Tuan Tanah (Perang)

0
0
Deskripsi

"Saya adalah tuan tanah ini jadi lebih baik kamu mengalah, karena wanita seperti kamu bukan tandingan saya!"

"Kalau memang kamu tuan tanah ini, tolong kembalikan saya ke dalam pelukanmu..."

takdir adalah kamu dan perputaran di masa lalu.

Hector berjalan ke pintu rumahnya setelah mendengar seseorang membunyikan bel rumahnya. Dia disambut oleh seseorang dengan tubuh yang agak kekar dan rambut yang panjang lengkap dengan tongkat yang dia genggam erat. Tanpa banyak bicara, mereka langsung saling berpelukan dengan erat dan lelaki itu menepuk punggung Hector terlihat menenangkannya.

“Apa semuanya sudah ada di dalam?” tanya lelaki itu.

“Sudah, Poseidon.” Yah, itu adalah Poseidon, saudara tengah Hector yang lumayan lebih dekat dengannya dibandingkan Zeus.

            Mereka kemudian berjalan masuk ke dalam mansion yang luas itu, “Apa Zeus tahu tentang pertemuan ini?” tanya Poseidon lagi.

            Hector malah tertawa, “Aku berusaha untuk menyembunyikan hal ini darinya tapi kau tahu dia pasti akan menemukan berbagai cara untuk mendapatkan informasi pembicaraan kita tanpa harus hadir di sini.”

            Mereka pun sampai di ruang tengah mansion itu, sebuah meja panjang sudah ada di sana dan telah duduk semua anak buah Hector termasuk Kawindra, juga ada Ervito di sana dan tentu saja istri Hector, Persis. Ervito dan seluruh anak buah Hector berdiri dan menunduk untuk menunjukkan hormat kepada Poseidon, bagaimana pun juga dia adalah salah satu Dewa tertinggi, penguasa lautan. Poseidon turut membalas hormat dari orang-orang itu dengan menganggukkan kepalanya namun setelahnya dia langsung berjalan ke Persis yang berdiri menatapnya.

            Poseidon langsung memeluknya, “Apa kau baik-baik saja?” tanya lelaki yang notabene saudara ayah dan suaminya.

“Tidak.” Mata Persis berkaca-kaca jadi dia memutuskan menguburkan wajahnya di ceruk pundak Poseidon.

            Poseidon menatap Hector dan dibalas dengan tatapan sendu Hector, “Kita akan membahas ini, semua akan baik-baik saja.” Poseidon tahu kegamangan hati keponakannya ini, dia harus lebih tenang dalam menghadapinya.

            Suasana hening kembali menyelimuti mereka yang kembali duduk dengan Poseidon yang menjadi kepala pembicaraan itu, “Kau harus menceritakan seluruh rencanamu kepadaku, Hector. Aku tidak mau kejadian beberapa hari yang lalu sampai kau hampir kehilangan nyawa, terulang kembali.” Tentu saja Poseidon tahu tentang kebodohan saudaranya yang hampir menghantar nyawa.

“Baiklah, satu-satunya cara untuk melenyapkan Kin selamanya adalah meleburkan rohnya di ruang pelenyap roh,” jelas Hector.

“Tempat yang dijaga Erinna? Lalu kenapa kita tidak melakukan itu dari awal?!” Persis baru tahu kalau ternyata Kin bisa dibunuh dengan memasukkannya ke salah satu ruangan di mansion ini seperti roh-roh jahat yang bergentayangan.

“Ini tidak semudah seperti memasukkan roh rendahan biasa, nona. Ruangan untuk seorang Dewa dengan kekuatan tinggi harus mempergunakan benda-benda di sekitarnya dengan tujuan agar kekuatan Dewa tersebut dapat terpencar. Ruangan itu ada di dalam mansion ini dan kami sudah mencobanya tapi nyatanya kami salah menduga, benda yang bisa menyerap kekuatan Kin bukanlah benda biasa,” jelas Erinna panjang lebar.

“Lalu benda apa? Kita harus segera menemukan benda itu kan sebelum melawan Kin?” Persis sudah tidak sabaran dengan penjelasan yang terlalu bertele-tele.

“Tenanglah sayang, kita sudah mendapatkan bendanya, dia adalah tongkat kembar milik Poseidon.” Hector menggenggam erat tangan Persis agar lebih tenang.

            Persis menatap Poseidon bingung jadi Poseidon menghentakkan tongkatnya ke lantai dan seketika bagian tengah tongkat itu seperti terbuka. Dari dalamnya tampaklah tongkat kecil dengan batu permata berwarna merah yang bersinar lebih cerah dari batu permata biru yang ada di tongkat paling besar, “Kin adalah Dewa yang bereinkarnasi dari ular air, sama sepertiku yang lahir dari air, Zeus dari petir dan Hector dari api. Awalnya aku tidak percaya dengan penelitian Athena dan Ervito mengenai itu tapi dengan seringnya ditemukan sisik setiap Kin berpindah dari tubuh yang dia tempati, itu menjelaskan kalau dia memang ular air.”

“Kalau begitu kau bisa mengalahkannya, kan? Tapi kenapa harus bersusah payah seperti ini dan kenapa harus tongkat itu?” tanya Persis lagi belum mengerti.

“Kin lebih lama hidup dari kami bertiga, dia membantu ayah kami untuk membunuh kami agar kami tidak hidup dan menggulingkan dia. Sebagian kekuatan ayah kami ada dalam tubuhnya itulah sangat susah untuk membunuhnya. Batu merah ini adalah peninggalan ayah kami, setelah menelan kami karena kekuatan Zeus akhirnya dia memuntahkan kami beserta beberapa batu ini. Batu yang lain hancur karena ayah kami tapi batu ini disimpan oleh ibu kami karena dia tahu batu ini besar kekuatannya untuk menghancurkan seluruh Dewa, termasuk Kin.” Mereka semua akhirnya menatap batu itu lama.

“Itulah alasan kenapa kita harus menempatkan batu itu di dalam ruangan bersama Kin dan harus ada yang bisa menjebaknya agar masuk ke dalam sana,” simpul Hector.

            Suasana hening kembali menyelimuti tempat itu, “Tidak mungkin anak buahmu ini bisa menahan Kin di sana karena tongkat ini butuh waktu untuk menyerap seluruh kekuatan sampai Kin bisa terbakar di dalam ruangan itu,” ujar Ervito.

“Aku akan masuk ke sana,” singkat Hector namun mengundang tatapan tajam dari Ervito dan Poseidon.

“Dewa yang masuk bersama Kin akan ikut terbakar bersama Kin!” Agra ikut angkat bicara karena keputusan ekstrim yang dilakukan tuannya.

“Apa maksudnya?!” tanya Persis agak khawatir.

“Batu itu menelan kekuatan Dewa Persis, jika ada Dewa lain yang ikut masuk bersamanya maka kekuatan Dewa itu juga menghilang. Jika kita bisa menyelamatkannya tepat waktu maka kemungkinan kekuatan Dewa itu tidak menghilang sepenuhnya tapi kalau kita terlambat maka dia mungkin ikut terbakar bersama Kin,” jelas Erinna.

“Kau tidak bisa melakukan itu!” Persis berdiri dari tempat duduknya dan menatap penuh amarah ke suaminya.

“Tenanglah Persis, tidak ada satupun di sini yang bisa menahan Kin di sana lebih lama sambil menunggu batu itu bekerja!” Hector juga berdiri karena Persis yang kelihatan sangat marah.

“Poseidon!” Persis seperti menunjuk agar Poseidon yang masuk bersama Kin.

            Poseidon menggeleng, “Batu ini tidak bekerja kalau ada aku di sana, aku penjaga batu ini jadi dalam diriku sudah ada kekuatan untuk menghilangkan kekuatan batu ini padaku.”

            Persis benar-benar panik, dia tidak mungkin membiarkan Hector masuk ke dalam, “Kalau begitu aku!” putusnya.

“Dia memang jauh lebih baik,” timpal Poseidon.

            Hector menggebrak meja dengan keras, “Kita sudah melakukan ini lebih dari lima kali di kehidupan Persis di masa lalu dan semuanya berakhir tidak berhasil!”

            Persis kaget juga karena ternyata kejadian ini sudah berkali-kali terulang, “Kita hanya tinggal mencari bagaimana mengatasinya agar tidak terulang, Hector! Ada beberapa miss dan kalau kita bicarakan pasti akan kita temukan, Persis memang yang paling baik dalam tindakan ini karena dia adalah manusia.” Poseidon menjelaskan dengan penuh hati-hati agar tidak membuat saudaranya semakin marah.

            Betul juga pikir Persis, dia adalah manusia jadi tidak mungkin kekuatannya bisa terhisap batu itu, “Justru karena Persis adalah manusia makanya dia paling cepat bisa dirasuki Kin dan menanam rohnya di sana. Sebagian kekuatannya terhisap ke batu itu tapi rohnya di Persis akan melawan roh Persis yang sebenarnya. Batu itu akan bingung kemudian malah menghisap roh Persis yang sebenarnya sementara roh Kin kembali bebas dan semuanya kembali terulang seperti dulu!” murka Hector.

            Semua orang terdiam begitu juga dengan Persis yang menyadari bahwa cara itulah membuat dia akhirnya mati berulang kali, “Kalau kalian memaksa agar Persis yang berada di sana dengan Kin, biarkan aku juga masuk ke dalam,” ujar Hector.

            Poseidon ingin membantah hal itu tapi dipotong oleh Hector, “Kita sudahi pembicaraan kali ini.” Hector bersandar di kursinya dengan menutup matanya.

            Poseidon akhirnya tutup mulut agar tidak menambah kemarahan Hector, Ervito mengkode anak buah Hector agar meninggalkan Hector sendirian, “Ervito, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”

            Persis dan Ervito saling bertatapan, “Apa kau juga mau aku di sini bersamamu?” tanya Persis.

“Kembalilah ke kamarmu, Persis.” Persis terdiam, Hector sepertinya tidak ingin bicara padanya dan dia harus mengalah sebelum Hector semakin marah jadi dia keluar.

            Ervito duduk kembali dan terdiam menunggu Hector bicara, “Tolong aku, Ervito.” Hector akhirnya bicara sambil menatap Ervito sungguh-sungguh.

“Hector, aku sudah tidak bisa lagi membuat Persis tertidur dan membiarkan semuanya terlewati seperti dia tidak tahu apa-apa. Zeus sudah membuat tameng bagi Persis agar dia tidak dipengaruhi oleh kekuatan Dewa apapun.” Ervito agak kesal juga kalau disuruh untuk menidurkan Persis lagi supaya gadis itu tidak melakukan hal ekstrim menurut Hector.

“Bukan … jangan mengambil kesimpulan seperti itu.” Hector memukul kepala Ervito pelan.

“Lalu apa?” tanya Ervito gemas.

            Hector menarik napas dalam, “Tolong jagakan Dewi Denta untukku.” Ervito menatap Hector dengan penuh tanda tanya.

***

            Kin dengan gagah berani mengikuti undangan Hector untuk bertemu dengannya di peternakan luas milik Hector. Dia menunggu di hamparan luas itu dengan agak lama sampai Hector dan Persis serta beberapa anak buah Hector berjalan keluar dari mansion Hector yang ada di daerah peternakan itu, “Menunggu lama Kin?” tanya Hector basa-basi.

“Cukup lama untuk memiliki tubuh gadis itu.” Hector menatap Persis yang tidak goyah ditunjuk seperti itu oleh Kin.

            Mereka saling berpandangan tanpa ada sepatah kata pun yang keluar, “Aku bosan, serang mereka Darius!” suruh Kin.

            Darius dengan roh pengganti yang baru dengan cepat menerjang Hector tapi dengan cepat juga di pukul mundur oleh Kawinara. Tidak tinggal diam, Kumara, Kastara juga Erinna membantu Kawinara, “Bawa dia ke ruangan Erinna! Kastara, bantu Erinna membawa roh itu!” suruh Hector.

            Seketika juga Erinna, Kastara serta Darius menghilang dari hadapan mereka, “Anak buahmu terlalu banyak hanya untuk sekedar menjaga Dewa pengecut seperti dirimu makanya aku memberikan mereka beberapa pekerjaan.” Kin tertawa karena perbuatannya yang menurutnya cemerlang.

“Terlalu banyak bicara!” sebal Kumara.

            Kin menatap Kumara agak shock, “Betul juga, bagaimana kalau kita mulai permainannya?”

            Tiba-tiba saja Kin menghilang dengan secepat kilat dan kembali lagi dengan membawa seseorang serta ada sinar seperti tali yang melingkar di lehernya, “Lidia!” teriak Hector murka.

            Persis agak khawatir melihat Lidia yang agak kesusahan bernapas, “Sa-sakit …” erang Lidia.

“Tentu saja harus sakit sayang supaya tontonan kali ini lebih menyenangkan,” tawa mencekam Kin lagi.

“Lepaskan dia, brengsek!” murka Hector.

            Persis melihat bahwa Hector benar-benar emosi dan jujur itu membuat Persis agak cemburu, “Tenanglah Dewa Hector, mari kita bicarakan di dalam mansionmu yang luas itu,” tawar Kin.

“Masuklah.” Persis berjalan meninggalkan Hector duluan masuk ke dalam.

            Hector mengikuti Persis sementara Lidia dan Kin berjalan beriringan di jaga oleh Kawinara dan Kumara. Hingga akhirnya mereka sampai di sebuah ruangan, “Kita bisa bicara di sini,” ujar Persis.

“Hanya bertiga dengan kalian para wanita-wanita cantik? Itu sangat menarik untukku,” tawa Kin yang semakin menjadi-jadi.

“Gantikan Lidia denganku.” Hector menatap tajam Kin.

“Benarkah? Sepertinya agak berbeda kali ini, apa kau mau Lidia, sayang?” Persis dan Hector sama-sama menatap Lidia.

            Lidia dengan yakin menggelengkan kepalanya, dia tentu saja tidak mau menukar nyawa Hector dengan nyawanya, “Jangan bodoh Kin, kau lebih menang banyak jika menempatkan aku dan Persis dalam ruangan ini dibandingkan Persis dan Lidia.” Hector berusaha menatap Kin agar meyakinkan dia untuk melepaskan Lidia dan menahannya bersama Persis.

“Benar juga, sepertinya memang menarik. Tenang saja sayang, setelah aku menang, aku akan menjemputmu.” Kin melepaskan Lidia dan mendorongnya.

“Kumara, jaga Lidia baik-baik!” titah Hector kemudian menutup pintu rapat-rapat.

            Tinggallah mereka bertiga di dalam ruangan itu, “Apa tubuhmu masih berlaku untukku, Hector?” Kin yang duluan mengangkat pembicaraan.

            Persis menatap Hector dengan sinis, “Tidak akan ada yang menjadi milikmu, Kin!” bantah Hector.

“Oh benarkah? Padahal kemarin-kemarin kau meminta bertemu denganku agar melepaskan istrimu ini dan memberikan tubuhmu kepadaku. Apa kau tidak merasa kalau kau benar-benar Dewa yang pengecut dan ingkar janji?” Kin senang melihat perubahan wajah Persis, itu berarti dia sudah termakan kata-kata Kin.

“Karena hal itu sampai kau melakukan hal bodoh kemarin dan masuk ke sini bersamaku?! Kau tidak akan keluar dengan hidup-hidup, itu rencanamu, kan?!” histeris Persis.

“Dengarkan aku sayang, kita akan keluar bersama!” Hector menggenggam tangan Persis untuk menenangkannya.

            Kin berjalan melewati dua pasangan sejoli itu, “Apa kau benar-benar berpikir kalau Hector ke sini untuk membantumu? Dia masuk ke sini untuk membantu Lidia agar tetap hidup jadi setidaknya jika kau mati maka dia tetap bisa merasakan cinta dari Lidia, itulah endingnya Persis.”

            Persis terdiam membeku, “Jangan dengarkan dia, Persis!” Hector berusaha meyakinkan Persis.

“Itu endingnya?! Itu yang selama ini terjadi selama aku mati berkali-kali?! Aku selalu bertanya-tanya kenapa kau berusaha sekuat tenaga menyelamatkan Lidia. Aku menyadari apa karena itu endingnya?!” Persis benar-benar diliputi kemarahan yang besar sekarang, pasalnya perkataan Kin terlihat masuk akal.

“Apa kau berpikir bahwa aku benar-benar melupakanmu?! Apa kau tidak yakin dengan perkataan semua orang bahwa aku hanya mencintaimu dan semuanya berakhir ketika kau tiada? Lidia walaupun reinkarnasi dari seorang Dewi tapi dia bereinkarnasi sebagai manusia dan kita tidak bisa mengorbankan manusia untuk apapun!” Hector mulai berapi-api juga.

“Bohong!” Tiba-tiba saja kekuatan Persis meningkat sehingga mampu menghempas Hector sampai terpukul di tembok.

            Hector bangkit dan menatap Persis dengan bertanya-tanya, akhirnya dia menyadari dengan munculnya sisik di sekitar leher Persis, “Kau telah memindahkan kekuatanmu ke dia!” marah Hector.

            Kin tertawa, “Aku tidak mungkin melewatkan satu cela pun dan membiarkan kejadian yang sama terulang kembali. Semakin Persis marah, kekuatannya meningkat dan dengan gampangnya aku bisa mentransfer kekuatanku kepadanya. Apa kau tidak bisa mencari cara lain untuk membunuhku? Batu itu pasti ada di sini, kan?”

            Hector tidak mempedulikan itu yang dia pedulikan sekarang adalah menyadarkan Persis agar kekuatan Kin tidak sepenuhnya berpindah kepadanya, “Sadarlah sayang, pandang aku dan ingat pernikahan kita! Ingat bahwa aku berjanji tidak akan mengingat Persis di kehidupan mana pun selain di kehidupanku yang ini!”

            Hector sangat berusaha tapi pandangan Persis sepertinya mulai kosong, “Perlihatkan aku di mana batunya, Persis!” teriak Kin yang membuat Persis kembali mendorong Hector hingga terpental jatuh mengenai beberapa vas bunga di dekat tembok hingga pecah.

“Aku menemukannya,” seringai Kin ketika menemukan tongkat itu berdiri tegak dari vas yang sudah pecah berantakan.

“Apa yang terjadi?! Apa aku yang melakukan ini padamu, Hector?! Aku mohon maafkan aku.” Persis seperti sadar dari pengaruh Kin, dia menangis di depan Hector yang terkapar.

“Jangan menangis sayang, sadarlah, kau harus menghidupkan rohmu sendiri!” tegas Hector.

            Tiba-tiba Kin menarik Persis, “Terimalah aku Persis, kita akan menguasai dunia sebentar lagi.” Dan Persis kembali terdiam kaku.

“Tidak akan kubiarkan, brengsek!” murka Hector tiba-tiba membuat beberapa tembok dan vas retak.

            Pintu juga terbuka dan masuklah Hezkiah, “Dia tidak perlu menjadi bahan pengorbanan kalian lagi!” Dengan cekatan dia menarik Persis agar keluar dari sana.

“Kau pikir bisa segampang itu?!” teriakan Kin mengagetkan Hezkiah terlebih ketika sebuah tendangan hampir mengenainya.

“Dewi Denta!” Benar, Denta ternyata sudah ada di sana ikut dalam peperangan itu.

            Denta dan Hezkiah saling melemparkan pukulan dan serangan untuk mempertahankan Persis, “Persis, sadar!” teriak Hector yang juga menahan Kin untuk mendekati istrinya itu.

“Apa kau sudah gila?! Tubuh Persis akan dikuasai oleh Kin dan Persis akan mati!” Dalam pertarungan itu, Hezkiah masih sempat untuk menyadarkan Denta yang menurutnya sudah gila ini.

“Kin berjanji padaku akan menyelamatkan Persis dan membawa Hector ke neraka bersamanya!” Itulah iming-iming yang dijanjikan Kin agar Denta mau membantunya.

“Itu tidak akan terjadi!” Dua kubu yang berkelahi terlempar oleh kekuatan yang sangat dahsyat dan anehnya itu berasal dari Persis.

            Mereka berempat terkapar di lantai sementara Persis berdiri tegap, “Apa kau berpikir aku akan membiarkan suamiku menghantarkan nyawanya!”

“Kau harus segera keluar dari sana, Zeus!” Hector tahu kalau Zeus kembali merasuki Persis.

“Kekuatan ini memang dari ayahku tapi kesadaran ini milikku, sayang.” Persis sepertinya memang sudah sadar dengan dirinya sendiri buktinya sudah tidak ada tanda sisik pada tubuhnya.

“Jangan mendekat! Batunya akan mulai bereaksi!” teriak Hector sekali lagi agar Zeus sadar dan keluar dari tubuh Persis, Zeus aka nada dalam masalah kalau dia berada di sana saat batu itu mulai menghisap kekuatan semua orang.

“Aaakkkhhh!!!” Dan benar saja, Kin mulai mengerang kesakitan.

“Pergi, Persis!” Dengan kekuatannya, Hector mendorong Persis agar terlempar keluar dari ruangan itu.

            Persis mulai sadar sepenuhnya tanpa ada rasukan dari siapapun, “Tidak, tidak!” Dia ingin kembali masuk ke dalam tapi Hezkiah dan Denta menghalanginya.

            Hector juga berusaha berdiri, kekuatan batu itu juga mulai menghisapnya, “Kau tidak boleh ke mana-mana, brengsek!” Tapi kekuatan Kin masih ada dan dia menahan kerah Hector agar tetap bersamanya.

“Lepaskan aku, Hezkiah!” Persis meronta sekuat tenaga.

            Hezkiah juga yang mulai kepayahan tetap berusaha agar Persis tidak masuk kembali, “Akan sangat berbahaya kalau kamu ada di sana, Persis. Hector sialan, katakan apa yang harus aku lakukan!”

            Hector menatap istrinya itu kemudian menatap Kin yang berhadapan dengannya, “Tenang saja Dewa brengsek, tubuhku adalah milikmu dan tubuhmu adalah milikku! Bawa Persis pergi dari sini, Hezkiah!” Hector dengan gilanya menarik kekuatan Kin dengan sisa kekuatan yang ada.

            Rasanya napas Persis terhenti ketika melihat wajah Hector setengahnya sudah muncul sisik, “Tidak! Tolong jangan lakukan ini, Hector! Tolong selamatkan suamiku, aku mohon.” Dengan kekuatan Hezkiah yang sudah kembali karena keluar dari ruangan itu begitu juga Denta yang memblokir jalan masuk ke ruangan akan sangat susah untuk Persis melepaskan diri.

“Kau akan menyesal kalau aku berhasil keluar dengan tubuhmu, Dewa Neraka!” teriak Kin untuk menstabilkan kekuatannya, mereka saling mencengkram satu sama lain.

            Namun kekuatan batu itu memang bukan main-main, kekuatan Kin dan Hector sudah tersedot begitu juga mereka yang menggunakan kekuatan mereka. Mereka berdua pasti mulai melemah dan itu sangat membahayakan kalau Kin yang lebih dulu merasuki Hector, “Denta, tolong kabulkan permintaanku saat itu.” Hector malah melihat Denta dengan wajah yang sangat sendu.

            Persis sangat bingung, dia tahu hubungan Hector dengan ibu kandungnya ini sangat tidak baik, “Apa?! Permintaan apa?!”

            Denta malah terdiam dengan mata yang berkaca-kaca, “Aku mohon Denta, aku ingin dalam keadaan sadar menghadapi akhir hayatku. Aku tidak ingin berubah menjadi monster saat aku habis terbakar nanti,” mohon Hector lagi.

            Hezkiah sepertinya tahu ke mana arah ini, “Jangan lakukan itu!” larangnya.

“Maafkan aku, Persis.” Dan setelahnya Denta mengeluarkan cahaya yang menghasilkan pedang dari tangannya itu.

            Persis melihat ibunya itu menghunuskan pedangnya dengan yakin ke arah Kin dan Hector, “Persis, aku mencintaimu …” Persis melihat Hector sedikit meneteskan air mata.

            Dengan keadaan yang sangat cepat, Denta berlari sekuat tenaga kemudian menusuk Kin hingga tembus ke Hector. Persis teriak histeris melihat suaminya memuntahkan darah segar dari mulutnya. Seketika dengan kekuatan Hector yang masih tersisa, dia mendorong mereka semua terlempar dari dekat ruangan kemudian menutup pintu itu di sana.

“Nggak! Ngggaaaakkkk!!!” Persis menggila, dia mengetuk pintu itu agar bisa dibuka kembali, dia bahkan menendang dan mendobraknya tapi pintu itu seperti terkunci rapat.

            Anak buah Hector beserta Lidia, Poseidon dan Ervito ada di sana, “Apa yang terjadi? Apa kalian selamat? Mana Hector?!” tanya Ervito ke Denta dan Hezkiah.

            Persis merosot ke lantai karena kekuatannya yang habis begitu juga dengan Lidia yang sepertinya tahu apa yang terjadi, “Tuan ada di dalam!” Erinna segera menghilang untuk masuk ke dalam ruangan itu menggunakan kekuatan.

            Erinna muncul di sana dan menemukan Kin dan tuannya masih berdempetan dengan pedang Denta yang menembus badan mereka masing-masing, “Brengsek kau, Hector!” Kin dengan kekuatan yang tersisa masih berusaha untuk melepaskan diri dari Hector.

            Erinna mengeluarkan kekuatannya yang sedikit demi sedikit terisap batu itu, “Abumu akan membusuk di neraka, Dewa sialan!”

            Erinna menempelkan tangannya di kepala Kin dan membuat Kin berteriak kesakitan, sedikit demi sedikit badan Kin terbakar dan berubah menjadi abu, “Kekuatanmu akan habis terisap Erinna, biarkan dia terbakar bersamaku.”

“Dia akan tetap terbakar bersamamu, aku membencimu!” Memang benar, seiring dengan tubuh Kin yang berubah menjadi abu, tubuh Hector juga berubah menjadi abu karena sebagian jiwa Kin sudah berpindah ke Hector.

“Jaga Persis untukku,” senyum Hector tapi malah menambah air mata yang berlinang di pipi Erinna.

            Terlalu lama untuk seorang Poseidon menunggu, dia menggunakan tubuhnya untuk membuka ruangan itu tapi yang ada tubuh dua Dewa itu terbakar habis menjadi debu dengan Erinna yang bersimpuh di depan abu tuannya. Kekuatan batu meredup seiring dengan munculnya Poseidon, “Mana dia? Mana suamiku?!” Persis berjalan terhuyung dengan tatapan yang sulit dimengerti.

            Erinna hanya terus menangis di depan abu Hector yang sudah dia kumpulkan dengan sekuat tenaga di vas yang masih tersisa, “Apa dia di sini? Poseidon, ibu, kalian masih bisa menyelamatkannya, kan?” Sungguh menyayat hati melihat Persis mengangkat vas itu dan memberikannya ke hadapan Poseidon dan Denta.

            Terdengar derap kaki dan ternyata Zeus dan Hanessa yang muncul, “Ayah, kau masih bisa menyelamatkan suamiku, kan? Aku tahu dia masih bisa hidup, kau berjanji akan menolongku, aku ingin dia hidup.” Zeus dan Hanessa menatap gadis itu dengan tatapan sedih, Hanessa memeluknya dan seketika Persis menangis histeris dipelukannya.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Tuan Tanah (Selesai)
0
0
Saya adalah tuan tanah ini jadi lebih baik kamu mengalah, karena wanita seperti kamu bukan tandingan saya!Kalau memang kamu tuan tanah ini, tolong kembalikan saya ke dalam pelukanmu...takdir adalah kamu dan perputaran di masa lalu.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan