
"Saya adalah tuan tanah ini jadi lebih baik kamu mengalah, karena wanita seperti kamu bukan tandingan saya!"
"Kalau memang kamu tuan tanah ini, tolong kembalikan saya ke dalam pelukanmu..."
takdir adalah kamu dan perputaran di masa lalu.
“Brengsek!” suara Darius menggema di rumah yang terlampau besar itu.
Hatinya saat ini ketar-ketir akan rencananya yang tidak berhasil terlebih Lidia yang melarikan diri, “Kalian semua cari Lidia, kalau perlu bunuh dia kalau dia ingin melarikan diri lagi!” titah Darius kepada beberapa anak buah Kin yang lebih rendah darinya.
Beberapa anak buah Kin saling berpandangan, “Bos, tuan Kin pasti akan sangat marah kalau kita melukai nona Lidia! Nona Lidia adalah kesayangan tuan Kin, selama ini bahkan dia mengurung nona Lidia agar tidak lari darinya.”
“Kin sekarang sedang tidak ada di sini jadi dengarkan kataku! Apa kalian mau aku mati hanya karena wanita brengsek itu melaporkan apa yang aku lakukan pada Kin?! Kalau sampai nyawaku terancam, aku akan membawa kalian bersamaku ke neraka! Cepat temukan wanita sialan itu dan segera bunuh dia! Kita bisa mengatakan pada Kin kalau dia bunuh diri atau dibunuh oleh Hector!” Darius memukul kepala beberapa anak buah Kin yang masih tidak patuh padanya.
Akhirnya anak buah Kin meninggalkan Darius, “Aku akan memmbunuhmu dan Hector, Lidia!”
Tepat saat Darius akan berbalik keluar, tiba-tiba sebuah tangan yang kekar melingkar di lehernya dan mencekiknya dengan kekuatan yang luar biasa, “Kau mau membunuh gadis kesayanganku?! Lancang sekali kau, roh busuk!” ucap orang yang mencekik Darius.
Mata Darius terbelalak menemukan Kin pulang lebih awal dari yang mereka ketahui, “Ma-maafkan aku, Kin.” Napas Darius langsung saja tersengal-sengal karena kekuatan cengkraman Kin yang sangat keras.
“Aku hanya meninggalkanmu sebentar dan kau sudah melakukan segala keinginanmu sesuai dengan maumu, dasar roh busuk!” Tapi bukan Kin namanya kalau Dewa jahat itu langsung melepaskan Darius.
“Aku hanya ingin membalaskan dendamku kepada Hector,” jawab Darius agar kiranya Kin mau mengerti.
“Dan kau mau melampauiku?! Kau pikir aku tidak mau membunuhnya?! Bahkan aku yang kekuatannya lebih besar darimu tidak segampang itu membunuhnya, aku harus memutar otakku untuk melenyapkannya. Lalu kau datang menghancurkan segala rencanaku hanya karena kelakuan tidak sabarmu?!” Kin meneriaki Darius tanda dia benar-benar murka.
“Maafkan aku tuan Kin, aku mohon ampuni aku.” Napas Darius hampir habis karena Kin yang tak kunjung melepaskan tangannya.
Kin menyeringai dengan sangat menyeramkan, “Kau tahu apa yang membuatku lebih murka? Kau dengan lantangnya menyuruh anak buahku untuk membunuh Lidia! Lidia adalah milikku dan kau mau membunuhnya?! Aku akan membunuhmu Darius, aku akan melenyapkanmu!”
Sebelum Darius bisa berkata-kata lagi, Kin sudah menarik jiwa Darius dari tubuhnya. Roh Gion keluar dari tubuh yang lemah itu, meninggalkan tubuh itu dengan keadaan kosong jatuh terbaring ke tanah, “Kin! Kau sudah berjanji kepadaku tidak akan mengambil tubuhku sampai balas dendamku terbalaskan!” Roh Gion meronta melepaskan diri.
Kin tertawa mengejek, “Kau hanya roh busuk rendahan yang berhasil hidup dan lepas dari Dewa kematian hanya karena aku yang menyelematkanmu. Lalu roh busuk yang tidak tahu terima kasih ini dengan sok jagonya melampaui diriku untuk balas dendam. Kemudian dia ingin menghancurkan milikku dan memerintah orang-orangku?! Aku yang memegang kendali atas kehidupanmu jadi jangan berharap kau bisa mendikteku!”
Kin dengan sekuat tenaga menghempaskan roh Gion ke tembok dan akhirnya Gion tertempel di sana tidak bisa melepaskan diri, “Kau akan membusuk di neraka, roh rendahan!” seringai Kin kemudian meninggalkan Gion yang tertempel di sana.
“Lepaskan, Kin! Lepaskan aku, Dewa sialan!” Gion hanya bisa teriak-teriak melihat Kin meninggalkannya bersama tubuh yang dia tempati.
Di luar, Kin menyinari pintu ruangan itu dengan kekuatannya dan tiba-tiba saja suara Gion tidak terdengar lagi, “Kau akan menempati tubuh ini, jangan pernah melakukan hal bodoh yang sama seperti roh yang kau lihat di dalam. Aku tidak akan menginterventi pengkhianat lagi jadi sebelum kau melakukan hal bodoh itu pikirkan kalau aku tidak sebaik itu!” ujarnya pada seorang roh yang menunggu di luar ruangan itu.
Roh itu mengangguk kemudian masuk ke tubuh Darius dan sekarang dialah inang baru tubuh itu, “Kita akan mengambil Lidia dan aku akan membuat perhitungan dengan Hector!” Beberapa anak buah Kin mengikuti Kin dari belakang.
Sementara itu Persis yang melewati kamar di lantai bawah mansion Hector tiba-tiba kaget mendengar suara teriakan, “Erinna, sepertinya ada sesuatu di ruang penyiksaan rohmu!” lapornya pada Erinna yang saat itu sedang berkumpul di meja makan dengan beberapa penghuni mansion yang lain.
Mereka segera masuk ke salah satu ruangan itu dan betapa kagetnya mereka, “Dia!” kaget Erinna.
Hector dengan tampang yang biasa saja mendekati orang yang tertempel di dinding itu, “Kenapa kau bisa ada di sini brengsek?! Mana Kin?! Suruh dia lepaskan aku dari sini dan aku akan membunuhmu!” Yah benar, itu adalah Gion yang sepertinya diteleportasi Kin dari kediamannya menuju kediaman Hector.
“Sayang, jangan terlalu dekat dengannya!” tegur Persis agar suaminya itu tidak dilukai oleh roh gila ini.
Hector mendekati Gion bukan karena apa-apa tapi karena dia menangkap ada kertas yang tertempel di dekat Gion, “Suruh Kumara membawa Lidia ke sini!” perintah Hector setelah membaca surat itu.
Sekitar 15 menit akhirnya Lidia sampai, “Ada apa?” Lidia menatap satu persatu penghuni mansion.
Hector membukakan ruangan itu, “Masuklah.”
Dan betapa kagetnya Lidia ketika menemukan ada orang yang tertempel di dinding itu dengan diselimuti kabut pekat berwarna hitam di sekelilingnya, “Dasar wanita sialan! Kaulah penyebab kenapa aku sampai seperti ini! Kau harus mati!” Roh Gion kembali meronta karena melihat ada Lidia di sana.
Lidia benar-benar ketakutan melihat roh Gion, “Aku tidak mengerti, kenapa dia bisa hidup kembali?!” Tentu saja dia ketakutan, Gion lah yang menculiknya waktu itu dan melahirkan trauma bagi dirinya.
“Dialah Darius, laki-laki yang selama ini bersamamu dan menjagamu. Kin memasukkan roh Gion ke tubuh Darius agar bisa membantunya membunuhku dan menjaga dirimu.” Lidia oleng, untung dengan sigap Persis memeganginya.
“Lalu apa yang terjadi? Apa dia ke sini untuk membunuh kita semua?” takut Lidia.
“Sepertinya malah Kin meminta kita untuk membunuhnya,” cetus Erinna.
Hector memberikan surat yang diambilnya tadi ke Lidia, “Roh busuk yang tidak tahu terima kasih ini aku kembalikan kepadamu. Ternyata dia sama sekali tidak berguna dan tidak bisa diandalkan! Aku tidak peduli kau mau mempergunakannya seperti apa tapi aku sarankan suruh penyiksa rohmu yang cantik itu untuk bekerja. Roh itu memang bajingan tapi kau lebih brengsek, Hector! Aku pastikan akan mengambil Lidia darimu dan kita akan bertarung sekali lagi!” Lidia dan Persis saling berpandangan setelah membaca surat itu, Lidia dengan gemetar sampai membuangnya.
“Erinna, kau bisa lakukan tugasmu,” suruh Hector.
Erinna mendekati roh Gion, “Brengsek, lawan aku dengan adil jangan dengan keadaanku seperti ini!” marah Gion ketika Erinna berdiri di depan mukanya.
Erinna malah meludahi Gion, “Jika bukan karena tuanmu yang sialan itu, bahkan sebelum kau bisa bernapas di sekitar tuan Hector aku sudah menghanguskan tubuhmu! Kau terlalu besar kepala sialan, kau pikir kau seistimewa itu?! Kau hanyalah keset kaki Kin yang akan dia buang ketika kau kotor atau rusak, seperti sekarang ini!”
“Tidak usah berbicara panjang lebar dengannya, Erinna! Aku harus segera kembali ke dunia bawah,” tegur Kawindra.
Erinna memegang dahi Gion dan seketika Gion langsung berteriak kesakitan. Lidia dan Persis langsung menutup telinganya karena teriakan keras Gion yang meraung-raung. Mereka melihat proses tubuh Gion terbakar sedikit demi sedikit dari ujung kepala sampai kaki dan akhirnya menjadi debu. Napas Persis dan Lidia tercekat, sekali lagi dia melihat hal gaib yang tidak diketahui oleh manusia biasa. Kawindra bertugas membersihkan abu itu dan setelahnya langsung menghilang ke dunia bawah.
“Kau akan menjadi debu seperti itu ketika kau membunuh dirimu sendiri?” Tiba-tiba Persis mengucapkan hal seperti itu kepada suaminya.
Hector diam saja tapi dia memeluk istrinya itu erat, Persis tahu jawabannya walau tak keluar dari mulut suaminya makanya dia menangis tersedu-sedu, “Aku harus kembali ke Kin,” putus Lidia.
“Nggak bisa Lidia, Kin akan memperlakukanmu dengan buruk lagi!” Hector langsung menghentikan Lidia yang akan pergi.
“Ini lebih baik daripada melihatmu dibunuh olehnya, Hector!” Mata Lidia sudah berkaca-kaca.
Hector menarik tangan Lidia, “Percayalah Lidia, tanpa kamu pun, aku dan Kin ditakdirkan untuk saling bertarung. Sekarang pulanglah, Kumara akan menjagamu di sana dan aku mohon jangan melakukan hal yang bodoh.”
***
Lidia memandang gedung-gedung tinggi dari apartemen milik Hector yang ditinggalinya. Dia selalu berpikir apa orang-orang itu tidak menyadari bahwa dia tinggal bersama Dewa lalu mereka selalu merasa dirinya yang sekarang lebih tinggi dari Dewa itu sendiri? Apa mereka tidak sadar bahwa ada beberapa Dewa yang saat ini sedang mempertaruhkan nyawa untuk menjauhkan mereka dari kehancuran dunia?
Lidia melihat jam tangannya dan itu sudah menunjukkan jam sembilan malam, “Aku harus memanggil Kumara untuk masuk.” Kumara memang selalu berjaga di luar apartemen sampai malam ketika Lidia akan tidur baru dia masuk ke dalam, itu atas kemauan Kumara sendiri agar tidak menganggu privasi Lidia.
Betapa kagetnya Lidia ketika membuka pintunya dan menemukan Kin ada di sana, “Kin!”
“Apa kau harus kaget seperti itu, Lidia? Aku ke sini untuk mengunjungimu, apa sudah cukup kau bermain-main di luar rumahku?” senyum Kin yang mengerikan.
“Ini bukan keinginanku! Kau menaruhku bersama seorang pembunuh lalu aku harus apa kalau bukan lari?!” emosi Lidia.
“Kalian sudah membunuhnya bukan? Kalau begitu kau sudah bisa kembali ke rumahku,” ujar Kin.
Lidia terdiam, dia tidak mungkin pergi tanpa memberitahukan Hector, “Mana Kumara?!” Lidia baru tersadar kalau Kin terlepas dari penglihatan Kumara atau Kin telah mencelakai Kumara?
“Tenang saja, dia ada di café dekat apartemenmu ini sedang membantu orang yang hampir terbunuh karena asma. Aku hanya mengalihkan perhatiannya dengan cara seperti itu tapi kalau kau bersikeras tidak kembali bersamaku maka aku mungkin akan membunuhnya.” Kin kembali tersenyum menjengkelkan.
“Jangan lukai Hector dan aku akan kembali,” tawar Lidia.
Tiba-tiba Kin menjambak rambut Lidia dengan keras, “Apa kau masih memikirkan orang lain di hadapanku?! Hector dan aku tetap akan berperang tapi kau adalah hal lain dari semua itu jadi jangan pernah berharap kesabaranku kepadamu membuat kau bisa mendikteku untuk menjauh dari Hector!” Lidia benar-benar kaget dengan perlakuan Kin karena selama ini Kin tidak pernah memperlakukannya seperti itu.
Tiba-tiba HP milik Lidia berdering, “Halo tuan Hector yang terhormat.” Kin yang menjawabnya apalagi ketika tahu yang menelpon Lidia adalah Hector.
“Aku tahu kalau kau ada di sana!” desis Hector penuh amarah.
Kin tertawa mengejek, “Apa kau tidak bisa meninggalkanku dengan Lidia? Kau sudah punya Persis di sana jadi nikmatilah honeymoon kalian berdua.”
“Apa kau tidak bisa melepaskan mereka berdua, brengsek! Perjanjian kita sudah jelas tidak melibatkan mereka berdua!” geram Hector.
“Tenanglah Hector, aku tahu dengan jelas apa perjanjian kita tapi aku harus mengembalikan sesuatu ke tempatnya salah satunya milikku, Lidia!” Kin menatap Lidia yang rambutnya masih dia jambak dengan senyum menjengkelkan.
Keadaan menjadi hening, “Oh iya Hector, aku berniat baik memberikan jangka waktu yang sangat panjang sebelum aku membunuh tapi kau telah melakukan sesuatu yang salah maka akan lebih baik kalau kau segera menghilang dari dunia ini,” ujar Kin.
“Tidak!” histeris Lidia.
“Aku akan menunggu saat itu, Kin!” ujar Hector dengan sangat tenang dan setelah itu telepon berakhir.
Kin menatap Lidia yang balik menatapnya seolah-olah ingin menelan Kin, “Kita pulang manis!” titah Kin dengan seringai yang menyeramkan.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
