
Rindu memenuhi permintaan ayahnya untuk menikah ketika ayahnya sedang sakit, kebetulan yang akan menikahinya adalah benedict. Tentu ia senang dan menyanggupi permintaan itu, bagaimana mungkin ia menolah sedang ben merupakan dosen impiannya untuk dijadikan suami.
Namun ketika mereka sudah menjadi pasangan suami istri, pernikahan mereka tidak seindah difikiran rindu, rindu menemukan dirinya merupakan istri kedua ben. Saat si istri pertama muncul kebimbangan muncul dihati rindu antara melepaskan ben...
Part 2 - Pernikahan
Sekolah sedang mengadakan rapat sehingga para murid disuruh membersihkan kelas dan menunggu wali kelas mereka datang. Anak-anak menunggu Rindu, dengan bercengkrama satu sama lain dan bercanda sampai tertawa terbahak-bahak.
"Apa yang kalian tertawakan, sepertinya sangat lucu sekali sampai keluar air mata begitu?" tanya Rindu. Taat dan Gali memajukan tangannya di depan dada membuat gerakan dada (Kalian mengeri maksut aku?) dan berguman bukan apa-apa sambil menggelengkan kepalanya ke kanan kiri.
Rindu ikut duduk dengan mereka lalu menyerahkan jadwal yang baru saja dibuat. "Ini jadwal terbaru kalian. Silahkan digandakan sendiri, yang ini ditempel pada mading di dalam kelas."
Mereka meletakkan jadwal ditengah-tengah mereka, memotretnya satu persatu. Rindu cengo dengan apa yang dilihat. Maksudnya digandakan adalah difotocopi bukan dipotret, ia hanya bisa menggelengkan kepala. 'Dasar anak jaman sekarang, semua selalu berurusan dengan benda elektronik' batinnya.
"Owh ya, saya belum tau nama kalian?" tanya Rindu.
"Perkenalkan nama saya Barhari Lazuardi".
"Nama saya Rehan sharma."
"Kamu keturunan India." tebak Rindu yang diangguki oleh Rehan "Ayah saya India."
"Karena sekarang saya wali kelas kalian, saya akan membuat aturan kelas terlepas dari peraturan sekolah. Jadi jika kalian melanggar peraturan kalian akan dapat hukuman dua kali lipat, dari sekolahan dan dari saya." tutur Rindu
AKH BU RINDU KEJAM~~~~
Mereka teriak menyuarakan tidak setujuannya akan peraturan tambahan tersebut.
"Owh bukan kejam (Rindu geleng-geleng kepala) tapi lebih mendisiplinkan kalian, dan hukumannya juga tidak berat. Nah saya sudah membuat daftarnya, hanya 5 saja, menurut saya itu peraturan yang penting. Hukumannya untuk sekarang boleh di nego, tapi jika sudah fix tidak ada negosiasi lagi. Jadi gunakan kesempatan ini dengan sebaik mungkin." Rindu memberikan daftar tata peraturan kelas kepada mereka.
"Disini semua beragama islam kan?" tanya Rindu yang diangguki semuanya.
★★★
TATA PERATURAN KELAS
- Masuk kelas terlambat: Baca Pancasila sambil lari mengelilingi halaman sekolah 10×.
- Seragam tidak rapi maupun tanda almamater tidak lengkap: Baca UUD ’45 sambil lari mengelilingi halaman sekolah 10×.
- Bolos pelajaran: Baca Al - Qur'an 1 juz.
- Bolos sekolah / ikut tawuran: Baca Pancasila dan UUD ‘45 sambil lari mengelilingi halaman sekolah 15× setelahnya baca Al - Qur'an 1 juz.
- Tidak masuk sekolah tanpa keterangan yang jelas: Baca Al - Qur'an 5 juz dan UUD ’45 sambil lari mengelilingi halaman sekolah 15×.
Nb.
Hukuman akan di kali dengan banyaknya peraturan yang dilanggar.
Hukuman akan dilaksanakan saat istirahat atau pulang sekolah.
★★★
"Bu kenapa sekolahannya ditulis? pemborosan kalimat saja. Kalau halaman sudah pasti sekolah, halaman sekalah." kata Gali.
"Maaf Gali, ini itu bukan pemborosan kata. Saya rasa di otak kamu sedang merencanakan menjebak saya dengan halaman ini. Kalau saya menghapus kata sekolah kamu berhasil. Jadi semisal kamu bolos sekolah kamu tidak perlu lari mengelilingi halaman sekolah, hanya perlu mengelilingi halaman buku, iya kan?" tebak Rindu yang dibalas kekehan dari Gali sambil menggaruk kepala bagian belakang untuk mengalihkan rasa canggungnya.
"Tapi 10× itu kebanyakan." protes Gali lagi yang diangguki kawan-kawannya.
"Ya udah, saya kurangi lagi jadi 8×."
"Masih kebanyakan, 2× saja."
"Tidak, itu terlalu sedikit."
"Ayo lah buuu~" bujuk mereka.
"3× mengelilingi halaman sekolah tapi diganti menjadi jalan jongkok oke?" tawar Rindu, mereka berunding sebentar lalu menyetujuinya. Rindu menahan senyumnya yang ingin terbit, ‘Apa mereka tidak tau kalau jalan jongkok lebih melelahkan dari pada lari?’ batin Rindu.
"Bu kenapa bolos pelajaran hukumannya baca al qur'an hanya 1 juz, 10 juz saja." saran Rehan. Semua yang mendengar takjub karena biasanya Rehan hanya akan diam dalam situasi apapun, camkan itu APAPUN. Setelah sadar mereka langsung mencela saran Rehan yang sangat berlebihan itu, Rindu mengangkat tangannya tanda mereka harus diam.
"Duh kamu kenapa ikut-ikutan Gali sih!" desis Rindu, Rehan tersenyum maksut terselubungnya juga di ketahui.
"Jika saya menyetujui saran Rehan, kalian harus terima kasih kepadanya." Rehan makin tersenyum tangan kanannya ia pukulkan ke dada kirinya. Kawan-kawannya menatap dengan pandangan bloon, tanda tidak mengerti. Apa yang harus diterimakasihi? Baca 1 juz menjadi 10 juz itu harusnya langsung dibenci bukan terimakasih!
"Tapi saya tidak akan mengganti peraturan tersebut." luntur sudah senyum di wajah Rehan diganti dengan wajah cemberut.
"Mana mungkin saya akan mengganti hukuman baca 1 juz Al Qur'an menjadi 1 surat Al -Iklas? Walaupun baca satu surat al iklas pahalanya seperti baca 10 juz Al Qur'an."
Ya seperti yang kita ketahui membaca 1 surat Al Ikhlas faedahnya sama dengan membaca Al Qur'an 10 juz. Walaupun sama rasanya akan beda. Seperti kita memakan 1 buah delima walaupun vitamin c yang kita dapat sama dengan memakan 4 buah jeruk tapi rasa yang kita dapat berbeda kan? (ini hanya karangan saya jangan dipercaya ya)
Mereka tidak memprotes membaca Pancasila maupun UUD ’45, karena mereka mengerti bahwa mereka hanya baca tidak perlu menghafalkan, jadi tidak perlu dirubah.
Ini hasil keputusan akhir tata tertib dengan disetujui oleh mereka semua.
★★★
TATA PERATURAN KELAS
- Masuk kelas terlambat: Baca Pancasila sambil jalan jongkok mengelilingi halaman sekolah 2×.
- Seragam tidak rapi maupun tanda almamater tidak lengkap: Baca UUD ’45 sambil jalan jongkok mengelilingi halaman sekolah 2×.
- Bolos pelajaran: Baca Al - Qur'an 1 juz.
- Bolos sekolah / ikut tawuran: Baca Pancasila dan UUD ‘45 sambil lari mengelilingi halaman sekolah 2× setelahnya baca Al - Qur'an 1 juz.
- Tidak masuk sekolah tanpa keterangan yang jelas: Baca Al - Qur'an 5 juz dan UUD ’45 sambil lari mengelilingi halaman sekolah 2×.
Nb.
Hukuman akan di kali dengan banyaknya peraturan yang dilanggar.
Hukuman akan dilaksanakan saat istirahat atau pulang sekolah.
★★★
Pada akhirnya guru yang tetap mengalah.
"Owh ya satu lagi, dan saya tidak menerima bantahan. Di kelas kita tidak ada kata saya atau dia atau kamu lan sak panunggalane hanya ada kata kita. Jadi jika ada yang melanggar peraturan, yang menerima hukuman kalian semua." tutur Rindu.
Jelas saja langsung mendapat protesan dari mereka, tapi Rindu berfikir bagaimana cara menangani anak-anak nakal ini? Dan ia menemukan jawabannya, beri saja mereka rasa bersalah. Seperti ini, jika salah satu dari mereka melakukan kesalahan maka yang akan mendapat hukumannya mereka semua. Jadi si pelaku akan merasa bersalah karena telah melibatkan mereka. Di mana biasanya andai mereka melakukan kesalahan, mereka sendiri yang akan bertanggungjawab, nah ini harus melibatkan orang lain. Oleh karena itu demi kebaikan mereka semua Rindu tidak akan mencabut aturan tidak tertulis itu, walau mereka sangat tidak setuju akan peraturan tersebut. Untuk membuat mereka melupakan peraturan tersebut Rindu mempunyai sebuah ide cemerlang dikepalanya.
"Aktif pembelajaran akan dimulai besok. Untuk menunggu jam pulang nanti pada pukul 12 siang. Maka untuk merekatkan tali persaudaraan kita, Ibu punya sebuah permainan. Kita akan bermain, apa kalian setuju?" tanya Rindu.
Setuju~
Mereka langsung menyetujuinya, kapan lagi kan ada guru yang ngajak bermain."Mari kita berdiri lebih dulu."
"Silahkan bagi jadi 3 kelompok, dan antar kelompok buat barisan vertikal.”
Rehan langsung menyeret Thari berada ke depannya. Di ikuti Taat yang menyeret Dewi dan Gali yang menyeret Rina.
"Begini peraturannya orang yang ada di belakang kalian akan menjawab dari soal yang ditanyakan oleh tim lawan kalian. Orang di depan kalian akan memberi pertanyaan yang diajukan ke tim lawan. Tentukan nama tim kalian dari Puspa Bangsa, Puspa Pesona, Puspa Langka. Silahkan kalian pilih!"
Taat dan Dewi tim Puspa Bangsa, Gali dan Rina tim Puspa Pesona, Rehan dan Thari tim Puspa Langka.
"Begini cara bermain saya akan mencontohkannya. Buah bersianida? Pupsa Pesona dor! tangannya dibuat seperti pistol, dan Gali akan menjawab apel. Setelahnya Rina akan memberi pertanyaan dan langsung ditujukan ke tim lain. Makin cepat pertanyaan yang diajukan makin sedikit kesempatan lawan berfikir. Apa kalian mengerti?"
Mereka megangguk tanda mengerti.
"Nah hukumannya memilih ToD yang akan diajukan oleh tim yang menang. Silahkan memulai, saya akan mengawasi kalian dari teras. Buat yang menanyakan ataupun menjawab hal yang tidak mendidik akan langsung kalah. Silakan di mulai!" Rindu duduk di teras membuka laptopnya mengerjakan tugas kampusnya.
Mereka memulai dari tim Gali.
"Leonardo da vinci? Puspa Langka dor!" Rina menunjuk ke tim Rehan
"Monalisa." “Putra Imaduddin Zangki? Puspa Bangsa dor!"
"Nuruddin Mahmud." "Danau dengan petir yang terus menerus menyambar? Puspa Langka dor!"
"Maracaibo." "Pelukis the starry night? Puspa Pesona dor!"
"Vincent van gogh." "Salah satu pohon termahal di dunia? pupsa Bangsa dor!"
"Gaharu." "Gunung yang terdapat pada gambar anak-anak? Puspa Langka dor!"
"Sindoro Sumbing." "Jendral penerima bintang lima? Puspa Pesona dor!"
"Jendral Nasution." "Sebutan pemberi pinjaman? Puspa Bangsa dor!"
"Debitur..."
Salah!!!
Jeritan mereka membuat Rindu yang sedang serius menulis terkejut. Dewi memarahi Taat yang menjawab salah "Kreditur lah" mereka berdebat sampai akhirnya tanya sama mbah google.
Ya sering kita salah pahan akan istilah kreditur dan debitur. Kita sering menganggap bank yang meminjamkan uang kepada kita sebagai Debitur, sedangkan orang yang meminjam disebut sebagai Kreditur. Padahal pemahaman yang seperti itu sangat salah kaprah, yang betul yang memberi pinjaman disebut Kreditur sedang yang menerima pinjaman disebut Debitur.
Taat dan Dewi menuju Rindu untuk bergabung bersamanya menunggu permainan selesai. Karena tadi yang Benar menjawab terakhir pada tim Puspa Pesona, maka permainan dimulai dari tim tersebut. "Nama keyboard sebelum qwerty? Puspa Langka dor!"
"Dvorak." "Nama horoskop bulan agustus? Puspa Pesona dor!"
"Leo, virgo." "Nama negara di asia tenggara yang tidak memiliki wilayah lautan? Puspa Langka dor!"
"Laos." "Hewan yang masih bisa bertahan hidup setelah bom hiroshima dijatuhkan? Puspa Pesona dor!"
"Kecoa." "Bagian bumi paling dingin? Puspa Langka dor!"
"Kutub selatan." "Bahasa indonesianya selfie? Puspa Pesona dor!"
"Swafoto." "Julukan bagi penyuka buku? Puspa Langka dor!"
"Bibliofilia." "Huruf yang mendapat peluruhan makna? Puspa Pesona dor!"
"K T S P." "Nama mata air keabadian? Puspa Langka dor!"
"Ponce de leon...”
SALAH!!!
Teriak Rina senang, jebakannya akhirnya berhasil dari tadi dia memberi pertanyaan yang jawabannya membingungkan. Seperti bagian bumi paling dingin? Kita pasti bingung karena jawabannya adalah antartika. Kemudian dalam otak kita ada pertanyaan lagi, Antartika itu ada di bumi belahan mana? kutub utara atau kutub selatan.
Julukan bagi penyuka buku? Di otak kita pasti langsung muncul kata 'kutu buku' atau 'nerd' tapi yang benar jawabannya bibliofilia atau bibliofilisme. Perbedaannya jika seorang bibliofilia adalah julukan bagi orang yang menyukai buku tanpa pilih-pilih genre, sedang kutu buku atau nerd adalah julukan bagi orang yang suka membaca buku karena isinya. Biasanya bibliofil adalah seorang kolektor buku.
Nah pada pertanyaan nama mata air keabadian akhirnya tim Puspa Langka kalah, jawaban yang Benar yaitu Ainul Hayat. Ceritanya dahulu Zulkarnaen setelah memenjarakan Daqjal dengan membuat dua tembok dari besi. Zulkarnaen mencari air mata keabadian atau Ainul Hayat ini dengan mengajak Nabi Khidir. Setelah ia menemukan gua yang ada setetes air dari surga ini, Zulkarnaen menyuruh Nabi Khidir untuk masuk. Nabi Khidir pun masuk lalu meminum setetes air dari surga itu. Akhirnya ia (Nabi Khidir) abadi sampai saat ini. (Bulu roma saya berdiri ketika menulis ini) Sedang Ponce De Leon adalah air awet muda pada film Pirates of The Caribbean.
Mereka duduk melingkar di teras untuk menjalankan ToD.
Rindu samar-samar mendengar permainan mereka. Bagi Rindu mereka bukan anak-anak nakal, mereka anak-anak pintar yang tidak tau cara menyalurkan kepandaian mereka.
"Taat truth or dare?" tanya Gali.
"Dare."
"Traktir aku jajan saat istirahat selama satu bulan."
"Nggak!"
"Kan tadi udah pilih dare kamu?"
"Tetap aja aku nggak mau kalau traktir kamu." tolak Taat
"Ya udah kamu traktir kita semua selama satu minggu, gimana?" lerai Rina.
"Oke tapi tiap orang tidak lebih dari Rp10.000 ribu."
Oke~ Jawab mereka, sepertinya harus jual bunga lagi nih’ batin Taat.
"Dewi truth or dare?" tanya rani
"Truth."
"Kemarin kamu kenapa?"
Dewi tersenyum "Hanya teringat kejadian masa lalu, entah kenapa membuat aku histeris. Kata Segmund Frued the child is the father of men kan" jelas Dewi.
Karena sepertinya Dewi enggan mengatakan secara keseluruhan apa yang terjadi dan kita tidak bisa memaksa. Rina mengerti keadaan itu ‘Mungkin lain waktu dia akan berbagi.’ fikirnya.
"Rehan truth or dare?".
"Truth."
"Kenapa kamu sering melukai diri sendiri" tanya Gali.
Rehan menundukkan kepalanya, wajahnya menampilkan ekspresi cemberut tanda tidak suka kehidupannya diusik. Tapi, hey bukankah tadi engkau memilih truth? Jadi kenapa tidak suka. Karena perdebatan otaknya itu dan tidak mendapat keputusan dia menjadi tidak suka dengan dirinya sendiri. Thari yang melihat gelagat Rehan mulai melukai dirinya sendiri ia mengambil alih keadaan.
"Dia mengidap self injury." saat mengatakan itu Thari menatap Rehan dengan senyum manisnya dan menggenggam tangan Rehan.
"Oke sekarang kau Thari, pilih truth or dare?" Rindu mencoba mengalihkan perhatian.
"Truth."
"Apa hubunganmu dengan Rehan?" tanya Rina
Thari menoleh ke Rehan sebentar mereka bertatapan lalu Rehan menganggung. "Kami pasutri"
Rindu tidak memerhatikan permainan ToD mereka ia mendapat sms dari kakaknya untuk segera ke RSU ayah mereka sakit.
"Di antara kalian ada yang bisa anterin saya sebentar tidak?" tanya Rindu.
Melihat gurunya bertanya dengan tubuh bergemeteran sambil menahan tangis Gali menawarkan diri. Namun Taat menahannya agar ia saja yang mengantar, pakai motor lebih cepat sampai kata Taat. Gali itu orang kaya lebih tepatnya orang tuanya yang kaya, ia selalu memakai mobil ke sekolah.
Setelah mengambil tasnya tak lupa menginjinkan Taat sekalian, Rindu langsung menuju ke rumah sakit dimana ayahnya dirawat.
Sesampainya di rumah sakit Rindu langsung ke ruang unit gawat darurat, untuk melihat ayahnya. Ayahnya berbaring lemah di ranjang, alat bantu pernafasan terpasang di hidungnya. Melihat anak bungsunya datang ia mencoba tersenyum, tanganya melambai sebagai isyarat untuk mendekat.
"Yah~" gumam Rindu meraih tangan ayahnya untuk dicium. Tak terasa air matanya mulai berjatuhan.
Ayah Rindu mengusap-usap surai Rindu "Ayah tidak apa-apa dek." mata Rindu semakin deras mengeluarkan airnya.
"Dek tau tidak? Kebahagian seorang ayah itu bisa mengijabkan anak perempuannya." Rindu tidak mengerti apa maksud ayahnya. Apa selama ini dia tidak bahagia? Rindu menatap ayahnya bermaksud bertanya.
"Ayah akan sangat bahagia jikalau ayah bisa menikahkan kamu. Ayah bisa pergi dengan tenang." terang ayah Rindu.
"Ayah jangan ngomong kaya gitu. Ayah masih akan menemani kami dalam jangka waktu lama. Ayah juga belum melihat aku wisuda dengan predikat terbaik, ayah ingin melihat masa itu kan?" Rindu berbicara sambil sesenggukan.
"Nak dengar, waktu ayah sudah tidak lama lagi ayah sangat tau itu. Maaf ayah tidak bisa menemanimu saat memakai toga. Tapi maukah kamu penuhi permintaan terakhir ayah ini, biar ayah bisa pergi dengan tenang." Rindu akhirnya mengangguk, dalam fikirnya ia bingung. Dia akan nikah dengan siapa? Pacar untuk diajak nikah aja tidak punya. Ia memang menyukai dosennya itu, tapi ia tidak mungkin kan meminta dosennya untuk menikahinya? Bisa-bisa ia langsung dapat surat drop out.
Krekk~
Pintu terbuka memerlihatkan dosennya ‘Panjang umur tuh orang baru difikirin langsung muncul.’ batin Rindu.
★★★
Tadi ketika Taat memakirkan motornya ada yang menepuk bahunya. "Rindu sakit?" tanya Ben.
"Tidak, kalau dia sakit dia akan di gendong seorang lelaki bukannya berlari." kata Taat.
Ben mendengus "Dia jenguk siapa?"
"Calan mertua saya." Ben memberi Taat tatapan tajamnya bukan karena mendengar siapa yang Rindu jenguk tapi mendengar panggilan yang anak itu berikan.
"Anda lihat sendiri bukan saya yang mengantar, itu berarti saya orang yang spesial bagi dia. Kalau tidak, dia tidak akan meminta bantuan saya tapi meminta bantuan kepada Anda." Taat makin memanas-manasi otak Ben. Ia mengetahui pria itu menyukai gurunya, tapi tidak pantas kan + tidak mungkin seorang dosen menjalin hubungan spesial dengan mahasiswinya.
Taat sebal dengan kelakuan dosen satu ini yang terus menerus bertanya di mana ayah Rindu dirawat. Jelas saja dia tidak tau dia ke sini hanya diminta untuk mengantar bukan sekaligus ikut menjenguk keadaan ayah gurunya itu. Taat mengacuhkannya, ia tinggal pergi pria bernama Benedict itu, kalau ia tidak salah membaca nickname di dadanya tadi.
Benedict? Sepertinya aku pernah dengar di mana ya? Owh ya lagunya Hayley Westenra, tapi lagu miliknya berjudul Benedictus bukan Benedict. Dimana ya aku dengar, owh aku pernah dengar waktu aku di armenia, ya ya ya.
Taat berjalan sambil mengingat ketika ia di armenia dulu. Dulu waktu ia masih kelas 3 SD ia ingin jalan-jalan entah kemana. Tapi mengingat ekonomi keluarganya yang pas-pasan keinginannya tak mungkin terkabul. Ia pun memutar otak, akhirnya menemukan jalan keluar. Ia akan belajar menari dengan sungguh-sungguh jika dirasa ilmunya sudah cukup, ia akan mengikuti berbagai lomba tari. Mungkin dari antarkampung dulu menjadi antarkecamatan lalu antarkabupaten setelah itu antarprovinsi dan seterusnya. Jika nantinya tuhan mengizinkan, bisa saja ia dapat pergi keluar negri.
Memang hasil tidak akan menghianati sebuah usaha, tuhan pun akan mengabulkan do'a hambanya yang tidak pernah bosan bersujud kepadaNYA. Setelah mengikuti lomba sana sini, saat ia duduk dikelas 3 SMP ia didaulat menjadi salah satu penari yang akan pentas di Armenia dalam rangka penguat persahabatan antara Armenia dan Indonesia. Dia bersama 4 penari lainnya menarikan tarian tradisional dari Jawa.
Satu hari setelah pentas dia dan penari-penari lainnya keliling kota Erivan. Saat di pantai ia mendengar tentang seorang yang bernama Benedict yang mengidap suatu penyakit kejiwaan. Entah penyakit apa? karena hanya itu yang dapat ia dengar. Ketika ia ingin meneruskan acara mengupingnya pembimbingnya menyuruh ia ke mobil untuk kembali ke hotel.
"Namanya sama-sama Benedict.” gumam Taat melanjukan motornya.
★★★
Ayah Rindu menatap Ben dengan bahagia ia mengira Ben adalah kekasih anaknya. Ia menyuruh Ben untuk mendekat, digenggam tangan Ben dengan kedua tangannya. "Kamu bisakan secepatnya menikahi Rindu?" pertanyaan dari ayah Rindu membuat Ben bingung. ‘Dia tidak bermaksud menyuruh aku untuk menikahi anaknya kan?’ batin Ben.
"Bisa kan? Sebelum saya pergi, saya ingin bisa mengijabkan anak saya." lanjut ayah Rindu serelah melihat Ben diam saja.
"Saya akan usahakan secepatnya. Saya akan menghubungi keluarga saya dan menyuruh mereka kemari. Secepatnya." kata Ben dengan tegas.
Ben berfikir tidak baik menolak permintaan dari orang yang sedang sakit kan? Aku hanya membantu!
Membantu tapi imbalannya besar ya?
Aku tidak meminta imbalan!
Owh ayolah Ben, kau tau jika kau memenuhi permintaan orang tua tersebut, dalam kata lain Rindu akan terikat dengan mu, jadi kau bisa bersamanya sesuka kamu.
DIAM KAU!!!!!
Hati dan otak Bensaling berdebat.
Ayah Rindu tersenyum, mereka meninggalkannya untuk di pindah ke ruang rawat inap. Rindu menyeret dosennya itu ke arah tangga darurat setelah sampai ia melepaskan tangan Ben. Ben membiarkan Rindu berbicara panjang lebar di kali tinggi sama dengan luas sampai dirinya puas mengeluarkan isi otaknya.
"Saya ingin memohon maaf untuk perkataan ayah saya tadi. Ayah saya hanya tidak ingin saya menikah di usia tua. Beliau menginginkan saya menikah muda, agar dimasa tua nanti saya sudah tidak perlu repot mengurus anak-anak saya, anak saya sudah mandiri. Itu yang beliau fikirkan. Jadi saya harap Anda jangan anggap serius perkataan ayah saya tadi." jelas Rindu
"Apa ini pernyataan secara tersirat kamu menolak menikah dengan saya?" Rindu terkejut dengan pertanyaan yang diajukan oleh Ben. Bukan maksut dia menolak menikah dengan Ben, siapa juga yang tidak mau menikah dengan seorang dosen seperti dia? Sudah ganteng, blasteran pula. Pintar sudah pasti, kalau dia tidak pintar mana mungkin dia jadi dosen di usia yang belum menginjak kepala tiga. Hanya saja Rindu mengatakan itu karena ia sadar diri akan siapa dirinya, yang beda jauh dengan Ben. Bukan hanya itu, dia hanya takut Ben akan tersinggung akan perkataan ayahnya tadi, yang menyuruh dia cepat menikahi Rindu, bukan apa? Hanya saja punya hubungan spesial aja tidak mana mungkin menikah!
Melihat Rindu diam saja, Ben melanjutkan ucapannya "Saya tidak akan menarik atau mengubah perkataan yang sudah saya keluarkan. Seperti yang saya katakan tadi saya akan usahakan secepatnya menikahimu. Tunggu saja tanggal mainnya." Ben meninggalkan Rindu yang terdiam mematung.
Ben tersenyum, ia tidak menyangka akan semudah ini jalan yang diberikan tuhan untuk menikahi Rindu. Ia sejak awal memang sudah menyukai Rindu, tapi tidak mungkin kan mereka memiliki status lebih dari sekedar hubungan mahasiswi dengan dosennya. Mungkin, hanya saja tidak pantas. Jadi dia menunggu sampai Rindu lulus kuliah untuk menjadikan dia wanita spesialnya. Namun rencana tinggallah rencana, tuhan sudah menggariskan jalan lain. Dia memang bisa mengubah jalan itu, tapi dia menetapkan dalam hati dia akan mengikuti garis jalan yang telah tuhan kirim ini.
Rindu tersadar, dia pergi menuju ruang ayahnya sambil berfikir apa yang telah dosennya itu katakan. ‘Dia pasti bercanda, mana mungkin dia akan menikahi mahasiswinya? Apa lagi aku yang tidak memiliki daya tarik ini.’ Batin Rindu.
★★★
Ben masih di ranjangnya ketika ponselnya tidak berhenti berdering, ia mengangkat dengan malas. "Halo"
“Pak Ben bisa tolong ke rumah sakit? ayah saya kondisinya semakin memburuk.” Jawab orang di saluran sebrang.
Ben melihat ke layar ponselnya ternyata yang menelpon dia Rindu. Dia tadi seperti mendengar ada nada kecemasan yang luar biasa pada diri Rindu. Langsung saja ia menyetujui untuk segera datang.
Ayah Rindu menatap Ben dengan mata sendunya, ia sangat berharap pada lelaki itu dapat mengabulkan keinginannya. Bukan apa? Hanya saja ia ingin meninggalkan Rindu ketika Rindu sudah bukan tanggung jawabnya lagi. Jika itu terjadi ia akan meninggal dengan tenang.
"Saya ingin sekali mengabulkan permintaan Anda. Namun pihak KUA bisa menikahkan seseorang minimal dua minggu setelah pendaftaran pernikahan. Mungkin jika Anda tidak keberatan saya akan menikahi Rindu secara siri lebih dulu." terang Ben.
Ayah Rindu menggelengkan kepalanya, tanda tidak menyetujui saran tersebut.
Dia tidak akan pernah setuju, jika itu terjadi sama saja dia menjerumuskan anaknya. Belum tentu lelaki itu akan Benar-Benar menikahi Rindu secara negara. Jika Rindu menikah siri lalu mereka bergaul, bilamana terjadi suatu permasalahan yang keputusan akhirnya hanya sebuah perceraian, itu akan sangat merugikan Rindu. Dia akan mendapat status janda secara agama tapi secara negara dia masih berstatus belum kawin. Bukankah itu sangat merugikan Rindu? Bagaimana ia akan mengatakan itu kepada calon suaminya nanti? Kalau dia menerima dirinya apa adanya sihh itu okey, namun jika tidak ia harus bagaimana? Sedang ayah Ibu sudah pergi meninggalkannya lebih dulu, tidak ada tempat ia kembali. Oleh karena itu dia tidak menyetujui saran tersebut.
"Tidak, aku akan mencoba bertahan sampai waktu dua minggu tersebut. Kalian pergilah ke KUA sekarang. Rindu bawa kakak kamu, maaf ayah tidak bisa menemani."
Rindu dan Ben pergi setelah berpamitan dengan ayah Rindu, sedang Arya kakak Rindu akan menyusul mereka ke KUA. Biasanya jika kita akan mendaftar pernikahan yang ke KUA adalah calon mempelai perempuan, calon mempelai laki-laki dan ayah calon mempelai perempuan. Setelah mendaftar mereka akan pergi ke puskesmas ataupun rumah sakit untuk mengecek kesehatan mereka. Rindu karena sangat menghawatirkan keadaan ayahnya ia tidak bisa berfikir dengan baik. Ia hanya mengikuti ke mana Ben membawa dirinya, dari KUA, Rumah Sakit, sampai butik yang menyediakan perlengkapan pernikanan. Rindu hanya menurut saja, tapi saat di toko emas dia bingung sendiri, karena hanya satu buah cincin saja bukan sepasang.
Mengerti kebingungan dalam diri Rindu, Ben menjelaskan. Bukankah dalam islam seorang pria tidak diperbolehkan menggunakan emas? Tentu Ben tahu tentang itu, walaupun ia tumbuh di luar negeri. Dia tidak akan melanggar larangan tersebut, dosanya sudah terlalu banyak fikirnya. Rindu mengatakan ia juga tidak akan memakai cincin pernikahan, akan terapi Ben tidak menyetujuinya.
Bagaimana mungkin dia bisa setuju Rindu tidak memakai cincin? Jika itu terjadi dia tidak akan bisa mengikat Rindu dari para lelaki yang tertarik kepadanya. Bukan hanya satu dua lelaki yang mendekatinya. Banyak… hanya saja Rindu tidak menyadarinya, dia sangat acuh terhadap keadaan sekitarnya, Ben harus senang akan sifat Rindu yang satu itu.
Rindu tidak setuju jika hanya dia yang memakai cincin, menurutnya itu tidak adil. Dia tidak akan bisa lagi berdekatan dengan seorang lelaki lebih dari teman, sedang Ben bisa berdekatan dengan perempuan karena ia tidak memakai cincin. Akhirnya ia menyetujui ide Rindu yang menyarankan agar mereka membeli perak saja, toh warnanya seperti emas putih. Walaupun ide itu menurut Ben menggelikan tapi ia tetap menyetujuinya, nanti ia bisa ganti cincin milik Rindu. Fikirnya.
Ben telah memberi tahu keluarganya, tapi mereka tidak bisa datang karena kondisi ayah Ben yang tidak memungkinkah untuk terbang terlalu lama. Sedang Ben tidak memiliki seorang saudarapun. Dulu Ibunya beberapa kali hamil calon adiknya tapi karena kondisi kehamilannya lemah ia terus mengalami keguguran. Karena tidak tega melihat istrinya terpuruk setiap kali mengalami keguguran, ayah Ben memutuskan untuk melakukan fasektomi. Mereka hanya bisa memberikan restu dan doa agar pernikahan mereka langgeng. Serta berharap sesuatu dari masa lalu yang telah lama tidak muncul, tidak kembali memperlihatkan kekuasaannya lagi sehingga menghancurkan pernikahan tersebut.
Meskipun ayahnya sedang sakit, Rindu tidak mungkin mengacuhkan magangnya. Jam mengajar dia tidak 36 jam penuh hanya 25 jam per minggu. Sekarang Rindu sedang di kelasnya, anak didiknya membuat ulah. Gali tidak memakai atribut sekolahan dengan lengkap, alhasil sekelas terkena hukuman semua. Sesuai perjanjian jika ada yang melanggar peraturan maka hukumannya berimbas pada semuanya. Mereka disuruh jalan jongkok keliling halaman sekolah sebanyak 2 kali yang dapat diselesaikan hampir setengah jam.
Ketika sedang menjelaskan materi tentang penyimpangan sosial, Rindu menjelaskannya sambil membuat skema. Sehingga murid-muridnya tidak jenuh, karena gurunya menjelaskan tidak seperti membaca buku.
"Penyimpangan sosial. Apa yang kalian ketahui tentang penyinpangan?" tanya Rindu mencoba berinteraktif dengan muridnya.
"Tidak sesuai tempat." Gali yang tidak ingin kalah dengan Taat juga ikut menjawab "Menyeleweng dari norma yang ada."
"Ada yang lain?" Rindu melihat sekeliling dirasa tidak ada yang akan menjawab ia meneruskan.
"Penyimpangan sosial? Perilaku yang tidak sesuai dengan adat atau norma yang berlaku di lingkungan itu. Contohnya di daerah tersebut sudah dijelaskan bila ada tamu datang pada malam hari selain keluarga tidak diperbolehkan membuka pintu. Namun ada kejadian seseorang membukan pintu padahal itu bukan salah satu keluarganya, itu salah satu penyimpangan sosial. Walaupun peraturan tersebut tidak ada secara tertulis, hanya peraturan tidak tertulis, tetap saja itu penyimpangan sosial. Apalagi jika tidak melapor ke RT maupun RW setempat. Walaupun dalam hati kita ketika ada yang mengetuk pintu rumah kita malah hari tidak tega jika tidak membukakan pintu. Tapi kita harus menjalankan norma yang berlaku di wilayah kita, agar tidak terjadi keributan dalam bermasyarakat. Apa kalian mengerti?" mereka menganggukkan kepalanya.
Rindu melanjutkan "Penyimpangan sosial sendiri terbagi menjadi 4 yaitu ritualisme, retreatisme, rebelion, dan inovasi. Kita akan bahas satu per satu. Pertama ritualisme adalah memegang teguh norma berlaku. Masyarakat tersebut menolak adanya norma baru, mereka tetap memegang teguh norma yang berlaku sejak nenek moyang mereka lahir......."
★★★
Kelas begitu gaduh, Rindu tidak datang hari ini karena sedang di rumah sakit. Untuk menghindari kelas kosong ia memberikan pesan pada mereka untuk membuat tugas kelompok tentang contoh penyakit sosial. Ia membagi menjadi dua kelompok, perempuan dan laki-laki dipisah karena kalau di gabung ia percaya yang lelaki hanya numpang mencatut nama.
Gali membuat ulah lagi ia tidak memakai kaos kaki sesuai peraturan jadi mereka terkena hukum lagi. Walaupun Rindu tidak datang mereka tetap dapat hukuman karena wali kelas mereka telah berpesan pada guru piket pada saat itu. Jika mereka melanggar aturan yang telah mereka sepakati, jangan beri ampun maupun kelonggaran pada mereka.
"Nama kelompok kita apa nih?" tanya Taat.
"Kamu aja yang kasih nama Li! Otak aku lagi tidak bisa diajak untuk berfikir. Aku masih lelah gara-gara kamu tadi. Gila ini sudah dua kali Li, gara-gara kamu!" kata Rehan yang diangguki Taat. "Bener itu!"
"Tidak adil dong itu! Tidak dengar apa yang tadi Ibu Rindu katakan? Harus bekerja sama." tolak Gali.
"Cihhhh, bicara kerja sama, biasanya juga kalau ada beginian kabur lebih milih godain cewek-cewek." ejek Taat.
"Seperti Anda tidak saja Tuan." Gali balik mengejek.
Rehan yang melihat acara ejek-mengejek mereka sepertinya tidak akan ada ujungnya kalau tidak dihentikan, mencoba menengahi. "Ya udah kalau begitu bagaimana kalau aku yang beri nama dan ngetik materinya? Gali cari materi, dan Taat presentasi minggu depan."
"Oke aku setuju." kata Taat
"Aku juga setuju." Gali pun menyetujui
Berbeda dengan kelompok laki-laki yang ricuk, di kelompok perempuan berjalan dengan tenang. "Nama kelompok kita apa nih?" tanya Thari
"Gimana kalau kita namai dengan nama gunung?" saran Rina
"Enaknya kita beri nama gunung apa ya?" fikir Thari
"Rinjani mungkin?" Dewi mencoba memberi saran, yang disetujui semuanya.
"Kita akan membahas tentang apa nih? Aku tidak mau yang berhubungan dengan kontak fisik ya." kata Thari.
"Penyakit sosial semuanya berhubungan dengan kontak fisik Thari. Meskipun itu alkoholisme ataupun penyalahgunaan narkoba, tetap saja ujung-ujungnya akan ada kontak fisik." terang Dewi.
"Memangnya kenapa dengan adanya kontak fisik? Bukan kah kamu sudah mengetahuinya secara privatly, bukannya seperti kita yang hanya melihat saja." tanya Rina sambil menggerak-gerakkan alisnya. Ia mengingat bahwa Thari sudah menikah dengan Rehan walaupun secara siri.
"Aku belum pernah ya," sangkal Thari yang tidak disetujui oleh yang lain. "Gimana kalau kita membahas tentang perkelahian antar pelajar?" Thari mencoba mengalih kan pembicaraan.
Rina dan Dewi bertatapan lalu mengangguk. "Oke deh kita bahas itu saja. Dari pada kita membahas yang ada kontak fisiknya, yang seperti ada di fikiran mu. Bisa-bisa saat presentasi nanti kita diejek." kata Dewi.
★★★
Di rumah sakit Rindu menggunakan kebaya rambutnya ia sanggul secara sederhana. Di depannya ada seorang wali hakim berdiri di sebelah ayahnya yang terbaring di brangkar rumah sakit. Ben berada di sisinya menggunakan jaz yang warnanya sama dengan kebaya yang ia pakai. Keluarga Ben yang datang adalah adik dari ayahnya, pamannya memboyong keluarga kecilnya untuk mewakili keluarga Ben serta untuk berlibur di Indonesia. Kakak Rindu beserta istri dan anaknya juga ada di situ untuk mengikuti prosesi nikah Rindu dan Ben.
Ben mengucapkan ijab dengan satu tarikan nafas, tadi dia sudah menghafalnya berulang ulang kali selama dirumah di mobil intinya selama 2 minggu ini dia menghafalkan satu kalimat itu dimanapun ia berada dalam suasana apapun ia tetap menghafalkannya, rasanya ini lebih menegangkan dari pada sidang tesis menurut Ben. Ia memberikan mahar kepada Rindu berupa uang 15 juta sebagai tanda tahun mereka menikah, membaca 3 kali surat al iklas atas permintaan Rindu, dan seperangkat alat sholat, kini mereka telah sah sebagai sepasang suami istri. Atas saran dari pamannya, Ben mencarikan dokter yang lebih berpengalaman untuk mengobati penyakit ayah mertuanya itu.
Ben tidak menyangka kini ia sudah menjadi seorang suami, senyum tidak lepas dari wajahnya. Dia kini sedang bersama Rindu di mobil menuju rumahnya setelah sebelumnya mereka mengambil barang Rindu untuk dibawa ke rumahnya. Awalnya Rindu menolak untuk tinggal di rumah Ben namun Ben menekankan kepada Rindu bahwa seorang istri haruslah nurut pada suaminya, akhirnya Rindu menyetujui. Ben tidak mungkin ikut istrinya menetap bersama ayah dan kakak Rindu. Apa lagi kakak Rindu juga sudah memiliki keluarga kecil, ia tidak mungkin tinggal di situ. Gengsinya terlalu besar, nanti dikira ia tidak mampu menghidupi istri mungilnya itu.
Di lampu merah ia menghentikan mobilnya menunggu lampu berubah menjadi hijau, ia menatap pada sekelilingnya. Ketika menatap toko di sebelahnya, wajahnya yang tadi tersemat senyum manis luntur menegang. Ketika melihat pantulan bayangan pada kaca toko yang memperlihatkan seseorang yang ia kenal sedang tersenyum padanya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya lalu menatap toko tersebut pantulan tadi kini menghilang.
“Ini tidak mungkin! Tidak mungkin ia muncul lagi setelah sekian lama, ini tidak mungkin!’’ batin Ben.
TBC
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
