
Jatuh cinta itu berjuta rasanya. Kalau kata nenek Titiek Puspa, biar siang biar malem terbayang wajahnya. Biar hitam, biar putih, manislah nampaknya.
Tapi bagi seorang Senja Cahaya Kemilau yang biasa dipanggil Kei, jatuh cinta itu kayak makan permen nano-nano ditambah sebutir obat sakit kepala. Manis, asem, asin, dan pahit! Pokoknya ramai rasanya!
Kenapa begitu?
Karena jatuh cinta itu akan berasa manis apabila cinta kita terbalas.
Asem itu kalau kita jatuh cinta, tapi orang yang kita cintai malah cinta...
"Lho lho lho, Keiii... Itu bukannya Biru dan kawan-kawan ya? Mereka ternyata sekolah disini juga? Baru tau gue!" cerocos Dita heboh sambil menunjuk objek yang dimaksud.
"Apaan sih ta? Ngagetin orang aja sih! Kalo ngomong tuh pelan-pelan, gak usah bikin kaget orang dan heboh sendiri!" seru Kei sambil diam-diam mencari objek yang dimaksud oleh Dita.
"Yee, namanya juga reflek. Siyok aja gue liat mereka disini. Baru tau gue ternyata mereka selama ini sekolah disini," sahut Dita yang gak mau kalah dengan temannya itu.
"Ck! Biasa aja kali. Gak ada yang perlu di hebohin juga. Ngeliat mereka doang, udah kayak ngeliat personil BTS atau NCT aja!" balas Kei pura-pura tidak peduli dengan apa yang sedang di hebohin Dita.
"Yakin lo biasa aja? Gak deg-degan satu sekolah lagi sama cinta pertama lo?" cibir Dita sambil memberikan senyuman liciknya.
"Cinta pertama pale lo bau menyan! Cinta pertama gue BUKAN DIA yaa! Cinta pertama gue mah si Jeff!" sanggah Kei jengah sambil memutar kedua bola matanya.
"Lagian belum tentu juga kita satu sekolah sama mereka, kita itu disini masih daftar doang kalo lo lupa. Belom tentu juga kita diterima disini," tambah Kei kemudian.
"Hoiyaaa, lupa gue! Dia emang bukan cinta pertama, cuma kasih tak sampai aja, ya?" sindir Dita sambil tertawa bahagia karena berhasil menggoda Kei, sahabatnya yang memang sudah menaruh hati sejak lama kepada Banyu.
"Kalo jodoh mah gak kemana, Kei. Menurut gue, kalo sampe lo diterima sekolah disini, fix lo jodoh sama dia," tambah Dita lagi yang semakin semangat menggoda.
"Sialan emang lo! Emang dasar sahabat gak punya akhlak! Sindir aja gue terus! Udah PUAS sekarang?" dengus Kei sambil ngeloyor pergi meninggalkan Dita.
Dita pun tertawa terbahak-bahak sambil menggelengkan kepalanya, melihat sahabatnya yang sepertinya sedang merajuk itu, kemudian mengejar Kei yang telah meninggalkannya.
***
Setelah menyelesaikan urusan pendaftaran sekolahnya, sekarang Kei dibuat kesal karena harus mencari seonggok sahabat laknatnya yang entah menghilang kemana. Saat sedang sibuk mencari, dan sambil mencoba menelepon Dita, tiba-tiba ada seseorang mengagetkannya dengan menggaruk betis kakinya. Reflek Kei latah dan berteriak,
"EHH MONYONG KODOK LO JATOH!"
Ketika Kei menoleh, dan bersiap memaki orang yang mengagetkannya, seketika dia diam dan membeku melihat seseorang yang sudah lama tidak pernah dia jumpai lagi.
Deg!
Namun di detik berikutnya ketika dia tersadar, langsung saja mulut cerewet menyerocos tanpa jeda.
"Sialan lo! Ngagetin gue aja! Gue kira siapa! Untung gak langsung gue lempar kepala lo pake bakiak biar bocor sekalian! Dari dulu gak berubah banget sih lo, demen banget ngejailin orang!"
"Woiii, santai dooong sister! Gak usah ngegas! Udah lama gak ketemu, bukannya say hello, malah nyerocos ngomel aje kayak petasan banting!" balas seorang pria yang sekarang berdiri tepat di depan Kei, sambil tertawa terbahak-bahak dengan ekspresi wajah polos tanpa berdosanya.
"Yaa, lagian lo yang mulai! Kalo mau nyapa tuh pake cara yang baik dan bener, jangan ngagetin kayak tadi! Kalo gue mati karena serangan jantung gimana? Mau lo tanggung jawab ke emak bapak gue? Heran gue, kejailan lo dari dulu gak pernah berubah! Malah makin menjadi kayaknya!" ketus Kei lagi pada orang tersebut.
Kemudian pria itu semakin tertawa terbahak-bahak dan berkata, "gak usah lebay dan drama. Gue tau lo masih sehat walfiat. Makanya gue berani ngagetin lo." Kemudian, pria itu pun mengacak-acak rambut Kei, yang langsung mendapatkan tatapan sinis dan tajam dari gadis itu, tetapi pria itu tidak menghiraukannya.
"By the way, ngapain lo disini, ja? Numpang daftar aja, atau emang niat sekolah disini juga? Terus lo sama siapa kesini? Sendirian?" tanya Biru tanpa jeda.
Yaa, pria itu bernama Biru. Seseorang dari masa lalu Kei. Pria yang diam-diam selalu Kei sukai dan kagumi sedari dulu, tanpa pria itu ketahui kalau Kei sudah lama menaruh hati padanya.
"Buset dah, pertanyaan lo panjang banget. Udah kayak rel kereta api. Gak ada jeda sama sekali cuy!"
"Udah sih jawab aja pertanyaan gue, gak usah bawel," decak Biru sambil memutar bola matanya.
"Nyokap bokap sih maunya gue sekolah disini. Tapi gak tau deh keterima atau gak. Liat aja nanti. Terus gue tadi kesini sama si Dita. Tapi gak tau tuh anak kemana sekarang, tiba-tiba ngilang kayak di telen bumi." Kei menjawab dengan detailnya.
"Ohh gitu. Terus lo gak cari dia?"
"Gimana gue mau cari tuh anak, pas gue lagi mau cari dan nelpon, lo tetiba dateng ngagetin gue udah kayak jailangkung. Terus sekarang malah lo ajak ngobrol gue. Gimana gue mau cari coba?" ketus Kei sambil terus mengomel.
"Hahaha, yaa maaf. Gak usah ngegas terus kali. Ntar cepet tua! Lagian mana gue tau kalo lo lagi cari Dita. Emang gue cenayang?"
"Serah lo deh, susah emang kalo ngomong sama Bibir Ikan Penyu, gak nyambung!" ucap Kei yang sudah mulai jengah.
Tuk!
Tiba-tiba banyu menyentil jidat Kei dan berkata, "nama gue Banyu Biru bukan Bibir Ikan Penyu! Lagian penyu itu satu species sama kura-kura bukan ikan! Dasar cacing kremi, oon!"
"Ihh, apaan sih lo nyentil-nyentil jidat gue! Sakit tau! Dasar Bibir Ikan Penyu Sariawan!" ketus Kei lagi.
"Makanya manggil nama orang yang bener!" balas Biru, "udah ahh, gue mau nyamperin temen-temen gue dulu. Dagh, Jaja!" pamit Banyu sambil berlari, karena takut Kei mengeluarkan taringnya.
"DASAR BIBIR PENYU SARIAWAN NYEBELIN!" teriak Kei yang kesal dipanggil dengan sebutan Jaja dan ditinggalkan begitu saja oleh Pria itu. Tak lupa dia juga merapelkan sumpah serapah, yang dengan samar masih bisa di dengar oleh Banyu.
"Dasar emang Jailangkung! Datang tak di jemput, pulang gitu aja tanpa pamit," batin Kei dalam hati, yang masih kesal dan dongkol pada Biru.
Yaa, Biru tau kalau Kei paling tidak suka dipanggil Jaja sejak dulu. Makanya sebelum Kei mengeluarkan taringnya, Biru mencari cara aman dengan langsung berlari meninggalkan Kei sendiri tanpa basa basi.
Sedangkan ditengah berlarinya Biru, pria itu tertawa dengan puas karena sudah berhasil menggoda teman kecilnya itu.
"Dasar gadis Singa, dari dulu gak berubah. Masih aja sumbu pendek," batin Biru sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya mengingat tingkah dan penampilan Kei yang masih sama seperti dulu dan sepertinya tidak pernah berubah.
Dia masih menjadi gadis tomboy dengan rambut pendek andalannya. Jangan lupakan juga, suaranya yang tidak pernah bisa lembut, seperti seorang gadis kebanyakan. Tapi sekarang, dia terlihat sedikit lebih manis. Iya sedikit saja, tidak banyak.
☘️☘️☘️
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰