
A new story guys. Happy reading. Siap untuk bab dua? Komen di bawahh
Pak Dosen!
Bab 1
Zemira meraba jam yang berbunyi nyaring itu, dengan mata tertutup gadis itu meraih jam yang berada di nakas dan mematikannya. Ia membuka matanya yang masih mengantuk itu, dan menoleh ke samping. Wajah itu terlelap dengan begitu damai, rengkuhannya selalu memberikan kehangatan.
Gadis itu tersenyum, sebelum memberikan kecupan singkat di keningnya, dan menyingkirkan tangan yang merengkuh pinggangnya erat itu. Zemira bangkit duduk, mengikat rambutnya asal, sebelum menoleh begitu tangan yang baru saja ia singkirkan itu kembali merengkuhnya.
“Jam berapa?” tanya lelaki itu dengan suara berat dan serak, perlahan matanya terbuka, terlihat sekali jika ia masih ingin berada di tempat tidur pagi ini.
“Jam enam, tidur lagi aja. Aku ada kelas pagi.”
Lelaki itu menggumam pelan, sebelum menyingkir, dan berganti meraih guling, memeluknya erat, dan dengkuran halus kembali terdengar. Zemira tersenyum, turun dari ranjang sembari membenarkan gaun tipisnya yang tidak karuan itu.
Gadis itu memeriksa ponselnya, melihat kembali jadwal kuliahnya, sebelum hendak berjalan ke kamar mandi. Namun, notifikasi ponsel yang berada di samping ponselnya, menyita perhatiannya. Zemira membuka sandi yang sudah ia hapal, sebelum melihat pesan yang baru saja dikirim.
Mama : Kamu nggak pulang lagi? Bermalam di tempat perempuan itu lagi?
Mama : Temui mama makan siang nanti di tempat biasa.
Meletakkan kembali ponsel itu, sebelum berjalan ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, Zemira berdiri di bawah shower, membiarkan kepalanya terkena air dingin agar ia tersadar, namun ... tetap tidak bisa melepaskan apa yang sudah ia mulai.
Lelaki yang semalam baru saja menghabiskan malam dengan dirinya adalah Darmawangsa – seorang dosen muda – di kampusnya sendiri. Awal mula hubungan mereka dimulai adalah ketika Zemira mengunjungi sebuah klub. Mabuk, yang berakhir satu ranjang dengan dosennya sendiri.
Awalnya gadis itu mengira jika hubungan mereka malam itu akan berakhir. Namun, sampai enam bulan bersama, keduanya malah lebih dekat dan kini seperti sepasang kekasih, meski tidak ada yang pernah diresmikan di antara mereka.
Gadis itu menoleh begitu pintu kamar mandi terbuka, ia menatap Darma yang melepas baju dan celananya sembari berjalan mendekat. Lelaki itu memeluknya dari belakang, dan mengecup lembut bahu Zemira.
“Mas hari ini jadwalnya siang, kan? Kenapa ikut mandi juga?” tanyanya sembari menahan tangan Darma sebelum lelaki itu menyentuhnya di mana-mana.
“Nggak bisa tidur lagi, kamunya nggak ada.” Darma membalik tubuh Zemira agar menghadap ke arahnya. Lelaki itu tersenyum dan mengusap lembut wajah Zemira yang berada di bawah guyuran shower yang sama dengan driinya. “Cantik,” gumamnya sebelum kembali mempertemukan bibir mereka, mengulang kembali kegiatan malam keduanya kemarin.
*
Zemira memasuki kelas bersamaan dengan dosen yang juga baru saja tiba. Gadis itu hampir saja terlambat, dan semuanya karena Darma. Lelaki itu melakukannya beberapa kali, ia bahkan tidak mau berhenti sebelum Zemira menatapnya marah penuh peringatan.
“Telat lagi,” bisik Jela, sahabat baiknya, yang dijawab Zemira dengan senyuman tipis.
Gadis itu mengeluarkan buku catatannya sebelum kembali menghadap ke depan. Jela memajukan tubuhnya, dan kembali berbisik pelan di telinga Zemira. “Rambut lo digerai aja, si dosen kesayangan lo itu bikin tanda cinta di belakang leher lo,” katanya yang membuat Zemira segera melepas ikatan rambutnya, dan membiarkannya tergerai begitu saja.
“Thank’s.”
Hanya Jela yang tahu bagaimana hubungan rumit antara Zemira dengan Darma. Zemira merantau di Jakarta, orangtuanya tinggal di Surabaya. Dan, Jela juga sama sepertinya. Mereka bersahabat sejak SMA, sebelum memutuskan kuliah bersama di Jakarta, dan masuk ke jurusan yang sama.
*
Jela menyerahkan ponselnya kepada Zemira, menampilkan akun instagram gosip di kampusnya. Di dalam salah satu postingan, terdapat foto Darma dengan salah satu dosen muda juga, cantik jelita dan cerdas. Mereka kerap dikabarkan bersama.
“Lo nggak berniat untuk memperjelas hubungan kalian gitu?” tanyanya hati-hati. “Ra, udah enam bulan loh. Gue cuman nggak mau hubungan kalian sudah sangat amat jauh, dan akhirnya hanya lo yang akan menerima kerugian itu.”
Zemira mengerti apa yang Jela katakan. Sejak malam itu, dan hubungan mereka terus berlanjut sampai sekarang. Jela selalu meminta Zemira untuk menegaskan hubungan mereka. Namun, gadis itu tidak berani memintanya dengan Darma.
Selain menjadi dosen, lelaki itu juga seorang influencer dan enterpreneur yang di semua sosial medianya memiliki pengikut lebih dari satu juta. Darma bisa disebut sebagai tokoh yang berpengaruh untuk anak muda sepertinya. Dan, Zemira seolah selalu kehilangan keberanian setiap kali hendak membahas hubungan mereka.
“Ra,” panggil Jela sekali lagi begitu Zemira hanya diam.
Gadis itu tersenyum dan mengangguk pelan. “Gue akan coba bilang ke Mas Darma, nggak buru-buru, gue akan coba bilang ke dia pela-pelan,” katanya yang membuat Jela mengangguk.
“Nggak ada salahnya dengan meminta penjelasan, Ra. Dan, kalau memang hasil akhirnya nggak sesuai harapan, lo akan mempersiapkan diri untuk pergi, kan?”
Itu adalah pertanyaan yang tidak mampu Zemira jawab. Selama enam bulan ini hidupnya selalu dikelilingi Darma. Lelaki itu selalu membantunya, dan Zemira bergantung kepadanya. Jika setelah berani meminta, lalu hasilnya tidak sesuai harapan. Mampukan ia pergi dari sisi lelaki itu?
***
Zemira menatap punggung Darma yang tengah mencuci piring bekas makan malam mereka itu dengan tatap ragu. Haruskah ia bertanya sekarang? Bagaimana jika waktunya tidak pas? Bagaimana jika hari ini Darma sedang memiliki mood yang buruk?
“Hei.”
Gadis itu mendongak, menatap Darma yang berdiri di depannya sembari tersenyum manis, tampan sekali. Tidak pernah ada yang bisa menolak pesona lelaki itu.
“Kok, melamun? Kenapa?” tanyanya sembari mengusap lembut dagu Zemira.
“Udah selesai cuci piringnya?”
“Udah, ke kamar, yuk.”
Zemira mengangguk pelan, menerima genggaman tangan lelaki itu dan berjalan menuju kamar mereka dengan perasaan ragu. Darma menyalakan televisi, menonton series yang sejak beberapa hari ini mereka tonton, sebelum bergabung dengan Zemira di ranjang.
“Mas, aku tanya boleh?”
“Boleh,” jawab lelaki itu dengan mata yang tidak lepas dari layar televisi, sedangkan tangannya yang lain sibuk mengusap lengan Zemira yang malam ini mengenakan piama yang sama dengan lelaki itu.
“Tadi pagi aku baca chat dari Mama kamu, jadi ketemu?” Bukan ini harusnya. Tapi, Zemira tidak tahu harus memulainya dari mana. Mama lelaki itu tahu bagaimana hubungan sang anak dan Zemira. Ia melarang keras Darma untuk melanjutkan hubungan mereka. Namun, Darma tidak mendengarkannya yang membuat hubungan keduanya menjadi renggang sekarang.
“Jadi,” jawab Darma singkat.
“Ngobrol apa?”
“Biasa, Mama kasih ceramah seperti dulu-dulu.”
“Mama kamu nyuruh ninggalin aku, ya?” tanya Zemira hati-hati yang membuat Darma melepas pelukan mereka, menunduk menatap wajah gadis itu dengan kening mengerut.
“Kamu kenapa?”
“Hmm?”
“Tumben penasaran kayak gini? Biasanya cuek-cuek aja.”
Ya, sejak kejadian hari itu, di mana Mama memergoki mereka masuk ke apartemen ini, yang membuat Zemira dimarahi sekaligus dipermalukan habis-habisan oleh ibu lelaki itu, ia tidak lagi mau tahu bagaimana respons wanita tua itu terhadap hubungan mereka. Namun, setelah mendengar perkataan Jela, sesuatu di dalam hati Zemira seolah terbuka. Ia tidak boleh menjadi pihak yang dirugikan.
“Cuman ... tanya.”
Lelaki itu tersenyum sebelum kembali membawa tubuh Zemira ke dalam dekapannya. “Apapun yang Mama katakan, pilihannya ada di aku, Ra.” Hanya itu, Darma seolah tidak ingin membahas lebih jauh mengenai Mama dan keluarganya kepada Zemira.
***
Siang ini Zemira tengah berada di perpustakaan, ia memerlukan sebuah buku untuk tugas yang baru saja diberikan dosen. Seharusnya Jela bersamanya, namun gadis itu tiba-tiba saja harus bertemu dengan kekasihnya dari jurusan teknik, karena beberapa hari ini keduanya sering bertengkar. Alasannya tentu saja karena kekasih Jela yang terlalu sibuk dengan organisasinya.
Selesai meminjam buku, gadis itu berjalan ke koridor, hendak menunggu kelas berikutnya di kantin sebelum seseorang menepuk punggungnya kasar yang membuat gadis itu mengaduh.
“Je, apaan, sih? Sakit tahu,” gerutunya begitu melihat Jela adalah pelakunya.
Gadis itu tampak risau, ia menghela napas kasar sebelum berkata, “Lo udah lihat berita belum?”
“Berita apa?”
Jela berdecak, mengotak-atik ponselnya sebelum menyerahkannya kepada Zemira. Gadis itu menerimanya dengan kening mengerut, sebelum raut wajahnya berubah membaca berita yang diposting oleh akun gosip kampus mereka itu.
Foto Darma dan Tania – dosen cantik – itu. Jika saja itu hanya foto biasa, maka Zemira tidak akan merasakan sakit. Namun, pakaian yang mereka kenakan berbeda. Darma mengenakan batik hitam, sedangkan Tania mengenakan kebaya hitam dengan kain yang motifnya sama dengan Darma. Keduanya tidak sendiri, di samping kanan dan kiri mereka, terdapat sepasang orangtua, yang salah satunya Zemira kenali sebagai Mama dari Darma.
“Mereka tunangan kemarin, lo beneran nggak tahu?” tanya Jela yang membuat Zemira menatapnya, dan menggeleng pelan.
Seminggu terakhir, Darma memang jarang pulang ke apartemen, alasannya saat itu adalah Mamanya sedang sakit. Lelaki itu hanya datang, memastikan Zemira di sana, sebelum kembali pergi. Gadis itu tidak tahu jika ... Darma diam-diam bertunangan dengan gadis lain. Tanpa memberitahunya.
Jela menyentuh tangan Zemira yang membuat gadis itu tersadar dari lamunannya, pandangan Jela mengarah ke belakang Zemira yang membuat gadis itu juga menoleh ke belakang. Saat itu tatapnya bertemu dengan tatap Darma yang hendak masuk ke perpustakaan. Hanya sepersekian detik, karena setelahnya lelaki itu mengalihkan pandangan ke arah lain begitu saja.
Jadi, apakah ia sekarang sudah dibuang oleh lelaki itu? Jadi, apakah yang dikatakan Jela memang benar? Jika pada akhirnya hanya Zemira yang menjadi pihak yang paling dirugikan di sini.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
