?!Mulai lagi, deh... Andre meraih tangan Sila. Menggenggamnya.Udah dong, ntar tuh lukisan marah padaku... ujarnya melirik lukisan Raden Ajeng Ningrum.Uda deh nggak penting ngebahas tuh cewek...! Sila menarik Andre menjauhi lukisan,Kayaknya modelmu yang ini membuatku tak suka,Cemburu?Hatiku mengatakan nggak bagus untuk kamu...Udah ah kasihan jangan dituduh gitu, ujar Andre tersenyum.Tuh, kan, kamu masih ngebelai? Sila cemberut.Aku lelah mau mandi dan istirahat dulu, kamu nggak cemburu sama perempuan yang kulukis, itu, kan? Andre menatap gadisnya yang memang kerap cemberut dan cemburu jika ia melukis gadis muda cantik, atau bercakap cakap akrab dengan penggemar lukisannya.Tapi aku nggak suka kamu akrab sama modelmu itu! Sila tak mau tahu. Ia utarakan kekesalannya pada perempuan di dalam lukisan.
Dia nggak salah, kok, kenapa jadi harus kamu musuhi, sih? Andre merasa Sila sudah kelewatan.
Bagiku dia tetap biang masalag! Ketus Sila merasa lukisan itu sudah menjadi pangkal ketidak perdulian Andre pada dirinya. Maka sampai kapan pun ia tak suka lukisan Raden Ajeng Ningrum yang terkesan penuh misteri itu.
Andre hanya mengangkat bahu oleh ucapan Sila yang dianggapnya terlalu cemburu buta itu.Lelah membuat Andre ingin cepat lelap. Tapi ia samar samar melihat bayangan perempuan.
Andre terkejut melihat bayangan perempuan yang berjalan mendekat. Tangannya mengucek kedua matanya, berharap bayangan perempuan itu hanya ilusi belaka.
Tapi bayangan perempuan justru kini makin nyata yang menjelma sosok mirip sekali dengan model lukisannya.
Andre terpanah menatap perempuan mengenakan kebaya beludru merah dipadu dengan kain panjang berdasar putih serta lurik hitam. Konde di kepalanya berintai bunga melati. Peniti emas serta sepasang gelang emas adalah hasil olesan tangannya di kanvas.Raden Ajeng Ningrum ...? Andre terkesima. Kenapa sosok perempuan yang dilukis kini ada di kamarnya?
Raden Ajeng Ningrum yang tak hanya bayangan tapi nyata itu, melangkah tenang dengan anggun kearah Andre.
Oh tak mungkin! Namun begitu Andre tak melepas sedetik pun tatapannya pada Raden Ajeng Ningrum yang kini semakin dekat di depannya.
Kini Andre berhadapan dengan model lukisannya secara langsung.
And ....da adalah ... Oh tak mungkin bagaimana bisa Anda Di sini?! Gugup Andre menatap perempuan yang tetap tenang tanpa suara itu.
Engkau lancang telah melukisku. Ingat setelah itu setiap model lukisanmu akan mati! Suara Raden Ajeng Ningrum tegas dengan wajah lekat pada Andre. Setelah itu berbalik.Andre tersadar dari keterkesimaannya. Segera mengejar sosok perempuan yang meninggalkannya. Tapi ia tak berhasil mencengah kepergian Raden Ajeng Ningrum.
Tunggu ...!
Raden Ajeng Ningrum menjauh dengan cepat. Tanpa menoleh.
Andre mengulurkan tangannya dan berhasil menarik saputangan warna merah muda yang ada di tangan Raden Ajeng Ningrum.Sosok yang belum dimengertinya darimana masuk ke kamarnya, tiba tiba menghilang pula.Terdengar derap kaki kuda berlari. Siapa malam malam begini berkuda? Penasaran Andre membuka jendela kamarnya.Delman ... Andre merasa heran delman tengah malam masuk ke kompleknya. Dan lebih terkejut lagi Raden Ajeng Ningrum duduk di dalamnya.Apa apaan ini ...?! Andre tercekat dengan dada berdebar, Mimpi yang tak masuk akal! Serunya.
Kedua kuda itu meringkik.
Andre terkejut, Oh ini bukan mimpi tapi nyata ...?!!Lelaki itu tergugu dalam diam. Bingung. Keringat dingin membanjiri tubuhnya.
Tangannya masih menggenggam saputangan warna merah muda milik Raden Ajeng Ningrum. Lalu ia tersadar segera turun ke lantai dasar rumahnya.
Langsung membuka pintu dan berlari ke depan rumah. Saat itulah ia melihat delman Indah Yang membawa Raden Ajeng Ningrum berbelok kearah kanan. Menuju pintu keluar dari area komplek tempat tinggalnya.
Penasaran Andre keluar halaman berlari mengejar delman yang membawa Raden Ajeng Ningrum. Tapi delman sudah tak ada lagi.
Malam Mas Andre, satpam komplek menyapanya heran.
Malam Pak Satpam, balas Andre, Apa Pak Satpam melihat delman barusan lewat sini?
Delman?! Satpam tampak keheranan.
Ya, delman berwarna keemasan membawa perempuan berkebaya merah,
Satpam memperhatikan Andre lekat dengan tatap semakin menunjukkan rasa heran. Lalu menggeleng.
Mana ada delman masuk ke komplek, Mas Andre ... Tersenyum si satpam.
Oh ya sudah, Pak, Mari, pamit Andre meninggalkan satpam yang meronda tapi tak melihat delman. Bahkan si satpam merasa aneh saja dengan pertanyaannya. Bab.4 Kutukan Itu Terjadi
Hans terkejut ketika mendengar cerita Andre tentang kedatangan Raden Ajeng Ningrum.
Mulanya aku mengira aku mimpi. Tapi nyata dia datang ke kamarnya, Hans. Jelas banget. Waktu dua pergi dengan delman aku mengejar, tapi dia nggak kekejar, herannya lagi satpam komplek nggak melihat delman itu,
Aneh tapi nyata itu, Dre,
Ya, memang aneh, gumam Andre.
Jangan dimasukkan ke hati. Mungkin benar itu mimpi, Dre. Sudah nggak usah kamu pikir sampai mendalam, Mimpi bunga tidur. Kita tidak bisa memilih mimpi. Mungkin karena kamu terlalu lelah karena ngebut menyelesaikan lukisannya. Ya kebawa bawa, deh... Ujar Hans yang merasa sangat aneh jika sampai Andre mengejar delman yang membawa Raden Ajeng Ningrum.Tapi diam diam Hans merasa aneh saat melewati ruangan dimana Andre menyimpan lukisan. Ia merasa ada wanita berkebaya merah berkebat. Tapi saat menoleh tak ada siapa pun, hanya lukisan Raden Ajeng Ningrum yang digantung bergoyang.Aneh kan nggak ada angin? Batinnya.Namun kesimpulan Sila tetap lukisan Rafen Ajeng Ningrum beraura magis. Bukan karena gadis itu merasa tak suka pada model yang telah merebut semua waktu Andre selama tiga hari. Hingga kekasihnya itu tak memperdulikannya. Ada semacan cemburu dan was was di hati kecilnya.Aura perempuan bangsawan itu negatif kalau menurutku, sih, harusnya kamu jangan melukis dia!"Nggak bisa begitu, Sila, aku nggak bisa menolak jika memang aku bisa. Melukis itu bahagiaku. Hobbyku, profesiku kini dan aku tahu bahwa melukislah dunia pencarianku, tapi walau profesional, aku melukis dengan hati. Menggunakan rasa dan tentu saja ikhlas memberikan seluruh waktuku, Bela Andre.
Tapi perempuan itu tak biasa, Dre, dia bukan perempuan biasa, dia perempuan yang bisa mendatangkan petaka!
Sila jangan kelewatan, deh! Andre tak suka dengan ucapan Sila.
Buktinya dia menerormu dalam mimpi. Mempermainkan pikiranmu, hingga kamu seperti melihatnya nyata tengah malam dia datang ke kamarmu, sensasi naik delman pula!
Please deh, Sil, jangan memojokkan model lukisannya, pinta Andre.
Nah apa namanya jika bukan mempermainkan pikiranmu. Mengendalikan ilusimu. Mana ada sih perempuan terhormat masuk ke kamar lelaki tengah malam. Lalu pergi setelah itu dengan delman, sungguh perempuan itu misteri, sungguh kamu harus menyingkirkan lukisan perempuan itu, Ndre, sebisa mungkin Sila berharap kekasihnya itu bisa berpikir jernih.
Andre marah, Apa apaan, kamu, Sila! Geramnya, Kamu tak suka dengan lukisan itu hakmu, tapi jangan sampai mempengaruhi untuk membuang lukisan yang sudah membuatku kerja keras itu!
Model lukisannya itu aneh, nggak wajar, Dre, dia bukan manusia biasa!
Kalau bukan manusia biasa jadi apa?! Andre menatap Sila.
Sila pun tak mau menyerah. Ia tantang kekasihnya dengan kata kata pedas.
Perempuan Itu berbahaya bisa menghancurkan karir melukismu. Dia datang untuk menghancurkan jiwa serta adrenalin melukismu!
Kamu keterlaluan! Andre marah.
Tapi sekarang kamu dikutuk model lukisan kamu sendiri, kita buktikan nanti! Ketus Sila.Itu kan hanya mimpi. Kita ini membahas mimpi. Dan kita tahu mimpi itu tak perduli kita senang atau kesel dilibatkan dalam programnya, dengan nada santai Hans melempar ungkapan dengan tujuan supaya mereka tidak tegang, dan perdebatan itu disudahi.Kamu benar, Hans, mimpi itu slonong boy ajah. Suka suka dia. Saking cueknya tuh mimpi, sampai model lukisanku mengutuk... Andre tertawa kecil.
Tapi Andre terdiam saat teringat saputangan perempuan itu ada pada dirinya.
Kok bisa, ya?!Ah yang jelas wanita itu beraura magis... Rutuk Sila.Jangan asal menilai, Sil, walau sempat terpengaruh cemas oleh mimpinya, toh Andre tak mau membesar besarkan.Semua berbau mistis. Sejak kedatangan Raden Surya di gerimis hujan. Yang tiba tiba meninggalkan foto untuk dilukis. Lelaki itu sengaja meninggalkan magicnya di sini. Pikiranmu terlalu jauh, Sila. Tidak ada mistis. Tidak ada ada magic. Raden Surya ingin melukis untuk mengobati rasa bersalahnya, memang begitu yang diutarakan Raden Surya.Ya sudah kalau nggak percaya, berdiri Sila, Aku balik dulu, sebelum meninggalkan galeri ia mampir di istana kelinci kesayangannya.
Hans sapu tangan ini punya Raden Ajeng Ningrum yang berhasil kutarik dari tangannya, setelah Sila tak tampak segera Andre mengeluarkan saputangan milik Raden Ajeng Ningrum.
Hans terkejut melihat benda segiempat warna merah muda di tangan Andre.
Kok bisa, Ndre?! Hans terlihat melebarkan kedua matanya pertanda ia memang sangat terkejut, Tak masuk akal, masa perempuan dalam mimpinya itu meninggalkan benda nyata, sih?
Itu dia Aku juga heran. Delman keemasan yang kulihat nyata, dan Raden Ajeng Ningrum juga nyata duduk di dalam delman.
Hans berdebar memandang sapu tangan di tangannya.
Apa benar ini suatu magis?! Gumam Hans tak bisa menjabarkan apa yang terjadi pada sahabatnya.
Ini aneh juga, Hans. Mimpi tapi seperti nyata. Dan saputangan ini kini ada padaku, agak gelisah juga sebenarnya Andre memikirkan mimpi serta kutukan dan saputangan milik model lukisannya itu.
Sudah tenangkan hatimu. Anggap saja mimpi yang akan berlalu, Dre, berusaha menghibur sahabatnya walau sebenarnya hati kecil Hans sendiri merasa tuduh dengan penemuan sapu tangan milik Raden Ajeng Ningrum, itu artinya perempuan itu memang datang ke kamar Andre, tapi bagaimana caranya?
Kok bisa mimpi ada buktinya?
Kok Bisa saputangan itu nyata ada di tangan Andre?
Jangan jangan ... Hans tak mau melampauhi batas. Harus bijaksana menanggapi apa yang terjadi pada Andre. Ini aneh tapi nyata, serunya pelan.
Ya aneh tapi nyata, nggak masuk akal sehat manusia justru. Seperti kisah film misteri, angguk Andre.
Sila yang melangkah ke belakang untuk menuju ke halaman belakang galeri, dimana ia menitipkan kelincinya, harus melewati depan ruangan tempat Andre menyimpan lukisan Raden Ajeng Ningrum.
Saat melewati depan ruangan Sila menghentikan langkahnya. Ia merasa ada yang berkelebat di ruangan itu.
Kayak ada yang jalan deh barusan, batin Sila.
Lalu ia menoleh pada lukisan Raden Ajeng Ningrum. Ada yang aneh. Sepertinya lukisan itu bergerak.
Sila menajamkan penglihatannya pads lukisan itu. Tapi lukisan itu biasa saja tak ada yang mencurigakan.Mungkin hanya bayangan saja, gumam Sila meneruskan langkahnya ke belakang galeri dimana kelinci kesayangannya berada.Entah kenapa tiba tiba ada rasa cemas pada kelinci yang dititipkan pada Andre itu. Entah apa yang dicemaskan.
Hatinya senang melihat tempat yang disediakan Andre. Sebuah kandang cukup besar ukuran satu meter kali dua meter. Di dalam kandang ada tempat minum, wortel dan kangkung serta makanan kaleng yang selalu disiapkan di pojok. Kandang itu cukup penerangan untuk malam hari.Kelinci yang tumbuh sehat dan bersih itu, langsung keluar dari kandangnya, mendekati Sila , menatap dengan mata kecilnya, lalu merunduk dan bersandar di kaki Sila. Menyentuhkan kepalanya dengan manja.Hei kenapa, kamu rindu padaku, ya,? Sila berjongkok. Menengadakan kepala kelincinya ,Maaf aku seminggu ini sibuk, jadi nggak sempat bermain. Ayo kita udah bertemu, pastinya kamu kenyang dan segar, ya, nah sekarang mainlah di taman ini, ya... Sila mengarahkan kelinci itu untuk bermain di taman mungil, tapi sejuk yang terletak di belakang galeri. Dimana udara bebas berhembus masuk karena dibiarkan tanpa atap. Rumput hijau, pohon pohon tak terlalu besar yang subur. Yang lebih menyemarakkan lagi adanya air mancur di sudut taman mungil itu. Andre sering melukis di sini..Setelah bermain dengan kelincinya Sila ingin berlalu. Tapi kakinya sempat dipegang si kelinci yang menatapnya dengan mata sendu.Hei jangan cengeng aku janji besok kita main lagi, ya..., ditinggalkannya kelinci itu.Sepeninggal Sila yang disusul Hans, sambil menunggu kedatangan Raden Surya, untuk melemaskan syarafnya yang sempat tegang, iseng Andre mengelus kelinci yang pemberian Sila tiga bulan lalu. Sebuah rencana mampir dibenaknya, kenapa tidak pernah terpikir untuk melukis kelinci ini? Dan hasilnya akan diberikan pada Sila. Namun hasil lukisannya akan dipinjam dulu untuk menambah jumlah koleksi pamerannya.Kelinci itu gemuk. Bulunya yang abu abu bersih dan berkilau jika tertimpa cahaya matahari. Sepasang mata biru dan coklat. Sangat menarik. Hem baiknya kelinci ini dilukis dengan posisi mengangkat mukanya . Latar belakang air mancur dan pohon cemara yang tumbuh subur, namun tak bisa tinggi, karena jenis cemara yang ditanamnya mengarah pada cemara udang. Kata yang menjual hasil perpaduan dari silang percampuran cemara udang dan cemara biasa.Selama dilukis kelinci itu tak rewel. Jadi Andre tak perlu memindahkan ke camera dulu. Langsung saja melukisnya. Wah kamu ini model yang luar biasa, Ke, ujarnya pada kelinci yang dipanggilnya Ke, yang berarti kelinci.Wow kau sungguh penurut, mengerti pose yang bisa memamerkan keindahanmu. Terima kasih, ya, Ke... dielusnya kelinci itu yang telah memberikan pose terbaiknya dengan muka lurus pada pelukisnya, sedangkan badannya agak miring, hingga seluruh tubuhnya dapat dilukis dengan baik,Kamu istirahat dulu, yuk kuberi makan dan minum, pasti kamu capek berjam jam jadi model.Tapi kelinci itu enggan beranjak. Hanya menatap. Dengan telaten Andre memberi kelinci itu minum.Ya sudah kalau masih mau main di sini, kamu istirahat dulu, ya, nanti kutunjukkan hasil lukisanmy ini Andre meninggalkan kelinci itu, melangkah ke dalam galeri membawa lukisan kelinci yang baru selesai dan akan diperhalus dan diperindah. Masih membutuhkan waktu untuk memperhalus lukisan kelinci dan cemaranya.
Baru saja meletakkan kanvas, tiba tiba terdengar suara berisik.Mas Andre... Amin muncul, mukanya terlihat lesuh ,Mas Andre kelinci itu.. kelinci itu ...Pak Min ini ngomong apah, sih... potong Andre tertawa.Kelincinya mati...Andre terkejutBulu kelincinya seperti hangus. ...lapor Amin.Bergegas Andre ke taman.
Ke...,Andre segera berjongkok menyentuh kelinci yang baru beberapa menit lalu segar, kini teronggok tanpa daya dan mengenaskan. Seluruh bulunya menghitam seperti terbakar. Tapi tidak ada bau bulu kelinci terbakar.Ini kejadian aneh, Mas Andre... Amin bergumamKe...aku baru melukismu...Apa kelinciku mati dengan bulu terbakar...?!! Sila memekik saat dihubungi dengan handphone.Ya, aku baru saja melukisnya ...Sila menangisi kelincinya yang sudah tak bernyawa. Teringat saat tadi pagi memegang kakinya, lalu menatapnya sendu. Ternyata itu isyarat perpisahan.Ke...selamat jalan, ya, aku akan menguburmu...Andre terpekur. Masih tak percaya kelincinya mati mengenaskan. Padahal sebelum dilukis kelinci itu sehat. Kenapa tampak seperti terbakar?Sila berdiri menghampiri Andre yang masih tampak kebingungan.Dre, ini kutukan perempuan yang kamu lukis...Andre lebih terkejut lagi. Menatap Sila tak percaya.Dia mati seketika setelah kamu lukis...Tapi... Andre terdiam.Anak muda kamu telah lancang melukisku, aku mengutukmu setiap makhluk yang kau lukis akan binasa...!Teringat akan mimpinya didatangi Raden Ajeng Ningrum yang mengutuknya.Andre tercengangBab.5 Gadis Mirip Raden Ajeng Ningrum.
Hari ini betul betul melelahkan dan menegangkan. Kematian kelinci milik Sila setelah dilukis, membuatnya mengkaitkan dengan kutukan pada mimpinya. Terlebih lagi kelinci mati dengan cara seperti hangus terbakar.Pertengkaran dengan Sila terjadi tadi di galerinya. Gadis itu yakin kalau kematian kellinci berkaitan erat dengan kutukan di mimpinya. Makanya ia minta supaya Andre membuang saja lukisan Raden Ajeng Ningrum.Kalau kamu masih menyimpan lukisan perenpuan itu akan ada lagi petaka yang terjadi..! Sila emosi karena karena Andre masih mepertahankan lukisan itu.Tidak semudah itu, Sila, lukisan itu ada pemiliknya.'Raden Surya itu entah dari mana. Lelaki itu dan perempuan yang kamu lukis itu penyihir, Dre..."Kamu kok jadi naif. Sila? Andre tak sepaham.Lalu masalah saputangan di tanganmu. Manamungkin ini terjadi?Tapi nyatanya memang terjadi. Saputangan milik Raden Ajeng Ningrum ada padamu diperoleh dalam mimpimu. Jelas ini magic, Sebisa mungkin Sila menyadarkan Andre.
Aku memang mengakui memang ada yang aneh, tapi tunggu aku menunggu Raden Surya. Aku akan minta penjelasan padanya, memang itu niat Andre akan berterus terang tentang keganjilan yang terjadi.Ini nggak masuk akal, memang, saputangan milik Raden Ajeng Ningrum di mimpi Andre semalam betul betul ada... ujar Hans mengutarakan kemustahilan yang dialaminya Andre.
Hans menatap Sila dan berusaha supaya gadis itu mau mendengar keinginan Andre.
Andre benar, Sila semua kunci misteri ini ada pada Raden Surya,
Kamu sudah kena hipnotis lelaki itu. Kena kutukan model lukisanmu. Masih saja kamu tak sadar... Sila meninggalkan Andre dengan kecewa dan kesal.
*
Kembali seperti mimpi pertama . Raden Ajeng Ningrum datang lagi di tengah nyenyak tidur Andre.
Anak muda korban pertama model lukisanmu telah jatuh... ujar Raden Ajeng Ningrum, kemudian berbalik hendak pergi.Tunggu.. Andre mengejarnya. Karena perempuan itu bergegas, ia berusaha meraih tangan Raden Ajeng Ningrum. Tapi perempuan itu berkelit, lalu menghilang.Andre tegang saat terbangun. Mukanya berkeringat. Baru saja ia melewati mimpi keduanya didatangi wanita cantik yang kini menjadi misterius itu.
Siapa sebenarnya Raden Ajeng Ningrum itu?
Teringat pada ucapan Sila.
Raden Surya itu entah dari mana. Kelaki itu dan perempuan yang kamu lukis itu penyihir..Penyihir? Andre mulai terpengaruh ucapan Sila.Mungkin benar mereka penyihir, kalau tidak manamungkin perempuan itu muncul di mimpinya mengutuknya lalu meninggalkan saputangannya.Terdengar derap kaki kuda dari. Jalanan di depan kamarnya. Andre langsung berlari ke jendela membukanya, dan itu delman yang membawa Raden Ajeng Ningrum semalam.
Delman yang semalam lewat lagi. Pasti Raden Ajeng Ningrum ada di dalam.Ningrum...!! Takut kehilangan buruannya, langsung saja Andre melompat ke luar jendela, tak perduli kamarnya berada di lantai dua. Saat kakinya sudah menginjak balkon kamarnya, ia mencoba merayap lewat bebatuan kolam taman di bawah kamarnya.Beberapa menit Andre sudah menjejak semen kasar halaman delan rumahnya.Setengah sempoyongan karena hampir terjatuh, segera dikejarnya delman yang membawa model lukisannya itu. Delman terus melaju ditarik dua kuda putih. Andre tak mau kehilangan jejak. Ia terus mengejarTirai bagian belakang delman tersibak angin. Andre melihat sosok berkebaya merah. Walau hanya sekilas wanita itu menoleh, ia tak salah melihat. Itu memang Raden Ajeng Ningrum.Ningrum tunggu....!!Delman itu melaju dan menghilang di tikungan jalan. Tiba tiba ada mobil berhenti di samping Andre. Hans. ...?Hans yang pulang lembur dari kantor, turun dari mobiil.Kamu ngapain lari lari tengah malam gini..."Cepat kejar delman yang belok ke kiri ...? Andre masuk ke mobil, lalu duduk di samping Hans yang langsung menjalankan mesin mobil.Delman? Hans bingung menoleh pada Andre sesaat, ia tak melihat ada delman, tapi mengikuti permintaan sahabatnya itu. Tapi sudah sepuluh menit bermobil tak ada delman yang dimaksud Andre.Raden Ajeng Ningrum menghilang sama delmannya, padahal aku ingin bertemu, dan bertanya,Jadi dia lewat lagi? Hans merasa heran kenapa perempuan itu naik delman, di tengah malam pula.Ya .. ia datang di mimpiku,Lalu? Hans memutar balik mobilnya. Dia bilang korban pertama lukisanku sudah jatuh...Ohh...! seru Hans merasa ada kejanggalan.Waktu di dalam mimpi Ningrum berbalik mau pergi, karena penasaran aku mencoba menahan supaya jangan pergi sebelum menjawab pertanyaanku. Tapi dia tak perduli, dia meninggalkanku.Jadi...?! Hans menepikan mobilnya, dan menghentikannya.Tatapannya lekat pada Andre yang masih tegang.Setelah aku terbangun ... Andre menghela napas. Menatap Hans lekat.Raden Ajeng Ningrum menghilang, dan dia tahu tahu di delman. Aku bingung. Perasaanku kacau...! tampaknya Andre mulai gusar.Hans tercekat. Bagaimana itu bisa terjadi... gumamnya Bagaimana ini jadi nyata, Dre... Kamu didatangi lagi model yang mengutukmu ?.. seru Hans deg deg gan plas dadanya. Karena itu aku mengejar delmannya, ingin memecahkan teka teki ini... Andre menghapus keringat di dahinya dengan punggung tangannya.Teka teki?Andre mengangguk, Ya siapa dia sebenarnya. Bisa seenaknya masuk ke mimpiku. Meninggalkan sapu tangan dan mengutukku. Lalu datang lagi dan menghilang dengan delmannya! Hans dan Andre saling tatap. Membisu. *Beberapa hari ini Andre berkeliling kota Jakarta. Tujuannya adalah mencari keberadaan sosok Raden Surya dan Raden Ajeng Ningrum. Mereka harus ditemukan. Tak perduli lelah dan waktu yang terlewati sia sia. Hans dan Sila mengingatkan kesehatannya.Terlebih lagi jumlah lukisan untuk melengkapi pamerannya kurang dua.Kalau takut jatuh korban lagi kamu bisa melukis sesuatu tanpa model yang ada, ujar Hans memberikan solusi.Sebenarnya Hans bingung dengan yang dialami Andre. Mimpi dikutuk model lukisannya, perempuan itu naik delman, terlebih lagi sapu tangan model dalam mimpinya tertinggal. Dan saputangan itu nyata ada. Tapi hatinya yakin kalau Andre serius. Walau ada rasa sangsi . Tapi ia tahu Andre. Jujur dan tak pernah berbohong. Tapi kejadian ini...?Karena tema pameran lukisan Andre adalah Realita. Tak mungkin memasukkan dua lukisan yang obyeknya non realita. Harus ada di kehidupan nyata. Obyeknya adalah manusia atau tumbuhan.
Jadi harus menampilkan lukisan dengan model dan obyek yang nyata. Bukan mereka reka. Jika yang dilukis model, model itu ada. Jika pemandangan, tempat itu jelas ada.Atau kalau kamu masih galau dan bimbang begini, yaudah dua puluh delapan lukisan cukuplah... Hans mengusulkan.Aku harus dapat menemukan mereka. Teka teki ini harus terkuak... Andre belum memikirkan tentang dua lukisan untuk memenuhi target pamerannya. Perhatian dan pikirannya fokus pada Raden Surya dan Raden Ajeng Ningrum Tekat Andre telah bulat.Aku tidak mau dipermainkan... rupanya kesabarannya menunggu Raden Surya sudah habis.
Lelaki bernama Raden Surya itu sudah sepuluh hari tak muncul lagi di galerinya. Maka itu Andre mengadakan pencarian. Selama dirinya bepergian dalam misi mencari keberadaan sosok Raden Surya dan Raden Ajeng Ningrum galerinya ditutup.Andre bermaksud menepikan mobilnya . Ia akan bertanya pada orang orang di sekitar sini. Barangkali saja ada yang tahu Raden Ajeng Ningrum. Atau Raden Surya.
Baru saja keluar dari mobil ia melihat seorang gadis yang mirip dengan Raden Ajeng Ningrum. Andre langsung mendekat. Walau tidak sedang mengenakan kebaya merah dan kain panjang seperti yang dilukis, tapi perempuan itu memang Raden Ajeng Ningrum. Sosok dan wajahnya milik perempuan yang telah menebar kejadian aneh dalam sepuluh hari kehidupannya. Cemas dan ketakutannya harus berakhir hari ini.Tunggu, Raden Ajeng Ningrum...!Perempuan yang dipanggil menoleh dan tersenyum ramah.Aku Andre yang melukis Anda ... Andre lebih mendekat. Tak boleh kehilangan buruannya. Tekatnya.Aku dilukis? Perempuan yang berkerudung, mengenakan celana panjang longgar dipadu dengan atasan lengan panjang, memang persis dengan Raden Ajeng Ningrum. Gadis itu mengernyitkan alisnya. Aku tidak pernah dilukis, maaf... Anda salah orang...Tapi memang Anda yang kulukis, Ningrum. Raden Ajeng Ningrum... Andre sudah tak sabar,Bukan Anda yang datang, tapi Raden Surya yang memberikan foto Anda...Siapa Raden Surya? Perempuan itu menggeleng,Aku tidak kenal...Dan Anda juga tidak pernah naik delman di samping rumahku dua malam berturut turut?Naik delman? Kapan?Dua malam berturut turut setiap melewati jam satu malam... Tepatnya dua malam lalu, dan semalam,Hah apaaa?! Terkejut gadis yang tak mengakui dirinya bernama Raden Ajeng Ningrum. Aku tidak pernah melakukan itu. Namaku bukan Ningrum, apalagi Raden Ajeng Ningrum. Naik delman tengah malam mau kemana?Andre sudah sangat kesal dengan sikap tenang dan santai gadis di depannya. Enak saja, sudah menebar teror mau lepas tangan.Ini sapu tanganmu...Itu bukan saputanganku... Gadis itu menggeleng, menatap Andre.dengan tatap cemas. Mundur beberapa langkah.Saputangan ini Anda tinggalkan saat datang ke mimpiku!Apa, kau memimpikanku? Tertawa gadis itu merasa lucu mendengar ucapan Andre, Aneh... banget... lalu tertawa lagi. Kamu ini waras nggak, sih, masa benda di mimpi bisa jadi nyata? Duh kok misteri banget, ya... lanjutnya yakin bahwa lelaki yang mengaku pelukis itu mengada ngada,Kamu lama lama bisa jadi horor, nih..Jika saja aku bisa memiilih mimpi, tak akan kubiarkan dirimu datang dimimpiku, mengutuk dan menebar petaka pada pekerjaanku...sekarang ikutlah ke galeriku...! Andre hilang kesabarannya.Jangan memaksa, aku Mustika... ujar wanita bernama Mustika itu hendak berlalu.Andre mencekal pergelangan tangan gadis bernama yang diyakininya model lukisannya yang menebar petaka itu.Terserah mau mengaku siapa, yang jelas kamu sudah menebar petaka...! Serunya, Katakan kenapa kau mengutukku? Dan kenapa kutukan itu terjadi pada model lukisanku, modelku mati setelah kulukis, dan itu kutukmu. Katakan kamu penyihir, kan?!Mustika terkejut dikatakan penyihir. Wah benar, sedang apes, bertemu dengan pelukis gendeng, Lepaskan, kamu pelukis tidak waras...!! Mustika berusaha melepaskan pergelangan tangannya dari cekalan tangan Andre.Apa kamu masih nggak mau ngaku, Ningrum?! Andre sudah hilang sabarnya, Kau datang ke mimpiku dan mengutuk setiap model lukisanku akan binasa. Saputanganmu terjatuh saat kutarik tanganmu, Laku kamu pergi naik delman. Jangan berkelit, apa salahku padamu hingga kau meneror profesiku...ini... ini ... lalu ditunjukkan foto lukisan yang membuatnya gusar. Foto lukisan Raden Ajeng Ningrum.Oh itu aku? Tapi kapan aku berkebaya seperti itu...?!Mustika terbelalak. Foto di tangan lelaki itu memang persis dengan dirinya.Masih tak mau mengaku? Andre memaksa Mustika mengakui kalau yang dilukis itu memang benar dirinya.Mustika menatap Andre dengan tatap heran, karena dirinya memang tak merasa minta dilukis, terlebih mengenakan kebaya!
Kini gantian Mustika yang menuduh Andre memanfaatkannya difoto lalu dilukis tanpa ijin.
Pasti kamu nemu fotoku, kemudian kamu lukis seolah aku pakai kebaya begitu, Kan, lalu kamu cari Aku, huh modus!
Andre mendelik marah.
Tolong tolong ....!! Mustika tiba tiba berteriak membuat orang yang kebetulan lewat menengok.
Andre terkejut atas ulah gadis yang memancing perhatian orang banyak.
Wah gawat!
Tolong dia mau merampokku!
Hah!! Andre segera ke mobilnya menghidupkan mesin dan tancap gas.
Andre merutuk dalam hati.
Mustika senyum senyum merasa terlepas dari ketakutan ya. Dan orang orang pejalan kaki yang mendekat tak mungkin bisa mengejar mobil Andre, maka mereka bubar.
,
Bab.6 Raden Surya Dan MustikaMustika sangat lega setelah berhasil melepaskan diri dari pelukis yang memaksakan kehendaknya. Masa dirinya harus menjadi orang lain. Lelaki itu memaksa dirinya harus menjadi Raden Ajeng Ningrum. Wanita yang dilukisnya itu. Lalu siapa pula Raden Surya. Herannya lagi Andre si pelukis itu mengatakan bahwa dirinya datang ke mimpi lelaki itu. Lalu mengutuk setiap melukis modelnya akan celaka. Dan yang membuatnya geram, manamungkin saputangan dalam mimpi itu bisa tertinggal dan secara nyata ada pada pelukis itu.
Dasar edan, penipu nggak bisa kamu nipu aku! Batin Mustika, lagian ada ada ajah, dasar pekukis gendeng!Mustika semakin gusar. Ia merasa diteror oleh pelukis itu. Dibuat kacau perasaannya dan ketakutan. Tapi untuk apa ketakutan ? Toh antara dirinya dengan pelukis itu tidak saling kenal? Ia merasa aneh dengan kelakuan Andre.Berjalan mondar mandir, itulah yang dilakukan Mustika di dalam kamarnya. Hari ini tujuannya untuk menemui dosen pembimbingnya gagal sudah. Gara gara pertemuannya dengan Andre. Padahal ia harus menemui dosennya sehubungan dengan skripsinya.Huh pelukis edan...! Gadis yang sedang menggarap skripsi untuk dapat menyandang gelar Sarjana dibidang sastra itu mendengus.Menghela napas panjang dan mondar mandir seperti tadi. Memang begitu Mustika. Gadis penyuka cerita klasik, atau yang berkaitan dengan sejarah negerinya itu, tiba tiba mengernyitkan dahinya. Menghentikan langkahnya, dan menatap wajahnya di cermin.Lukisan wanita bernama Raden Ajeng Ningrum itu memang persis denganku... semakin gusar saja gadis berambut melewati bahu itu. Ia memeras otaknya supaya berpikir lebih cepat lagi. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Sedangkan dirinya merasa baru tadi bertemu si pelukis.Tergugu diam.Tiba tiba ia menepuk dahinya sendiri.Bodohnya aku ini... serunya sambil duduk di tepi tempat tidurnya. Sudah didapat sebuah analysa tentang lukisan tadi. Mustika menduga dan yakin kalau wajahnya sengaja dilukis mempergunakan sosok wanita lain, .Hem pasti begitu. Bisa saja wajahku dipadu dengan sosok wanita lain entah siapa.. seru hatinya merasa bisa memecah teka teki itu.Tapi sedetik kemudian Mustika terdiam lagi.Aku belum pernah memberi fotoku pada pelukis itu. Darimana ia mendapat fotoku?Berpikir lagi Mustika darimana pelukis itu mendapatkan fotonya. Tapi segera pertanyaannya itu terpecahkan. Jawabannya, tak lain adalah, pasti pelukis itu mencetak fotonya lewat facebook, atau twitter.Ya, aku yakin Andre telah mencetak fotoku dan menggabungkannya dengan tubuh wanita lain, tanpa seijinku. Ini tidak boleh dibiarkan. Aku tahu apa tujuannya berbuat demikian...! Mustika bersungut marah.Aku harus datang ke galerinya, aku tak mau diperas...!Mustika tak perlu kerepotan mencaritahu dimana alamat galeri Andre. Tak perlu waktu lama untuk mengetahui galeri pelukis yang membuatnya emosi itu. Lewat internit, apa yang susah saat ini. Dengan kesal ia ingin memberi efek jera pada Andre. Supaya jangan seenaknya menekan dirinya. Memaksa dan marah untuk hal yang tidak dilakukannya.Tok...tok... terdengar pintu diketuk . Antara kamar ke ruang tamu hanya berjarak empat meter. Jadi ketukan itu jelas terdengar Mustika.Siapa malam malam datang? Mustika melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah jam sepuluh malam. Ia tak ada janji dengan siapa pun. Siapa yang datang? Lanjut gadis yang memang hanya tinggal sendiri di kontrakannya yang mungil. Sedangkan orang tuanya bertempat tinggal di Bandung.Tok...tok... terdengar ketukan lagi.Mustika membuka pintu.Selamat malam... Raden Surya berdiri di hadapan Mustika, membuat gadis berkulit bersih itu heran melihat penampilannya yang terkesan sangat tempo dulu. Sepatu hitam disemir mengkilat. Kemeja putih diseterika licin. Celana panjang hitam yang juga selicin kemejanya.Oh ...malam...maaf Anda siapa, ya? Mustika bertanya hati hati. Dan dadanya berdetak kencang saat menerima tatap matanya.Jadi Dik Ningrum melupakanku...? Raden Surya menatap lekat pada wajah Mustika.Oh saya bukan Ningrum, tapi Mustika... Mustika agak mundur. Perasaannya mulai tak enak.Aku suamimu ...Suami?!! Mustika tercekat.Aku Raden Surya...Raden Surya?!! Mustika semakin terkejut , tadi si pelukis juga menyebut nama Raden Surya. Oh, nggak...aku nggak ada urusan dengan lelaki ini.Ya, aku memang bersalah karena meninggalkanmu dan menikah dengan wanita lain. Aku sudah lama ingin minta maaf padamu. Maka itu aku meminta seorang pelukis untuk melukis fotomu..Okh...!! Mustika terbelalak. Apalagi ini, oh, pasti ada hubungannya dengan pelukis yang memaksa dirinya tadi. Hem, mereka berkomplot. Dan tempat tinggalku sudah terlacak. Gadis itu bersikap tenang.Jangan panik Mustika. Mereka mafia mafia memuakkan. Nanti kuberi pelajaran... seru hatinya.Raden Ajeng Ningrum, percayalah aku ingin Adik memaafkanku. Kuharap Adik mau menerima lukisan yang kupesan sebagai permintaan maafku... ujar Raden Surya dengan suara pelan, dan tatap mata yang mengesankan betapa hatinya mencintai wanita di depannya.Aku menjemputmu...Menjemputku?! Mustika mulai ketar ketir. Bagaimana jika lelaki ini memaksa, apalagi di belakang pasti ada si pelukis. Hem harus bersikap pura pura mengikuti permainan mereka.Ya, menjemputmu untuk melihat lukisanmu. Pasti sudah selesai. Itu lukisan permintaan maafku, percayalah aku kena karma. Karena meninggalkanmu, rumah tanggaku tidak bahagia... tertunduk Raden Surya.Mustika memeras otak. Wah udah masuk zona gawat ini permainan.Aku memaafkanmu Raden Surya, tapi maaf malam ini aku kurang sehat badan. Besok saja kita ke tempat pelukis itu... berkeringat dingin lehernya setelah menyelesaikan kalimat sandiwaranya. Hem aku bisa juga akhting, batinnya merasa geli tapi campur gusar.Raden Surya mengangguk dan tersenyum. Raut mukanya tak lesuh seperti tadi. Sepasang matanya bercahaya. Tangannya terulur. Mustika hendak menghindar. Tapi kecepatan gerak tangan lelaki itu seperti angin. Hingga pungusar tangannya tersentuh.Terima kasih, aku bahagia karena Dik Ningrum memaafkanku. Percayalah hatiku tak pernah berubah sampai saat ini... tersenyum bahagia Raden Surya,Baiklah besok kita sama sama melihat lukisan hadiah untukmu... lelaki itu menatap Mustika lekat.Mustika terdiam tak bergerak. Tegang, takut menjadi satu. Ya Allah ya Robb lindungilah hambaMu ini dari teror orang jahat .."Aku pamit dulu, Dik....Angin bertiup tidak biasanya malam ini, hingga dedaunan di pohon menimbulkan bunyi gemerisik. Salah satu daun yang lepas dari ranting pohon di depan rumahnya, mengenai wajahnya.Oh... Mustika terkejut. Memandang sekelilingnya. Tapi lelaki itu sudah tak ada. Hanya angin yang menderu deru.Mereka keterlaluan mempermainkanku...awas balasanku...! Dengan kesal ia menutup pintu.
Dalam beberapa jam ia bertemu dengan dua orang yang tak dikenalnya.
Andre si pekukis yang menuduhnya telah datang ke mimpi lelaki itu. Mengutuk dan yang tak masuk akal sapu tangan miliknya tertinggal. Manamungkin saputangan Di mimpi tertinggal jadi nyata?!
Lebih gawat lagi lelaki berpenampilan jadul banget itu mengklaim dirinya sebagai istri lelaki itu yang ditinggalkan demi menikah dengan perempuan lain.
Gawat aku dalam bahaya ... Mustika ketakutan.Bab.7 Tuduhan PemerasanBeruntung Ibu Sofia, dosen pembimbing skripsi Mustika mengerti ketidak hadiran gadis itu semalam. Untuk lebih meyakinkan dosennya, ia menceritakan rentetan kejadian aneh yang menimpa dirinya. Tentu saja wanita empat puluh tahun itu tercengang.Aneh juga mereka itu, ya..., gumam ibu Sotia menatap Mustika.Saya curiga mereka sudah merencanakan ini, Bu,,ujar Mustika gelisah,Saya rasa mereka terus saja mengganggu saya jika belum berhasil,Ibu Sofia tampak berpikir,Jebakan?Ujung ujungnya uang, angguk Mustika.Masa iya ada pelukis penipu begitu, ya? Ibu Sofia sedikit ragu. Baru kali ini ada pelukis yang berjiwa kerdil. Melukis tanpa diminta, lalu model incarannya dipaksa menebus hasil lukisannya.Harus dilakukan sesuatu, Bu,Apa?Saya harus datang ke galerinya,Untuk menebus lukisanmu?Membawa polisi,Sejauh itu, Tika?Biar mereka tidak kebiasaan, Bu. Kalau saya diam saja pasti akan banyak pelukis nakal,ujar Mustika ingin memberi efek jera pada Andre dan Raden Mas Surya yang telah bertindak buruk.Tapi kamu harus hati hati, oh ya, biar kuhubungi Sandra sepupuku untuk mendampingimu, yang dimaksud Sandra adalah pengacara muda. Karirnya baru tiga tahun menjadi pengacara, tapi, cukup handal.Terima kasih, Bu, angguk Mustika. Biar mereka tahu rasa, bukan uang yang mereka dapat, tapi penjara..Ibu Sofia tersenyum menatap mahasiswinya yang cerdas, serta rajin dan tak pernah terdengar ulahnya di kampus. Lalu segera dihubunginya Sandra. Beruntung Sandra langsung merespon. Mustika, kamu diminta mampir ke kantornya siang ini, ujarnya pada Mustika setelah berbicara dengan sepupunya itu.Jadi Mbak Sandra mau mendampingi saya, Bu, berbinar wajah Mustika.Ya, tapi kamu jangan lupa tujuan utamamu kuliah angguk Ibu Sofia tersenyum.Pasti, Bu, saya akan fokus dengan skripsi saya, Bu, mohon maaf kalau saya merepotkan Ibu, menunduk Mustika merasa tak nyaman pada dosen yang dikenal dengan kelembutannya itu.Oh don't worry, aku mengerti, kok, yang penting kita melakukan sesuatu itu dengan tulus dan sungguh sungguh, Sofia mengingatkanSaya paham, Bu, angguk Mustika. Ia merasa sangat beruntung karena didukung oleh dosennya, bahkan akan didampingi oleh seorang pengacara. Tak ingin membuang waktu, setelah meninggalkan rumah dosen favorit para mahasiswi di fakultasnya itu, segera mendatangi Sandra Sarjana Hukum untuk menceritakan kasus yang tengah membelitnya.
Sandra mendengarkan dengan serius cerita Mustika.
Pelukis itu juga edan nggak waras, Mbak, masa katanya saya datang ke mimpi dia. Mengutuknya, dan yang tak bisa lagi diterima akal sehat, sapu tangan saya tertinggal waktu datang ke mimpi dia itu,
Maksudnya?! Sandra mengernyitkan alisnya.
Saputangan itu ada sama dia,
Ah mistis banget, sih? Sandra tercengang.
Ya, dia itu kebangetan, bersama lelaki mengaku Raden Surya telah bersekongkol ingin mempermainkan saya, mau memeras saya, mungkin sudah biasa,
Ah terlalu banyak modus manusia di dunia ini untuk mencari uang, gumam Sandra.
Ya Mbak semoga nanti tak ada lagi korban yang lain dalam modus mereka, angguk Mustika.
Jadi intinya Dik Tika ini merasa diperas, ya? Sandra mencatat setiap pengakuan Mustika.Ya, begitulah, Mbak, angguk Mustika,Saya sangat terganggu dan merasa diteror pelukis edan itu, dan laki laki yang bernama Raden Surya,Sandra menyusun pengakuan Mustika. Lalu ditatapnya gadis di depannya.Hem baiknya kita menegur dulu mereka, tapi, jika mereka tetap ingin kamu menebus lukisannya, ya, kita langsung melaporkannya pada polisi,Baik, Mbak Sandra, angguk Mustika bahagia. Berarti kecemasannya akan segera berakhir.Maka Sandra Sarjana Hukum langsung membuat surat teguran pada Andre. Sore itu juga kurir kantornya mengantarkan surat resmi ke galeri Andre yang sudah dicek keberadaannya lewat internit.Sudah kamu yang tenang, ya, kalau mereka tetap bertahan dengan keinginan mereka. Maka tujuan selanjutnya polisi,Ya, Mbak, angguk Mustika, Terima kasih,Oh ya, untuk sementara kamu tinggal di rumahku dulu, usul Sandra, khawatir orang suruhan pelukis itu mendatangi rumah kontrakan gadis itu.Tapi...Sudah tidak usah sungkan. Semua demi keamanan dan ketenanganmu, Tika, rupanya Sandra tak setengsh setengah untuk menangani kasus yang tengah membelit gadis yang tinggal sendirian di Jakarta ini.Rumahku cukup besar walau tidak mewah. Kami sudah terbiasa memberi tumpangan pada klienku, dan kamu sekarang adalah klienku...Tapi... Mustika tampak bingung. Tertunduk.Gratis... ujar Sandra,Kamu titipan Mbak Sofia, lagipuka kamu belum kerja, sambungnya tersenyum, Gampanglah nanti kalau kamu sudah lulus dan bekerja jangan lupa traktir aku nonton, ya... suaranya santai dengan sikapnya yang begitu bersahabat.Mustika mengangguk penuh rasa terima kasih.Bagaimana mungkin ia tak mau bersyukur dengan kemudahan yang dialaminya dari pagi hingga siang ini. Pengertian dosen pembimbingnya. Pertolongan secara gratis dari pengacara yang masih single dan cantik yang berumur jelang tiga puluh tahun itu.*
Giliran Andre yang terkejut begitu menerima surat teguran dari Sandra Sarjana Hukum yang menjelaskan sebagai pengacara Mustika. Isi surat itu sangat menyinggung harga dirinya sebagai pelukis yang terhormat.Bekerjasama dengan laki laki bernama Raden Surya, Anda sebagai pelukis telah memaksa. Menekan klien saya yang bernama Mustika, untuk mengakui bahwa seakan akan klien saya dilukis Anda. Sehingga klien saya tersebut merasa terancam dengan persekongkolan Anda dengan Raden Surya. Jika Anda tidak meminta maaf dan melepaskan klirn saya dari tekanan untuk mengakui lukisan Anda miliknya, maka kami akan melaporkan Anda berdua ke pihak berwajib, dengan tuduhan pemerasan...Andre membanting isi surat itu. Mukanya memerah. Saat itu muncul Hans. Terkejut melihat ketegangan di muka sahabatnya.Coba baca aku disomasi...! Andre geram.Tapi di surat ini kamu disebut bekerjasama dengan Raden Surya untuk memeras Mustika... Hans yang baru saja selesai membaca surat dari Sandra Sarjana Hukum itu, bingung memandang Andre.Kemarin sore aku bertemu gadis itu...Raden Ajeng Ningrum? Hans menukas tak sabar saat Andre tak meneruskan ucapannya.Ya, tapi dia mengaku bernama Mustika, dia kabur nggak ngaku kalau lukisan yang kubuat itu wajah dan sosoknya...Lalu Raden Surya?Andre menggeleng,Entah aku nggak bertemu Raden Surya,Wah kamu dituduh bekerjasama dengan Raden Surya untuk memeras gadis itu, gumam Hans.Ini tuduhan merendahkan profesiku. Seakan aku melukis dan memaksa gadis itu menebusnya. Keterlaluan, dia menuduhku mau memeras... gusar Andre, Silahkan kalau mau ke polisi, akan kujelaskan bahwa yang order untuk melukisnya Raden Surya... Andre jadi kesal karena Raden Surya yang akan dijadikan saksi tak muncul muncul.Kamu harus cari Raden Surya, karena gadis itu tak merasa minta dilukis, dan kamu dituduh bekerjasama dengan Raden Surya untuk memeras... Hans tampaknya turut prihatin.Repotnya aku lupa minta alamat Raden Surya... Andre semakin kesal dan gusar dengan surat peringatan itu. Kini justru dirinya yang merasa diteror oleh Raden Ajeng Ningrum alias Mustika. Untuk membuktikan kebenarannya ia harus ada saksi Raden Surya.
Andre tampak bingung harus kemana mencari Raden Surya. Ia menyesal telah gegabah menerima order melukis. Tak bertanya alamat serta nomer teleponnya. Kalau sudah begini jadi sangat merepotkan ya.
Lalu bagaimana? Hans menatap Andre.
Andre mengangkat kedua bahunya. Bingung.
Bagaimana ini bisa terjadi? Andre berjalan mondar mandir di depan Hans. Harusnya aku yang dirugikan, tapi kenapa justru aku yang disudutkan? Dan dengan surat somasi itu Andre seakan dirinya adalah pelukis yang akan menipu model yang tak mau menebus lukisannya.
Secara tak langsung mereka menuduh kalau kamu melukis secara ilegal tanpa ijin modelnya, lalu disomasi. Tujuannya apa, ya? Hans merasa ada yang tak beres, Kamu harus mencari Raden Surya.
Andre menatap Hans lesuh campur kesal karena ia dianggap mengada ada oleh Mustika model yang dilukisnya.
Raden Ajeng Ningrum nggak suka dilukis makanya dia mengirimmu surat somasi,
Aku melukisnya tanpa ijin? Ya, makanya dia marah dan tak mengaku sebagai Raden Ajeng Ningrum,
Hina sekali aku melukis tanpa ijin untuk mendapatkan uang ... Andre tampak kesal.
Itulah sangat menyakitkan, angguk Hans.
Ini edan namanya. Memfitnah profesiku! Andre mengepalkan kedua tangannya, Penghinaan!
Ya, angguk Hans.
Aku bisa melaporkan gadis itu ke polisi,
Tapi harus ada saksi, ujar Hans mengingatkan.
Raden Surya saksinya,
Sulit melapor tanpa saksi, keluh Hans merasa prihatin dengan kejadiaan yang terjadi pada sahabatnya itu.
Bab.8 Lukisan Keluar Dari Kanvas Kedatangan Sila membuat suasana semakin ruwet saja. Karena Sila semakin emosi dan sangat kesal saat tahu tentang surat somasi dari Mustika dan pengacaranya.Gadis yang sejak awal sudah tak menyukai sosok Raden Ajeng Ningrum yang telah dirasakannya memiliki aura tak bagus itu, sangat menyesali kedatangan Raden Surya ke galeri kekasihnya, yang kini menimbulkan masalah. Dan pihak Andre bukan hanya dirugikan secara materi, tapi lebih dari itu dirugikan secara moral. Terhina dan dihinakan.Ini permainan apa?! Geram Sila dengan gusar Sudah jelas dia yang dilukis malah ngeyel!'Andre hanya diam tak merespon kekesalan Sila. Ia disibukkan dengan suasana pertanyaan dalam hatinya tentang mimpi didatangi Raden Ajeng Ningrum, tentang sapu tangan yang tertinggal, dan delman di tengah malam.
Jika dirangkai apa yang dialaminya itu memang benar menurut Sila berbau mistis. Sungguh tak masuk akal, tapi nyata dialaminya.Teringat kembali pertemuaannya dengan Raden Ajeng Ningrum yang berakhir dengan kekalahan di pihaknya. Perempuan itu menghilang.Bukan hanya tak berhasil membujuk Mustika mengakui lukisan dirinya itu, membuatnya bisa dikeroyok orang jika tak langsung pergi dengan mobilnya. Mustika atau Raden Ajeng Ningrum berteriak minta tolong. Makanya gadis itu bisa lolos dan pergi.
Andre hanya bisa geram, karena Mustika berusaha untuk menarik perhatian orang dengan teriakannya.Diam diam Hans meninggalkan Sila dan Andre. Ia melangkah ke ruangan tempat Andre menggantung lukisan Raden Ajeng Ningrum. Langkah Hans terhenti saat menangkap suara sandal diseret di dalam ruangan. Lalu pintu ruangan bergerak . Hans tercekat tapi tetap mengawasi ruangan itu, terutama pada pintu yang bergerak sedikit terbuka. Tapi ia segera mundur dan sembunyi di balik lemari penyimpanan berkas milik Andre.Sosok bayangan berkebaya merah berkelebat keluar dari ruangan. Hans tercekat ia merasa tak bermimpi. Benar benar melihat kelebat bayangan berkebaya merah.
Beberapa saat tergugu dalam persembunyiaannya. Ia agak menyangsikan penglihatannya sendiri. Namun juga yakin bahwa benar benar melihat bayangan perempuan berkebaya merah, mengenakan lain panjang putih lurik hitam keluar dari ruang.
Ia sangat yakin memang melihat kelebat bayangan yang begitu cepat, perempuan berkonde berkebaya merah.
Terdiam beberapa detik. Mengatur napas dan berusaha tenang supaya ia lebih meyakini dirinya bahwa benar memang melihat keganjilan barusan.
Setelah agak tenang Hans bersiap untuk melihat ke dalam ruang dimana tadi berkelebat keluar bayangan perempuan.Sebenarnya terasa berat langkahnya. Tapi sudah bulat tekatnya untuk mencari tahu apa yang terjadi di dalam ruangan tempat menyimpan lukisan Raden Ajeng Ningrum.Hans tercekat dengan sepasang mata melebar di depan kanvas wadah lukisan Raden Ajeng Ningrum yang tergantung di dinding.Ohk ...!! Hans mengucek matanya. Mencoba melihat dengan lebih teliti lagi. Tapi yang tampak depan penglihatannya tak berubah. Bagaimana bisa?!! Tangannya reflek terjulur ke kanvas dan merabahnya. Tapi tak mungkin ...! Sergahnya ingin menyangkal apa yang dilihatnya.
Sungguh ia tak percaya, tapi nyata yang ada di hadapannya. Saat ini pun tetap terlihat bukti nyata itu. Bahwa lukisan Raden Ajeng Ningrum tak ada di tempatnya. Kanvas itu kosong.
Bergegas Hans keluar ruangan dan melangkah tergesa ke ruang depan galeri, dimana Andre masih tampak kesal, sedangkan Sila mengulang membaca surat yang dilayangkan pada Andre dari Mustika.
Andre kamu nggak akan percaya ..! Hans muncul dengan raut muka tegang.Apa Hans? Andre heran melihat keadaan Hans yang seperti baru saja melewati suatu kejadian tragisHans kamu kenapa ayo minum dulu tehnya, tangan Sila meraih cangkir berisi teh yang masih hangat dan diberikan pada Hans. Hans meneguk isi cangkir sekaligus. Lalu meletakkan cangkir kosong di atas meja.Ada apa kamu kok seperti baru lepas dari suatu yang menakutkan, ujar Sila menatap Hans.
Persis! Hans mengangguk.
'Hans? Andre semakin heran melihat keadaan Hans yang tampak sulit bersuara.
Hans kenapa kamu? Sila lekat menatap Hans.
Lukisan itu nggak ada... Hans masih agk gugup.
Maksudmu lukisan apa?! Andre tak mengerti dengan ucapan Hans.Raden Ajeng Ningrum ... sulit bagi Hans menceritakan apa yang dilihatnya barusan.Sila terkejut.Dicuri orang?!
Hans menggeleng.
Ada apa, Han? Andre menepuk pundak sahabatnya.
Lukisan perempuan itu kosong hanya tinggal kanvasnta saja tergantung,
Andre langsung berdiri terkejut.
Ya lukisanmu menghilang ... Hans seperti sulit menjelaskan, Raden Ajeng Ningrum yang kamu lukis tak ada di kanvas ... Apa horor amat lukisan bisa menghilang?!' Sila langsung berdiri cemas.
Sungguh kanvasnya kosong lukisan Raden Ajeng Ningrum keluar dari kanvas ...Tanpa menunggu lagi Andre diikuti Sila langsung bergegas ke ruang tengah, dan Hans menyusul mereka.Andre dan Sila memasuki ruangan dan mereka langsung menuju ke lukisan Raden Ajeng Ningrum uang digantung di di dinding dalam figura ukir keemasan.
Andre dan Sila saling tatap.
Hans terbelalak. Bab 9 Pertemuan Dua Gadis
Andre menatap Hans heran. Ya yakin sahabatnya itu sehat badan dan pikirannya. Tapi kenapa kok berhalusinasi sebegitunya, hingga menganggap lukisan yang tak hidup dan tak memiliki roh itu keluar dari kanvasnya.
Sila masih tergugu menatap lukisan Raden Ajeng Ningrum yang diisukan keluar dari kanvasnya itu. Separuh hatinya percaya pada Hans. Tapi saat melihat lukisan wanita misterius menurutnya itu masih ada, separuh hatinya pun sangsi akan keterangan Hans.
Tapi tadi kanvas ini kosong dan sebelumnya aku melihat ada kelebat bayangan perempuan berkebaya merah melewati pintu yang terbuka sebagian ...!'' Sungguh Hans tak percaya lukisan Raden Ajeng Ningrum yang tadi menghilang dari kanvas kini kembali ke tempatnya.
Bagaimana ini terjadi?
Hans tak bisa memecah misteri tentang lukisan yang bisa keluar dari kanvas dan masuk kembali.
Hans ... Sila menatap Hans. Adakah sahabatnya ini sudah terbius oleh mistis dari aura lukisan yang bermasalah ini?
Hans mengangguk, Apakah lukisan ini telah mengecoh syaraf penglihatanku?! Ia merasa yakin tadi melihat kelebat wanita berkebaya. Lalu lukisan itu tak ada di kanvasnya. Tapi ia merasa dirinya sehat dan baik baik saja. Tapi sulit untuk menerangkan pada Andre dan Sila karena nyatanya lukisan itu tetap utuh di kanvas yang berfigura tergantung dengan nyamannya.
Maaf aku balik dulu, mungkin aku terlalu lelah. Assalamu'alaikum ... melambai pada Andre dan Sila.
Wa'alaikum salam ... balas Andre dan Sila bersamaan.
Sila melangkah tanpa suara ke ruang depan. Begitu pun Andre mengusul kekasihnya.
Tanpa setahu mereka lukisan Raden Ajeng Ningrum bergerak dan keliar dari kanvasnya. Kini lukisan yang berujud wanita berpenampilan persis dengan yang dilukis Andre, berdiri menatap kanvas lukisan yang kosong, setelah itu ia tersenyum penuh misteri dan melangkah kepintu.
Andre yang sudah keluar dari ruang menyimpan lukisan itu merasa ada yang berkelebat di belakangnya . Ia menghentikan langkah dan menoleh ke belakang. Tapi tak ada siapa siapa, lalu melanjutkan langkahnya.
Ah kalau saja Andre mau kembali ke ruang penyimpanan lukisan ia pasti akan dibuat terguncang saat melihat lukisan karyanya tak menghuni kanvasnya. * Dari galeri milik Andre rupanya Sila tak langsung pulang. Tapi mampir ke sebuah Supermarket.Gadis itu baru memasuki supermarket secara tak sengaja melihat sosok Mustika.
Oh itu si Ningrum, tanpa buang waktu segera didekatinya Mustika. Walau kamu pakai baju model apa pun aku nggak lupa raut wajahmu, Ningrum, dumelnya langsung mendatangi tempat Mustika yang tak menyadari akan kedatangannya.
Mustika yang sedang memilih sabun mandi merasa tak ada masalah dengan Sila yang mendekat itu. Makanya ia santai saja walau gadis itu berdiri di depannya, dan memperhatikan dirinya.
Hai Ningrum... panggil Sila saat Mustika melewatinya.
Sebenarnya Mustika cuek saja dipanggil Ningrum dan merasa bukan dirinya yang dipanggil. Ia melangkah tanpa merespon panggilan Sila.
Tentu saja Sila tak bisa tinggal diam dan melewatkan suasana bagus ini.
Kamu Ningrum atau Raden Ajeng Ningrum? Sila mengikuti langkah Mustika. Mengingat peristiwa yang terjadi pada Andre , maka ia tak mau lagi basa basi.
Mustika merasa terganggu langsung menghentikan langkahnya menatap Sila. Seketika teringat pada Andre yang dua hari lalu juga memanggilnya demikian.
Aku? Mustika masih ingin lebih meyakinkan bahwa dirinya yang dipanggil Ningrum.
Sila mengangguk dan wajahnya menunjuk bahwa ia sedang tidak ingin bermanis manis dengan gadis yang menatapnya dengan tatap terheran heran itu.
Maksudmu? Mustika mengawasi Sila.
Sila melihat kecemasan di wajah gadis di depannya. Makanya ia tak mau memberi kesempatan Mustika menghindar.
Benar, kan?
Jadi kamu komplotannya pelukis edan itu, ya? Mustika juga rupanya sudah mempersiapkan jurus keberaniannya.
Jaga mulutmu, justru kamu dan teman lelakimu itu yang tak tanggung jawab. Pesan lukisan nggak mau nebus, eh, malah nebar teror pada pelukisnya...!
Wah makin edan lagi nih cewek. Teror apa yang aku tebar?
Jangan berpura pura kau, Ningrum penyihir! Sila sudah hilang kesabarannya karena lukisan perempuan di depannya telah sangat merugikan sang kekasih.
Kalian mau membuatku bingung dan hilang kosentrasi supaya aku keluar uang untuk lukisan yang seenaknya dilukis pelukis gendeng itu ha?
Andre itu sehat dan berpendidikan. Satu lagi dia bulan orang gendeng seperti katamu. Hati hati kalau bicara! Sila mulai marah.
Kalau bukan edan dan gendeng apa namanya, tiba tiba maksa aku ngakui lukisan yang aku sendiri tak tahu siapa yang dilukis! Mustika mulai berang.
Sila rupanya tak mau ketinggalan. Ia pun mengancam akan melaporkan Mustika, Heh Ningrum, dengan kamu seenaknya nuduh Andre gendeng dan kami komplotan, itu namanya fitnah dan pencemaran nama baik. Kamu bisa kami polisikan!
Justru kalian yang harus dilaporkan karena melukis orang tampa ijin, lalu minta aku menebusnya. Sudah kerjaan penipu ngelukis orang dari foto yang ada di sosial media, lalu nguber minta ditebus!
Heh dengar, ya, pesanan memang harua ditebus, dan kamu jangan berdalih Andre mengambil foto kamu dari sosial media, ya, justru teman lelakimu yang bernama Raden Surya yang datang membawa foto jadulmu hitam putih,
Huh mana ada fotoku yang hitam putih?
Heh dengar, ya, Andre tak butuh uang darimu dia minta pertanggungan jawabmu!
Aku tak memiliki hutang apa pun pada teman pelukismu yang edan itu.
Aku semakin yakin kalau kamu ini penyihir lewat lukisan! Sila langsung menuduh.
Tentu saja Mustika dituduh sebagai penyihir berang.
Maksudmu apa?!
Ya kalian minta dilukis lalu sihirmu mulai berjalan. Andre kamu datangi lewat sihir di tidurnya. Kamu ancam dia, dan ancamanmu jadi nyata karena kelinciku yang dilukisnya jadi mati...! Sila sudah sangat kesal, Dan pernah temanku melihat lukisanmu kosong, apa bukan penyihir namanya yang bisa keluar masuk kanvas lukisan?
Mustika tercengang.
Aku juga pernah melihat kelebat bayanganmu di galeri lukis Andre...!
Mustika masih terperangah dengan tuduhan Sila.
Dan Sila belum puas.Kamu pun pernah meninggalkan sapu tanganmu di kamar Andre. Lalu menghilang naik delman. Siapa yang bisa melakukan semuanya jika bukan penyihir?!
Mustika tercekat dituduh terang terangan sebagai pemyihir. Yang benar saja aku dituduh penyihir, gerutunya merengut.
Heh kamu! Mustika sudah tak bisa lagi membendung amarahnya. Sudah keterlaluan kamu. Aku ini Mustika bukan Raden Ajeng Ningrum. Dan aku pun nggak pernah dilukis oleh komplotanmu itu. Kalian mau memerasku, kan?! Menggelegak kemarahannya.
Mustika tak mau melayani kemarahan Sila. Lebih baik melaporkan saja pada Sandra Sarjana Hukum. Makanya segera Mustika meninggalkan Sila.
Ada sebuah bayangan di belakang Mustika. Dan bayangan itu ternyata Raden Ajeng Ningrum yang melangkah keluar.
Sila tak mau kehilangan Sila, ia berusaha mengejar.
Ningrum tunggu ...!
Mustika segera menyelinap ke balik deretan sabun serta peralatan mandi. Bersembunyi di san
Sila yang emosi terus terbawa langkahnya keluar supermarket. Ia tertegun saat melihat sosok Raden Ajeng Ningrum berkebaya merah.
Itu Raden Ajeng Ningrum yang dilukis Andre, hem, rupanya gadis itu memang penyihir, bagaimungkin secepat itu bersalin rupa?! Seperti terhipnotis Sila mengikuti bayangan Raden Ajeng Ningrum yang berpenampilan seperti dalam lukisan Andre. Dan gadis itu memang berasumsi Mustika adalah Raden Ajeng Ningrum.
Raden Ajeng Ningrum melangkah tergesah.
Kemana dia? Sila mencari cari, Oh itu dia... mau kemana dia kok ke belakang... diikutinya langkah Raden Ajeng Ningrum yang tak lain menuju ke tempat parkir.
Sebuah delman yang indah ditarik oleh dua ekor kuda putih lengkap dengan kusirnya berhenti di depan Raden Ajeng Ningrum.
Delman?! Sila tercengang menatap delman Indah itu, Kok bisa masuk delman di sini?!
Perempuan cantik anggun itu masuk ke delman dan duduk dengan tenang.
Sila tertegun menatap sosok cantik misterius Raden Ajeng Ningrum yang berada dalam delman.Huh benar benar penyihir berdarah dingin! Seru Sila tak mau ketinggalan buruannya.
Bab.10 Terhalang Hujan Debu
Delman?! ?! Seru Andre saat dihubungi Sila lewat ponsel tentang Raden Ajeng Ningrum.
Ya aku mau mengikutinya, nih, aku share lokasinya kami di sini, segera Sila sharelok pada Andre, Oh ya delman udah mau keluar parkir Aku mau ngikutin delman itu, sebelum menjalankan mobilnya, tak lupa Sila merekam delman yang ada Raden Ajeng Ningrum di dalamnya.
(Tuh dia di dalam delman, aku jalan ngikuti dia)
Pesan singkat Sila terkirim pada Andre, dan Andre meneruskannya pada Hans.
(Hans Sila melihat Raden Ajeng Ningrum di dalam delman)
Pesan terkirim pada Hans.
(Kita ketemu di perapatan jalan ke galerimu. Gunawan ojek motor saja karena aku bawa mobil, kita ikuti Sila)
Hans membalas pesan Andre. Ia juga penasaran karena pernah tertipu lukisan kosong perempuan itu.
(Oke) Andre membalas pesan Hans.
Kita memulai petualang kita, ujar Hans setelah Andre duduk di sebelahnya.
Ya, angguk Andre, Lalu menghubungi Sila dengan ponselnya.Halo Sila,
Ya halo, jawab Sila yang sudah jauh dari sekitar supermarket.
Ikuti terus, ponselnya tetap on, ya,
Oke,
Masih ada delman itu?
Di depan diantara mobil yang merayap,
Aneh kok bisa delman itu berada diantara mobil lainnya?!
Entah, Dre, aku juga heran, perempuam itu penampilannya persis seperti di lukisanmu, anehnya lagi padahal kami tadi sempat berdebat di dalam supermarket, dia pakai baju biasa, eh, kenapa pas diluar dia udah salin baju, kalau bukan penyihir siapa lagi yang bisa melakukannya, Dre?!
Wah horror juga tuh cewek! Celetuk Hans yang menyetir. Sengaja memang Andre melostpek ponselnya supaya Hans ikut mendengar laporan dari Sila.
Delman terus merayap diantara mobil yang padat . Keberadaan delman masih jelas terlihat oleh Sila . Maka segera memacu mobilnya supaya jangan ketinggalan jejak.
Kamu berada di jalan mana, Sila?
Mengarah ke Depok, silah memberikan nama jalan yang dilaluinya.
Oke,
Aku harus mengikuti delman itu. Si Ningrum itu nggak boleh ngilang, aku harus tahu dimana tempat tinggalnya,
Dengan semangat Sila terus mengikuti delman yang membawa Raden Ajeng Ningrum. Rupanya tingkat penasarannya sudah tak bisa kompromi lagi. Seakan berkedip pun ia enggan, Karena khawatir delman yang membawa Raden Ajeng Ningrum menghilang seperti yang dialami Andre kehilangan jejak wanita itu.
Sila terus mengikuti delman yang kini mengambil arah belok ke kiri jalan. Gadis itu pun tak mau ketinggalan berbelok juga kearah yang sama.
Aneh jalanan kok semakin sepi ini kan masih di dalam kota? Sila melihat ke kanan kiri jalanan tak seperti jalanan di Jakarta. Bahkan di depan hanya ada delman tanpa kendaraan lain.
Ini dimana? Sila heran, tapi juga penasaran pada Raden Ajeng Ningrum. Segera ia memberitahu Andre .
Andre aku mengikuti delman yang membawa Raden Ajeng Ningrum. Jalanan tiba tiba seperti bukan di Jakarta. Oh itu ada orang menunggang kuda... udah dulu...
Jalan sepi? Ada yang menunggang Kuda, kok aneh?!
Sila melihat seorang menunggang kuda yang datang dari kanan jalan yang langsung mengejar Delman.
Siapa lelaki berkuda itu? Sila menambah kecepatan mobilnya. Supaya tahu siapa lelaki yang tak lain adalah Raden Surya sudah menjejeri delman yang membawa Raden Ajeng Ningrum.
Lelaki Berkuda itu mengejar delman, aku tak tahu siapa dia, kemeja putih, celana hitam,
Mungkin Raden Surya, ujar Andre penasaran.
Entah,
Di jalansns?
Aku tak tahu. Suasananya sepi tak ada kendaraan satu pun kecuali aku dan delman Raden Ajeng Ningrum serta lelaki Berkuda yang masih berusaha mencapai delman.
Kira kira dimana?
Aku tak tahu, kanan kirinya penuh Tumbuhan besar bukan jalanan di Jakarta sepertinya ...
Apa?! Andre terkejut.
Sementara itu Raden Surya sudah menjejeri delman Yang membawa Raden Ajeng Ningrum.
Dinda Ningrum dengar ucapanku aku menyesal meninggalkan dirimu, Dinda.?
Sudah Kanda Raden aku sudah tidak butuh apa pun darimu, ambil lukisan itu bakar supaya tidak jadi masalah,
Itu tanda cinta dariku Dinda...
Tapi aku tidak suka dilukis Kanda Raden seru Raden Ajeng Ningrum setengah berteriak dan melongokkan kepalanya keluar dari badan delman.
Sila terus mengikuti perkembangan Raden Ajeng Ningrum dan Raden Surya dari dalam mobilnya.
Berhenti Dinda...! Raden Surya memacu kudanya hingga melampaui laju delman yang ditumpangi Raden Ajeng Ningrum.
Karena laju delman telah dipotong oleh kuda Raden Surya, otomatis kedua kuda itu langsung menyerong terkejut dan meringkik bersamaan mengangkat kedua kaki bagian depannya.
Dre lelaki itu memotong laju delman. Kini delman berhenti, lapor Sila. Ia mulai mengurangi lari mobilnya.
Tiba tiba angin bertiup kencang dan Sila tak bisa lagi menjalankam mobilnya. Karena tiba tiba mesin mobil mati. Di depan sana seperti hujan abu. Tak bisa lagi ia melihat adegan delman dan Raden Surya yang melompat dari kudanyam
Dre angin kencang, di depan gelap oh kayaknya hujan abu ...
Apa hujan abu?! Andre terkejut. Ia merasa aneh, tiba tiba khawatir pada Sila, Sila hati hati,
Angin kencang seolah akan mengangkat mobilnya. Membuat Sila cemas berpegang ke setir mobilnya yang mesinnya tak mau menyala lagi.
Mesin mobilku tiba tiba mati,
Hah?! Andre cemas.
Sila berusaha untuk menghidupkan mesin mobilnya. Tapi tak bisa. Mau keluar dari mobil ia tak berani karena diluar angin kencang dan memang sedang berlangsung hujan abu.
Yang bisa dilakukannya hanya duduk di dalam mobil dengan cemas, karena angin bagai datang dari berbagai arah menyatu di sekitarnya. Menciptakan suasana gaduh yang mengerikan.
Sila merasa ngeri juga dirinya hanya sendirian di tempat angin berputar dan menderu deru. Sepi tak ada kendaraan lain yang lewat yang bisa dimintai tolong dengan keadaan mibilnya yang tiba tiba mesinnya mati.
Delman dan penunggang kuda pun tak lagi bisa dilihat sekali pun bayangannya. Karena di depan sana semakin deras hujan abu yang menghalangi penglihatannya.
Segera Sila merekam dengan ponselnya keadaan disekitarnya, dari dalam mobilnya. Setelah itu mengirimkan hasil rekaman pada ponsel Andre.
Tapi sayang baru saja terkirim videonya, tiba tiba ponselnya mati. Tentu saja Sila heran. Baterai penuh, data kencang kok bisa bisanya ponselnya mati. Dan saat ia memandang ke depan rupanya hujan abu usai. Tapi tak ada lagi delman yang membawa Raden Ajeng Ningrum yang dikejar penunggang kuda.
Wah gawat hapeku mati, aneh juga, nih! Berdebar dada Sila mengingat ia sendirian di tempat entah dimana. Tapi tiba tiba saja pikirannya tertuju pada Raden Ajeng Ningrum. Pasti ini sihir Ningrum yang dikirim padaku ia menyihir tempat menjadi sepi menyeramkan dengan hujan abunya. Huh dasar penyihir jahat!
Andre terkejut saat menerima pesan suara dan rekaman hujan abu yang dahsyat dari Sila.
Hujan abu?! Bingung dengan suasana sepi dan hujan. Segera menghubungi Sila, ponsel gadis itu sudah tak bisa nyambung.
Berulang kali Andre mencoba menghubungi Sila. Tapi berulangkali pula gagal. Tak ada pemberitahuan dari operator. Senyap.
Andre heran video dibuat beberapa menit lalu, tanpa keterangan dimana kejadiaannya hujan abu itu.
Dimana ini, Hans?! Andre gugup memperlihatkan rekaman video dari Sila.
Wah tempatnya sepi kayak Di luar Jakarta, ujar Hans.
Kita harus cari Sila, cemas Andre.
Kemana?
Andre bingung mau cari Sila kemana, Hanya mengarah me Depok itu tadi keterangan Sila,
Ya, sepertinya Sila terbawa ke tempat asing, gumam Hans.
Maksudmu?! Andre khawatir dadanya berdebar.
Jika benar yang kulihat lukisan Raden Ajeng Ningrum bisa keluar dari kanvasnya, berarti perempuan itu memang penyihir seperti dikatakan Sila!
Oh kalau begitu Sila dalam bahaya! Gugup Andre.
Mereka sudah memasuki wilayah Depok dan sekitarnya, tapi tak bisa menemukan mobil Sila. Menghubungi gadis itu pun tak bisa lagi.
Andre sangat khawatir jika terjadi sesuatu pada gadisnya itu.
Dilihat jarum jam di pergelangan tangannya sudah menuju ke pukul satu tengah malam.
Ada rasa khawatir terjadi sesuatu dengan gadis yang hanya tinggal bertiga dengan dua orang asisten rumah tangganya itu. Maka segera menghubungi telepon rumah gadis yang sudah dua tahun terpisah dengan orang tuanya yang seorang diplomat.
Halo Assalamu'alaikum, sambut salah seorang asisten rumah tangga Sila.
Wa'alaikum salam, Bik ini aku Andre temannya Sila, apa sudah di rumah Non Sila, Bik? Andre berharap Sila sudah berada di rumahnya.
Oh Non Sila belum pulang Tuan Andre, tadi selepas magrib katanya mau ke Supermarket,
Begitu ya, Bik, ya sudah, biar kuhubungi ke ponselnya lagi,
Ya Tuan, ujar si asisten rumah tangga merasa heran juga. Non majikannya tak pernah berada di luar rumah pada tengah malam begini.
Andre semakin cemas, dimana gerangan Sila sesungguhnya saat ini Ia khawatir terjadi sesuatu.
Tenang Dre jangan panik, ujar Hans yang sebenarnya juga mencemaskan Sila.
Andre menghela napas berat. Bingung mau kemana lagi mencari gadisnya.
Lalu apakah terjadi sesuatu pada mereka, antara Sila, Raden Ajeng Ningrum dan Raden Surya, mengingat Sila tak suka pada perempuan itu.
Menurutmu bagaimana, Hans? Andre semakin cemas.
Kita terus cari Sila sekarang, ujar Hans yang semakin yakin kalau Raden Ajeng Ningrum itu memang perempuan penuh misteri. Raden Ajeng Ningrum mengandung mistis atau ada rahasia di dalamnya.
Oke, suara Andre gugup.
Sudah bermobil hampir jam tiga pagi, tapi tak menemukan Sila. Bahkan mobilnya pun tak terlihat sepanjang mereka menyusuri jalan.
Gimana ini Dre? Hans menoleh pada Andre.
Ya sudah hampir jam tiga sekarang, kita pulang dulu ujar Andre merasa sulit untuk menemukan Sila di Jakarta Raya ini?
Mereka pun bermaksud untuk pulang saja. Tapi tiba tiba saja Andre melihat sosok perempuan berpakaian serba merah dan berdandan ala wanita keturunan Cina. Perempuan itu tak lain adalah Tinnie Miau isteri dari Raden Surya.
Itu perempuan berpakaian khas keturunan Cina ujar Andre langsung menghentikan mobilnya. Lalu mengeluarkan kepalanya dari kaca yang dibukanya.Bab.11 Tahu Tahu Ada Di PerkebunanHans pun menoleh ke belakang.
Siapa dia jelang pagi ada di jalanan, gumam Hans.
Entah... geleng Andre, Aku yakin dia perempuan keturunan China ... ada perasaan aneh melihat tampilan pakaian perempuan itu. Seperti melihat tampilan perempuan China tempo dulu dalam sebuah tayangan film klasik dari negara Tirai Bambu itu.
Apa kita tanya ajah? Hans yang duduk di samping Andre yang berada di belakang setir minta persetujuan Andre lewat sorot matanya.
Pastinya, yuk, lalu Andre memundurkan mobilnya untuk mencapai tempat Tinnie Miau yang berdiri seperti menunggu seseorang.
Tapi Andre dan Hans tak lagi menemukan sosok Tinnie Miau. Tempat perempuan China itu berdiri tadi sudah kosong.
Andre langsung turun dari mobilnya. Begitu pun dengan Hans. Mereka celingak celinguk mencari sosok Tinnie Miau yang tak ada lagi.
Kemana dia?! Hans melihat di sekelilingnya tak ada perempuan itu.
Aneh...! Andre menghela napas panjang. Mencari sosok perempuan yang dicarinya tapi tak ada.
Aneh tuh perempuan bisa menghilang begitu cepat...! Hans tak habis pikir kemana gerangan perginya perempuan itu.
Mungkin ia menerobos ke jalan itu! Andre menunjuk jalan yang sepertinya untuk jalan pintas warga setempat.
Hans memperhatikan jalan kecil yang diperkirakan Tinnie Miau tadi melewati jalanan itu, makanya sudah tak nampak lagi.
Apa kita kejar saja? Andre masih mengawasi jalan kecil itu.
Wah bahaya bisa bisa kita diteriaki mau menculik perempuan itu,
'Ya juga, angguk Andre setuju dengan pemikiran Hans, Lalu?
Kita balik ajah pulang, mengangkat kedua bahunya Hans, menandakan ia bingung.
Oke,
Setelah mobil Andre berlalu, keluarlah Tinnie Miau yang rupanya berlindung di balik pagar tanaman.
Huh untung aku ngumpet, kalau nggak mereka pasti mengajakku bicara, bisa salah mengartikan nanti kalau dilihat Kanda Raden Surya... gumam Tinne Miau khawatir Raden Surya tak suka dirinya berbicara dengan lelaki asing.
Tinnie Miau terus melangkah menembus dua pertiga malam untuk menuju pada waktu datangnya pagi hari.. *Sila terkejut saat terbangun dari tidurnya ia menemukan dirinya di dalam mobil, sedangkan warga mengelilingi mobilnya. Bukankah semalam ia sedang mengejar Raden Ajeng Ningrum?
Ya Ampun aku dan mobilku ada di perkebunan penduduk? Sila segera keluar dari mobilnya.Sudah pagi rupanya, sebenarnya masih bingung tentang keberadaan dirinya bersama mobilnya di perkebunan.
Tapi nanti dulu mikirnya. Sekarang harus menghadapi orang orang di sini dulu.
Assalamu'alaikum semuanya ... sapa Sila ramah dan cemas khawatir mereka marah karena ia sudah lancang menerobos perkebunan tanpa ijin. Beruntung tak ada tanaman yang rusak.
Wa'alaikum salam... balas mereka bersamaan.
Eneng siapa? Tanya seorang perempuan yang siap untuk memotong rumput dan ilalang di kebun majikannya.
Ya kok mobilnya bisa masuk ke perkebunan tempat kita kerja seru seorang lelaki yang memanggul pacul untuk meratakan tanah yang terkena banjir beberapa hari lalu.
Bapak Ibu mohon maaf, ya saya tidak sengaja memasuki wilayah Bapak dan Ibu sekalian, dan saya akan mengganti rugi apa yang sudah tergilas roda mobil saya, tapi, saya jangan dimarahi, ya? Sila sangat cemas jika mereka yang berada di dalam kebun itu akan protes dan marah akibat mobilnya menerobos perkebunan mereka.
Beruntung Sila berhadapan dengan penduduk yang sangat baik hati.
Eneng tidak usah mengganti apa apa kan hanya rumput ilalang yang tergilas roda mobilnya, ujar perempuan yang memegang arit.
.Ya sekarang Eneng cepat keluar dari sini takut keburu pak Mandor datang, ujar lelaki yang memegang cangkul.
Ya betul, Neng, cepat keluar dari kebun, ya, usul yang lain.
Oh ya, terima kasih atas kebaikan Bapak dam Ibu sekalian, tapi tunggu untuk kenang kenangan boleh saya berfoto di sini? Penting bagi Sila membuat foto di tempat ini, untuk dikirim ke Andre.,Bapak ibu di sini dimana, ya?
Oh ini Perkebunan di wilayah Jonggol.
,Jonggol?
Ya, :
Sila terkejut, bukankah semalam ponselnya mati, duh, nggak bisa buat foto untuk bukti, deh
Diraihnya hmponseknya di mobilnya. Iseng ia menekan on dan ternyata ada kilat, berarti ponselnya masih aktif.Oh ponselku hidup lagi, aneh... gumam Sila.
Tapi ia tak boleh terlalu lama membiarkan orang orang itu menunggu. Setelah mengambil foto mobilnya yang berada di tengah perkebunan itu, segera dirinya berkumpul dengan para penduduk
Yuk kita foto sekarang..
Klik
Klik.
Klik.
Beberapa kali Sila membuat foto selfie dengan penduduk setempat. Mereka sangat menyenangkan bagi Sila.
Nah saya harus meninggalkan tempat ini khawatir Mandornya datang, kan bisa berabe?
Ya Neng... sahut perempuan tadi.
Ya Neng..? Sambung lelaki yang memegang cangkul.
Maka segera Sila mencoba menghidupkan mesin mobil yang semalam mendadak mati. Ternyata mesin mobilnya tak kurang satu apa pun. Mesin mobil langsung Hidup.
Alhamdulillah.. senyum di bibir Sila. Tentu saja ia senang, betapa semalam mesin mobilnya mendadak mati. Dan sekarang sudah hidup kembali.
Segera Sila meninggalkan perkebunan degan hati lega. Setelah itu ia mengirim foto itu pada Andre.
Jangan ditanya kenapa aku ada di perkebunan. biarkan aku menyetir dengan baik meninggalkan tempat ini. Jangan tanya pula kenapa ponselku semalam mendadak mati dan sekarang on lagi. Satu lagi mesin mobilku yang ikutan mati tapi pagi ini baik baik saja ... tulis Sila dibawah foto yang dikirimnya.
Tentu saja Andre yang sedang sendirian di galerinya terkejut mendapat kiriman foto dari Sila.
Sila dimana ini? Andre tak perduli peringatan gadis itu.
Segera ia meneleponnya Tapi Sila yang sudah mematikan ponselnya tak lagi mendengar suara Andre. Ia tetap kosentrasi pada jalanan.
Gadis itu ingin segera mandi dan dan sarapan lalu istirahat dulu, walau pun sangat ingin ke galeri Andre, tapi rasa lelah begitu menyerangnya. Lelah tubuh terlebih syaraf otaknya yang dipaksa untuk mencari rahasia apa gerangan pada Raden Ajeng Ningrum yang hilang dibalik kabut bersama lelaki berkuda yang mengejarnya.
Segera Andre mengabarkan pada Hans tentang kiriman foto dari Sila.Sila arah pulang, ujarnya.
Aku ingin menjewer kupingnya... Hans tertawa.Kemana saja ia berpetualang...
Andre tertawa.
Ingin segera dengar ceritanya,
Aku juga, seru.Andre, Tapi kita harus hargai dia nggak mau diganggu dulu, *
Sila yang sudah berada di kamarnya yang nyaman setelah berendam air hangat, tetap tak bisa terpejam. Bayangan demi bayangan yang dilaluinya kemarin sore, hingga tadi, sangat membuatnya kebingungan.
Raden Ajeng Ningrum memang penyihir, gumamnya tanpa suara, Misterius, huh! Lalu penunggang kuda yang tak diketahui siapa orangnya menambah kecurigaannya. Hujan abu yang menghadang pengejarannya. Ponsel mati secara mendadak. Lalu mesin mobil pun tak mau hidup. Kok bisa bisanya ia tertidur di dalam mobil yang entah kapan berpindah ke area perkebunan warga.
Sila betul betul telah terbawa dalam putaran arus sihir Raden Ajeng Ningrum. Dibawa berkelana ke tempat yang tak biasa. Jika ia gambarkan jalanan dimana dirinya mengejar delman yang membawa Raden Ajeng Ningrum, bagai keadaan pada jaman dahulu kala. Gadis itu semakin yakin bahwa Raden Ajeng Ningrum bukan orang biasa. Penuh misteri.
Tiba tiba Sila teringat Raden Surya yang memesan lukisan tapi tak muncul.
Mungkin lelaki menunggang kuda itu Raden Surya, mungkin saja. Mereka berdua bisa mendatangkan hujan abu, ih, ngeri sekali! Bergidik Sila, lalu siapa yang membawa mobilku ke perkebunan, apa sihir Mereka juga?!
Sila terbelalak.
Bab. 12 Tinnie Miau Dan keikhlasannya.
Setelah istirahat sebentar ia langsung ke galeri Andre untuk menceritakan semua yang dialaminya.
Aku seperti berada pada jaman entah abad ke berapa kemarin itu. Jalanan sepi. Kanan iri pepohonan, asing Pokoknya bagiku. Bagai keadaan ratusan tahun lalu, itu yang ada dalam bayanganku setelah aku sadar,
Tentu saja Andre dan Hans yang mendengarkan tak menyelah satu patah pun. Mereka bagai terhipnotis oleh cerita pengalaman Sila yang seru dan bagai dongeng dalam cerita seribu satu malam.
Andre masih tercekam setelah Sila mengakhiri ceritanya. Begitu pun dengan Hans. Diam diam Sila meninggalkan keduanya. Langkahnya adalah ke ruang tempat penyimpanan lukisan Raden Ajeng Ningrum.
Tapi langkah Sila tertahan Di balik lemari penyimpanan alat lukis Andre, yang berseberangan dengan ruang penyimpanan lukisan Raden Ajeng Ningrum.
Jarak antara ruang penyimpanan lukisan dengan lemari penyimpanan alat lukis hanya dua meter. Di ruang penyimpanan lukisan Raden Ajeng Nungrum ia menangkap suara orang berbicara.
Raden Ajeng Ningrum maafkan Raden Surya, maafkan aku juga, suara perempuan itu lirih. Menghibah dan suaranya bernada penuh sesal serta rasa bersalah.
Sila tercekat. Ia mencoba tenang. Apakah benar itu suara perempuan? Sejenak ia bimbang. Atau aku salah mendengar?!
Sila terdiam mencoba untuk tenang. Ia khawatir pikiran dan perasaannya masih terbawa peristiwa kemarin dalam pengejarannya terhadap Raden Ajeng Ningrum. Ditajamkannya pendengarannya.
Kok ada isak tangis?! Sila mengernyitkan alisnya. Siapa yang menangis, kan, nggak Ada orang?!
Aku Tinnie Miau datang padamu untuk memohon maaf dan mengharap kiranya dirimu bisa menerima kembali Raden Surya,
Raden Surya?! Sila terkejut mendengar nama itu disebut. Bukankah Raden Surya yang memesan lukisan Raden Ajeng Ningrum?! Berdebar dadanya, Laku Tinnie Miau itu siapa?
Tercekat perasaan Sila, berarti betulan ada orang di ruang sebelah. Tapi siapa?
Kumohon dengarlah ucapanku, terdengar lagi suara itu.
Sila sangat penasaran ia beringsut berusaha untuk dapat melihat siapa yang berbicara itu.
Raden Ajeng Ningrum bicarakan jangan membisu. Jika perlu aku akan meninggalkan Raden Surya untuk kebahagiaan kalian berdua. Percayalah Aku tak tahu jika Raden Surya telah menikah denganmu saat ia meminangku. Aku sangat mencintainya. Aku bahagia dengannya, tapi ternyata suamiku punya istri lain sebelum aku, pengakuannya membuatku sedih. Tapi lebih sedih lagi saat suamiku jatuh sakit karena memendam rasa bersalah telah berkhianat padamu, dan engkau meninggalkanmu ... Lirih suara penuh dengan rasa bersalah.
Sudah tak bisa lagi dibendung Rasa ingin tahu siapa gerangan yang ada di tempat penyimpanan lukisan Raden Ajeng Ningrum.
Sila mencari cela untuk mengintip. Tak ada lubang, karena lemari yang berdiri kokoh di sebelahnya terlihat masih bagus, tak ada keropos sedikit pun. Jadi harus mencari celah lubang dimana supaya dapat melihat perempuan yang memiliki nada suara rendah penuh penyesalan itu?
Sila memperhatikan sekelilingnya. Lalu menoleh ke belakang. Oh itu ada sedikit celah antara dinding dan lemari yang tak terlalu merapat ke dinding.
Perlahan Sila mundur. Celah antara lemari dan tembok tak terlalu besar. Hanya sekitar dua sentimeter. Tapi cukuplah untuk mengintip ke ruang sebelah.
Saat gadis itu menempelkan sebelah mata ke cela itu, seketika dadanya berdebar hebat.
Sedetik kemudian ia menarik tatapannya. Heran di depan lukisan Raden Ajeng Ningrum ia melihat perempuan muda.
Apa aku Salah melihat? Kemudian Sila mencoba untuk mengintip lagi.
Pandangannya tak Salah. Perempuan muda itu keturunan China mengenakan baju panjang yang terbuat Dari Bagan satin halus, berkrah Shanghai. Rambutnya yang melewati bahunya diikat dengan pita sewarna bajunya. Anting anting panjang, emas bermata mutiara. Lalu di kedua pergelangan tangannya mengenakan gelang. Satu gelang giok, dan gelang emas. Kedua kakinya mengenakan sepatu tali
Sila tak berkedip terus memperhatikan perempuan berkulit putih yang cantik itu. Tampaknya masih memandang pada lukisan Raden Ajeng Ningrum.
Siapa perempuan itu, ya? Sila bertanya tanya. Oh ya hampir lupa. Segera mengambil ponselnya di saku celana jeansnya. Hem untuk bukti bahwa ada yang menyelusup ke sini.
Raden Ajeng Ningrum ... Ujar perempuan itu.
Sila segera merekam gambar perempuan itu dengan ponselnya sebayak tiga Kali. Lalu menyimpan ponsel ke saku celana jeansnya kembali.
Ayolah bicarakan jangan membisu begini, sehingga aku merasa sangat bersalah. Aku Tinnie Miau bersedih hidup berdampingan denganmu, Raden Ajeng Ningrum. Aku menganggapnya kakakku, demi lelaki yang sama sama kita cintai,
Sila terus mengintip.Namanya Tinnie Miau, batinnya.
Asal Raden Surya bahagia Aku rela dijadikan istri keduanya. Aku sangat mencintai suamiku, mohon maafkan aku, terimalah permohonanku ini ...
Jadi Raden Surya itu suaminya Tinnie Miau perempuan China itu. Dan juga suaminya Raden Ajeng Ningrum, gumam hati Sila tanpa suara.
Tinnie Miau menyentuh lembut lukisan Raden Ajeng Ningrum, Ayo keluarlah ikut denganku bertemu suami Kita, bukankah Raden Ajeng Ningrum juga masih mencintainya?
Ohk!! Sila menutup mulutnya yang hampir saja memekik. Bagaimana tidak terkejut dan tak percaya jika saat Tinnie Miau mengangkat tangannya dari lukisan, tiba tiba saja lukisan Raden Ajeng Ningrum bergerak. Kedua matanya berkedip.
Sila sangat terguncang saat sedetik kemudian sepasang kaki bersandal selop Raden Ajeng Ningrum pun bergerak, bahkan turun dari kanvas lukisan yang menampung lukisannya.
Ohk apa apaan ini?!! Sila gemetar saat melihat lukisan Raden Ajeng Ningrum betul betul menjelma perempuan cantik yang mempesona, namun tampak sangat berwibawa berdiri di hadapan Tinnie Miau.
Sila mengucek kedua matanya, tapi jelas tak salah penglihatannya. Lukisan Raden Ajeng Ningrum kini memang menatap dengan marah pada Tinnie Miau.
Aku memang mencintai suamiku Raden Surya, tapi setelah dia berkhianat dan diam diam menikahimu, Tinnie, Aku kecewa dan marah. Pergilah jangan harap aku mau hidup bertiga kalian! Gusar perempuan itu.
Tapi Raden Surya sekarang sakit, dia terus menerus mengigau namamu. Aku ikhlas jika kalian bersatu kembali tanpa Aku ... Tolong datanglah suamiku sangat mencintaimu dia Dalam penyesalan besar, datanglah pada suamiku ... Tinnie berjongkok memohon kesediaan dari Raden Ajeng Ningrum. Air matanya mengalir di kedua pipinya.
Pergilah katakan aku sudah mati! Suara Raden Ajeng Ningrum gusar dan memperlihatkan kemarahannya.
Tinnie Miau masih berjongkok dan mengangkat wajahnya yang penuh linangan air mata. Keduanya bertatapan.
Raden Ajeng Ningrum berbalik tanpa suara lalu melangkah ke kanvas dan kembali masuk ke dalam benda putih kosong itu.
Sila terbelalak. Benarkah yang aku lihat?!
Kini lukisan Raden Ajeng Ningrum sudah berada di tempatnya seperti semula. Dengan penuh kecewa Tinnie Miau berdiri. Lalu berjalan dengan sedih meninggalkan ruangan.
Sila langsung keluar dari balik lemari dan bermaksud mengejar Tinnie Miau yang keluar ruangan.
Tinnie Miau bergegas keluar galeri lewat pintu belakang. Sila yang masih melihat kelebatannya langsung berlari tak mau kehilangan jejak perempuan itu.
Tinnie Miau ... Suara Sila setengah berteriak.
Andre dan Hans yang mendengar panggilan itu saling tatap.
Itu suara Sila, seru Andre.
Ya, segera Hans berdiri.
Sila di belakang, bersama Hans Andre bergegas ke ruang belakang.
Andre dan Hans melihat Sila berdiri dengan wajah tegang dan pucat memandang ke halaman belakang galeri.
Sila ada apa? Andre mendekat dan heran melihat kekasihnya seperti orang ketakutan.
Sila, Hans heran melihat gadis itu hanya berdiri mematung dengan gugup.
Sila, lengan Andre merangkul pundak Sila, Kamu tampak masih sangat lelah, yuk kuantar pulang ke rumahnya,
Perempuan itu ...
Perempuan siapa? Andre menatap Sila yang semakin gugup.
Tinnie Miau,
Tinnie Miau siapa? Andre dan Hans saling tatap tak mengerti.
Perempuan China yang tadi datang ke lukisan Raden Ajeng Ningrum.
Hah?! Andre terkejut.
Sila langsung meninggalkan kedua lelaki itu menuju ke ruang penyimpanan lukisan Raden Ajeng Ningrum.
Andre dan Hans saling tatap tak mengerti. Lalu keduanya menyusul Sila.
Sila sudah berdiri di depan lukisan Raden Ajeng Ningrum yang tak bergerak sepertimana perempuan dalam lukisan.
Sungguh Sila tak lupa adegan antara Raden Ajeng Ningrum dengan Tinnie Miau.
Ditatapnya dengan memberanikan diri lukisan Raden Ajeng Ningrum.
Lukisan itu diam tak bereaksi. Terlihat sebagai lukisan biasa. Tapi Sila tak mau lagi mengalah.
Andre dan Han muncul.
Sila ada apa? Andre melihat sinar Mata penuh kemarahan pada Sila.
Sila, begitu pun dengan Hans merasa jika Sila sedang tidak baik baik saja.
Perempuan ini! Sila menunjuk lukisan Raden Ajeng Ningrum, Dia bukan perempuan biasa, dia ... dia ... Tiba tiba tubuh Sila merosot.
Sila ... Segera Andre menyanggah tubuh gadisnya yang tak sadarkan diri, lalu membopongnya ke sofa di ruang tamu galeri diikuti Hans.
*
.Bab. 12 Panggilan Dari Polisi
Mustika merasa semakin tak tenang karena mengira komplotan Andre tak menghiraukan surat somasi yang dilayangkan dirinya bersama pengacaranya. Munculnya Sila yang telah menekan dirinya untuk mengakui menjadi orang lain semakin membuatnya resah. Ia berpendapat selain Andre dan Raden Surya, Sila pun masuk Dalam komplotan pemerasan pada dirinya.
Beruntung ia bisa kabur dari gadis yang langsung menyerangnya dengan kemarahan itu. Kalau tidak pasti dirinya sudah disandra mereka.
Mereka terlihat intelek dan berpendidikan, tapi tukang tipu. Oh kelakuan mereka akan membuat pelukis yang betul betul mengeluarkan bakat seninya itu akan marah. Mencatut nama pelukis yang berjiwa seni, tapi hanya untuk menipu saja.
Mustika semakin geram dibuatnya. Sungguh ia berprasangkah bahwa Andre dan Raden Surya serta Sila adalah sebuah komplotan penipu yang mengatasnamakan sebagai pelukis.
Hem harus pula dilaporkan pada Persatuan Pelukis Indonesia. Biar kapok mereka dituntut dengan pencemaran nama baik. Jadinya akan kena pasal berlapis! Geram Mustika.
Jadi sudah yakin kita akan melaporkan mereka pada polisi? Sandra Sarjana Hukum menatap Mustika yang masih terlihat cemas.
Ya, Mbak, maaf kalau banyak merepotkan. Habis mereka sudah kelewatan, angguk Mustika sudah merasa takbada jalan lain lagi selainelapirkan Andre Cs ke polisi.
Baiklah, angguk Sandra.
Mbak,
Ya,
Kita akan membuat laporan juga ke persatuan pelukis Indonesia, tatap mata Mustika Minta pendapat Sandra.
Bagus biar mereka kena sanksi doble. Mereka akan menghadapi laporan kita, dan laporan dari persatuan pelukis Indonesia,
Begitu, ya, Mbak Sandra?
Iya dong, kan mereka sudah mencemarkan nama baik pelukis, ya, pastilah mereka juga akan melaporkan keberatan mereka, kan, sangat meresahkan para pelukis, mencemarkan nama baik mereka, jelas Sandra.
Mustika bersorak dalam hati. Rasain kalian. Mau tipu aku. Habiskan riwayat penipuan mereka berakhir di penjara, geram hati Mustika.
Maka hari itu juga Sandra memasukkan surat laporan penipuan atas nama Andre dan Raden Surya, beserta satu perempuan tanpa nama karena Mustika tak tahu nama Sila. Laporan itu dilampiri copy Surat somasi yang telah diantarkan dua hari lalu ke galeri Andre.
Selain ke kantor polisi Sandra juga mengurus kurir ke Persatuan Pelukis Indonesia.
Terima kasih, ya, Mbak Sandra,
Sudah tenang saja mereka tak akan lagi menerormu, kebiasaan buruk harus dihentikan, ujar Sandra tersenyum.
Sekali lagi terima kasih, Mbak Sandra,
Santai sajalah, oh ya kamu Di rumah sendirian aku ada urusan dengan klienku, kalau perlu apa apa minta saja sama Bik Tum, nggak usah malu, ya,
Ya, Mbak, angguk Mustika.
Ingat nggak usah beli makan Di luar, kamu kan tamuku, kamu tanggung jawabku, tersenyum Sandra.
Siap, Mbak pasti aku mengikuti semua perintah Mbak Sandra, angguk Mustika mengantarkan Sandra ke halaman depan.
Oke hati hati di rumah,
Oke,
Sandra sudah keluar rumah dengan mobilnya.Mustika membalikkan badan mau masuk ke dalam rumah.
Tiba tiba ia menangkap derap kaki kuda yang berlari.
Kok ada derap kaki kuda, sih, apa nggak salah dengar Aku, ya, gumam hati Mustika mengurungkan membuka pintu rumah, menoleh ke jalanan di depan rumah.
Gadis itu tercekat saat melihat lelaki berkemeja putih dan mengenakan celana panjang hitam turun dari kuda.
Siapa dia naik kuda apa temannya Mbak Sandra? Tebak Mustika berdiri mematung menatap lelaki yang tak lain Raden Surya yang tahu tahu berdiri di depannya.
Oh dia ... dia ... Gugup Mustika. Ingin langsung kabur ke dalam rumah, tapi rasanya seluruh tubuhnya sulit diletakkan.
Dinda Ningrum, sapa Raden Surya dengan tatap penuh rindu, Aku minta maaf atas semua khilafku, aku menjemputmu untuk mengambil lukisanmu, Dinda ... Lelaki itu semakin mendekat.
Mustika tercekat. Tidak jangan coba coba memaksa aku, kalian sudah kulaporkan ke kantor polisi, jangan mendekat!
Rupanya suara keras Mustika terdengar oleh bik Tum yang sedang membersihkan ruang kerja Sandra.
Segera perempuan paruh bayah itu bergegas ke depan mendekati Mustika.
Ada apa, Non,
Mustika menoleh, Ada orang yang coba memaksaku, Bik, tapi saat menoleh ke tempat Raden Surya yang tadi berdiri, tempat itu kosong tak ada siapa pun selain dirinya berdiri sendirian.
Tak Ada orang, Non, ujar Bik Tum.
Mustika tertegun karena tahu tahu Raden Surya menghilang. Begitu pun dengan Bik Tum hanya plonga plongo tak melihat siapa pun.
Wah benar mereka punya ilmu sihir barangkali, maka Mustika pun semakin cemas. Buktinya dia tahu aku ada di sini.
Khawatir Raden Surya kembali, maka segera masuk dan mengunci pintu rumah. Namun begitu Mustika tak tenang ia tak mau sendirian di kamar, maka mencari kesibukan di dapur menemani Bik Tum masak. *
Sila sangat lemah setelah siuman.
Minumlah teh manis ini, segera Andre menyodorkan teh manis yang dibuat Amin.
Sila meneguk separuh isi gelas.
Istirahat dulu, Sila, saran Hans.
Sila hanya diam dengan posisi duduk bersandar ke sofa. Bayangan percakapan Raden Ajeng Ningrum dan Tinnie Miau lekat dibenaknya.
Tinnie Miau perempuan China sebayaku adalah istri Raden Surya, ia tadi datang dan memohon pada Raden Ajeng Ningrum supaya mau kembali pada Raden Surya, karena perempuan yang kamu lukis itu, Dre, istri Pertama Raden Surya,
Sila istirahat dulu perjalanan kemarin sore membuatmu sangat lelah, pikiranmu juga perlu istirahat,
Dre aku nggak bohong! Ujar Sila karena merasa kalau Andre tak percaya ceritanya.
Ya, Sil, nanti saja ceritanya kamu capek banget, tuh,' ujar Hans yang juga mengira sahabatnya itu terlalu lelah dan masih terpengaruh peristiwa petualangannya kemarin sore saat hujan abu.
Kalian tak percaya? Sila memandang Andre dan Hans.
Andre saling pandang dengan Hans. Tatap mata mereka pun terlihat ragu dan bimbang.
Tadi aku melihat sendiri Tinnie Miau membujuk Raden Ajeng Ningrum untuk menerima kembali Raden Surya menjadi suaminya. Ia relah jadi yang kedua demi kesembuhan Raden Surya, katanya Tinnie Miau sangat mencintai Raden Surya, perempuan itu tadi menangis memohon kesediaan Raden Ajeng Ningrum. Tapi perempuan di lukisan itu menolak,
Sil ...
Dre aku tak bohong,
Tenangkan dulu pikiranmu, bujuk Andre.
Raden Ajeng Ningrum tadi keluar dari kanvas ...
Ohk!! Terbelalak Andre menatap Sila. Begitu pun dengan Hans.
Ya aku nggak bohong, angguk Sila, Lalu mengeluarkan ponselnya, Ini foto Tinnie Miau aku sempat foto dia tadi, tapi nggak ada kesempatan untuk mengambil foto Raden Ajeng Ningrum karena aku seperti terhipnotis pada mereka,
Andre dan Hans terkejut saat melihat foto Tinnie Miau di ponsel Sila. Raut muka mereka tampak tegang.
Perempuan ini yang kita lihat di jalan kemarin, gumam Andre.
Ya benar, jadi dia istri mudanya Raden Surya, seru Hans.
Tapi yang buat aku heran bagaimana mungkin dia bisa masuk ke ruangan lukisan Raden Ajeng Ningrum?! Andre semakin mumet saja dengan kejadian yang tak masuk akal itu.
Mereka itu para penyihir, Dre, mereka berbahaya, ujar Sila mengingatkan Andre.
Andre terpekur tak bisa memecahkan teka teki yang kini memasuki dunia lukisnya.
*
Surat panggilan dari kantor polisi meminta kehadiran Andre dan Raden Surya serta seorang perempuan tanpa nama, segera ke kantor polisi dalam waktu dua puluh empat jam.
Pelapornya adalah Mustika. Surat tersebut dilampiri surat somasi yang dikirim Sandra pengacara Mustika.
Tentu saja Andre terkejut. Somasi dari Mustika yang memintanya untuk segera minta maaf dan membatalkan lukisan atas nama Raden Ajeng Ningrum, telah berlanjut ke polisi dengan tuduhan pemerasan serta menebar teror.
Wah ini kesalah pahaman, Pak, ini fitnah bahkan karena saya tak pernah menebar teror, ujar Andre.
Nanti Bapak Andre dan Raden Surya serta teman perempuan Anda bisa menjelaskan di kantor polisi, ujar polisi yang membawa surat panggilan.
Justru saya juga tak tahu dimana Raden Surya berada, dia bukan teman saya, justru Dialah yang order melukis Raden Ajeng Ningrum pada saya,
Wah kalau begitu nanti Bapak jelaskan saja di kantor polisi, ujar polisi itu lagi.
Baik, Pak, angguk Andre. Bagaimana pun ia harus taat pada panggilan polisi, bersalah atau tidaknya nanti akan terlihat setelah di kantor polisi.
Baiklah kami permisi, pamit dua polisi yang mengantarkan surat panggilan itu.
Sepeninggal kedua polisi, segera Andre menghubungi Hans dan Sila.
Hans dan Sila segera datang.
Perempuan yang dimaksud pasti aku karena aku yang bertemu Raden Ajeng Ningrum dua hari lalu, ujar Sila.
Tapi herannya yang membuat laporan bukan atas Nama Raden Ajeng Ningrum, tapi atas nama Mustika, heran juga aku ini betul betul membingungkan.
Sepakat dengan Andre, begitu juga Sila dan Hans merasa heran karena Raden Ajeng Ningrum memiliki nama lain Mustika.
Belum selesai menghadapi panggilan polisi atas laporan Mustika, kini datang surat teguran dari Persatuan Pelukis Indonesia atas laporan pemerasan dari Mustika.
Mohon kiranya untuk menghadap pada Dewan Kehormatan Dunia Seni Lukis Indonesia, atas apa yang telah Anda lakukan sebagai pelukis yang telah menjadi terlapor oleh Saudari Mustika.
Begitulah bentuk teguran dari Dewan Ketua Persatuan Pelukis Indonesia.
Andre kini dihadapkan pada dua laporan Mustika. Semuanya sangat merugikan harga dirinya sebagai seorang pelukis yang selama ini sangat menjaga nama baiknya.
Maka saat itu juga Andre didampingi Sila dan Hans mendatangi Kantor Dewan Pembina sekaligus Kantor Persatuan Pelukis Indonesia. Lukisan Raden Ajeng Ningrum mereka bawa.
Henry sang ketua pelukis Indonesia, yang banyak membantu anak anak pelukis kaki Lima yang tak punya wadah itu, menerima kedatangannya.
Di sana bukan hanya Henry, Ada beberapa pengurus dan anggota dari Persatuan Pelukis Indonesia turut mendampinginya.
Henry menatap lekat lukisan Raden Ajeng Ningrum. Ada aura aneh pada lukisan itu saat memperhatikan secara keseluruhan.
Ada yang aneh, tapi entah apa, yang jelas lukisan ini bagai punya roh di dalamnya. Gumam Henry yang sudah menghabiskan empat puluh lima tahun untuk melukis, dan seperempat abad menjadi pengamat lukisan. Lelaki usia tujuh puluh tahun itu yakin jika lukisan yang dibuat Andre bukan sembarang lukisan.
Lukisan ini Indah bagai aslinya, gumam pengurus lainnya.
Ya, sinar Mata perempuan ini tajam, gumam anggota lainnya.
Cantik mempesona, ada aura kebangsawanannya jelas terlihat identik dengan namanya, sambung anggota yang lainnya.
Andre dan Sila serta Hans saling tatap.
Maka mengalirlah cerita dari Andre awal menerima order lukisan Raden Ajeng Ningrum.
Andre dan Sila, didampingi Hans menceritakan kroniloginya pada Henry dari kedatangan Raden Surya minta dibuatkan lukisan Raden Ajeng Ningrum,
Raden Surya, dari Jakarta juga?
Saya kurang paham Pak Henry, Karena sampai saat ini beliau tak pernah muncul, seru Andre.
Oh begitu,
Ya, angguk Andre, Setelah selesai dilukis, saya mimpi didatangi Raden Ajeng Ningrum. Ia marah dan mengutuk setiap makhluk hidup yang saya lukis akan mati, Karena telah lancang melukisnya,
Wah sampai terbawa mimpi, ya, gumam Henry.
,Tapi anehnya saya melihat Raden Ajeng Ningrum meninggalkan kamar saya dengan Naik delman,
Oh aneh ... Henry mengernyitkan alisnya.
Saya kejar tapi delman menghilang,
Serius?! Henry menatap Andre lekat
Ya ini juga membuat saya hampir gila, diletakkannya sebuah saputangan berwarna merah muda,Milik Raden Ajeng Ningrum saat di mimpi saya kejar dia tapi tak bisa hanya saputangannya saja yang saya tarik tanpa sengaja,
Hahh!! Terbelalak Henry bersamaan dengan pengurus dan anggota lainnya.
Mereka saling pandang dan bergantian memperhatikan saputangan milik Raden Ajeng Ningrum.
Aneh ... Ini sungguh diluar nalar manusia biasa seperti kita ... Gumam Henry meremas sapu tangan milik Raden Ajeng Ningrum.
Kutukannya jadi kenyataan, besoknya saya melukis kelinci milik Sila, dan kelinci itu mati dalam keadaan mengenaskan. Bulunya hangus terbakar,
Oh ada horrornya ini, Pak! Seru seorang anggota Pengurus Persatuan Pelukis Indonesia.
Ya ini lukisan luar biasa, gumam Henry sambil memperhatikan foto lukisan kelinci sewaktu hidup, serta foto kelinci yang bulunya hangus terbakar.
Lalu Andre melanjutkan ceritanya.
Hingga saya bertemu dengan gadis mirip Raden Ajeng Ningrum yang mengaku bernama Mustika, terjadi perdebatan.
Semua mata menatap Andre tak berkedip.
Gadis itu menuduhku memerasnya, menuduh mengambil fotonya di Facebook lalu kulukis mengenakan kebaya. Bukan itu saja Sila juga bertemu dengan gadis itu di Supermarket,
Ya, kami berdebat, sambung Sila meneruskan cerita Andre, Ia menghilang saat kuikuti gadis itu sudah salin baju persis seperti di lukisan itu,
Wow begitu?! Henry sangat tertarik dengan cerita Sila.
Ya, angguk Sila, Raden Ajeng Ningrum dijemput delman Indah,
Dijemput delman masuk ke area parkir Supermarket?! Henry terkejut. Sungguh cerita fantastik, pikirnya.
Ya, angguk Sila terbayang saat mengejar delman yang merayap diantara mobil lainnya di jalan raya.
Wow aneh juga, ya, gumam pengurus lainnya.
Aku terus mengikuti delman, dan aku merasa aneh di kanan kiri jalan yang kulalui tak Ada satu banguna pun, tapi hanya tumbuhan pohon lebat dan sepi. Hingga muncul lelaki berkemeja putih dan celana panjang hitam menunggang kuda mengejar delman, dan memotong laju delman,
Sementara Sila bercerita Henry dan pengurus lainnya tercengang mendengarnya. Tapi mereka tampak larut oleh cerita itu.
Lelaki menunggang kuda berhasil memotong laju delman, tapi aku tak tahu apa yang mereka bicarakan karena tiba tiba hujan abu ...
Hujan Abu?! Henry tak tahan untuk tak menyelah cerita Sila.
Ya ini foto lelaki menunggang kuda itu, dan saat hujan Abu, setelah itu ponselku mati, bahkan mesin mobilku juga mati,
Sila memperlihatkan foto penunggang kuda yang tak jelas mukanya karena diambil dari belakang.
Henry memperhatikan foto lelaki penunggang kuda dalam hujan abu.
Ini seperti berada pada abad ratusan tahun lalu, gumam Henry, ijin untuk share ke ponselku, ya, ujarnya pada Sila.
Silahkan, Pak, angguk Sila, Pagi hari aku terjaga masih di dalam mobil, tapi berada di perkebunan penduduk di Jonggol,
Henry dan pengurus serta anggota Persatuan Pelukis Indonesia tampak tegang dan merasakan sesuatunyang ganjil pada cerita Sila.
Ada lagi yang aku lihat di ruang dimana lukisan ini digantung. Mungkin Anda tak percaya, Pak Henry, sebagaimana Andre dan Hans, ujar Sila menoleh pada Andre dan Hans.
Apa yang dilihat Sila terlalu misterius, gumam Andre.
Ya, angguk Hans.
Kupikir Raden Ajeng Ningrum itu penyihir,
Anda berkesimpulan begitu? Henry menatap Sila.
Ya, lalu ia menceritakan apa yang dilihatnya kemarin antara Raden Ajeng Ningrum dan Tinnie Miau,
Hah! Henry terngangah.
Hampir tak masuk akal! Seru anggota lainnya.
Tapi Pak Henry, sela Andre, Perempuan yang menurut Sila bernama Tinnie Miau, ciri cirinya sama dengan yang pernah kami lihat di pinggir jalan tengah malam lewat, ya sekitar jam tiga kurang, begitulah,
Ya, saat kami mencari Sila perempuan dengan ciri ciri yang diceritakan Sila memang kami temui di pinggir jalan diantara pepohonan dia berdiri sendirian, lanjut Hans.
Wow menarik dan asli penuh misteri kasus lukisan ini, ujar Henry menatap pada lukisan Raden Ajeng Ningrum ini, menoleh pada Andre, Bung Andre aku ijin mau ambil foto lukisan penuh misteri ini,
Silahkan, angguk Andre.
Begini, ujar Henry setelah memindahkan lukisan Raden Ajeng Ningrum beberapa kali ke ponselnya, Kita hidup ini tak lepas dari berbagai kejadian. Masalah lukisan Raden Ajeng Ningrum ini memang pekik dan penuh dengan kisah yang tak masuk akal di jaman internet sekarang ini.Tapi bukan berarti tak ada kejadian ganjil dan aneh, semua perlu pembuktian. Aku menampung cerita Anda semuanya. Maka untuk membersihkan nama Anda Bung Andre, sekaligus klarifikasi, saya atas Nama Persatuan Pelukis Indonesia akan mengundang Saudari Mustika dan pengacaranya,
Andre setuju ia mengangguk.
Nah masalah proses pelaporan pemerasan ke polisi jangan diabaikan, respon laporan mereka, datang ke kantor polisi, tapi tolong barang bukti lukisan Raden Ajeng Ningrum ini jangan ditinggalkan di luar jangkauan Anda, walau pun sebagai barang bukti. Itu saran saya,
Baik, Pak Henry terima kasih waktunya dan maaf telah merepotkan,
Sama sama kita tanggulangi, kita kan satu wadah, ujar Henry.
Meninggalkan Kantor Persatuan Pelukis Indonesia mereka berunding di galeri Andre.
Begini saja, kusarankan kalian memakai jasa pengacara. Kan ini masih ada waktu untuk menghubungi pengacara, menceritakan semua yang kalian alami, usul Hans.
Benar juga, segera Andre menghubungi seorang pengacara untuk mengawal kasus yang dialaminya.
Maka mereka pun menghubungi Sonny Mardy Sarjana Hukum. Pengacara setengah abad itu mencatat semua apa yang terjadi pada Andre, juga yang dialami Sila.
Terus terang saya belum pernah menangani kasus yang agak agak ganjil begini, tersenyum Sonny Mardy Sarjana Hukum, Tapi it's oke, menarik juga, sambungnya tergelitik hatinya ingin juga tahu endingnya bagaimana. Apakah Mustika memang Raden Ajeng Ningrum yang diklaim penyihir oleh Sila.
13 Saling Melapor Ke PolisiMereka semua hadir di kantor polisi. Mustika bersama Sandra Sarjana Hukum.
Andre dan Sila pun bersama Sonny Mardy Sarjana Hukum, tak ketinggalan Hans sebagai Saksi. Tapi tanpa hadirnya Raden Surya.
Sebagai barang bukti maka Andre membawa lukisan Raden Ajeng Ningrum ke hadapan polisi.
Kehadiran Henry dan pengurus Persatuan Pelukis Indonesia adalah bentuk apresiasi atas pelaporan Andre oleh Mustika. Dimana sebagai ketua Persatuan Pelukis ia harus memberi perlindungan ketenangan pada Andre, dan juga bentuk ikut bertanggung jawab terhadap Mustika jika benar dia adalah korban dari lukisan yang dibuat Andre.
Namun semua harus melalui pembuktian di hadapan polisi, menunggu hasil dari pemeriksaan polisi yang bertugas menangani kasus yang dilaporkan Mustika.
Kemunculan Raden Surya yang ditunggu polisi tak juga datang. Sehingga polisi yang bertugas memeriksa bertanya pada Andre
Kira Kira Raden Surya datang tidak, ya, Pak Andre?
Andre tercekat Bagaimana mungkin ia bisa menjamin datang tidaknya lelaki misterius itu. Dirinya juga tak tahu dimana keberadaannya.
Kami tidak kenal dengan Raden Surya, Pak, sungguh! Sebisa mungkin Sila membantu Andre, berusaha membuat polisi yang memeriksa mereka percaya.
Klien saya tidak berteman dengan Raden Surya, lelaki itu hanya pemesan lukisan saja, ujar Sonny Mardy Sarjana Hukum.
Bohong, Pak, mereka kelompok penyihir, dua hari lalu lelaki bernama Raden Surya masih menemui saya, mengajak saya untuk mengambil lukisan Raden Ajeng Ningrum, walau pun saya sudah sembunyi di rumah Mbak Sandra pengacara saya, rupanya Mustika sudah tak sabar, Kalian pembohong semuanya penipu! menggebu gadis itu dengan srmemburan bara api di kedua matanya pada Andre dan Sila.
Kau ...!!
Tenang jangan berantem Di sini, tolong ini kantor polisi bukan pasar! Seru polisi.
Mau tak mau Sila terdiam. Hanya menggeram dalam hati.
Di hadapan polisi, Andre dan Sila yang didampingi pengacara mereka menceritakan awal perkenalannya dengan Raden Surya.
Setelah memberikan foto Raden Ajeng Ningrum sampai saat ini Raden Surya tak datang lagi, ujar Andre mengeluarkan foto hitam putih yang diterimanya dari Raden Surya.
Mana foto yang diberikan Raden Surya, pinta polisi.
Ini, Pak, segera Andre memberikan foto Raden Ajeng Ningrum.
Wow foto tahun berapa ini?! Kedua Polisi memperhatikan foto Raden Ajeng Ningrum yang berukuran post cart itu.
Salah seorang dari polisi merekam foto itu ke ponselnya.
Apa ini foto Anda Saudari Mustika?' polisi menunjukkan foto itu pada Mustika.
Mustika mengernyitkan alisnya memperhatikan foto di tangannya. Kok bisa semirip ini denganku? Tapi kayaknya foto itu jadul banget, deh, gumam hatinya.
Bukan saya itu! Tolak Mustika tegas. Lalu memberikan foto itu pads Sandra Sarjana Hukum.
Bak pinang dibelah dua denganmu, Tika,
Entah, tapi foto itu sangat jadul kelihatannya,
Ya,' angguk Sandra setuju.
Jadi bukan Anda? Polisi menatap Mustika.
Bukan jelas bukan, geleng Mustika memberikan foto Raden Ajeng Ningrum pada polisi.
Setelah Andre dan Sila menuntaskan seluruh rangkaian ceritanya kedua polisi yang mendengarkan dengan serius itu saling tatap.
Wah ini cerita apa? Seru polisi memandang Andre dan Sila tak percaya.
Begini Pak Polisi Klien saya ini bukan penipu dan pemeras, beliau dan Saudari Sila pun mengalami kejadian yang tak masuk akal manusia sehat, jadi tolong laporan Saudari Mustika ini tidak membuat penahanan terhadap klien saya, juga tidak menyita lukisan Raden Ajeng Ningrum sebagai barang bukti, karena masih dalam penyelidikan juga, ujar Sonny Mardy Sarjana Hukum.
Tidak bisa begitu, Pak, ujar Mustika sesaat setelah menatap lukisan yang sangat mirip dengan dirinya itu, Sudah jelas mereka mencuri foto saya dan memfitnah saya dengan cerita mistik yang tak masuk akal, memangnya ini cerita fiksi atau film sehingga saya bisa naik delman segala!
Huh gadis berduri!!" Dumel Sila yang meyakini Mustika adalah penyihir.
Mereka sudah mengarang sepertinya saya ini gadis yang bisa melakukan hal yang Aneh aneh. Terpikirkan di otak saya pun tak pernah, Pak Polisi, suara Mustika kesal.
Ya Pak Polisi jika mereka ini dilepas khawatir kabur dan membuang barang bukti lukisan yang diberi judul Raden Ajeng Ningrum. Ujar Sandra Sarjana Hukum.
Polisi yang bertugas mencatat keluhan pelapor, segera mengetik keberatan Mustika serta Sandra Sarjana Hukum.
Begini Pak Polisi, saya sebagai ketua dari Persatuan Pelukis Indonesia menjamin barang bukti tidak hilang, dan Saudara Andre serta Sila koperatif, rupanya Henry turut memberikan jaminan pada pihak polisi supaya Andre dan Sila tak ditahan,beserta lukisan Raden Ajeng Ningrum yang menurutnya misterius itu tidak juga disita sebagai barang bukti. Ia sangat khawatir pada lukisan yang menjadi magnet dari semua permasalahan.
Dua orang polisi yang bertugas saling pandang.
Memang tak masuk akal sehat apa yang dialami Saudari Sila, tapi ini rangkaian cerita dari lukisan bermasalah itu, dan saya meyakini ada sesuatu yang ganjil pada lukisan ini, lanjut Henry, Maka itu saya sangat terketuk untuk mendampingi Saudara Andre dalam kasus ini, lanjutnya serius.
Kami masih harus mempertimbangkan dan merundingkan kasus pelik ini, Pak Henry, ujar polisi.
Terima kasih, Pak, angguk Henry.
Persoalan ini seperti sebuah drama seri penuh misteri, gumam polisi satunya.
Ya, berbau misterius, angguk polisi satunya lagi.
Saudara Andre, ujar polisi yang memeriksa Andre.
Ya, Pak,
Cerita yang Anda utarakan itu tidak dibuat buat?! Mata kedua polisi di depan Andre mengawasi penuh waspada.
Pak Kami berkata jujur, ujar Sila yang tak sabar langsung menyerobot menjawab sebelum Andre membuka suara.
Nona belum ditanya, harap menunggu giliran Anda, ujar polisi yang memeriksa mereka menatap Sila memperingati.
Sila mengangguk walau kesal karena merasa polisi itu kurang yakin dengan cerita mereka.
Betul semuanya dan saya tidak merekayasa, angguk Andre tenang.
Polisi segera mengetik ucapan Andre di laptopnya.
Baiklah kami tidak langsung percaya begitu saja, kami akan evaluasi jawaban Anda, ujar polisi yang memeriksa mereka.
Terlihat Mustika tersenyum mendengar ucapan polisi, Huh dasar pembual! Batinnya.
Sekarang Nona Sila, apakah yang Anda alami itu bukan khayalan, atau mimpi?! Kini polisi beralih pada Sila. Tatapannya tajam ke mata gadis itu.
Sila mulanya gamang juga ditatap lekat tiga orang polisi yang berada di ruangan itu. Belum lagi tatapan penuh cemooh dari Mustika, serta tatapan penuh selidik dari Sandra Sarjana Hukum yang mendampingi pelapornya itu.
Tapi setelah menarik napas panjang, segera ia bersuara dengan penuh ketenangan.
Jangankan Bapak Polisi, mulanya Andre dan Hans pun tak percaya dengan yang saya alami, bahkan saya sendiri merasa bingung dengan kejadian itu, Pak ...
Terang saja bingung mana ada cerita dongeng seribu satu malam kamu alami, itu hanya ada di buku kumpulkan dongeng! Dumel Mustika kesal.
Sila menatap Mustika garang. Jangan sembarang menuduh kalau tak mengerti persoalannya!! Ketuanya melawan.
Tahan emosinya, suara Andre di sebelah Sila setengah berbisik. Ia bisa lebih tenang dari Sila menghadapi cercaan Mustika serta sederet pertanyaan, dan pernyataan ragu dari polisi yang memeriksanya.
Intinya Anda bercerita sesuai dengan yang Anda alami, ya?! Tegas polisi untuk lebih meyakinkan.
Ya itu benar terjadi pada diri saya, angguk Sila yakin.
Maaf, Pak, ujar Hans yang sedari tadi hanya menjadi pendengar dan pemerhati tanya jawab untuk kedua sahabatnya.
Anda siapa, ya? Polisi menatap Hans.
Saya Hans profesi photographer, kebetulan sahabat Andre dan Sila,
Oh bawa pendukung ... Sindir Mustika.
Sila merengut mendengar celaan Mustika. Tapi Andre tetap tenang, begitu juga Hans fokus pada polisi yang menangani kasus.
Ya ada apa? Polisi menanggapi Hans.
Saya juga pernah mengalami kejadian aneh waktu betadavdi galeri Andre,
Maksudnya?! Polisi lekat menatap Hans, begitu pun yang lainnya, kecuali Mustika yang senyum sinis pada Hans.
Waktu itu saya melihat ada yang berkelebat di pintu ruangan yang menyimpan lukisan Raden Ajeng Ningrum. Setelah saya lihat kanvas yang dibuat untuk menampung lukisan perempuan itu kosong ...
Huh nambah lagi deh pemain dongeng seribu satu malam! Gerutu Mustika merasa Hans mengada ada.
Yak lanjutan! Ujar polisi yang terganggu oleh gerutuan Mustika barusan.
Saya lapor ke Andre, tapi saat saya kembali berdua Andre, herannya lukisan itu ada di tempatnya semula,
Ya, Pak waktu itu saya tak percaya, sambung Andre.
Artinya Anda Saudara Andre belum pernah melihat lukisan Anda itu secara hidup seperti yang terjadi pada Saudari Sila, dan sahabat Anda yang bersaksi barusan? Polisi menatap Andre.
Belum pernah, angguk Andre, Kecuali pernah melihat sosok perempuan China yang mirip penampilannya dengan Tinnie Miau yang dilihat Sila,
Baiklah kita jeda dulu atau break, ya, tapi tidak ada yang boleh meninggalkan Kantor polisi, apalagi Anda berdua Pak Andre dan Nina Sila, ujar Polisi.
Ya, Bapak,
Setelah acara pemeriksaan dilanjutkan satu jam kemudian, segera Sonny Mardy Sarjana Hukum memberikan surat pada polisi yang memeriksa Andre dan Sila.
Hari ini juga Saudara Andre dan Saudari Sila melaporkan Saudari Mustika atas pencemaran Nama Baik Dan menyebar Fitnah, seru Sonny Mardy Sarjana Hukum.
Mustika terkejut.
Sila tersenyum sinis saat tatapannya bertemu dengan Mustika.
Maka atas penjaminan Sonny Mardy Sarjana Hukum, serta Henry dan pengurus serta anggota Persatuan Pelukis Indonesia, polisi memperbolehkan Andre dan Sila pulang membawa lukisan Raden Ajeng Ningrum.
Proses tetap berjalan, kami harap Pak Andre dan Saudari Sila siap hadir jika polisi memanggil, dan membawa lukisan Raden Ajeng Ningrum sebagai alat bukti, pesan polisi, Serta saputangan milik model lukisan Anda,
Baik, Pak, suara Andre bernada siap.
Ya, Pak, angguk Sila.
Mustika tampak kesal karena mereka tak langsung ditahan.
Sabar Tika, bisik Sandra Sarjana Hukum.
Selama kasus ini belum tuntas harap Pak Andre dan Saudari Sila tidak bepergian keluar kota apalagi keluar negeri,
Ya, Pak, Andre dan Sila bersamaan mengangguk.
Tidak menghilangkan barang bukti!
Oh tak mungkin, Pak, ujar Andre cepat.
Polisi menatap pada Sonny Mardy Sarjana Hukum, Anda sebagai pengacara mereka harus bertanggung jawab jika klien Anda melanggarnya,
Saya jamin itu tak akan terjadi. Mereka juga sangat ingin misteri tersebut terbongkar, tenang suara Sonny Mardy Sarjana Hukum.
Baiklah, angguk polisi, lalu menatap pada Henry, Dan Bapak Henry sebagai Ketua Dari Persatuan Pelukis Indonesia, kini nama Anda serta wadah yang menanungi profesi seni lukis sedang dipertaruhkan, kami harap Bapak bisa menjamin bahwa Pelukis Andre tidak menghilangkan barang bukti dan tetap beritika baik, sampai kasus ini jelas,
Sudah saya pikirkan, Pak, saya peribadi dan segenap Pelukis yang berada di dalam wadah Persatuan Pelukis Indonesia yakin Saudara Andre sedang dalam cobaan yang tak pernah dialami Pelukis sebelumnya, maka itu saya dan kami sesama Pelukis ingin mengawal kasus ini sampai tuntas. Semoga misteri ini jelas dimana letaknya, suara Henry jelas dan tegas.
Huh kok masih percaya sih tuh orang, dumel Mustika tapi hanya dalam hati saja. Namun jelas raut mukanya sangat menentang ucapan Henry.
Dan sekarang kepada pelapor Saudara Mustika, kini polisi menatap Mustika.
Saya keberatan dengan dibebaskannya mereka begitu saja, bisa bisa mereka menghalangi penyelidikin, atau mengadakan rencana penipuan lagi!
Keterlaluan kamu, ya. Mahasiswi tapi nggak ngerti apa apa! Geram Sila.
Tolong jangan lagi saling mencaci di sini. Hormati kantor ini Kantor Polisi tempatnya mencari keadilan! Ujar polisi yang menangani kasus itu tegas.
Mustika diam walau tetap merengut.
Nah masalah sudah dicatat untuk hari ini, tapi belum selesai masih perlu pembuktian. Dan Saudari Mustika Anda juga menjadi terlapor hari ini dari laporan pencemaran Nama Baik, serta tuduhan fitnah. Untuk itu kami juga perlu kejujuran dari Anda, jadi Anda pun bisa berpotensi menjadi tersangkah jika Saudara Andre dan Sila bisa membuktikan ceritanya tadi! Polisi menatap Mustika yang terkejut.
Andre dan Sila saling tatap. Percayalah aku bercerita yang sebenarnya, bisik Sila dengan mata berbinar.
*Bab.14 Pamit Dari Dunia Lukis
Karena Andre dan Sila koperatif, serta dukungan dan jaminan dari Sonny Mardy Sarjana Hukum sebagai pengacara Andre, serta surat jaminan penuh dari Persatuan Pelukis Indonesia maka pihak kepolisian memberikan ijin untuk Andre tetap melangsungkan pameran yang telah mendapat ijin lima bulan lalu.
Rencana pameran lukisan yang akan memamerkan tiga puluh lukisan tetap dilaksanakan.
Lukisan yang tersedia hanya dua puluh delapan lukisan, kurang dua dari tiga puluh lukisan. Tak ada waktu lagi bagi Andre untuk melukis karena tertimpa kasus lukisan Raden Ajeng Ningrum, bahkan ia traumah untuk melukis makhluk hidup setelah kutukan yang diterimanya, bahkan terbukti dengan kematian kelinci kesayangan Sila.
Maka setelah dirundingkan dengan Sila dan Hans, maka lukisan Raden Ajeng Ningrum dan Kelinci yang diberi judul Selamat Jalan Kelinciku Sayang, menjadi pelengkap ketiga puluh lukisan yang dipamerkan
Bukan itu saja, foto kelinci yang mati dengan seluruh bulunya hangus menghitam pun menjadi bonus pameran.
Maka total yang dipamerkan menjadi tiga puluh lukisan plus satu foto kelinci yang mati hangus.
Peletakan Lukisan Raden Ajeng Ningrum diapit lukisan kelinci serta foto kelinci yang hangus, diletakkan dalam susunan tusuk sate. Artinya ketiganya diletakkan di ujung ruangan yang menghadap langsung ke pintu kedatangan para pengunjung. Sedangkan lukisan lainnya dipamerkan di Di sebelah kanan dan kiri sepanjang dinding yang memandang ke depan. Sehingga setiap pengunjung yang datang langsung bisa melihat ketiganya.
Dan memang tiga tambahan itu menjadi magnet bagi pengunjung pameran yang diberi judul PAMIT.
Pamit maksudnya adalah Andre akan mengakhiri profesi melukisnya malam ini.
Memang diluar prediksinya untuk mengakhiri profesi itu. Semua sudah melalui proses pemikiran matang.
Aku akan kembali bekerja di kantor Papa sesuai ilmu yang kudapat, ujar Andre yang memang pernah bekerja di perusahaan papanya.
Sila hanya mendukung karir kekasihnya yang lulusan arsitektur itu. Begitu pun dengan Hans tak ingin menghalangi Andre akan menamatkan karir lukisnya malam ini.
Saya ingin mengakhiri karir lukis saya Pak Henry, Mohon maaf jika mengecewakan, lapor Andre sehari sebelum pameran.
Mulanya Henry kecewa, Karena ia ingin Andre terus melukis. Tapi bagaimana pun ia tak boleh memonopoli keinginan seseorang. Semua induvidu harus diberi kebebasan, pikirnya, sepanjang tidak merugikan orang lain.
Aku terus terang sangat berat untuk setuju, maklumlah jiwa lukis sudah mendarat daging padaku, tapi, bagaimana pun Bung Andre memiliki hak untuk diri sendiri. Itu terserah Anda,
Terima kasih, Pak, percayalah saya tetap bersedia jika suatu saat dilibatkan dalam paguyupan lukis, tapi tidak sebagai pelukis, ya, mungkin sebagai pendukung, tersenyum Andre.
Tapi yang paling bahagia adalah Sasmita. Lelaki bergelar Insinyur itu sangat mendukung keputusan anak tunggalnya meninggalkan dunia lukis, karena perusahaannya membutuhkan pewaris yang akan menggantikannya.
Maka malam penuh sejarah pada pameran lukisan putranya itu, Sasmita bersama sang istri seorang dosen di sebuah Universitas di Jakarta tak menyia nyiakan kesempatan. Ia bersama Irma Sasmita berada diantara pengunjung untuk melihat lihat olesan tangan putranya di kanvas.
Terbesit rasa kagum akan diri putranya yang telah menghasilkan puluhan lukisan. Walau tak mendukung dan tak setuju Andre menjadi pelukis, tak urung rasa bangga sebagai ayah memenuhi dadanya.
Begitu pun dengan Irma Sasmita tersenyum bangga atas prestasi putranya.
Tapi mereka berdua sangat tertarik pada lukisan Raden Ajeng Ningrum yang penuh misteri itu.
Ini lukisan yang mengancam Andre, tapi jadi kenyataan karena kelinci Sila jadi korban, gumam Irma Sasmita.
Ya lukisan yang menyeret Andre dalam masalah, sambung Sasmita.
Rupanya suami istri itu sudah mengetahui cerita misteri Raden Ajeng Ningrum dari Andre dan Sila.
Diantara para pengunjung itu tak ketinggalan Mustika ditemani Sandra Sarjana Hukum turut berada di sana. Gadis yang melaporkan Andre ke polisi tampil dengan kacamata dan masker di wajahnya, hingga tak tampak wajahnya yang sangat mirip Raden Ajeng Ningrum.
Tak ketinggalan pula dua polisi yang sedang memeriksa dan mengevaluasi kasus pelaporan Andre oleh Mustika, berbaur dengan pengunjung. Tentu saja mereka mengenakan baju batik, sehingga tak terlihat sebagai polisi yang menangani kasus Andre.
Begitu pun Henry ditemani beberapa pengurus dan anggota Persatuan Pelukis Indonesia datang mengenakan seragam kaos yang bertuliskan DIMANA RADEN SURYA.
Melihat keperdulian Henry dan para anggota serta pengurus Persatuan Pelukis Indonesia, sungguh Andre sangat terharu.
Mereka sangat respek pada kasusmu, Dre, bisik Sila yang mendampingi Andre.
Ya, aku salut, angguk Hans yang bertugas sebagai fotografer pada malam pamitnya Andre sebagai pelukis.
Andre muncul mengenakan baju etnik dari salah satu daerah menyapa pengunjung pameran pertamanya, sekaligus pameran terakhirnya pada malam ke lima tahun dirinya sebagai pelukis.
Assalamu'alaikum selamat malam ... Sapa Andre ramah.
Wa'alaikum salam ... Sambut pengunjung pameran serempak.
Selamat malam ... Suara bergema memenuhi Gedung.
Malam ini sungguh malam yang begitu indah, karena saya bersama Anda sekalian di pameran pertama saya sekaligus yang terakhir,
Huuuih riuh pengunjung.
Jangan dong ... Seru suara yang masih menginginkan Andre berkarier di lukisan.
Terima kasih ... Terima kasih ..
Andre tersenyum dan membungkukkan punggungnya sebagai penghormatan pada pengagum lukisannya.
Andre menuju ke tiga lukisan yang membuatnya ingin mundur dari dunia seni lukis sebagai pelukis, dan bertekat hanya sebagai penikmat lukisan.
Ada cerita yang membuat saya berniat mundur. Cerita ini hampir tak masuk akal sehat manusia ciptaan Tuhan yang paling sempurna, tangan Andre menunjuk lukisan Raden Ajeng Ningrum.
Semua mata tertuju pada lukisan Raden Ajeng Ningrum, tentu saja Mustika tak mau ketinggalan, begitu pun dua polisi yang bertugas memeriksa.
Wow lukisan yang sangat mempesona ... Gumam seorang pengunjung.
Menarik, seru yang lainnya.
Luar biasa!
Auranya bagai hipnotis,
Sinar matanya sangat penuh gairah, seorang pengunjung maju ke depan, Maaf, Bung, saya langsung pesan lukisan penuh daya pikat ini ... Seorang lelaki paruh bayah berkacamata tak bisa lagi menolak hasrat hatinya untuk memiliki lukisan Raden Ajeng Ningrum. Lelaki itu adalah kolektor lukisan yang sering datang ke pameran lukisan.
Andre tersenyum pada lelaki itu, Terima kasih atas pengharapan Bapak terhadap lukisan saya ini, ujarnya, Namun mohon mohon maaf lukisan ini ada pemesannya, membungkuk punggung Andre sebagai permintaan maaf terhadap lelaki yang sangat menginginkan lukisan Raden Ajeng Ningrum.
Jelas raut muka lelaki yang sudah berangan angan jika lukisan Raden Ajeng Ningrum akan ia simpan di ruang pribadinya itu, kecewa. Namun ia sangat mengerti jika Andre sebagai pelukis harus mentaati pesanan seseorang.
Lelaki itu mundur ke tempatnya semula dengan raut muka membalas permintaan maaf Andre, dengan senyumnya.
Baiklah hadirin yang terhormat, pemesan lukisan ini adalah Raden Surya, saya sebagai pelukis sudah banyak dirugikan oleh lukisan ini, lanjut Andre dengan raut muka serius.
Oooohhh ...!!! Sambut pengunjung menunjukkan ketertarikannya atas cerita Andre.
Sebulan yang Lalu datang seorang lelaki muda tampan entah darimana menyerahkan foto hitam putih dan meminta saya melukis perempuan ini, Andre memulai ceritanya.
Hans mengarahkan cameranya.pada pengunjung berharap ada lelaki yang digambarkam oleh Andre. Tapi diantara pengunjung Pria, tak ada sosok Raden Surya.
Tapi Raden Surya tak pernah datang mengambil lukisannya, saya yang salah karena malam itu lalai tak meminta nomer telepon dan alamat Raden Surya. Dan entah penglihatan saya yang salah atau memang benar lelaki itu meninggalkan galeri saya menunggang kuda,'
Menunggang kuda?! Seru beberapa pengunjung yang merasa jengah dan aneh, bukankah galeri Andre terletak di pinggir jalan yang terlarang segala jenis hewan melewatinya?!
Ini cerita yang tak masuk akal, lukisan ini muncul dalam wujud manusia hidup ke dalam mimpi saya,
Oh! Seorang pengunjung terkejut.
Raden Ajeng Ningrum mengutuk saya karena dianggap telah lancang melukisnya. Ia mengancam bahwa setiap makhluk hidup yang saya lukis akan mati, kini raut muka Andre terlihat geram dan sedih. Saat saya kejar dia keluar dari kamar saya, Mohon perhatiannya pada sapu tangan yang saya sisipkan di atas lukisan ini, tangan Andre menyentuh sapu tangan warna merah muda yang sengaja ia paku di ujung atas sebelah kanan kanvas lukisan Raden Ajeng Ningrum, Saputangan ini tanpa sengaja saya tarik dari tangan perempuan ini di dalam mimpi saya, tapi ternyata berada di tangan saya secara nyata,
Oh sungguh menarik ini,' seru pengunjung antusias lalu mereka ramai ramai maju ke dekat lukisan untuk melihat dan menyentuh sapu tangan yang diperoleh dalam mimpi itu.
Aneh ... Gumam seorang pengunjung.
Seperti dongeng! Seru yang lain.
Penuh misteri! Seru yang lain.
'Jangan jangan ini perempuan penyihir,
Wah membuat merinding!
Teror!!
Bagaimana boleh saya lanjutan?! Andre memandang para pengunjung yang masih bergantian menyentuh sapu tangan itu.
Diam diam Mustika dan Sandra saling tatap. Sandra mengirim isyarat supaya Mustika jangan membuka suara.
Mustika mengangguk, Benar nggak, sih ceritanya?! Batinnya mulai bimbang jika tuduhannya itu salah, tapi, kan, dia nuduh aku sebagai modelnya yang geblek itu?
Ini cerita benar tidak, ya? Bisik polisi yang memeriksa Andre pada polisi rekan kerjanya.
Entah seperti dunia khayal tanggapan polisi sahabat dan teman duet tugasnya menangani kasus Andre.
Mereka saling tatap.Inilah pertama kalinya menghadapi kasus miateri yang rasanya sulit dicari kebenarannya.
Teruskan ... Seru beberapa wartawan serta pengunjung yang penasaran dengan cerita Andre.
Baiklah terima kasih atas apresiasi Anda sekalian, angguk Andre dengan santun.
Dalam mimpi itu Raden Ajeng Ningrum meninggalkan kamar saya naik delman, saya terjaga dan saya betul betul melihatnya dia ada di dalam delman bagus. Saya kejar tapi menghilang...
Woh ...
Misteri!
Dunia mistik!
Lalu bagaimana kelanjutannya, Bung? Seorang wartawan dari media Seni Online sangat tertarik. Rupanya ia sejak tadi merekam suara Andre.Apakah kutukannya terbukti?
Mohon perhatiannya pada lukisan kelinci ini, ujar Andre menunjuk pada lukisan kelinci yang gemuk berbulu lebat putih belang belang hitam.
Sejenak suasana sepi, hingga beberapa detik kemudian Andre melanjutkan ceritanya.
Setelah melukis kelinci ini untuk melengkapi pameran saya malam ini, petaka itu terjadi, terhenti sejenak Andre memperhatikan lukisan kelinci milik Sila. Tampak raut mukanya muram.
Apa yang terjadi?! Teriak pengunjung yang begitu antusias dan tak sabar ingin tahu kelanjutan kutukan dalam mimpi itu.
Kelinci ini betul betul mati, dan ini foto kelinci yang tiba tiba hangus seperti terbakar, lanjut Andre menunjuk foto kelinci yang bulunya hangus.
Gila!! Geram beberapa pengunjung.
Sadis!!
Perempuan itu penyihir jahat!!
Lukisannya dibakar saja!! Geram beberapa pengunjung menunjuk lukisan Raden Ajeng Ningrum.
Andre terkejut.
Tapi dua polisi yang bertugas memeriksa Andre, serta Henry dan anggota Persatuan Pelukis Indonesia langsung maju ke depan. Mereka khawatir pengunjung akan bertindak anarkis.
Sabar Saudara dan Saudari semuanya, tahan emosi, ya, biar kita lanjutan acara ini ... ' bujuk Salah seorang dari dua polisi itu menenangkan pengunjung.
Huuuih ...!' Seru pengunjung menahan geram.
Ternyata Andre mengalami hal diluar nalar manusia sehat, Pa, ujar Irma Sasmita lelaki Ibu pelukis itu.
Ya, Ma, ini ada hikmahnya anak kita jadi mundur dari profesi lukisannya, angguk Sasmita.
Ya, angguk Irma Sasmita tak melepas tatapannya dari lukisan penuh misteri itu.
Terima kasih atas pengertian Anda semua, ujar Henry merasa legah kegeraman pengunjung bisa diredam.
Kalau Anda berjanji untuk tetap tenang dan tak merusak lukisan itu akan saya lanjutan,'
Lanjuuutt ... Seru pengunjung.
Ada cerita tak masuk akal dari dua orang terdekat saya, lalu Andre meraih tangan Sila,Sila ceritakan semua yang kamu alami,
Ya,' angguk Sila, Ini cerita tak masuk akal, tapi saya mengalaminya,
Dengan perlahan tapi jelas Sila mengisahkan pertemuan dan pengejarannya pada Raden Ajeng Ningrum, sampai pada lukisan itu keluar dari kanvas ya, Saya melihat lukisan ini keluar dari kanvasnya berwujud manusia seperti kita, cantik menawan, dan entah dari mana munculnya, saya melihat seorang perempuan keturunan China mengajaknya bicara,
Hah?!
Keluar dari kanvasnya?!! Pengunjung berteriak.
Siapa perempuan China itu?!
Oh ini betul betul misteri!
Sambung menyambung pengunjung berkomentar dengan nada penuh tanda tanya serta muka tegang.
Ya, angguk Sila, 'Saya tak tahu darimana munculnya perempuan China yang mengaku bersalah karena telah menikah dengan Raden Surya yang tak lain suami Raden Ajeng Ningrum ...
Benar, nggak, sih?! Celetuk seorang pengunjung merasa ngeri dan merinding.
Luar biasa cerita mistik! Seru lainnya.
Ya saya juga pernah melihat perempuan ini meninggalkan kanvasnya, sambung Hans menunjuk pada lukisan Raden Ajeng Ningrum.
Karena lukisan ini saya dipolisikan oleh seorang gadis bernama Mustika, ujar Andre tenang.
Mustika terkesiap saat namanya disebut.
Kenapa?! Tanya seorang pengunjung.
Apa dia dirugikan?!
Siapa dia?! Beruntun pertanyaan pengunjung.
Mustika gadis yang mirip Raden Ajeng Ningrum,' pandangan Andre menyapu kearah pengunjung. Berharap gadis yang disebut namanya itu ada diantara mereka.
Saya berharap dia ada diantara Anda sekalian, seru Andre pandangannya masih menyapu para pengunjung. Tapi ia tak melihat Mustika.
Mustika berdebar tapi ia aman karema wajahnya tertutup masker dan topi serta kacamata.
'Saya mengira dia Raden Ajeng Ningrum dan memintanya mengambil lukisannya. Justru dia menuduh dan memfitnah kami, saya dan Sila berkomplot dengan Raden Surya untuk memerasnya,
Oooh!!! Bagai tawon berdengung suara pengunjung secara bersamaan.
Mereka membual nggak, sih, desis Mustika kebingungan.
Kita serahkan pada polisi kebenarannya, lirih suara Sandra Sarjana Hukum.
Wah nggak benar ini, Ma, masa anak kita dituduh pemeras! Sasmita marah.
'Sabar, Pa, pasti Andre tahu apa yang harus dilakukannya, sang istri menenangkan suaminya yang tersulut emosi karena anak mereka dianggap penipu.
Sedangkan Sonny Mardy Sarjana Hukum sejak tadi mengamati cerita Andre serta reaksi pengunjung yang sangat antusias dengan cerita penuh misteri kliennya. Ada terbesit dalam pikirannya untuk membukukan cerita tersebut.
Tapi sampai detik ini saya belum pernah bertemu dengan sosok misterius Raden Ajeng Ningrum model lukisan saya ini, ujar Andre, namun begitu saya sudah putuskan untuk mundur sebagai pelukis.Maafkan saya atas keputusan ini, demi kebaikan pikiran saya, malam ini saya mohon pamit pada Anda sekalian ...
Ya saya sebagai pengacara Saudara Andre berharap semua akan jelas di tangan polisi, ujar Sonny Mardy Sarjana Hukum.
Wah serem ...'
'Sayang Pelukis berbakat harus jadi korban modelnya! Seru seorang kolektor lukisan yang tadi ingin membeli lukisan Raden Ajeng Ningrum.
Berbagai komentar terdengar. Mereka semua menunjukkan kekhawatirannya pada Andre.
Malam ini saya berharap Raden Surya datang untuk mengambil lukisannya, ujar Andre memandang ke pintu masuk berharap lelaki itu bertindak gentle.
Suasana hening dan sepi.
Tiba tiba terdengar derap kaki kuda dari luar gedung.
Suara kaki kuda, gumam Andre melayangkan pandangannya keluar.
*
Bab.15. Menjemput Raden Ajeng Ningrum.
Sebuah delman yang Indah berhenti di depan gedung. Satpam yang berjaga jaga di luar gedung terkejut melihat kemunculan delman yang Indah berwarna keemasan itu.
Begitu juga dua polisi yang bertugas secara rahasia di sana saling tatap.
Delman, seruh salah seorang dari mereka.
Aneh ... Seru yang seorang lagi.
Raden Surya turun dari delman. Memperhatikan ke gedung dimana di dalamnya berlangsung pameran lukisan.
Dengan langkah pasti dan penuh percaya diri Raden Surya melangkah kearah gedung.
Satpam segera mendekat.
Selamat Malam, sapa satpam.
Kedua polisi segera menghubungi dua polisi yang bertugas mengawal kasus Andre dengan Mustika, yang berada di dalam gedung.
Halo, Pak, Ada delman bagus berhenti di halaman gedung. Seorang laki laki bercelana hitam dan kemeja putih kini mengarah ke gedung,
Jangan sampai kehilangan jejak, perhatian terus, kami akan segera keluar! Seru salah satu polisi yang berada di dalam gedung.
Tak lama kemudian kedua polisi bergerak ke luar gedung. Langkah mereka tak Ada yang curiga. Seluruh pengunjung masih sibuk dengan kegiatan masing masing. Ada yang masih memperbincangkan tentang lukisan Raden Ajeng Ningrum yang penuh misteri. Ada yang asyik memilih lukisan untuk dibawa pulang. Apalagi pelukis ya sudah pamit, maka lukisan Andre menjadi suatu yang berkesan bagi mereka.
Raden Surya dengan ramah tersenyum pada satpam, Selamat malam, aku Raden Surya adalah orang yang ditunggu Bung Andre yang sedang pameran, suara itu penuh wibawa.
Oh begitu, silahkan, Pak Raden Surya, ujar satpam, Tapi Mohon maaf delmannya, Pak, karena kawasan ini dilarang ada hewan yang melintas, sebenarnya satpam Deg Deggan juga menghadapi Raden Surya yang penuh kharisma itu.
Raden Surya menoleh pada dua Kuda putih yang menarik delman yang dibawanya tadi. Seorang kusir delman duduk tenang di tempatnya di belakang kedua kuda yang juga berdiam itu.
Tak mengapa hanya sebentar, mereka tak akan membuat masalah dan mengotori jalanan, ujar Raden Surya dengan ramah, Aku bertanggung jawab masalah kuda kuda itu,
Satpam tak berkutik dalam tatapan ramah Raden Surya. Padahal sudah ada ketegasan dari larangan adanya heran apa pun di seputar gedung.
Bab .. baik, Pak Raden Surya .. angguk satpam agak gugup. Ia tahu bakalan ada teguran pada dirinya sehubungan dengan memberikan ijin kuda kuda itu berada di wilayah jagaanya. Bagaimana ini? Gumam hatinya.
Kedua Polisi yang berjaga jaga sudah berada di kanan kiri Raden Surya. Tapi mereka hanya mengawasi tanpa melakukan apa pun sesuai intruksi atasannya.
Raden Surya menoleh pada kedua polisi itu. Mengangguk santun.
Kedua Polisi itu pun membalas anggukan Raden Surya dengan anggukan pula.
Raden Surya melangkah ke pintu masuk. Saat itulah ia berpapasan dengan dua polisi yang sedang bertugas mengawal kasus Andre.
Selamat Malam, Pak, sapa Salah satu polisi.
Selamat Malam, angguk Raden Surya tersenyum ramah.
Maaf Anda? Polisi menegur sopan pada Raden Surya.
Raden Surya mengulurkan tangannya, menjabat tangan kedua polisi yang sama sama heran, karena tangan Raden Surya sangat dingin.
Tangannya sedingin es, batin polisi itu.
Aku Raden Surya,
Raden Surya?! Kedua Polisi itu bersamaan bersuara dan menatap lekat pada Raden Surya.
Ya, maaf aku sudah ditunggu di dalam, ujar Raden Surya dengan suara dan sikap santun diiringi senyum yang menghipnotis kedua polisi itu langsung mengangguk.
Raden Surya melangkah tenang memasuki ruangan.
Segera kedua polisi itu melakukan persiapan. Dua anak buahnya diperintah untuk menjaga pintu.
Kita harus menahan Raden Surya jangan sampai lolos malam ini! Seru polisi itu, Posisikan kalian di pintu!
Siap, Pak, seru dua polisi yang bertugas berjaga jaga diluar gedung tadi.
Pak Satpam,
Ya, Pak, sahut satpam.
Kami diminta Pak Andre untuk mengawasi tamu barusan,
Pak Raden Surya, Pak? Seru si satpam.
Ya, angguk polisi, Jangan lengah, jangan sampai Raden Surya pergi bersama delmannya, awasi delman itu!
Ya baik,Bapak, angguk satpam segera mendekat ke delman untuk berjaga jaga.
Segera kedua polisi yang bertugas di luar gedung tadi pasang posisi di depan pintu. Sedangkan kedua polisi yang mengawal kasus Andre segera memasuki ruangan gedung, dimana Raden Surya sudah berada tak jauh dari Andre.
Raden Surya?! Andre seperti mendapat kejutan atas munculnya Raden Surya.
Ya aku Raden Surya, angguk Raden Surya tersenyum dengan sikap tenang penuh percaya diri, serta wibawa yang terpancar dari sosoknya.
Sila dan Hans saling pandang. Mereka lalu menatap sosok Raden Surya.
Oh ini seperti lelaki yang menunggang kuda yang mengejar delman Raden Ajeng Ningrum. Sila berbisik pada Andre.
Mustika terkejut menatap sosok Raden Surya yang telah membuatnya ketakutan.
Oh itu Raden Surya ... Gumamnya, Mbak Sandra itu Raden Surya,
Itu orangnya? Sandra Sarjana Hukum tak melepaskan tatapannya pada Raden Surya.
Ma siapa, sih, Raden Surya itu?! Sasmita sangat penasaran.
Sabar, Pa, kita lihat saja, ujar Irma Sasmita.
Maka mau tak mau Sasmita pun menuruti ucapan istrinya.
Dua polisi yang bertugas tak melepas tatapannya pada Raden Surya. Mereka berada di dekat pintu keluar dalam posisi siaga.
Henry dan semua pengurus serta anggota Persatuan Pelukis Indonesia tak melepas tatapannya pada lelaki penuh kharisma yang sangat ditunggu itu.
Siapa lelaki ini sebenarnya, kharismanya luar biasa, gumam Henry tak melepas satu detik pun pada sosok Raden Surya.
Begitu pun dengan Sonny Mardy Sarjana Hukum pengacara Andre takjub melihat sosok Raden Surya yang tampan.
Wah tampilannya seperti lelaki sekian abad lalu, sinar matanya, ketampanannya seperti bangsawan yang ada di gambar gambar, hem, siapa dia sebenarnya?! Batin Sonny Mardy Sarjana Hukum. Namun begitu ia diam diam merekam dengan ponselnya apa yang akan dilakukan Raden Surya.
Begitu pun dengan Hans, walau terkesima, ia, tak lupa tugasnya untuk mengambil gambar kejadian Dalam pameran.
Tak ketinggalan wartawan dari media online yang sudah terkesima dengan cerita Andre, segera pasang rekaman video di ponselnya. Karena adegan dan cerita di dalam gedung ini akan mendatangkan followers serta subscribe di chaenal you tubenya, akan menjadi tontonan menarik. Juga akan menjadi bacaan yang akan memikat Pembaca setia tulisannya.
Raden Surya menjadi pusat perhatian pengunjung. Semua mata tertuju padanya.
Kami menunggu kedatangan Anda, Raden Surya, ujar Andre yang masih berharap Raden Surya bukanlah sosok yang menjadi pelengkap dari kejadian penuh misteri lukisannya.
Mohon maaf, Bung Andre, banyak kendala yang aku alami untuk mengambil lukisan Dinda Ningrum ini, ujar Raden Surya. Lalu mendekat pada lukisan Raden Ajeng Ningrum.
Lukisan ini sudah banyak menimbulkan permasalahan bagi saya, Raden Surya, ujar Andre mendekat pada lukisan Raden Ajeng Ningrum.
Maafkan aku, Bung, maafkan jika sudah meresahkan. Tapi percayalah aku hanya ingin Dinda Ningrum memaafkan aku, suara Raden Surya pelan.
Semua yang ada di ruangan hening. Tak ada yang berani bersuara.
Bung Andre aku minta ijin untuk menjemput Dinda Ningrum lewat lukisan Anda, Mata Raden Surya mengisyaratkan minta persetujuan Andre, Maafkan jika sudah menimbulkan masalah,
Bagi Andre tak usah bicara nominal kisaran harga jerih payahnya melukis. Kehadiran Raden Surya di tempat umum ini sudah merupakan bayaran termahal bagi Nama baiknya.
Raden Surya mengulurkan tangannya ke tangan Raden Ajeng Ningrum di lukisan.
Dinda Ningrum mari kita bersama lagi. Kedatanganku untuk menjemputmu, selama ini Kanda tak tenang, selalu mencarimu ...
Tiba tiba ada kejadian aneh dan ajah pada lukisan itu. Sedetik kemudian tangan pada lukisan itu hidup dan bisa digenggam oleh tangan Raden Surya.
Ohk! Andre tercekat melihatnya.
Sila merangkul lengan Andre dengan gemetar.Bagaimana ini terjadi?!
Begitu pun dengan Mustika dan pengunjung lainnya. Mereka tak berkedip dan tak mampu bersuara takjub serta terperanjat menyaksikan kejadian yang sedang berlangsung.
Selanjutnya tak hanya tangan yang bergerak. Kini perlahan tapi nyata seluruh lukisan Raden Ajeng Ningrum bergerak dan perlahan keluar dari kanvas lukisannya.
Dengan penuh kasih sayang Raden Surya membimbing Raden Ajeng Ningrum turun ke lantai.
Setelah Raden Ajeng Ningrum berdiri segera ia meraih saputangan di ujung kanvas lukisannya.
Otomatis kanvas wadah lukisan Raden Ajeng Ningrum kosong.
Andre tertegun menatap mereka.Bagaimana mungkin ini terjadi?! Serunya tak mengerti dengan apa yang terjadi.
Sila langsung berkomentar, Aku melihatnya lagi lukisan itu hidup!
Hans di balik cameranya hanya geleng geleng kepala menyaksikan apa yang tak bisa diterima akal sehat manusia.
Ajaiiib! Seru pengunjung.
Spekta! Sambung yang lain.
Ini luar biasa tak pernah terjadi; seru Henry, Ini misteri, sambungnya.
Ini kewajiban dunia! Seru Sonny Mardy Sarjana Hukum.
Bagaimana ini bisa terjadi?! Kedua Polisi saling tatap.
Mereka itu sebenarnya siapa, Ma? Sasmita geleng geleng kepala di samping istrinya yang tak berkedip memandang pasangan tampan dan cantik Raden Surya dan Raden Ajeng Ningrum.
Mereka seperti dari kerajaan jaman dulu ... gemetar suara Mustika, kini ia membuka kacamata serta masker dan topinya.
Fantastik, seru Sandra Sarjana Hukum,Kalau begitu Andre bukan pemeras dan penipu,
Ya aku harus minta maaf, bisik Mustika.
Aku pamit, Bung Andre ... Raden Surya menatap Andre mengangguk santun.
Andre hanya mengangguk tanpa suara, karena masih diliputi pikiran bimbang dan ragu.
Raden Surya berbalik menggenggam erat tangan Raden Ajeng Ningrum.
Mereka melangkah menuju pintu keluar. Semua yang ada di dalam gedung menyaksikan dengan mata terbelalak pada pasangan yang melangkah dengan tenang itu.
Tiba tiba muncul dari pintu masuk Tinnie Miau.
Kanda Raden ... Seru Tinnie Miau pada Raden Surya yang menggandeng mesra Raden Ajeng Ningrum.
Pengunjung disuguhkan kejutan baru dengan munculnya Tinnie Miau.
Siapa perempuan China itu?! Seru pengunjung.
Darimana munculnya?! Sambung yang lain.
Perempuan yang kita temui tengah malam itu, Hans ..! Andre terkejut.
Ya, angguk Hans, dia datang juga, duh siapa mereka itu, ya?
Tinnie Miau yang datang ke lukisan Raden Ajeng Ningrum, celetuk Sila.
Tinnie Miau berdiri menghalangi langkah Raden Surya bersama Raden Ajeng Ningrum.
Kanda Raden ... Tinnie Miau menatap Raden Surya dengan wajah cantiknya yang mengalir air mata.
Tinnie Miau maafkan aku karena aku harus menjemput Dinda Ningrum, mengkhianati Dinda Ningrum sama saja mengkhianati pesan orang tuaku, pelan tapi cukup jelas suara Raden Surya.
Tapi Kanda aku cinta padamu, aku bersedia menjadi hidup bertiga dengan Mbak Ajeng Ningrum, menghibah suara Tinnie Miau.
Raden Ajeng Ningrum menatap Tinnie Miau.
Kedua perempuan itu saling tatap. Membuat debaran dada yang menyaksikannnya semakin berdebar.
Terimalah aku sebagai adikmu Mbak Ajeng Ningrum, sangat penuh harap suara Tinnie Miau.
Raden Ajeng Ningrum mengangguk, Baiklah ... Lalu ia melanjutkan langkahnya di samping Raden Surya diikuti Tinnie Miau di belakangnya menuju ke delman yang menunggunya.
Tapi saat Raden Surya membimbing Raden Ajeng Ningrum menaiki delman, diam diam Tinnie Miau berbalik dan melangkah menembus pepohonan yang tiba tiba muncul begitu saja, lalu menghilang dibalik pepohonan. Setelah itu pemandangan pepohonan menghilang.
Aneh .. gumam pengunjung yang bagai disuguhi drama panggung itu.
Delman bergerak dan meninggalkan depan gedung pameran.
Andre tertegun menatap delman yang bergerak menjauh.Delman itu pernah datang ke depan rumahku ... Serunya tak berkedip menatap delman hingga lenyap ditelan jalanan .Selesai. .
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan