
Axel memenuhi perintah Masserano untuk menjebak seorang istri ketua senat di atas ranjang. Mampukah ia menyelesaikan tugas pertamanya tersebut?
Say Hai To Author à IG : @rein_angg // FB Group : Rein Angg And Friends // FB : Rein Angg // FB Fan Page : rein_angg
Berjalan menyusuri lorong hotel mewah, mencari kamar nomor 407. Jangan ditanya bagaimana perasaan di dalam hati Axel. Baru kali ini ia akan meniduri seorang wanita karena terpaksa dan nyawa terancam.
Teringat ucapannya kepada Brenda bahwa ia tidak akan menyentuh wanita mana pun selain gadis jelita itu. Apakah ini bentuk pegkhianatan kepada sang kekasih? Apakah ini bentuk pengingkaran janji?
‘Entahlah … aku hanya ingin hidup dan kembali kepadamu, Bren. Aku bersumpah, kalau ada cara lain untuk bisa keluar dari situasi ini, pasti akan kulakukan,’ keluhnya berhenti melangkah dan menyandarkan punggung di tembok berbalut wallpaper keemasan.
Menatap nanar pada sisa lorong yang akan membawanya kepada kamar seorang wanita bernama Norah. ‘Apa pun yang akan kulakukan setelah ini, ketahuilah bahwa aku tidak akan menikmatinya. Aku juga tidak akan membenarkan perbuatanku. Tapi, aku tidak ada pilihan. Takdir membawaku sampai sejauh ini …’
Hati yang membiru, memar tak terbendung karena tahu akan segera menyatu dengan wanita lain. Apalagi, ia harus membuat adegan ranjang mereka sepanas mungkin demi kebutuhan seorang Masserano Moriati.
Menarik napas panjang, ia mengeluarkan satu buah kantong plastik kecil sekali berisi satu butir tablet berwarna kehijauan. ‘Obat perangsang ini kuharap benar-benar bekerja, Romi! Aku tidak yakin Mr.Big mampu menegang dengan sendirinya!’
Ia masukkan sebutir obat perangsang ke dalam mulut dan langsung menelannya walau tanpa air. Kembali menarik napas panjang dan mengatur pikiran agar tenang. Harus berhasil melakukan tugas awal ini agar mendapat kepercayaan Masserano.
Ya, Axel memiliki targetnya sendiri sekarang. Ia bertekad untuk menjadi salah satu dari orang-orang kepercayaan sang bos mafia terbesar di Estonia. Satu hal yang sudah ia pelajari selama beberapa saat terakhir adalah harta, kekuasaan, serta kekuatan merupakan perpaduan sempurna untuk berada di puncak dunia.
Dulu, ia memiliki harta. Akan tetapi, tidak punya kekuasaan serta kekuatan. David memiliki ketiganya, membuat dirinya dengan mudah tersingkir dan dianggap mati hingga detik ini. Maka, jika harus meniduri seorang Norah -istri senat- adalah cara untuk mengawali karirnya, akan ia lakukan dengan sepenuh hati.
“Selamat siang, Cantik,” senyum Axel memandang lekat pada sang wanita yang membuka pintu kamar hotel.
“Masuklah, aku sudah menunggumu,” jawab suara lembut sedikit mendesah.
Melangkah masuk, aroma kemewahan langsung terasa dalam pijakan pertama. Memejamkan mata untuk beberapa detik. Menghirup nuansa yang sudah lama tidak pernah ia jumpai.
Hanya nuansa pembersih toilet dan pewangi ruangan ruang private di klub malan yang menemani hari-hari terakhir hampir dua tahun terakhir. Kemewahan ini … sangat ia kenali. Membuat senyum kecil muncul di ujung bibir.
“Nona memilih kamar yang sangat tepat,” gumam Axel membalikkan badan.
“Iyakah? Kenapa?” tanya Norah tersenyum genit.
“Semua di sini serba sempurna. Furniture terbaik dengan jenis ranjang para raja, terbaik pula. Tapi, satu yang paling sempurna adalah … seorang wanita cantik seperti Anda,” ucap Axel mulai memainkan gombalannya.
Tersipu dengan wajah merona merah. Sang wanita kesepian itu kemudian melangkah menuju kamar tidur, “ayo, kita mengobrol lebih banyak di sana. Kamu mau?” ajaknya bersikap gemulai.
Mengangguk dan melempar senyum gagah. Saat berjalan, Axel melirik ke kanan dan ke kiri. Siapa tahu bisa melihat di mana kamera tersembunyi yang sudah disiapkan oleh Masserano. Akan tetapi, ia tidak berhasil menemukannya.
Yah, tentu saja … kalau bisa dengan mudah ditemukan, maka itu tidak akan menjadi kamera tersembunyi, bukan? Axel tidak mempedulikan lagi di mana letak kamera tersebut.
“Siapa namamu, Tampan?” tanya Norah mengerling manja.
“Bryan Kennedy,” jawab Axel memakai nama sahabatnya. Ia benci dengan Bryan yang diberitakan sedang mendekati Brenda. Maka, ia akan menggunakan nama tersebut sebagai nama panggungnya. “Panggil saja Bryan. Dan kamu, siapa namamu?”
“Namaku Candy. Aku manis seperti permen cokelat,” kikik Norah juga tidak menggunakan nama aslinya.
“Baiklah, Candy. Kalau aku ingin mencicipi seberapa manis dirimu, apakah diperbolehkan?” goda Axel mendekati sang wanita.
“Hmm, kamu ingin mencicipi bagian yang sebelah mana?” Norah terdengar semakin menggoda.
“Semuanya ….”
Axel menarik tubuh Norah dan melingkarkan tangan di pinggang ramping dengan erat. Usia wanita ini diperkirakan mendekati atau mungkin lebih sedikit dari angka 50. Akan tetapi, aura kecantikan masih terbesit dengan jelas.
Ia menyentuhkan bibir mereka berdua. Ada rasa manis saat mengecupnya. Gumaman Norah terdengar mulai menjadi desah saat Axel membelit lidah mereka berdua.
Sang pemuda tampan dan sangat berpengalaman di ranjang itu menjulurkan lidahnya ke dalam rongga mulut Norah. Menyapu deretan gigi putih bersih tertata rapi hingga kini dua lidah mereka saling menyambar satu sama lain dan
Telapak tangan Axel merengkuh tengkuk Norah, mengarahkan agar wajah mereka yang sudah tidak berjarak itu semakin bersentuhan kian rapat. Ia lumat habis bibir Norah bergantian dengan saling mengaitkan lidah satu sama lain.
‘Brenda! Aku merindukanmu, sayangku! Aku merindukanmu!’ jerit Axel di dalam hatinya. Hati yang sakit karena menyentuh wanita lain, padahal adalah sang adik tiri yang ia inginkan.
Dalam mata yang terpejam, wajah sensual sang gadis hadir. Tersenyum kepadanya dengan bibir erotis dan seakan mengatakan semua baik-baik saja. Bahwa dia tahu kalau Axel terpaksa melakukan semua ini. Membayangkan Brenda membuat semuanya jauh lebih mudah untuk dilakukan.
Tersenyum dan menatap menggoda, Axel menghentikan ciuman panas mereka. Membuat Norah juga membuka mata dan memandang sayu. Deru napas wanita itu memburu. Tangannya merengkuh pundak gagah sang pemuda.
“Kamu sangat cantik, Candy. Mari kita melayang berdua ke angkasa, setuju?” rayu Axel membelai wajah di hadapan.
Tidak berkata-kata dan hanya mengangguk. Norah mengagumi tiap titik di wajah Axel yang baginya terlihat sangat sempurna. Sudah banyak pria bayaran yang ia temui di atas ranjang. Akan tetapi, aura kegagahan serta kejantanan sang Tuan Muda memang berbeda.
Dengan perlahan, Axel mendorong tubuh Norah ke atas ranjang. Merebahkan wanita tersebut dengan lembut. Lalu, ia turut menaiki ranjang dan mengapit pinggang ramping dengan kedua lututnya.
Sesuatu mulai berdesir di dalam darah. Menghadirkan sensasi panas dan sebuah keinginan menggebu. Bisa merasakan denyut jantungnya meningkat beberapa kali lipat. Pandangan Axel kepada Norah sudah mulai berubah menjadi … buas.
‘Hmm, rupanya obat perangsangmu berfungsi juga, Romi,’ gumam pemilik dagu belah itu tersenyum simpul. Ia merasakan sebuah tekanan di area kejantanan dan tidak sabar ingin segera melampiaskan sebentar lagi.
Norah tersenyum malu-malu saat Axel mulai membuka pakiannya satu per satu. Dimulai dengan meloloskan dress one piece dari atas kepala dan melemparkannya ke atas lantai, hingga membuka kaitan bra dan terakhir ….
“Ijinkan aku mengeksplorasi semua keindahan tubuhmu, Candy,” bisik Axel kemudian menjilat belakang telinga kliennya. Meminta ijin untuk melepas segitiga tipis berwarna hitam berenda.
“Emmhh … teruskan … aku milikmu, puaskan aku, Tampan,” jawab Norah mengangguk lemah. Tatap matanya sayu. Deru napas panas memburu. Gairah juga telah merambat kencang di tiap urat nadinya.
“Terima kasih, Cantik,” gumam Axel lalu melumat bibir manis.
Menggunakan dua telapak tangan, ia tarik ke bawah lembaran kain terakhir hingga kini tubuh Norah sudah polos tak terbalut apa pun. Mata Axel seperti memandang oase di tengah gurun sahara.
Hampir dua tahun hidup di kelas paling bawah. Dikejar oleh pembunuh bayaran sampai harus membersihkan bekas kotoran manusia di toliet. Belum lagi berurusan dengan walikota yang nyaris membuatnya dipenjara.
Sudah lama tidak pernah melihat tubuh mulus tanpa busana seperti sekarang. Yah, walau wanita itu tidak lagi muda, tetapi Norah sangat pintar merawat tubuhnya. Entah jika mungkin telah melakukan operasi di sana-sini. Yang jelas, dia sangat seksi dan menawan.
Tanpa basa-basi, Axel langsung mendaratkan lumatan bibirnya di buah dada besar yang terkadang memantul pelan saat pemiliknya menggelinjang manja akibat rangsangan yang ia berikan.
“Mmmhhh … aauuhh … ssshhh ….” Lenguhan panas meluncur dari mulut Norah akibat gerakan lidah Axel yang memutari puncak dadanya. Meninggalkan beberapa tetes kenikmatan yang membasahi benda bundar berwarna merah muda kecokelatan tersebut.
Bila Axel menggempur sisi kanan, maka tangannya akan meremas dengan pelan bagian sebelah kiri. Bila bibirnya menghisap bundaran kecil seperti seorang bayi yang sedang lahap meminum susu bundanya, maka tangan akan memilin serta meremas secara bergantian.
Norah semakin merasa tubuhnya dialiri berbagai kejutan listrik berdaya rendah setiap Axel mempermainkan dua buah dada miliknya. Membuat pinggul bergoyang tanpa arah. Meliuk, memutar, dan kadang terangkat sedikit ke atas.
Puas membangkitkan birahi dari daerah dada, saatnya memberi kenikmatan yang disukai oleh setiap wanita. Mengecup sekali lagi bibir terpulas lipstick merah sebelum kemudian menurunkan tubuh hingga ke bawah.
Axel menyentuh lutut Norah dengan kedua telapak tangannya. Lalu, ia arahkan ke kanan dan ke kiri. Membuat area di pangkal kaki terekspose bebas. Nuansa merah muda terlihat merekah di sana.
Efek dari tablet berwarna hijau yang diberikan Romi sudah memenuhi otak Axel. Ia tersenyum dan segera menundukkan wajah hingga menghadap kepada kewanitaan Norah.
Perlahan, lidahnya menjulur menyentuh dinding lembab mengkilat. Menyesap dan menjilati dua sisi tersebut secara bergantian. Terkadang tanpa sengaja lidahnya menyentuh sebuah gundukan mungil yang merupakan pusat kenikmatan seorang Norah.
“Aaahhh! Aauuhh! Sssh … mmmhhh, ah, ah, aduuuh ….” Norah memekik karena merasa terlalu nikmat.
Gelombang panas menyerang setiap bulir darah Axel. Ia semakin giat bermain di area kewanitaan Norah. Membuat wanita itu semakin mengalirkan rintik kenikmatan dari sebuah lorong mungil di tengah tubuh.
Fokus kepada sebuah gundukan mungil, menekan perlahan dengan lidah lalu menyapu dan menyesapnya tanpa jeda. Membuat suara gemericik yang ditimpa dengan teriakan dari sang wanita.
“Bryan! Oh, Bryan! Kamu memang yang terbaik, Tampan!” racau Norah mencengkeram sprei ranjang. Kakinya menjejak ke kanan dan ke kiri.
Tubuh sesekali bergetar dan pinggul meliuk ke atas. Bahkan, terkadang ia cengkeram rambut Axel dan menekan kepala sang pemuda agar semakin intens memberi kenikmatan di bawah sana.
Jika diteruskan, Axel khawatir Norah akan mencapai klimaks sebelum ia bisa berbuat lebih. Maka, cukup sudah bermain di area sensitf istri kepala senat tersebut.
Axel membuka celana jeans biru muda yang ia pakai. Disambung dengan menurunkan boxer ketatnya hingga Mr.Big melonjak ke luar dan memamerkan kegagahannya.
Mata Norah terbelalak melihat ukuran yang menurutnya di atas rata-rata. Langsung terpesona hingga pipinya memerah. Membayangkan bagaimana rasanya dihunjam sesuatu seliat itu.
“Suka dengan apa yang kamu lihat, Candy?” goda Axel sambil mengedipkan mata.
“Tentu saja, Bryan! Aku … ah, kamu memang luar biasa!” pekik Norah setengah tertawa.
Memasang plastik pengaman di Mr.Big, dan Axel siap untuk menerjang masuk ke dalam liang kenikmatan lawan bercintanya.
Ia memagut Norah, menciumi sambil sesekali menggigit bibir itu. Lalu, turun ke bawah, menjilati leher jenjang.
Melakukan semua itu sambil tangannya pelan-pelan mengarahkan kejantanan ke sebuah lokasi basah dan lembab. Kemudian, sedikit demi sedikit didorong masuk ke dalam.
“Ahhh, aaahhh ... ini ... ah, gila sekali! Aku ... auh! Mmmhhh!” Norah meracau tidak karuan. Matanya terpejam sambil sesekali meringis ketika tubuhnya dimasuki Mr.Big.
Tidak sakit sama sekali karena ia sudah terbiasa bercinta. Norah meringis karena sensasi nikmat dan gairah makin meletup di dalam kalbu.
“Aahh!” desah Axel tidak dapat menahan. Sejak awal mereka bersentuhan, ia sudah membayangkan wajah Brenda.
Berhalusinasi sendiri kalau gadis cantik itu yang sedang bercinta dengannya. Menciptakan imaji untuk mempermudah aksi.
Semua berjalan lancar untuknya. Tanpa kesulitan kini mereka sudah menyatu dalam desah dan peluh keringat nikmat.
Sekian menit berlalu, cukup lama Axel menggempur kewanitaan Norah dengan kejantanannya. Keluar masuk dalam jumlah yang tidak bisa dihitung.
Suara desahan bercampur dengan suara dua kulit bertemu membahana. Ranjang pun ikut bergoyang akibat hentakan yang dilancarkan oleh Tuan Muda Stormson.
“A-a-aku ... aku tidak tahaaan!” Norah menjerit dan tubuhnya bergetar hebat sekali. Pinggul meliuk ke atas. Kuku mencengkeram pundak Axel hingga terlihat seperti menancap.
Axel mempercepat dorongannya ke dalam tubuh lawan bercinta. Ia pun sudah tidak tahan lagi ingin memuntahkan lava hangat dari dalam tubuhnya. Efek dua tahun tidak bercinta ditambah obat perangsang sangatlah luar biasa.
Keduanya sama-sama melenguh, meneriakkan racauan tidak jelas. Puncak kenikmatan telah mereka dapat.
Dalam batin sang pemuda, tugas sudah selesai dan $3000 akan menjadi miliknya sebentar lagi.
Bagi Norah yang kesepian, gairah terpendamnya sudah terpuaskan. Sangat puas dengan pelayanan sang pria sewaan.
Sementara itu, bagi dua pasang mata yang sedang memperhatikan di tempat lain melalui kamera rahasia, tujuan utama telah tercapai.
“Senator Kelts pasti akan menggila setelah melihat video ini!” kekeh Masserano disambut tawa oleh Romi.
“Anak itu patuh dan penuh semangat. Aku menyukainya, Romi. Kalau saja Francesco masih hidup, pasti usianya sama seperti Axel.” Masserano menyebut nama anak kandungnya yang sudah meninggal sekian tahun lalu.
“Segera persiapkan kunjungan kita ke Senator Kelts!”
“Siap, Paman.”
BERSAMBUNG

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
