
Ketika Gadis Tomboy Masuk ke Raga Istri Bodoh.
BAB 1
"Bu, Naina berangkat dulu ya!" teriak gadis yang baru saja keluar rumahnya sambil membawa helm dan kunci motornya. Dengan memakai pakaian jaket kulit hitam dan celana jens, gadis bernama Naina itu sudah siap menikmati hari malam minggunya bersama para teman-temannya.
"Hati-hati!" teriak wanita paruh baya yang menyusul keluar, melihat putrinya menyalakan motor gedenya dan siap tancap gas.
Ibu Naina sampai geleng-geleng kepala melihat putri sulungnya yang bertingkah seperti laki-laki dilihat dari gaya dan tampilannya. Ibu Naina sampai bertanya-tanya, ngidam apa dia waktu hamil Naina hingga membuat Naina berkelakuan laki-laki.
"Naina pergi kemana, Bu?" tanya pria paruh baya yang merupakan suaminya menyusul keluar.
"Biasa, malam Minggu sama kawan-kawannya."
Tak berselang lama muncul seorang laki-laki muda dengan pakaian santai sambil membawa tas sekolah di punggungnya dan berjalan menghampiri kedua orangtuanya.
"Pak, Bu, Rio mau ke rumah Aksan ya?" izin Rio.
"Mau ngapain kamu kesana? Mau malam Mingguan juga kayak kakakmu?" tanya sang ayah.
"Tidak, Rio mau kerja kelompok di rumah Aksan. Sudah di tungguin sama teman-teman yang lain disana," jawab Rio.
"Oh yasudah, jangan malam-malam pulangnya," titah sang ibu.
"Iya, Bu."
♦♦♦
Sedangkan di tempat yang berbeda, terlihat seorang wanita sedang menunggu seseorang di ruang tamu. Wanita berbalut gamis dan kerudung berwarna silver itu sedang menunggu kedatangan suaminya yang katanya akan pulang ke rumah dan mengajaknya malam Mingguan diluar sekaligus merayakan hari pernikahan mereka yang menginjak 5 tahun.
Reina––nama wanita itu tengah melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan. Ia memeriksa ponselnya dan bertanya dimana keberadaan sang suami.
Drrtt! Drrtt!
[Maaf, Rei. Sepertinya malam ini Mas nggak bisa ngajak kamu keluar karena Sherly sedang ngidam ingin jalan-jalan berdua. Mas minta maaf tak bisa menepati janji Mas hari ini. Tapi besok, Mas pasti akan mengajakmu pergi kemanapun yang kamu mau.]
Pesan yang dikirim dari suaminya meruntuhkan keceriaannya. Suaminya itu lebih memilih mengajak Sherly––istri kedua suaminya pergi keluar daripada dirinya dengan alasan mengidam.
Reina mengambil napas dalam-dalam guna menetralkan perasaan sesak di dada. Sudah biasa Reina mendapatkan perlakuan seperti ini dari suaminya. Laki-laki yang menjadi imamnya itu lebih mementingkan perasaan istri kedua daripada istri pertama.
Alasan suaminya mempunyai dua istri adalah karena Reina sama sekali tak menunjukkan ada jabang bayi di dalam perutnya di usia pernikahan mereka yang memasuki 5 tahun. Reina dan sang suami sudah mengecek ke dokter dan hasilnya mereka berdua sama-sama sehat, tak ada gejala apapun.
Akan tetapi karena desakan dari orangtua suaminya yang sangat menginginkan cucu, dengan terpaksa Reina harus mengalah dan mengizinkan sang suami menikah lagi dengan wanita bernama Sherly, wanita yang diperkenalkan mertuanya untuk dijadikan madu untuknya.
Awalnya Reina mengira setelah menyetujui suaminya menikah lagi, semuanya akan terlihat baik-baik saja dan suami akan berlaku adil pada istri-istrinya. Namun setelah Sherly dikabarkan mengandung, sikap suaminya sekarang lebih condong ke arah Sherly. Laki-laki itu lebih memilih berlama-lama tinggal di rumah istri kedua daripada di rumah istri pertama. Nafkah lahir dan batin pun yang dulunya adil, sekarang malah lebih condong ke arah Sherly.
Reina sudah bertanya kepada sang suami kenapa ia tak berlaku adil. Namun, sang suami memberi alasan karena ia harus siap siaga ada di samping Sherly karena ia sedang mengandung. Setelah mendengar hal tersebut, Reina tak berkomentar apa-apa lagi. Ia sadar karena sang suami lebih memprioritaskan Sherly ketimbang dirinya yang belum bisa memberikan keturunan.
Reina menatap ponselnya nanar lalu kembali memasukkan kembali ke dalam tasnya. Ia menyusuri pandangan ke rumah tempat yang ditinggalinya bersama sang suami. Sekarang rumah ini terasa sepi. Serasa Reina hanya tinggal sendirian saja di rumah.
Reina berdiri dan menghapus sudut matanya yang sudah mengeluarkan cairan bening. Ia tak mau larut dalam kesedihan lagi. Jika malam ini suaminya tak bisa menemaninya, maka ia sendiri saja yang keluar mencari hiburan untuk dirinya sendiri.
♦♦♦♦
Drrtt!! Drrtt!!
Ponsel Naina berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Ponsel tersebut terus berbunyi tanpa henti hingga membuat pemilik ponsel merasa geram.
"Duhh!! Siapa sih yang nelpon?! Ganggu banget!" gerutu Naina mengeluarkan ponsel dari celana menggunakan tangan kirinya.
Setelah mengeluarkan ponsel, Naina mengecek siapa yang menelpon dan ada pesan masuk dari WhatsApp-nya. Sesekali Naina melirik ke arah depan saat berkendara lalu membuka pesan dari temannya. Di saat seperti ini, Naina bukannya berhenti terlebih dahulu di tepi jalan dan bebas memeriksa ponselnya, ia malah terus berkendara sambil melihat ponsel. Bukankah itu sama saja membahayakan nyawanya.
Tanpa diketahui Naina, sebuah motor muncul dari arah kiri perempatan jalan hingga membuat Naina sangat terkejut dan refleks membanting stir ke kiri guna menghindari motor tersebut. Tapi sayangnya karena kecepatan kedua motor tersebut berkendara, kecelakaan tak bisa terelakkan dan mengakibatkan kedua motor tersebut tertabrak dengan keras.
Naina terpental ke depan lalu terjatuh ke aspal dengan keras di bagian kepalanya. Sedangkan kedua orang yang berkendara ditabrak Naina dari samping terpental juga akibat dari tabrakan tersebut. Warga yang melihat dan mendengar kejadian tersebut langsung bergegas menghampiri korban kecelakaan.
Naina merasakan pusing dan sakit yang teramat sangat dikepalanya hingga membuat matanya berkunang-kunang. Banyak warga sekitar menghampirinya tapi Naina sama sekali tak bisa melihat atau mendengarnya dengan jelas. Kesadaran Naina perlahan mulai menghilang. Hanya kegelapan dan suara-suara dari para warga yang Naina dengar sebelum Naina tak sadarkan diri.
♦♦♦
Saat Naina perlahan membuka mata, Naina memperhatikan sekitar yang tampak asing di matanya. Sebuah ruangan persegi dengan cat berwarna putih berbau obat-obatan langsung menyapa indera Naina. Wanita itu merasa ia sedang berada di rumah sakit sekarang.
Saat Naina ingin menggerakkan tangan kanannya, ia merasa tangannya terasa berat seperti sedang digenggam oleh seseorang. Saat Naina menoleh, ia melihat ada seorang pria yang tertidur sambil memegang tangannya.
'Siapa dia? Apakah itu Bapak?' batin Naina menyeringit bingung saat melihat pria tersebut.
Pria tersebut merasa terganggu tidurnya merasa tangan yang ia genggam bergerak seperti meminta dilepaskan. Lelaki itu mulai tersadar dan bangun dari posisinya lalu melihat ke arah Naina.
"Sayang, kamu sudah sadar?!" tanya lelaki tersebut dengan tatapan tak percaya dengan perasaan gembira.
Naina menyeringit bingung tak mengenali siapa laki-laki dihadapannya ini. Dan yang lebih mengherankannya lagi adalah saat laki-laki itu memanggil dirinya 'Sayang'.
"Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar juga. Kamu sangat mencemaskan Mas, Sayang," ujar pria tersebut.
"Lo siapa?" Akhirnya pertanyaan itu terlontar dari bibir Naina kala melihat orang asing dihadapannya. Seingat Naina, ia tak kenal dengan pria ini ataupun berjumpa dengannya. Lalu mengapa pria ini tiba-tiba mengenalinya dan memanggilnya sayang? Aneh, bukan? pikir Naina.
Naina melihat raut wajah pria tersebut berubah tak percaya menatapnya dan merasa bingung. "Kamu tidak mengenal Mas?"
Naina menggeleng. Pria tersebut tak percaya jika wanita yang dicintainya itu tak mengenalnya sama sekali.
"Masa kamu tidak mengenal, Mas, Sayang? Masa kamu tidak mengenal suamimu sendiri?" tanya pria itu dengan tatapan sendu.
"HAH?!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
BAB 2
Naina berjalan menyelusuri area tempat yang menurutnya asing tak pernah ia lihat. Gadis itu seperti sedang berada di sebuah taman indah dan luas yang dipenuhi bunga-bunga matahari dengan gunung-gunung sebagai latar belakangnya. Naina tak tahu dimana ia berada sekarang. Akan tetapi perasaannya begitu nyaman berada di tempat tenang dan indah seperti ini.
Seingat Naina, ia berada di atas motor dan akan menuju ke tempat tongkrongan teman-temannya. Akan tetapi ia mengalami sebuah insiden kecelakaan hingga ia terpental dan tak sadarkan diri.
'Apakah ini di surga? Dan gue sudah mati?' batin Naina bertanya-tanya saat menyelusuri taman indah yang tampak seperti di surga. Naina mengira jika dirinya sudah meninggal setelah kecelakaan tersebut sehingga ia berada disini sekarang.
Naina berhenti melangkah saat matanya menangkap sebuah siluet tubuh wanita yang tengah duduk di batu besar. Rupanya Naina tidak sendirian berada di tempat seperti ini.
Jarak antara dirinya dan wanita yang duduk di batu besar itu tak terlalu jauh. Mungkin hanya berjarak 100 meter saja dari tempat Naina sekarang.
Gadis itu berjalan menghampiri wanita yang tengah membelakanginya. Naina sungguh penasaran dengan sosok orang lain yang ada di tempat ini selain Naina. Ia juga ingin bertanya pada wanita itu dimana ia berada sekarang dan tempat apa ini.
"Halo!" Naina menyapa orang tersebut setelah ia berada di belakang wanita tersebut. Wanita yang duduk di batu besar tersebut menoleh ke belakang lalu tersenyum memandang Naina.
Naina membeku saat melihat wajah wanita itu. Naina begitu terkagum dengan kecantikan yang dimiliki oleh wanita tersebut. Bola matanya yang indah, hidungnya mancung, bulu matanya yang lentik, kulitnya putih, dan bibirnya yang tipis berwarna pink cherry. Naina tak bisa menebak bagaimana bentuk atau panjang rambutnya karena wanita itu menggunakan hijab sebagai penutup kepalanya.
Wanita cantik itu turun dari batu besar lalu berjalan menghampiri Naina yang terdiam. Senyum tak lepas dari wajah wanita cantik tersebut saat menghampiri Naina
"Lo siapa?" tanya Naina.
Wanita itu tak menjawab dan terus memperlihatkan senyum indahnya terhadap Naina.
"Maaf, ini kita ada dimana ya? Kok tiba-tiba gue berada disini? Terus lo juga ngapain disini?" tanya Naina kembali yang tak mendapat respon dari wanita cantik tersebut.
Wanita itu memegang tangan Naina dan menggenggamnya dengan kedua tangannya. "Tolong jaga suamiku."
"Hah?!" Naina mengerjapkan mata, melongo setelah mendengar apa yang dikatakan wanita dihadapannya ini.
'Suamiku? Dia sudah nikah?' batin Naina.
"Maksud lo?" tanya Naina heran. Mengapa wanita cantik ini meminta tolong untuk menjaga suaminya? Sungguh benar-benar aneh, pikir Naina.
Wanita itu tersenyum. "Tolong jaga Mas Saga dan buat dia menyadari kesalahannya."
Naina menyeringit bingung tak mengerti maksud dari perkataan wanita tersebut. Sebelum Naina berbicara, wanita cantik itu perlahan melepaskan tangan Naina lalu perlahan mundur menjauh dari Naina.
"Hei!! Lo mau kemana?" seru Naina saat melihat wanita cantik itu berbalik dan pergi meninggalkannya.
Saat Naina ingin mengejarnya, sebuah sinar cahaya muncul di punggung wanita tersebut. Cahaya tersebut semakin lama semakin membesar dan terang hingga mengalahkan sinar matahari dan menghalangi pandangan Naina.
"Hei!! Tunggu!!"
Semakin lama cahaya tersebut makin terang dan membesar hingga Naina tak bisa melihat kemana wanita cantik tersebut pergi. Cahaya itu begitu menyilaukan pandangan Naina hingga Naina refleks menutup matanya tak sanggup melihatnya.
♦♦♦
Saat Naina perlahan membuka mata, Naina memperhatikan sekitar yang tampak asing di matanya. Sebuah ruangan persegi dengan cat berwarna putih berbau obat-obatan langsung menyapa indera Naina. Wanita itu merasa ia sedang berada di rumah sakit sekarang. Perasaannya mengatakan dia sedang berada di sebuah taman yang indah dan bersama seorang wanita cantik yang Naina sendiri tak tahu siapa namanya. Lalu mengapa ia berada disini? Pikir Naina.
Hingga ia dikejutkan dengan kehadiran laki-laki asing yang tidur sambil memegang tangannya. Awalnya ia mengira pria ini adalah ayahnya. Namun, setelah melihat wajah pria tersebut ternyata dia bukan ayahnya. Naina tidak tahu siapa pria ini dan sedang apa dia disini menemani dirinya.
Dan yang lebih membuat Naina terkejut adalah saat pria tiba-tiba mengatakan jika dia ini adalah suaminya.
"Masa kamu tidak mengenal, Mas, Sayang? Masa kamu tidak mengenal suamimu sendiri?" tanya pria itu dengan tatapan sendu.
"HAH?!!"
Naina membelalakkan matanya memandang pria ini dengan tatapan tak percaya. Sejak kapan ia mempunyai suami? Menikah saja belum pernah, lalu mengapa pria ini mengatakan jika dia itu suaminya? Sungguh aneh, pikir Naina.
"Tunggu sebentar ya, aku panggilkan dokter dulu." Pria itu berlalu dari hadapan Naina ingin memanggil dokter dengan perasaan cemas. Saga--pria itu merasa heran dengan sikap istrinya yang tiba-tiba tak mengenalinya. Sungguh, ia merasa takut dengan keadaan istrinya yang tiba-tiba seperti itu.
Sedangkan di dalam ruangan, Naina masih melongo memproses kejadian yang baru saja dialaminya.
'Siapa laki-laki itu? Mengapa ia tiba-tiba mengaku suamiku?' batin Naina bertanya-tanya mengenai lelaki tadi.
Naina menoleh ke arah nakas ingin mencari sesuatu. Hanya ada sebuah gelas air putih, vas bunga, dan ponsel di nakas tersebut. Naina yang melihat ponsel tersebut langsung bangkit dari berbaringnya lalu mengambil ponsel yang ada di atas nakas dengan pelan dan hati-hati. Tubuhnya masih merasa lemas hingga bergerak pun harus memerlukan tenaga yang kuat. Entah sudah berapa lama ia pingsan di rumah sakit hingga tubuhnya terasa melemah seperti ini.
Naina menyalakan ponsel yang diduga milik pria tadi. Beruntungnya ponsel tersebut tak memakai kata sandi atau pola hingga memudahkan Naina membuka ponsel milik Saga.
Naina terpaku saat melihat wallpaper yang ada didalam ponsel tersebut. Gambar Saga dan seorang wanita yang sedikit lebih pendek dari Saga dengan perut dalam keadaan membuncit. Ada perasaan yang tiba-tiba nyeri di dalam dada saat melihatnya. Namun, Naina tak tahu rasa apa itu.
Naina membuka aplikasi kamera dan mengarahkan kamera depan ke wajahnya. Ia sungguh penasaran dengan apa yang terjadi saat ini saat ia membuka matanya. Kejadian saat pria tadi mengaku sebagai suaminya mengganggu pikirannya hingga Naina ingin melihat wajahnya.
Naina begitu terkejut saat melihat bentuk wajahnya. Matanya membola kaget dengan ekspresi terkejut hingga refleks Naina berteriak.
"AAAAA!!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
BAB 3
"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Saga setelah dokter memeriksa keadaan Reina.
"Sepertinya istri Anda mengalami masalah dengan ingatannya, mungkin akibat kepalanya yang terbentur dengan cukup keras dan mengalami trauma setelah kecelakaan tersebut. Diusahakan Anda membantu istri Anda untuk mengembalikan ingatannya dengan perlahan-lahan. Nanti kita coba pantau lagi perkembangannya."
Saga telah menceritakan kejadian saat istrinya tersadar lalu tak mengingat akan dirinya pada dokter tersebut. Saga begitu khawatir dengan perubahan sikap istrinya itu yang tak mengenalinya sama sekali.
"Terimakasih, Dok."
"Sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu." Dokter tersebut berlalu dari ruangan setelah mendapat anggukan dari Saga.
Reina atau yang didalam tubuh Reina ada jiwa Naina masih terdiam menatap lurus ke depan tak mendengarkan penjelasan dokter tadi. Dia masih merasa shock setelah mengetahui wajahnya yang berbeda. Tubuh yang ia tempati ini bukan raga Naina. Ia sangat tahu tentang bagaimana bentuk dan paras aslinya.
"Rei, kamu beneran nggak ingat sama Mas?" tanya Saga yang telah duduk di samping ranjang istrinya dirawat.
Reina––atau yang sekarang kita panggil saja Naina yang menghinggapi tubuh Reina hanya bisa menatap pria itu. Naina masih bingung dengan keadaan kejadian yang baru saja ia alami.
"Kalo kamu nggak ingat Mas, nggak apa-apa. Mas akan selalu ada untuk kamu sampai kamu mengingat Mas lagi," ucap Saga menggenggam tangan istrinya lembut.
Naina melepaskan tangannya dari Saga dengan perlahan lalu tidur menyamping membelakangi pria tersebut. Batinnya masih menolak dengan takdir yang menimpa dirinya yang tinggal di tubuh wanita lain. Jika ia tinggal di raga yang salah, lalu dimana keberadaan raga aslinya? pikir Naina.
Saga menghela napas melihat perubahan sikap istrinya yang menjadi diam. Pria itu mengerti jika Reina masih merasa asing dengan kehadiran dirinya mengingat istrinya mengalami hilang ingatan. Saga memaklumi itu semua.
Dan mungkin saja ini semua adalah kesalahan dirinya sendiri yang begitu abai terhadap istri pertamanya. Saga terlalu sibuk dengan Sherly dan calon anaknya hingga ia melupakan satu sosok wanita yang masih menjadi ratu di hatinya. Namun, entah itu masih bertahta atau tidak, karena kehadiran Sherly membuat Saga melupakan Reina, istri pertamanya.
Saga sadar sudah mengabaikan Reina berbulan-bulan dan akan menebus semuanya. Ia akan tegas mengambil sikap dan berusaha adil untuk istri-istrinya.
"Istirahatlah, hari sudah semakin malam," ucap Saga sambil menyelimuti Naina sebatas leher. Pria itu mematikan lampu hingga ruangan dalam keadaan termaram. Saga berjalan ke arah sofa dan memilih tidur sana.
Naina masih bergeming tak merespon. Ia menoleh ke arah Saga yang kini sudah berbaring di sofa dan matanya ditutup dengan tangan kanannya. Naina ingin bertanya sesuatu pada pria itu tentang apa yang sudah terjadi. Ia ingin menjelaskan juga kalau dia ini bukan Reina, istri pria itu, melainkan Naina.
Akan tetapi Naina mengurungkan niatnya itu dan memilih tidur menunggu esok hari. Mungkin saja ia sedang berada di dalam mimpi dengan jiwanya masuk ke dalam tubuh orang lain.
Ya, mungkin saja ia tengah bermimpi.
♦♦♦
"Tolong jaga suamiku."
"Tolong buat Mas Saga menyadari kesalahannya."
Naina membuka matanya saat suara wanita yang ada didalam mimpinya datang kembali dan mengatakan hal yang sama sebelumnya. Naina mengerjapkan mata melihat sekeliling. Rupanya ia masih berada di ruang perawy yang sama semalam. Ia menoleh ke arah sofa dan melihat Saga yang masih terlelap di sana. Kemudian Naina menoleh ke arah jendela yang kini sudah memunculkan sinar matahari dibalik gorden putih tersebut yang rupanya sudah waktu pagi.
'Apakah aku masih bermimpi?' batin Naina.
Naina menampar pipinya cukup keras hingga ia meringis kesakitan. Rupanya ia benar-benar tidak bermimpi. Ia benar-benar berada di dunia nyata. Lalu bagaimana bisa ia berada di dalam tubuh wanita yang sama sekali tidak dikenalinya? Lalu bagaimana dengan tubuh aslinya? Apakah jiwa pemilik tubuh yang ia tempati sekarang berada di tubuhnya? pikir Naina.
"Emm ...." Naina menoleh melihat Saga yang melenguh merentangkan kedua tangannya keatas. Sesaat pria yang mengaku sebagai suaminya itu kini mulai membuka mata dan perlahan bangun dari tidurnya.
Naina memandang pria itu dengan pandangan menyeringit. Bagi Naina, ia tidak mengenali siapa pria itu. Akan tetapi memori otak yang ada didalam tubuhnya sekarang berkata lain. Naina bisa mengetahui siapa pria itu dan apa hubungannya dengan wanita yang ada di tubuhnya ini sekarang dengan melihat sekelebat memori di dalam ingatan di otaknya.
"Kamu sudah bangun, Rei?" tanya Saga melihat Naina sudah duduk di ranjang memperhatikannya.
Naina tak menjawab dan memperhatikan pria itu yang mengecek jam di tangannya lalu berdiri menghampirinya.
"Kamu lapar? Ini sudah waktunya sarapan?" tanya Saga lembut, tapi Naina diam tak menjawab.
"Atau kamu membutuhkan sesuatu? Mau ke kamar mandi?" tanya Saga kembali. Naina menggeleng sebagai jawaban. Saga tersenyum melihatnya. Setidaknya istrinya telah merespon perkataannya dan tak diam seperti tadi malam saat ditanya.
"Tunggu sebentar ya, aku akan turun ke bawah cari sarapan untuk kita." Saat Saga ingin pergi, Naina mencegah pria itu pergi dengan menahan pergelangan tangan Saga.
"Ada apa? Apa kamu memerlukan sesuatu yang lain?"
Naina menggelengkan kepala. "Sudah berapa lama gue terbaring di rumah sakit?"
Saga menyeringit mendengar suara bicara wanitanya yang tak seperti biasanya. Istrinya itu menggunakan kata 'gue-lo' saat bertanya padanya sama seperti semalam, bukan 'aku-kamu'.
"Ada apa? Apakah kamu memikirkan sesuatu?" tanya Saga.
"Jawab saja! Sudah berapa lama gue tak sadarkan diri?" desak Naina. Ada pertanyaan yang mengganjal di benak wanita itu tentang keberadaan tubuh aslinya.
"2 bulan, kamu sudah koma selama 2 bulan lebih," jawab Saga.
Naina membelalakkan matanya terkejut mengetahui ia koma selama dua bulan lebih. "Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa gue tiba-tiba berada disini dan bisa koma selama 2 bulan?" cerca Naina masih sedikit shock.
Saga menghela napas lalu mendekati Naina dan mengusap lembut kepala istrinya. "Kamu hanya mengalami kecelakaan saat seseorang menabrak sisi motor yang kamu tumpangi dengan cepat."
Naina terdiam dan mencoba mengingat sesuatu lewat memori ingatan yang ada didalam tubuh istri pria tersebut. Akan tetapi Naina disadarkan dengan sebuah benda kenyal yang menempel di keningnya cukup lama. Naina menatap pria yang ada dihadapannya ini tak percaya jika Saga tiba-tiba menciumnya seenak jidatnya.
"Jangan terlalu dipikirkan. Keadaan kamu masih belum membaik untuk mengingat sesuatu," ucap Saga lembut dan tersenyum hingga Naina merasakan kehangatan di hatinya.
"Aku ke bawah dulu cari sarapan untuk kita. Kamu jangan kemana-mana dan tetap disini saja. Jika membutuhkan sesuatu, kamu bisa memencet tombol ini untuk memanggil suster datang kesini," jelas Saga menunjuk tombol di sisi ranjang pasien.
Saga mencium kening Naina terlebih dahulu lalu keluar dari ruangan perawatan. Naina memegang keningnya yang baru saja dicium Saga. Ada perasaan hangat dan nyaman saat diperlakukan seperti tadi oleh pria itu. Namun, itu bukan dari perasaan Naina sendiri, melainkan perasaan hati yang ada di tubuh Reina. Naina bisa ikut merasakan apa yang akan dirasakan pemilik tubuhnya ini karena memang semua yang ada didalam tubuh Reina bisa dirasakan oleh Naina.
Naina sudah tahu jika tubuh yang ia tempati sekarang bernama Reina Awra Sabrina, istri pertama dari seorang pria tampan bernama Ari Saga Pratam. Ia mulai menyusun ingatan-ingatan tentang Reina yang bisa dilihat oleh Naina saat ini.
Tok! Tok! Tok! Ceklek!
Naina menatap pintu yang tiba-tiba terbuka dan menampilkan seorang wanita yang dalam keadaan perut membesar. Wanita yang baru masuk tersebut tersenyum kepada Naina dan mulai mendekati ranjang tempat Naina berada. Naina menyeringit saat melihat senyum yang ada di bibir wanita itu. Bukan sebuah senyuman yang tulus, melainkan sebuah senyum sinis dan angkuh yang diperlihatkan kepada dirinya.
"Rupanya kamu sudah sadar, heh?!"
To Be Continued
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
