DENTING PART 5

22
0
Deskripsi

Part 5 Mawar

Tidak dipublish di wattpad lagi, jadi kalau mau baca Denting di sini ya, guys! 

5. MAWAR

 

 

Denting masuk ke kamar sambil mengusap peluh di dahinya. Hari ini terasa begitu melelahkan. Ia terkejut ketika melihat Daniar tengah meringkuk di pojok sudut kamar sembari menangis terisak. 

“Daniar? Kamu ke mana aja? Aku cari-cari kamu tahu! Kamu kenapa nangis?” Denting duduk di hadapan Daniar. 

“Gue nggak nyangka, Arkan jahat banget sama gue.”

Denting menghela napas. Sepertinya Daniar sudah tahu tentang hubungan Arkan dan Joya, sahabatnya. Jujur saja, ia merasa bingung harus melakukan apa. Namun, Denting bisa memahami bagaimana rasa kecewa Daniar saat ini.

“Jangan sedih, kamu nggak pantas menangisi cowok brengsek seperti dia. Kamu terlalu bernilai,” ujar Denting.

“Gue yang nggak pantas untuk dia. Miris ya, kenapa harus dengan Joya?”

“Aku mau tanya satu hal sama kamu,” kata Denting.

“Mau tanya apa? Soal Sambara? Gue lagi nggak mood bahas tentang cowok.”

Denting berdecak kesal. “Bukan. Aku mau tanya soal Mawar.”

“Mawar? Junior nyebelin itu? Kenapa dengan dia?”

“Kamu mengurungnya di gudang?” 

“Iya, selama dua jam. Kenapa? Iya, gue tahu gue salah.”

“Bersama seorang laki-laki?”

“Laki-laki? Maksud lo? Jangan sepotong-potong dong!”

Dari reaksi Daniar, Denting bisa melihat jika gadis itu tidak mengetahui apa-apa soal Mawar dan laki-laki yang menyentuhnya di dalam gudang. “Iya, apa kamu mengurung dia bersama seorang laki-laki?”

“Nggak. Gue cuma suruh Alexa dan Joya untuk ngurung dia sendirian di dalam gudang. Memangnya kenapa sih? Kok lo bisa tahu soal mawar?”

“Nanti aku jelaskan. Sekarang aku mau tanya lagi,” ujar Denting.

“Banyak tanya lo kayak Dora.”

“Aku serius.”

“Iya, iya. Mau tanya apa lo?”

“Di mana aku bisa bertemu Alexa dan Joya selain di sekolah?”

“Club malam.”

Denting menggigit bibirnya. Club malam? Haruskah dia pergi ke sana? Sejujurnya ia bisa saja menemui Alexa dan Joya di sekolah. Namun, resikonya cukup besar. Ia malas jika harus menjadi pusat perhatian orang-orang. Ditambah lagi, Alexa dan Joya adalah dua murid paling populer di Bhayangkara. 

Baiklah, besok Denting akan menemui Alexa dan Joya. Ia harus membantu Daniar untuk masuk kembali ke dalam tubuhnya. Karena jika ia lihat, bayangan Daniar sedikit lebih memudar dari biasanya. Denting yakin, hidup Daniar sedang berada di ujung tanduk sekarang.

 

***

 

Bening menatap Rintik dan Denting dengan mulut yang ternganga. Ia mengamati penampilan kedua gadis itu sambil menggeleng heran. “Kalian berdua sudah gila ya?!” tanyanya, mulai kesal.

“Kalian mau ke club dengan pakaian seperti ini?!” tanya Bening.

Pasalnya, Denting dan Rintik saat ini memakai pakaian yang sangat tertutup. Bening mengatur napasnya sambil mengulas dada berkali-kali.

“Aku nggak mau kalau tubuh aku nanti dilihat cowok-cowok di dalam sana,” ujar Denting, disusul dengan anggukan setuju Rintik. 

“Kita bisa dicurigai kalau masuk dengan pakaian seperti itu.”

“Kita nggak mau masuk?” tanya Rintik. Memecahkan keadaan.

Denting dan Rintik mengikuti Bening dari belakang. Mereka bertiga akhirnya masuk ke dalam sebuah club malam untuk pertama kalinya. Tentu saja membutuhkan sedikit perjuangan. 

Mereka bertiga disambut dengan suara musik yang berdentum dengan keras. Kepulan asap rokok tersebar di mana-mana. Sungguh, Denting merasa sangat tidak nyaman. Jangan tanya apa tujuan mereka datang ke tempat ini, ya tentu saja untuk menemui Alexa dan Joya. 

Bening menyipitkan kedua matanya ketika menangkap sosok Joya tengah berseru riang bersama dengan seorang cowok—Arkan Cakrawangsa. Ia langsung menepuk pundak Denting, lalu menunjuk ke arah Joya tengah meneguk segelas alkohol di satu tangannya.

Denting mengikuti arah telunjuk Bening. Tidak lama dari itu, Joya beranjak berdiri dan pergi menuju toilet. Saat itu juga Denting menarik Rintik dan mengikuti Joya diam-diam.   Terlihat Joya tengah memegangi kepalanya sambil meracau tidak jelas. 

Hai, Joya,” sapa Denting.

Joya menoleh ke belakang. Ia memandang Denting dalam keadaan mabuk. “Siapa?”

Tidak ingin membuang kesempatan, Rintik langsung menyambar tangan Joya, lalu memejamkan kedua matanya. Adegan demi adegan mulai berputar secara pesat di dalam kepalanya. Ia mulai menyelami masa lalu Joya.

Deg

Rintik terkejut ketika melihat sebuah ruangan yang begitu gelap. Ia sudah masuk ke dalam alam bawah sadarnya. Ia mengedarkan pandangan ke sekitar. Namun, tidak menemukan siapa pun di dalam sana.

Brakh!

Terlihat Alexa tengah mendobrak sebuah pintu sambil menarik tangan seorang gadis dengan kasar. Bersama dengan Joya, Alexa mendorong tubuh Mawar dengan kuat, membuat gadis itu langsung terjatuh. 

“Lo bakal kita kurung di sini selama dua jam! Nikmati penderitaan lo sekarang!” teriak Alexa.

“Hey! Kalian mau apa sebenarnya?!” teriak Rintik. Namun, suaranya tidak dapat didengar oleh siapa pun di sana. Aish, bodoh sekali dia! 

“Jangan, Kak! Aku takut di sini!” teriak Mawar sambil menangis. 

“Gue nggak peduli dengan air mata sialan lo itu!” teriak Alexa.

“Aku mohon, Kak. Aku nggak suka gelap,” ujar Mawar.

Alexa tidak menghiraukannya. “Cabut, Joy!”

Joya mengangguk, lalu mengikuti Alexa keluar. Ia mengunci pintu gudang tersebut dengan raut wajah puasnya. Setelah itu, ia segera menghubungi salah satu teman sekelasnya yang kebetulan adalah salah satu anggota tim basket  Bhayangkara. 

“Kamu duluan aja, aku mau ke toilet dulu,” ujar Joya kepada Alexa.

Alexa mengangguk. “Oke, jangan lama-lama lo.”

Joya berjalan menuju barisan loker Bhayangkara. Ia tersenyum licik ketika melihat kehadiran Amar di sana. Gadis itu melempar kunci gudang ke arah Amar. Cowok itu lalu menangkapnya dengan sigap.

“Silahkan, kamu bisa bermain-main dengannya,” ujar Joya.

“Lo emang paling bisa diandalkan,” ujar Amar, puas. 

“Kamu tahu kan, apa yang aku inginkan?” tanya Joya.

“Arkan. Tenang aja, gue pasti bantu lo untuk bisa dekat dengan dia,” ujar Amar.

“Oke. Kamu bisa pergi sekarang. Satu lagi, jangan lupa gunakan nama Daniar.”

“Lo nggak perlu khawatir.” ujar Amar, lalu pergi ke gudang. 

Rintik membuka kedua matanya. Ia melepas tangan Joya sambil menahan rasa pusing di kepalanya. “Kita pergi dari tempat ini sekarang,” ujarnya kepada Denting. 

 

Sampai ketemu di part selanjutnya! Hope you like it, guys! 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Denting
Selanjutnya DENTING PART 6
22
0
Part 6 Tahu rasa kamu, Amar!Tidak dipublish di wattpad lagi, jadi kalau mau baca Denting di sini ya, guys! 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan