
Bab 1 bisa dibaca gratis di karyakarsa dan di wattpad, ya. Ada yang pernah di posisinya Zahra ga?
Mantan Teman
Bab 1
“Ini Haikal mantannya Naya?” Ayu tampak terkejut menatap ke arah Zahra begitu mendengar cerita teman dekatnya itu. Dan, begitu Zahra menjawab pertanyaannya dengan anggukan pelan, Ayu tampak tidak percaya. “Ra, lo ... kok, bisa, sih?” Ia tampak bingung sendiri.
Pasalnya, Zahra, Ayu, dan Naya, adalah teman satu geng semasa SMA. Mereka terpisah karena Zahra dan Ayu masuk di universitas yang berbeda dengan Naya. Namun, meski begitu komunikasi di antara ketiganya tetap terjalin dengan baik. Sebulan sekali, ketiganya tetap meluangkan waktu untuk bertemu dan bermain bersama.
“Gue ... nggak tahu.” Zahra tampak bingung. Haikal adalah mantan kekasih Naya sejak SMA. Mereka putus tepat ketika hari kelulusan SMA, sudah dua tahun berlalu, namun sepertinya Naya masih belum bisa moveon dari hubungannya dengan Haikal. Karena sampai sekarang, Naya dan Haikal tetap menjalin hubungan baik sebagai mantan kekasih.
“Ini kalau Naya tahu bagaimana, dong,” ujar Ayu yang tampak panik setelah mendengar cerita Zahra.
Zahra dan Haikal resmi berpacaran satu minggu yang lalu. Dan, gadis itu meminta Haikal untuk menyembunyikan hubungan mereka, sampai dirinya siap menceritakan hal ini kepada Naya. Nyatanya, semakin berjalan, Zahra malah semakin merasa tidak siap. Karena itu, ia memilih menceritakannya kepada Ayu lebih dulu.
Zahra dan Haikal memang dekat setelah keduanya naik gunung bersama. Saat itu, Zahra tengah mencari teman untuk menemaninya naik gunung setelah galau karena gagalnya percintaannya entah untuk yang ke berapa kalinya. Lalu, Naya menawarkan Haikal kepada Zahra.
“Sama Haikal saja, bagaimana? Nanti biar gue hubungi dia. Kapan lo bisanya, biar dia menyesuaikan jadwal,” ujar Naya.
“Dia masih suka naik gunung?”
“Masih, terakhir kayaknya dia naik gunung Slamet, deh.”
“Tapi—“
“Sudah, sama Haikal saja. Gue lebih tenang kalau lo melampiaskan kegalauan lo itu sama orang yang sudah gue kenal, daripada ikut orang asing, kan?”
Dari sana lah semuanya bermula. Zahra mengakuinya, ia memang penjahatnya di sini. Ketika Naya belum sepenuhnya bisa melupakan Haikal, ia malah diam-diam memanfaatkan situasi dan berakhir menjalin hubungan dengan mantan temannya sendiri.
“Kalian dekatnya sudah lama, Ra?” tanya Ayu lagi. Bingung sekali harus menempatkan diri di mana.
“Setelah turun gunung waktu itu. Sudah lebih dari enam bulan, Yu.” Enam bulan dekat, saling mengenal, merasa nyaman, sebelum akhirnya Haikal mengungkapkan perasaannya kepada Zahra, lalu berakhir seperti sekarang ini. Keduanya resmi menjadi sepasang kekasih.
“Responsnya Haikal tentang Naya bagaimana?” Sejujurnya sampai sekarang, Zahra dan Ayu tidak pernah mengerti alasan putusnya Naya dan Haikal waktu itu. Naya tidak pernah mau bercerita. Yang keduanya tahu hanya sampai sekarang, Naya dan Haikal tetap menjalin hubungan baik. Masih saling ada ketika salah satu sedang membutuhkan.
“Dia menawarkan diri untuk bilang ke Naya.”
“Dan, lo mau?” tanya Ayu yang dijawab gelengan oleh Zahra.
“Gue jahat banget kan, Yu? Gue tahu Naya belum sepenuhnya moveon dari Haikal. Tapi, dengan nggak tahu dirinya, gue malah jadian diam-diam sama Haikal di belakang Naya.”
Ayu diam, tidak memberikan sahutan apapun kali ini. Pantas saja belakangan ini, wajah Zahra tampak bersinar dan berbunga-bunga. Ia tampak berbahagia. Dan, sejujurnya Ayu senang melihatnya. Namun, begitu tahu alasan dari kebahagiaan Zahra adalah Haikal –seseorang yang masih menjadi sumber suka duka Naya—membuat gadis itu kebingungan. Ayu menyayangi kedua temannya itu. Ia tidak tahu harus berpihak kepadanya.
*
“Sudah bilang ke Ayu?” tanya Haikal yang dijawab Zahra dengan anggukan pelan. Malam ini, mereka tengah berada di dalam mobil sembari memakan burger, kentang goreng, cola, dan beberapa makanan lain yang keduanya pesan melalui layanan drive thru. “Terus respons dia bagaimana?” Ia menyuapi Zahra dengan kentang goreng sebelum kembali memakan burger di tangannya.
“Nggak tahu,” jawab gadis itu bingung. Ia dan Ayu sama bingungnya, atau mungkin sekarang Ayu lebih bingung dari Zahra?
“Kok, nggak tahu sih, Sayang? Dia marahin kamu?” tanya Haikal yang dijawab Zahra dengan gelengan pelan. “Dia ngadu ke Naya?” Lagi, Zahra menjawab dengan gelengan. “Lalu?”
“Ayu bingung, dia kelihatan syok. Tapi, dia nggak ngatain aku apa-apa. Dia cuman bilang, bagaimana kalau sampai Naya tahu.” Mendadak Zahra tidak lagi berselera dengan burger di tangannya. Bagaimana nasib pertemanan mereka jika Naya tahu hubungannya dengan Haikal?
“Aku akan memberi kamu waktu.”
“Hmm?”
“Membicarakan ini dengan Naya, aku nggak mau sembunyi-sembunyi lagi. Kalau memang kamu nggak bisa memberitahu Naya, aku sendiri yang akan bilang ke dia mengenai kita.”
Zahra melotot mendengarnya, ia menggeleng tidak setuju. “Jangan, jangan kamu,” katanya.
Haikal menghela napas pelan melihatnya, “Kamunya jangan terlalu berlebihan memikirkan ini. Kita berdua nggak salah, kok. Aku sudah lama putus sama Naya, aku single, kamu pun begitu. Jadi, di point mana yang membuat pacarku ini ketakutan begini?”
“Naya temanku, Kal.”
“Iya, lalu?”
“Dia belum sepenuhnya melupakan kamu.”
“Perasaan dia, itu urusan dia, Sayang. Kita berdua nggak harus bertanggung jawab mengenai itu.”
Iya, benar, perkataan Haikal benar. Namun, seandainya Naya bukan teman dekat Zahra, gadis itu pasti langsung menyetujuinya. Tapi, ini berbeda. Di setiap mereka bertemu sebulan sekali, Haikal adalah topik yang paling sering Naya bawa di pembicaraan mereka. Semua orang pasti setuju jika Zahra adalah gadis paling tega kepada temannya sendiri.
***
“Sudah reservasi meja, Nay?” tanya Ayu begitu pelayan restoran itu membawa mereka bertiga ke meja yang cukup panjang berisi enam orang itu.
“Iya,” jawab Naya sembari tersenyum lebar. “Cowok lo jadi datang kan, Yu?” tanyanya yang dijawab Ayu dengan anggukan pelan.
“Sudah di jalan. Ini ada orang selain kita bertiga, ya?”
Naya tertawa, ia meraih tangan Zahra yang duduk di sisinya sebelum berbicara, “Gue mau kenalin seseorang sama Zahra,” katanya yang membuat gadis itu menatapnya dengan bingung.
“Seseorang? Siapa?” tanya Zahra.
“Ada, baik kok orangnya. Sudah gue seleksi.”
Ayu dan Zahra saling berpandangan sebelum Ayu terkekeh pelan, terdengar canggung sebelum bertanya. “Maksudnya ini lo mau jodohin Zahra sama teman cowok lo, Nay?”
“Iya, gue itu nggak bisa lihat Zahra galau terus. Sudah enam bulan sejak lo ditinggal dengan alasan nggak jelas sama mantan HTS-an lo itu kan, Ra? Jadi, daripada terus merenung dan bertanya letak kesalahan lo di mana, lebih baik gue kenalin lo sama teman gue. Kenalan saja dulu, kalau cocok lanjut, kalau enggak kalian berdua bisa berteman saja.”
Penjelasan yang diberikan oleh Naya itu semakin membuat Ayu dan Zahra terdiam. Keduanya benar-benar sudah seperti orang jahat dengan membiarkan Naya seperti orang bodoh sekarang.
Beberapa saat kemudian, pacarnya Ayu datang bersama dengan Haikal? Dan ... ada satu lelaki lain di sana, yang tidak Zahra kenali. Haikal menatap Zahra dengan kening mengerut. Keduanya jelas terkejut. Zahra sudah berkata ia akan bertemu dengan Naya bersama Ayu. Sedangkan Haikal berkata sepulang kuliah, dia diajak oleh teman dekatnya untuk ‘ngopi’ sebentar. Mereka jelas tidak tahu jika Naya mengatur pertemuan ini.
“Ada ... Haikal?” tanya Ayu dengan kekehan yang lagi-lagi terdengar canggung yang membuat Naya tertawa.
“Septian ini teman kuliahnya Haikal. Gue suruh ngajak sekalian,” kata Naya menjawab pertanyaan Ayu, yang lagi-lagi membuat Ayu dan Zahra saling melemparkan pandangan penuh arti.
Suasana meja ini berubah menjadi canggung untuk Zahra, meski sejak tadi Naya tampak begitu santai dan lebih banyak tertawa. Mereka duduk saling berhadapan. Zahra, Naya, dan Ayu, duduk di baris yang sama, saling berhadapan dengan Haikal, Septian, dan Rangga –pacarnya Ayu.
“Setelah ini ada agenda naik gunung lagi enggak, Ra? Kebetulan bulan depan gue sama anak-anak mapala mau ke Malang, mau naik Panderman, kalau lo mau gabung boleh, sih. Nanti biar gue yang bantu urusin izinnya.”
Zahra melirik ke arah Haikal yang duduk di depannya, lelaki itu tampak makan dengan tenang, namun dibalik ketenangannya itu, Zahra tahu sekali jika saat ini Haikal tengah memendam perasaan kesalnya. Pertemuan begini, jelas tidak pernah ada di bayangan keduanya.
“Boleh, boleh.”
Bukan Zahra yang menjawab, namun Naya yang bersemangat dengan penuh antusias. “Zahra ini kalau galau sukanya naik gunung. Pokoknya kalau story di medsosnya lagi di gunung, itu berarti dia lagi life after break up dari HTS-annya,” jelasnya yang membuat Septian tertawa pelan.
“Cobain deh, Ra. Naik gunung karena lagi jatuh cinta, supaya lo bisa lebih menikmati perjalanannya. Mau gue ajarin enggak?” tanya Septian yang membuat Naya tertawa pelan sembari menatap Ayu, yang mau tidak mau membuat gadis itu ikut tertawa sembari menatap Haikal yang kini tampak tengah memainkan garpu di spaghetti yang ia pesan. Wajahnya kelihatan muak sekali.
Setelah pelayan membersihkan meja mereka, dan berganti ke makanan penutup, Zahra hendak memesan kopi, namun sesuatu terjadi yang membuat suasana di meja makan itu tampak canggung.
“Aku mau kopi saja ya, Mbak. Ice latte nggak pakai gula,” kata Zahra kepada pelayan sebelum ...
“Kamu sudah minum kopi pagi tadi, ganti pakai teh saja,” sahut Haikal yang membuat Naya menatapnya dengan kening mengerut.
“Kamu?” ulangnya yang membuat Zahra tampak bingung dan ketakutan sembari menatap Haikal dan Naya secara bergantian.
Bagaimana sekarang?
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
