Antariksa 2 chapter 7. Happy birthday Laskar (free)

7
0
Deskripsi

ANTARIKSA 2

 

-Untuk hari-hari yang aku lalui tanpa hadirmu-

 

 

Kepergian Vanila selama satu tahun membuat hidup Antariksa berubah. Banyak pertanyaan di kepalanya yang masih tidak terjawab tentang gadis itu. Sekuat mungkin ia berusaha melupakan masa lalunya dengan berbagai cara. Hingga pada akhirnya satu persatu pertanyaan tersebut mulai terjawab dan membuat rasa benci muncul di dalam dirinya. Dan di saat Antariksa ingin beranjak sepenuhnya, Vanila kembali datang ke hidupnya. 

 

7. Happy birthday Laskar

“Lo juga berhak bahagia, An. Lo berhak berbagi rasa sedih lo dengan yang lain. Lo berhak nangis di depan sahabat-sahabat lo. Lo berhak untuk diri lo.”

 

 

Acara ulang tahun Laskar berjalan dengan lancar. Setelah ziarah ke makam Laskar, mereka semua bergegas menuju panti asuhan Kasih Hati. Anak-anak di sana sudah menunggu kedatangan mereka dengan penuh semangat. Mereka membawa mainan dan makanan yang begitu banyak. Hari ulang tahun Laskar benar-benar dihiasi dengan rasa haru dan bahagia. 

Antariksa berjalan mendekati seorang anak kecil yang duduk di atas sebuah kursi roda. Namanya, Amanda. Antariksa mengusap lembut puncak kepala anak itu sambil berjongkok. Amanda terlihat begitu bahagia saat Antariksa memberikannya sebuah boneka koala. 

“Boneka ini untuk Amanda?” tanya Amanda.

Antariksa mengangguk. “Iya, untuk Amanda.”

“Dari Kakak? Terima kasih, Kak!” ujar Amanda senang.

“Bukan, dari sahabat Kakak. Namanya, Laskar.” 

“Kak Laskar? Amanda mau mengucapkan terima kasih sama Kak Laskar!” 

Antariksa tersenyum, kedua matanya memandang ke arah langit yang tampak biru dan cerah pada hari itu. “Dia ada di sana,” ucap Antariksa, membuat Amanda langsung mengikuti arah pandangannya. 

Amanda tersenyum lebar. “Terima kasih, Kak Laskar!” 

“Pintar,” kata Antariksa.

“Kakak namanya siapa?” tanya Amanda.

“Antariksa,” jawab Antariksa.

“Kak Antariksa rindu dengan Kak Laskar?” 

Antariksa mengangguk pelan. “Iya.”

Amanda meletakkan telapak tangannya di dada Antariksa sambil tersenyum. “Sahabat Kakak akan selalu ada di hati Kakak. Orangtua Amanda juga selalu ada di hati Amanda. Kakak jangan sedih, ya!” 

Antariksa tersenyum, lalu mengusap lembut kepala Amanda. “Terima kasih, Amanda.” 

“Pasti Kak Laskar orangnya baik, buktinya Kak Laskar kasih Amanda boneka koala. Dari dulu Amanda pengin banget punya boneka. Kalau suatu saat Amanda ketemu sama Kak Laskar, Amanda mau jadi adiknya Kak Laskar di sana.” 

Antariksa terdiam. Ia memandang wajah pucat Amanda dengan sendu. “Kakak juga mau jadi Kakak Amanda. Jadi, Amanda harus selalu sehat. Oke?” 

“Serius, Kak?!” tanya Amanda.

Antariksa mengangguk. “Iya, serius.”

“Terima kasih, Kak Antariksa!” ujar Amanda. 

Kedua mata Antariksa tertuju kepada seorang gadis yang memakai jaket jeans biru. Jaket yang sangat Antariksa kenal siapa pemiliknya. Ia menyuruh Tenggara untuk menemani Amanda, lalu berjalan menghampiri gadis itu. Jingga Lakshita. Kondisi Jingga jauh terlihat lebih baik. Mereka berdua lalu duduk di sebuah kursi yang ada di taman panti asuhan. 

“Gimana perasaan lo?” tanya Antariksa.

Jingga tersenyum. “Baik. Lo sendiri gimana?”

“Sedih campur bahagia.” 

Thanks ya, Kak,” ucap Jingga.

“Untuk?”

“Untuk hari ini. Untuk ulang tahun Laskar.”

“Lo gak perlu mengucapkan terima kasih.”

“Gue bersyukur karena Laskar dikelilingi oleh orang-orang baik semasa hidupnya. Dia selalu bilang sama gue, dia beruntung banget berada di tengah-tengah kalian semua. Jadi, udah sepantasnya gue mengucapkan terima kasih.”

Antariksa tersenyum. “Dia juga beruntung punya lo, Jingga.”

“Gue jauh lebih beruntung, Kak.”

“Benar apa yang Laskar bilang, lo itu adalah cewek yang kuat. Gue salut sama lo karena bisa sampai di titik ini. Lo gak menyerah meski Laskar udah gak ada di samping lo.” 

Jingga mengusap air mata yang jatuh membasahi pipinya. “Tapi, gue gak sekuat yang lo kira, Kak.”

“Terima kasih, Jingga. Terima kasih karena lo udah mencintai sahabat gue,” ucap Antariksa tulus. 

“Gue, gue kangen dia, Kak,” ucap Jingga dengan suara yang bergetar.

Antariksa menarik bahu Jingga dan memeluk gadis itu erat. “Lo nggak sendiri, Jingga. Ada gue. Ada yang lain. Kami semua akan selalu jaga lo. Jadi, jangan pernah sungkan untuk mencari kami.”

Jingga membalas pelukan Antariksa dan menangis dalam dekapan cowok itu. “Gue kangen dia, gue mau ketemu dia, Kak. Setiap kali gue berusaha untuk baik-baik aja, nyatanya hati gue selalu sakit setiap kali mengingat dia.”

“Lo punya kenangan bahagia dengan dia, Jingga. Lo harus mengingat kenangan-kenangan itu dengan hati yang ikhlas. Laskar pasti gak suka lihat lo sedih. Lo tau kan kalau Laskar sayang banget sama lo?” 

Jingga melepas pelukan Antariksa, lalu memandang cowok itu dengan kedua mata yang sembab. “Apa hal itu juga berlaku untuk diri lo sendiri, Kak?’

Antariksa terdiam.

“Apa perasaan lo untuk sahabat gue masih sama?”

Jingga menatap Antariksa serius. “Kenangan yang lo ciptakan dengan sahabat gue juga terlalu indah untuk dilupakan, Kak. Gue harap lo gak menyerah untuk mempertahankan cinta lo sama dia.”

“Dia yang memilih untuk pergi.”

“Dia pasti kembali, Kak. Dan pilihan ada di tangan lo. Bertahan atau melepaskan.”

“Mungkin melepaskan adalah pilihan yang terbaik.” 

Ya, melepaskan mungkin akan menjadi pilihan yang terbaik untuk mereka berdua. Ia tidak ingin tersiksa lagi dengan perasaan ini. Kisah mereka sudah kalah. Antariksa harus bisa mengakui hal itu. Ia kembali teringat dengan salah satu kenangannya bersama gadis itu saat mengunjungi makam ibunya. 

“Bunda, Anta datang. Bunda pasti kangen kan sama Anta? Bunda, Anta ke sini sama pacar Anta. Bunda gak bosan kan?” 

“Bunda kamu gak akan bosan ketemu aku, Anta.”

“Lihat deh, Bun! Pacar Anta makin cantik aja kan, Bun? Beruntung banget ya anak Bunda ini, jadi takut deh, Anta, Bun.” 

“Takut kalau dia pergi dari hidup Anta.” 

“Aku gak akan pernah pergi dari kamu, Antariksa. Aku akan selalu ada di hati kamu.” 

“Val, kamu harus janji sama aku. Apa pun yang terjadi di dalam hidup kamu, jangan pernah berpikir untuk pergi dari aku. Aku ada untuk melindungi kamu, Val. Karena kamu dan Ibu kamu kelak akan menjadi tanggung jawab dari laki-laki yang ada di hadapan kamu saat ini. Aku janji akan memberikan masa depan yang baik untuk kamu dan Ibu kamu, Val.”

“Aku percaya, Antariksa. Terima kasih karena kamu mau menyayangi aku dan ibuku. Semua tindakan yang kamu lakukan selama satu tahun terakhir ini sangat berarti untuk aku, Antariksa. Aku gak tau gimana cara untuk membalas kebaikan kamu.”

“Cari aku, Val. Cari aku. Aku pastikan kamu nggak akan pernah merasakan sendirian di dunia ini.”

Dan faktanya, Vanila tidak mencarinya. Gadis itu tidak membutuhkannya lagi. Semua pertanyaan yang selalu bersarang dalam pikirannya sebenarnya memiliki jawaban yang sama sekali tidak sulit untuk dijawab. 

Mudah. Semudah gadis itu beranjak pergi meninggalkannya. 

“Gue punya sesuatu buat lo, Kak.” Jingga mengeluarkan ponselnya, memutar sebuah video yang ia dapatkan dari laptop milik Laskar. Video itu dibuat tepat sebulan sebelum Laskar pergi untuk selamanya. 

Antariksa meraih ponsel Jingga dengan tangan yang bergetar. Ia memandang wajah Laskar dengan kedua mata yang sudah panas. Ia berusaha sekuat mungkin menahan tangisnya. Video tersebut berdurasi sekitar lima menit. 

Sebentar…

Kamera laptop gue kenapa kurang jelas gini ya?

Ya, gak apa-apa, deh. Yang penting muka gue masih kelihatan ganteng. 

Gue juga gak ngerti kenapa gue mau repot-repot bikin video kayak gini. 

Gue juga udah buat video untuk yang lain, termasuk pacar gue yang paling cantik sejagat raya. Lo gak boleh naskir, An. Gue hajar lo. Serius. 

An, lo tau kan gue sering bilang ke lo kalau gue beruntung banget jadi sahabat lo?

Gue mengatakan itu dengan jujur, An.

Jujur dari hati gue yang paling dalam. 

Eh, nggak deng, hati gue cuma buat Jingga soalnya. 

Ya, intinya gue benar-benar bersyukur karena punya sahabat sekeren lo. Gue pansos nggak sih, An? Gak lah, ya. Gue juga ganteng kalau lo lupa. 

An, mungkin waktu lo lihat video ini, gue lagi naik gunung atau lagi pacaran sama Jingga, pacar gue yang paling spesial di muka bumi ini. Gue gak bucin, An. Gue hanya manusia biasa yang lagi mengagumi salah satu ciptaan yang paling indah di dunia.

Haha, gak usah pasang muka enek gitu lo! 

An, lo nggak boleh nyerah, ya. 

Lo harus bisa menghadapi masalah yang akan datang di hidup lo nanti. Lo gak boleh membiarkan orang lain mengatur hidup lo. Hidup lo adalah milik lo. Lo bukan sosok yang lemah. Lo bukan sosok yang membiarkan sahabatnya susah sendirian. Lo sosok yang hebat bagi semua sahabat lo, An.

Dan, gue harap lo menjadi sosok yang hebat untuk diri lo sendiri. Lo juga berhak bahagia, An. Lo berhak berbagi rasa sedih lo dengan yang lain. Lo berhak menangis di depan sahabat-sahabat lo. Lo berhak untuk diri lo. 

An, gue bakal selalu berdiri di belakang lo dan mendukung lo setiap waktu. 

Gue punya cara tersendiri untuk menjadi sahabat yang baik buat lo. 

Thanks, An.

Lo hebat. 

 

Tangis Antariksa pecah seketika. Ia menggenggam ponsel Jingga dengan kuat. Untuk pertama kali ia menangisi Laskar di depan teman-temannya. Untuk pertama kali ia merasa selemah ini di hadapan orang banyak. 

Semua teman-temannya memandangnya yang sedang menangis dalam diam. Tidak hanya Antariksa, mereka juga merasakan hal yang sama. Kehilangan Laskar adalah luka yang sangat menyakitkan. Tidak lama dari itu mereka juga ikut menangis bersama Antariksa. 

Tangis penuh kerinduan.

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Antariksa 2
Selanjutnya Antariksa 2 chapter 8. How’s your day, Antariksa? (free)
6
0
ANTARIKSA 2 -Untuk hari-hari yang aku lalui tanpa hadirmu-  Kepergian Vanila selama satu tahun membuat hidup Antariksa berubah. Banyak pertanyaan di kepalanya yang masih tidak terjawab tentang gadis itu. Sekuat mungkin ia berusaha melupakan masa lalunya dengan berbagai cara. Hingga pada akhirnya satu persatu pertanyaan tersebut mulai terjawab dan membuat rasa benci muncul di dalam dirinya. Dan di saat Antariksa ingin beranjak sepenuhnya, Vanila kembali datang ke hidupnya.
Komentar dinonaktifkan
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan