Gamble of Love (Part 1 - Let's The Game Begin)

0
0
Deskripsi

Mada berang atas informasi yang baru ia dapat, informasi yang menceritakan bahwa rumah tangga adik bungsunya diambang ke hancuran akibat orang ketiga. Ia tidak terima apalagi melihat pihak ketiga tersebut masih bisa tersenyum, sedangkan adiknya dirundung kesedihan terus menerus hingga muncullah rasa dendam tersebut dalam hati.

Kesempatan untuk menjadi suaminya tidak pernah ia sia-siakan walaupun ia tahu dirinya masih ada hubungan dengan wanita lain. Ia ingin menciptakan neraka dunia baginya, ia akan...

Summary

Apa yang terjadi saat ini belum tentu itu musibah bagi kita, mungkin itu adalah balasan akibat kesalahan kita di masa lalu. Bukan kah Tuhan begitu baik memberi balasan di dunia atas dosa-dosa yang telah kita lakukan? Bukan di akhirat? Yang pasti balasan di dunia itu ada tenggat waktu selama kita mau bertobat mau memperbaiki diri Tuhan akan menghentikannya malahan menggantinya menjadi lebih tinggi drajatnya. Sedang kalau di akhirat balasannya selama-lamanya meskipun kamu meminta maaf sampai keluar air mata darah, kata maaf mu sudah tidak berguna sama sekali.

Tidak pernah terpikirkan kah oleh orang-orang yang termakan dendam kesumat? Bahwa kesusahan yang kamu berikan jika orang tersebut menerimanya itu akan menjadi penggugur dosa-dosa di masa lalu. Yahh mungkin setan sudah menutupi dengan baik, bukan kah tipu muslihat setan itu sangat nyata.

Huffff…

Terdenggar suara helaan nafas, Henna yang terlukis cantik di tangan ia tatap dengan sendu, indah tapi tak seindah perasaannya saat ini. Pikirannya berkelana ke beberapa hari yang lalu penyebab peristiwa ini terjadi.

 

Flasback

“Bu, aku belum mau nikah!”

Sang ibu menatap putrinya dengan teduh “mau nunggu apa lagi, lulus kuliah? Kamu udah lulus 1 tahun yang lalu. Punya pekerjaan mapan? Kamu udah punya. Mau apa lagi?”

“Buuuu…. aku masih muda, masih mau nikmatin masa muda aku..” ia tetap berusaha membujuk ibunya untuk tidak memaksakannya menikah.

‘Hell…aku masih 25 tahun masa nikah siiii’ ia hanya bisa menggerutu dalam hati.

Hilang sudah ke sabaran si ibu ia tidak mengerti jalan pikiran si anak. “Muda dari mana… lihat teman-teman SD kamu!!! Sudah pada punya anak, bahkan sudah ada yang punya 3 anak. Anggi anak ibu yang paling cantik sendiriii, umur 25 tahun itu sudah sangat cukup untuk menikah. Di kampung seperti ini jika ada perempuan lebih dari 25 tahun belum menikah itu aib nak. Sekali ini aja ibu minta tolong, ibu sudah tidak kuat dengar gunjinggan tetangga”

Perempuan yang tadi dipanggil Anggi itu menatap ibunya dengan sebal, terlebih dengan tetangga yang sangat suka menyampuri urusan orang lain. “Buuuuuuuuu” bujuknya.

Tok tok tok... ‘Assalamu’alaikum...’

Ibu Anggi meninggalkan anaknya yang sedang merajuk “Wa’alaikumsalam, ya sebentar.”

Tak berselang lama setelah ditinggal ibunya Anggi mendengar namannya dipanggil.

“ANGGI…”

“Iya bu... ada apa sii nggak usah teriak-teriak gi…tu… dong…”suaranya tiba-tiba memelan melihat siapa yang datang ke rumah reyotnya.

“Duhh… nak ngomong dong kalau sudah punya pacar, jadi kan nggak dijodohin terus… Ibu kira anak Ibu ini nggak laku...” Anggi ditarik untuk duduk disebelahnya.

“Bu... dia…” Omongan Anggi dipotong oleh lelaki itu “Serahkan pada saya, pasti Anggi mau menikah.” lelaki tersebut mengedipkan satu matanya ke si Ibu.

“Owh baik, tolong lah yaa nak Ibu sudah lelah untuk membujuknya menikah. Ibu serahkan ke Kamu. Semangat !!!” Ibu Anggi meninggalkan mereka berdua di ruang tamu.

“Kamu siapa? Aku rasa kita belum pernah bertemu sebelumnya.”

Tamu itu menatap Anggi dari kepala sampai kaki ‘tidak terlalu buruk.’

“Hey!!! Apa yang kamu lihat”

“Dirimu” jawabnya jujur.

“KAMU !!!”

“Aku Mada calan suami mu, jadi kamu harus sopan padaku nggak usah teriak-teriak aku nggak budek”

Anggi yang ditatap tajam merasa ditantang ia balik menatap lelaki tersebut tepat di matanya secara tajam pula. “Emang kamu punya apa mau nikah dengan ku?”

“Aku…” Tunjuknya pada diri sendiri lalu pindah menunjuk Anggi “aku punya sesuatu yang kamu jaga mati-matian agar orang lain tidak mengetahuinya… Karena kamu tau sekali kalau itu kebuka sedikit saja akan menjadi awal kehancuran bagi dirimu.”

Anggi mengira-ngira hal apa yang dia maksud ‘Jangan... Jangan...’

“Yapss tepat sekali tebakanmu, aku mengetahui kehidupanmu 5 tahun yang lalu… tepatnya saat kamu menjadi orang yang sangat menjijikan.”

“Aku sudah tidak peduli dengan hal itu. Bagiku itu hanya masa lalu, aku sudah meminta maaf, tidak mengganggu mereka lagi. Itu sudah cukup bagiku untuk berdamai dengan masa lalu.” senyuman meremehkan menggambang di wajahnya “Maaf… ancamanmu tidak berguna”

Mada menampakkan seringaiannya ‘menarik… Pantas Gani menyukainya’ “Kamu yakin? Gimana kalu aku bilang ke orang tuamu kalau anak kesayangannya ini sudah tidak perawan lagi.” Ia menyingkirkan tangan Anggi yang tiba-tiba mengacung kearahnya “Sebentar… aku tidak akan bilang ke mereka kalau kamu mau menikah dengan ku. Mudah kan? aku tau selama ini kamu terus menolak lamaran orang bukan karena kamu diguna-guna tapi karena sang putri desa ini ternyata sudah lama kehilangan mahkotanya”

Deg…

Hati Anggi berdetak sangat keras dan cepat seperti habis lari marathon, dalam hatinya bertanya-tanya siapa kah gerangan lelaki tampan ini. Ia yakin sekali sebelumnya tidak pernah bersinggungan dengannya, apalagi memiliki masalah dengannya, wong kenal aja tidak. “Siapa kamu?”

“Aku kakak yang suaminya kamu rebut,” tiba-tiba oksigen disekitarnya terasa menghilang seketika ia tidak bisa bernafas. “Jadi pilihan ada ditanganmu. Kamu mau menikah denganku lalu menerima konsekuensi dosa di masa lalu, atau tetap menerima akibat yang kau lakukan tapi derita yang kamu dapat tersebut berasal dari keluargamu sendiri dan akan aku pastikan kamu sampai tidak kuat untuk menerimanya”

Anggi memandang Mada dengan marah bagaimana bisa orang yang tidak ia kenal dapat mempengaruhinya. Terdengar suara langkah kaki menuju mereka “semua ada di tanganmu.” gumam Mada.

“Ikhh kok jadi serius gini siiih... yuk nak dimakan dulu apa adanya, Ibu lagi nggak punya apa-apa ee.” Ibu Anggi menghidangkan cemilan dan minuman teh khas orang kampung.

“Serius Dong Bu... masa mau nglamar anak Ibu saya bercandaan” timbal Mada.

“Kamu bisa aja deh ngambil hati Ibu. Jadi gimana nduk kamu masih tidak mau menikah?”

Hahhh… Anggi menghela nafas ‘Mungkin ini suratan takdir ku untuk menerima dosa masa lalu’

“Aku mau menikah tapi ada syaratnya?” Mada mengangkat alisnya ‘syarat? Emang dia pikir dia siapa? Gadis gila… ee salah... wanita gila’

“Gimana nak bersedia tidak?” ibu Anggi berharap sekali Mada mau memenuhi syaratnya.

“Tentu apa yang tidak buat gadis semanis Anggi… tapi aku mau syaratnya disebutkan sekarang,” ‘tidak akan ku biarkan kau semena-mena’ lanjutnya dalam hati.

“Tentu.”

“Ndukk jangan kasih yang sulit-sulit yaa.” Anggi memutar bola matanya jengah mendengar perkataan ibunya ‘bilang juga belum’ “Aooo… Buu!!” dicubitnya pinggang Anggi melihat kelakuan tidak sopannya. “Iya... Iya…”

“Aku punya 5 syarat yang harus dipenuhi, siap?” Mada mengangguk-anggukan kepalanya.

“Syarat ke-1 aku mau kamu ngasih aku lahan di Kawasan Pickle”

“Baik… nggak sekalian dengan bangunannya?” bagi Mada persyaratan itu sangat mudah sekali karena ia memang sudah punya property di sana tinggal balik nama selesai.

“Tidak perlu, aku mampu bangun sendiri. Yang ke-2 aku ingin kita tinggal sendiri tidak numpang hidup dengan orang tua,” melihat Mada mengangguk ia melanjutkan lagi “ke-3 jangan larang aku memiliki kerjaan.”

Mada menaikkan satu alisnya seperti bertanya ‘kenapa?’ “Aku tau kamu bisa mencukupi kebutuhan aku tapi aku masih mampu untuk berdiri di atas kaki ku sendiri.”

“Yang ke-4 tidak ada honeymoon, karena aku tau kita tidak akan pernah melakukannya. Dan yang terakhir pernikahan ini dilaksanakan di desa ku tanpa mengundang teman. Gimana kamu setuju dengan semua syarat yang aku sebutkan tadi?”

Bagi Mada itu syarat termudah yang pernah ia dengar selama ini, kebanyakan wanita mengajukan syarat yang beruba harta benda. “Sangat setuju, kamu yakin syaratnya cuma itu doang nggak ada yang lain? Berlian misalnya atau tas keluaran terbaru dari Prancis?”

“Tidak, aku sudah punya.”

“Baiklah, tolong siapkan berkas pernikahan setelah ini, besok kita akan mendaftar. Seminggu lagi aku beserta keluargaku akan datang ke sini, dan seminggu setelahnya kita akan langsung menikah.”

“APA!!!”

“Tidak perlu berteriak. Kamu tau kan jarak antara mendaftar pernikahan dan melaksanakan ijab qobul itu minimal 14 hari?”

“Tidak… tidak… tidak… itu terlalu cepat!” Tolak Anggi, menurutnya itu terlalu cepat untuk mengubah statusnya.

Sebelum penolakan Anggi mempengaruhi pemikiran Ibunya, Mada segera menyahut sambil menatap Ibu Anggi “Memang niat baik harus segera dilaksanakan, bukan begitu Bu...”

“Tentu nak, memang niat baik harus segera dilakukan, Ibu setuju dengan kamu.”

“Ibuuuu!” Tidak dihiraukannya Anggi yang sedang merajuk “Baiklah Bu saya permisi dulu sudah sore, tidak enak dengan tetangga.”

“Owh nggeh, hati-hati di jalan ya… Nduk anterin nak Mada.” Anggi ditarik untuk berdiri lalu didorong untuk mengantarkan Mada yang sudah terlebih dulu jalan keluar.

Sesampainya di depan mobil Mada, Anggi melipat tangannya di depan dada dengan memberi muka masam “Sudah sono pulang lebih baik lagi nggak usah balik sekalian.”

Mada menghentikan langkah kakinya yang akan memutari mobil menuju kursi pengemudi, ia balik ke hadapan Anggi lalu memepetnya ke mobil. Jantung Anggi langsung memainkan drum band, ramai sekali. “Yakin? Nanti kalau aku tidak balik kamu rindu, rindu itu itu berat lho? Biar tidak rindu aku kasih tanda sampai jumpa lagi deh.”

Pikiran Anggi blank ia tidak bisa berfikir apa yang saat ini sedang terjadi sampai berasa ada yang menggigit bibir bawahnya. Mata mereka saling mengunci satu sama lain, kesadaran langsung menariknya namun terlambat tangan Mada sudah menahan tengkuknya agar ciuman mereka tambah dalam.

“Tidak buruk untuk orang yang sudah tidak lagi virgin.” Mada mengusap bibir bawah Anggi yang penuh saliva akibat ulahnya.

Cup!

 “Sampai jumpa lagi, jangan rindunya.” Setelah mengucap itu Mada meninggalkan Anggi yang masih terkejut.

“Sialan baru pertemu sekali udah berani cium gua dua kali!” Ia usap bibir dan jidat yang baru saja dapat servis dari Mada sampai merah.

FLASBACK END

Kini mereka telah sah menjadi suami istri dimana kehidupan mereka menempuh babak baru, babak yang lebih sulit dari pada hidup melajang. Setiap masalah yang ada harus diselesaikan dengan kepala dingin tidak dikenankan lagi untuk beregois ria, karena sekarang bukan menyangkut pasal tentang dirinya saja tapi dengan 2 buah keluarga besar.

Jika sebuah tubuh itu bagaikan negara maka otak harus bekerja sebagaimana mestinya, yaitu menjadi Raja dimana semua keputusan yang diambil mesti atas persetujuannya. Otak tidak boleh kalah dengan hati, sang Perdana Menteri (PM) cukup sebagai pembantunya saja. Kini diharuskan menjadi sebuah negara monarki absolut dimana Raja berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.

Namun pemahaman tersebut hanya berguna bagi beberapa orang saja, kebanyakan mereka menjadikan otak sebagai kepala negara dan hati sebagai kepala pemerintahan. Jika otak sudah kalah dengan hati dapat dipastikan kehidupan mereka akan terus dalam gelombang masalah.

Anggi mengetahui hal tersebut luar dalam tapi tetap saja ia belum bisa menerapkan dalam kehidupan. “Kamu tidak bisa membayar kontrakan yang lebih bagus dari ini po? Kalau enggak kita tinggal di apartemenku juga nggak papa”

“Apartemen mu sudah aku jual, semua barang-barang mu sudah aku pindahkan ke dalam” tunjuknya ke dalam kontrakan no. 12 di lantai 2.

“APA!!!”

“Nggak usah teriak, ayo...” Dimantapkan hatinya untuk mengikuti Mada masuk ke kontrakan baru yang akan menjadi tempat tinggal mereka saat ini. Otaknya menyuruhnya menolak melihat keadaan disana, cukup bersih untuk tempat yang berada di wilayah pinggiran kota. Tapi hanya ada tiga ruang, 1 kamar tidur; kamar mandi dalam; dan ruang tamu yang menyatu dengan dapur. Sungguh miris sekali melihat ini tapi hatinya tetap menyuruhnya mengikuti keputusan Mada, ‘ya Allah aku hanya mengikuti perintahmu, bukan kah kau telah berjanji barang siapa mengikuti perintah pemimpinnnya dia akan selamat’

Yaa kita diperintahkan mengikuti perintah pemimpin kita, walaupun pemimpin kita orang yang suka dholim sekalipun. Selama mereka tidak menyuruh kita melakukan hal yang melanggar peraturan Allah kita wajib mengikuti perintahahnya. ‘Mungkin ini cara Allah untuk mengajari aku konsep berhidmah, tapi Ya Allah aaaaaa…huffff’

“Kenapa kamu? Nggak terima kita tinggal disini?”

“Nah itu kamu tau, ngapain nanya lagi” Anggi menjatuhkan diri ke Kasur yang tidak empuk sama sekali buat duduk aja rasanya ia dapat merasakan pantatnya menyentuh dipan.

“Nggak usah banyak protes, apa aku belum bilang ini akan menjadi neraka dunia yang aku ciptakan khusus untuk mu” Ia memutar matanya jenggah ‘dia piker aku takut kali yak.’

 

***

Memiliki istri ada kesenangan tersendiri namun juga sangat riskan terhadap masalah baru. Perdebatan antara jujur kepada kekasih atau tetap bungkam perihal babak baru kehidupannya, masih belum bisa ia putuskan. Pastinya kebersediaan tambatan hati untuk diduakan harus segera iya dapat, Mada tidak ingin ini menjadi masalah di kemudian hari. Walaupun nyatanya ini memang sudah jadi masalah sejak awal. Memikirkan hal tersebut membuat Mada tidak mendengar Naira yang sedari tadi mengoceh terus menerus.

“Da…” rengek Naira “Ihhh kamu nggak dengerin omongan aku.”

“Maaf, maaf aku nggak dengerin. Gimana-gimana?” Mada kini mengfokuskan perhatiannya ke Naira.

“Aku dapat tawanan lagi jadi model majalah dewasa, boleh yaa... Kalau aku menyetujui… MADA !!!” Mada tidak dihiraukan teriakan sang kekasih.

BLANK!!!

Ia pergi meninggalkan kamar tak lupa pintu ia banting keras-keras. Baginya masalah ini telah usai, mereka pernah membahas dan telah mencapai kesepakatan. Saat ini yang dibutuhkan adalah air dingin untuk mendinginkan hatinya yang tiba-tiba bergemuruh.

“Da... dengerin dulu…” Naira mengikuti Mada ke dapur ia peluk agar mau mendengarkan. “Kita sudah mencapai kesepakatan Ra… dan aku nggak mau bahas ini lagi!” ujar Mada.

“Tapi ini kesempatan yang sangat bagus buat karir aku, dengan ini aku bisa makin banyak koneksi.”

“Aku bilang nggak, ya nggak Ra… dulu kamu juga bilang begitu nyatanya karirmu gini-gini aja” Naira merupakan seorang model, ia sejak remaja sudah menekuni profesinya. Entah ia yang tidak berbakat atau memang ini bukan dunianya, karir yang ia rintis tidak pernah mencapai titik kesuksesaan. Naira mulai dikenal orang sejak muncul di cover majalah dewasa satu tahun yang lalu. “Lebih baik kamu berhenti aja… urus Rajata, belajar jadi Ibu rumah tangga yang baik. Syukur-syukur kita cepet nikah biar nggak gantung gini hubungan kita.”

Dilepakannya lilitan tangan di pinggang Mada, berbicara mengenai nikah merupakan topik sensitive bagi mereka. Dulu waktu ia minta izin jadi model majalah dewasa Naira menjanjikan setelah kontraknya selesai ia akan menikah dengan Mada. Mengingat usianya yang sudah memasuki kepala 3, Mada sangat ingin sekali segera menikah. Apalagi kedua orang tuanya sudah sangat menuntut sekali dia melakukan itu. Namun apa daya Tuhan belum memberi izin untuk mereka menikah sampai saat ini.

“Daaaa… kamu kan tau sendiri apa alasan aku, kita beda kasta. Aku harus membuktikan diri dulu biar orang-orang nggak…”

“Alasan klasik!” kesekalian kalinya Naira mendengungkan alasan yang sama, mengapa dia belum mau menikah dengan Mada. Bukan Naira tidak menyukai Mada, hanya saja, kedua orang tua Mada itu kaya, jika kesuksesan belum ia raih takutnya kalau menikah dengan Mada sekarang, ia akan diremehkan orang. Menurut Mada itu alasan yang mengada-ada, karena orang tua Mada sendiri sudah menerima dengan baik apapun yang ada di diri Naira.

“Makin kesini aku kok makin yakin kalau kamu nggak pantes buat aku yaa” Selepas mengatakan itu Mada pergi berangkat ke kantor. Nanti malam ia akan ke tempat istrinya, padahal dia berencana seminggu kedepan untuk mendiamkan Anggi sembari mencari ide untuk membalaskan dendam sang adik.

 

***

 

Tidak ada pekerjaan yang paling melelahkan selain menjadi akuntan, ia harus selalu update tentang segala informasi baik info dari perusahaan yang menaunginya maupun info dari luar perusahaan. Informasi tersebut sangat penting untuk pengambilan keputusan langkah strategi selanjutnya demi keberlangsungan perusahaan dalam dunia perdagangan. Seorang akuntan intern sangat penting keberadaanya di sebuah perusahaan, ia orang yang mengatur cash flow agar tetap terjaga dengan baik. Jika finansial system pada perusahaan tidak dikelola dengan baik dapat dipastikan perusahaan tersebut akan mengalami kemunduran.

Huffff~

Anggi menghela nafas sambil menatap bergantian antara berkas dan jam yang ada di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukan pukul 04:35 PM, setengah jam lagi sudah waktunya pulang. Tapi melihat tumpukan berkas yang masih menggunung alamat bakal lembur dia. ‘Kalau bukan karena Ibu nggak bakal aku ambil cuti. Huffff~’

Ketika pernikahan kemarin Anggi mengambil jatah cuti tahunannya sehingga ia dapat libur lebih lama. Tapi jika setelah libur lamanya itu ia langsung dihadapkan dengan tumpukan berkas rasa-rasanya ia ingin mati saja. Pada hari-hari biasa kerjaanya akan sangat ringan hanya mencatat; memeriksa; dan melaporkan uang perusahaan, beda kalau akhir bulan dia harus melaporkan segala sesuatu yang berhubungan dengan uang seperti laporan neraca; perubahan modal; laba rugi; dan arus kas.

“Bu Anggi ini berkas laporan perjalanan bapak.” Sekretaris Rega menyerahkan berkas yang harus dikumpulkan guna membuat laporan SPT Tahunan.

Anggi menatap Bunga dengan kerutan di dahi ia tidak tahu maksud penyerahan berkas tersebut “Ini buat apa?”

“Buat laporan pembayaran pajak. Mbak butuh berkas ini kan?” Jelas Bunga.

Di tepuk dahinya ia baru ingat ini bulan April tanda bulan terakhir melaporkan SPT Tahunan ‘Aku ambil cuti dibulan yang salah Ya ALLAH.’

“Di taruh di situ aja, Terima Kasih sudah repot-repot bawa ke sini.” Bunga mengangguk tak lupa senyum tersemat di wajahnya.

Sudah berkali-kali Anggi menghela nafas hari ini di baru menyesuaikan laporan dari berbagai bidang dengan catatan di devisi keuangan, rekening koran juga belum ia ambil di Bank laporan keuangan perusahaanya bisa dianggap baru ia kerjakan setengah, dan muncul kerjaan baru lagi dia sama sekali belum menyicil laporan SPT Tahunan perusahaannya.

“Ra~ kenapa Dea keluar kerja sih, bikin kerjaan ku tambah banyak aja.” Anggi bertanya ke salah satu staf di divisi keuangan.

“Dia nggak tahan kerja disini Teh, berat katanya.” Jelas Rara mengutip ulang kata Dea sewaktu dia membersihkan meja kerjanya.

“Namanya juga kerja, mau kerja dibagian apapun pasti berat,” udah untung bekerja diperusahaan besar kaya gini malah seenaknya sendiri milih keluar’lanjutnya dalam hati. “Bukannya kalau mau keluar itu pengajuannya harus 1 bulan sebelum keluar pekerjaan yaaa sembari perusahaan cari penggantinya dulu biar tidak ada kekosongan staff? dan dia bukannya kerjannya belum sampai 1 tahun kan?”

“Iya Teh, dia emang baru kerja 6 bulan jadi dia membayar konpensasi pemutusan kerja. Katanya sih dia sudah mengajukan surat pengunduran diri 1 bulan yang lalu.”

“Kok aku nggak tau ya?”

“Teteh kan kerjanya diluar terus jadi pantaslah nggak tau kabar disini”

“Hmm hmm gajah di depan mata tidak kelihatan tapi semut di sebrang malahan kelihatan jelas” Hahaha~ Rara menertawakan ucapan juniornya itu walau mereka bekerja pada bidang keuangan tapi mereka beda divisi, ia di divisi fianance sedangkan Anggi di divisi akuntan.

“Terus orang barunya mana Ra?” tanya Anggi

Rara menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak tau “Dari HRD belum ada kabar?” lagi-lagi ia menggeleng mendengar pertanyaan Anggi.

“Owh God~ emangnya kerja para HRD apaan sihh, masa belum dapat sampai selama ini!” Rara menanggapi hanya dengan mengedikkan bahu.

Hufff~ Anggi menghembuskan nafasnya ia berlalu menuju ke lantai devisi recruitment berada.

Sampai di sana ruangan sudah kosong tidak ada penduduknya ‘memangnya mau ada siapa? ini sudah jam 5 lebih tentu mereka sudah pulang elah.’ Terlihat kepala HRD sedang mengunci ruangannya, ia segera bergegas menghampirinya. “Zaaaa!!! Fazaa~ sebentar!”

“Wuihhh Mbak Anggi kenapa Mbak?” Faza terkejut tidak biasanya anak devisi akuntan mengunjunginya. Apa lagi ini seorang Anggi yang terkenal galak, semua laporan yang sampai ke padanya harus rapi tidak boleh ada cacat sedikitpun, satu sampai dua minggu pertama kerja jika anak masih melakukan keselahan Anggi akan anggap itu wajar karena mereka masih dalam tahap pembelajaran tapi kalau selepas itu masih aja melakukan keselahan tiada ampun bagi mereka.

“Kok tanya kenapa sih! seharusnya aku yang tanya kenapa sampai sekarang belum ada anak baru di divisi ku?”

‘Tuh kan baru aja dibilang ia galak langsung muncul sifat galaknya!’ “Kan emang nggak ada recruitment karyawan baru Mbak!” jelasnya.

“Enggak ada recruitment gimana? Kamu tahu kan kalau staff di divisi ku baru aja ada yang keluar?”

“Iya Mbak, tapi kata Pak Rey tidak perlu open recruitment, Mbak aja sudah cukup katanya.”

“APA!!! Rey bilang begitu” Faza mengangguk-anggukan kepalanya.

“REGAAAAAAA!!! OWH GODDD~~”

TO BE CONTINUE

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Gamble of Love (Part 2 - 1+1=Pair)
0
0
Mada berang atas informasi yang baru ia dapat, informasi yang menceritakan bahwa rumah tangga adik bungsunya diambang ke hancuran akibat orang ketiga. Ia tidak terima apalagi melihat pihak ketiga tersebut masih bisa tersenyum, sedangkan adiknya dirundung kesedihan terus menerus hingga muncullah rasa dendam tersebut dalam hati.Kesempatan untuk menjadi suaminya tidak pernah ia sia-siakan walaupun ia tahu dirinya masih ada hubungan dengan wanita lain. Ia ingin menciptakan neraka dunia baginya, ia akan memperlihatkan sosok sejati wanita tersebut ke dunia, sosok yang membuat orang-orang selalu jijik ketika memandangnya.Anggi tahu semua yang dilakukan Mada ke dirinya berdasarkan balas dendam. Kesalahan dimasa lalu yang tidak mungkin bisa ia perbaiki lagi, kini hanya mampu ia terima akibatnya. Memangnya mau apa lagi selain menerimanya dengan ikhlas dan sabar?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan