Italian Bride - Part 2

15
5
Deskripsi

Khan-Ana Family

Pesona Faiqa membuat Tiziano Salvatore, seorang pengusaha berdarah Italia jatuh hati. Pria itu mulai menargetkan Faiqa menjadi buruannya sejak pertemuan pertama mereka. Tanpa Faiqa tahu, sang taipan telah bermain licik di belakangnya.

"Aku tidak mau melakukannya. Dan aku tidak mau kau melakukan hal itu padaku. Aku wanita normal, bukan pria gila sepertimu!" Pekik Faiqa lantang kala mendengar apa yang diinginkan suaminya.

"Kau akan menikmatinya." Gumam Tiziano dengan nada merayu.

Faiqa...

Part 2

Flashback

"Lihat dia." Austin mengedikkan dagunya, menunjuk pada salah satu sofa besar yang ada di zona VIP sebuah bar ternama yang kini Faiqa datangi.

Faiqa menolehkan kepalanya dan melihat ke arah yang Austin tunjukkan padanya. Disana, di sebuah sofa, tampak duduk beberapa orang pria muda berwajah asing tengah menikmati kudapan dan minuman beralkohol. Tentu saja, ditemani wanita-wanita bergaun desainer dengan potongan yang minim.

"Yang pake kemeja item." Bisik Austin lagi. Dan Faiqa melihat pria yang duduk sendirian di sofa panjang dengan dua wanita bertubuh seksi di sisi kiri dan kanannya, tampak tengah berusaha menggoda si pria dengan bisikan di telinganya dan juga usapan tangannya di pahanya. Namun pria itu tampak tak peduli.

"Kenapa sama dia emang?" Tanya Faiqa tak peduli.

"Loe kenal siapa dia?" Austin kembali bertanya.

"Mana gue tahu. Gue kesini juga baru, ini juga loe yang maksa gue." Jawab Faiqa ketus.

Ya, keberadaannya di bar itu karena Austin memintanya sebagai bonus karena mereka sudah berhasil menembus angka penjualan yang mereka inginkan.

"Gue bosen kalo loe bawa gue ke bar punya kakak loe. Bukannya bisa minum sampai puas, yang ada mata mereka itu mandangin gue kayak panah berapi." Ucap Austin lagi dengan senyum mengejek di wajahnya.

"Mereka mandang loe begitu karena mereka gak mau loe goda. Udah jelas sepupu-sepupu gue itu lurus semua, loe sih masih kekeuh mau jadi teman seranjang mereka. Otomatis mereka sebel sama loe." Jawab Faiqa karena memang faktanya temannya itu bukan pria yang berorientasi seksual normal, alias seorang gay.

"Ya terus salah gue kalo gue suka sama mereka?" Tanya Austin ketus. "Bukan salah gue kalo mereka terlahir hot-hot wow. Salah emak bapaknya yang bikin tiap kali gue lihat mereka feromon gue meningkat. Salah mereka juga karena merawat tubuh dengan baik, jadinya tiap kali liat tangan mereka yang liat itu gue jadi pengen pegang-pegang, cubit-cubit. Trus dada mereka yang bidang itu, pengen gue remas-remas, gue kenyot-kenyot." Ucapnya yang membuat Faiqa menoyor kepalanya karena jijik dengan fantasi sahabatnya itu.

"Back to topic." Ucap pria itu dengan ekspresi serius. "Dia itu, Tiziano Salvatore." Austin mengenalkan.

"Terus?" Tanya Faiqa tak acuh.

"Belakangan ini dia jadi pembacaraan orang disini." Ucap Austin memberi tahu. "Namanya Tiziano Salvatore, keturunan Italia-Indonesia." Lanjutnya serius yang tak benar-benar ditanggapi oleh Faiqa. "Gue denger, di aitu mafia berdarah dingin." Pria itu seketika bergidik ngeri.

"Gue pikir, mafia Cuma ada di film doang." Kekeh Faiqa seraya memainkan tepian gelas mocktailnya.

"Gue serius, Iqa. Loe mesti hati-hati sama dia." Austin menegaskan. "Di aitu mafia berkedok pebisnis." Lanjutnya dengan ekspresi serius. "Mereka bilang, sebagai mafia dia dikenal kejam. Pembunuh berdarah dingin. Sementara di kalangan pengusaha, dia dikenal sebagai pengusaha yang licik.

"Loe bayangin aja, baru beberapa tahun disini, dia udah menguasai beberapa perusahaan dan mengembangan perusahaan jarahannya."

"Jarahan?" Faiqa memandang sahabatnya itu dengan tatapan aneh. "Dia Viking?" Tanya Faiqa dengan senyum mengejek di wajahnya yang membuat Austin kesal karena sikap tak acuhnya.

"Gue serius, Iqa. Mereka bilang, di aitu menguasai beberapa perusahaan disini dengan cara hostile takeover."

*Hostile takeover adalah akuisisi secara paksa dari satu perusahaan (target) oleh perusahaan lainnya (pengakuisisi).*

Faiqa mengernyit, jelas itu bukan cara yang baik dalam dunia bisnis. Dan ya, kalau memang itu cara yang pria itu gunakan, maka pria itu memang benar-benar licik.

"Katanya, kalau dia sudah menargetkan mangsanya, dia gak akan melepaskannya begitu saja." Ucap Austin dengan nada memperingatkan.

"Ya terus apa hubungannya semua itu sama gue?" Tanya Faiqa heran.

"Ya, karena keluarga loe pengusaha, makanya gue ngasih tahu. Siapa tahu target selanjutnya itu perusahaan keluarga loe." Ucapnya memperingatkan.

Faiqa terkekeh dan menggelengkan kepala. "Perusahaan gue kuat." Ucap Faiqa pongah. "Sekuat rasa kekeluargaan di keluarga gue." Lanjutnya dengan senyum bangga. "Loe pikir, kalo keluarga gue punya masalah, paman-paman gue gak akan bantu buat keluarga gue berdiri lagi."

"Tapi tetep aja, Iqa." Austin mengingatkan. "Kalo perusahaan loe bukan jadi targetnya dia, berarti saat ini targetnya dia itu loe." Austin memandang kembali ke arah Tiziano berada dengan tatapan takut.

"Loe halu." Ucap Faiqa kembali menggelengkan kepala.

"Gue gak halu. Dari tadi gue lihat dia terus-terusan ngelihat kesini." Austin kini mengubah posisi duduknya menjadi menghadap bartender. Tubuh pria itu terlihat bergidik ngeri selama beberapa saat. "Kayaknya dia ngamatin loe. Bisa jadi setelah ini dia coba deketin loe." Ucapnya yang dijawab dengan dengusan Faiqa.

"Kehaluan loe itu." Faiqa menoyor bahu Austin. "Loe gak lihat kalo disini cewek bukan Cuma gue?" Ucapnya seraya mengedikkan kepala pada beberapa wanita lainnya yang duduk berjejer di meja bar yang sama dengannya. Tampilan mereka jelas elegan, mahal dan tentu saja seksi. "Siapa tahu yang dia incar itu salah satu dari mereka." Lanjutnya dan kemudian turun dari kursinya.

"Loe mau kemana?" Tanya Austin saat Faiqa melangkah menjauhinya.

"Toilet. Gue mau ngosongin kandung kemih. Kenapa? Mau ikut?" Ledek Faiqa yang dijawab gelengan kepala Austin. Austin bergidik dan menggelengkan kepala.

"Jangan lama-lama. Balik lagi kesini karena loe belum bayar bill nya." Teriaknya pada Faiqa yang hanya Faiqa tanggapi dengan lambaian tangannya.

Faiqa berjalan menuju toilet yang ada di balik sebuah pintu area bar. Jika kalian terbiasa melihat pasangan yang bercumbu di lorong-lorong penghubung bar dan toilet seperti dalam film-film, fix, bar yang ada di film itu adalah bar murahan. Karena disini, saat Faiqa berjalan menuju lorong yang mengarahkannya menuju toilet, jelas tidak terlihat ada satupun pasangan yang bercumbu dengan ganas.

Faiqa masuk ke salah satu bilik dan menuntaskan kebutuhannya. Setelah membersihkan diri, Faiqa berdiri di depan cermin untuk membetulkan penampilannya. Di saat bersamaan, dua orang wanita masuk ke dalam toilet, Faiqa sejenak mengernyit melihat keduanya dan dia tahu siapa mereka. Mereka adalah wanita yang tadi berada di samping pria yang Austin sebut sebagai mafia itu.

"Malam ini, gue yang check in sama dia." Ucap salah satu wanita seraya membubuhkan bedak di wajahnya.

"Kita taruhan, siapa yang bakal dia ajak check in." Ujar wanita kedua seraya menyemprotkan tubuhnya dengan parfum yang jika Faiqa lihat dari botolnya merupakan parfum mahal.

"Gimana kalo threesome?" Tawar si wanita pertama dengan nada menantang pada wanita kedua.

Faiqa memilih untuk meninggalkan toilet itu tanpa mendengarkan jawaban si wanita kedua.

Gila, benar-benar gila. Ucapnya dalam hati. Bagaimana bisa mereka membicarakan hal seperti itu dengan gamblang.

Threesome? Faiqa seketika bergidik ngeri. Dia bukannya tidak tahu istilah itu, tapi membayangkan dua wanita bersama satu pria atau sebaliknya, dia benar-benar tidak menyukai bayangan itu.

Faiqa kembali ke area bar dan mendekati Austin. Saat ia baru saja duduk, dua wanita yang sebelumnya bersamanya di bar berjalan melewatinya dan melangkah kembali mendekati si mafia. Faiqa memutar bola mata dan tak lama setelahnya mengajak Austin untuk pergi.

"Loe kenapa? Kenapa buru-buru pergi. Ini masih siang juga." Austin melirik jam tangannya dan jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Gue capek, gue mau istirahat." Ucap Faiqa setengah jujur. Setengahnya lagi karena dia benar-benar ingin pergi sebab matanya mulai lelah saat melihat beberpa pasangan sudah mulai bercumbu tanpa malu di sekitarannya.

"Ayolah, masih siang ini. Minuman loe juga belum abis." Ucapnya seraya mengedikkan dagu kea rah minuman Faiqa yang sudah berubah warna. Faiqa mengambil gelasnya dan menghabiskannya hingga tandas.

"Kalo loe mau tetep disini, gak apa. Gue yang balik duluan." Ucap Faiqa lalu ia membuka dompetnya dan mengeluarkan kartu kredit dari dalamnya dan menyerahkannya pada Austin. "Bayar pake ini, utang gue buat traktir loe lunas." Ucapnya seraya kembali turun dari kursinya.

"Gue mau jajan yang mahal." Teriak Austin saat Faiqa berjalan menuju pintu keluar. Faiqa hanya menjawab dengan melambaikan tangan yang artinya terserah. 


~Jangan lupa komen~

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Kategori
Italian Bride
Selanjutnya Mbak, I Love You - Part 14
19
10
Penggemar Halil-Innara mana suaranya? Jangan lupa โค๏ธ sama komennya ya. Kok lapaknya jadi sepi begini
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan