
Kinanti tak pernah mengira, saat Ia ingin mencari tahu tentang suaminya, Tuhan memberinya jawaban. Bagas mengalami kecelakaan bersama Tantri selingkuhannya.
2 September 2020
Kinan membaca artikel yang diturunkan Detik, Kompas, CNN Indonesia dan banyak kanal media lainnya tentang trend ASN Poliandri.
Bagas suaminya ASN, beberapa bulan terakhir tak pernah lagi mau diantar bekal makan siang. Ia jadi khawatir suaminya terbawa lingkungan dan ikut trend.
Pernah Kinan ke kantor mengantar bekal, berpikir...
Bab 1 : Kecelakaan
Penjelasan dari Ditlantas mobil yang dikemudikan Bagas mengalami pecah ban dua kilo meter dari pintu tol Ancol Barat.
Ancol jauh dari kantor Bagas. Bagas bekerja di kantor pemerintah Jakarta Timur. Apa Ia pergi makan siang sejauh itu? dan hanya dengan Tantri.
Sepanjangan perjalanan menuju rumah sakit Kinanti tak bisa berhenti berpikir. Kekhawatiran, kebingungan semua menggumpal jadi satu. Apa yang sebenarnya mereka lakukan saat jam istirahat?
“Tolong cepat sedikit.” Kinan bicara pada pengemudi transportasi online. Ia ingin langsung mendengar penjelasan Bagas. Kenapa, ada apa? Apa dia ikut trend perselingkuhan?
Setengah berlari Kinanti menuju UGD begitu turun dari taxi online yang mengantarnya. Masih ada petugas ditlantas disana. Kinanti menghampiri “Apa bapak yang menghubungi saya tadi? Saya istrinya Bagas Handoko.”
“Kebetulan anda segera datang. Suami anda mengalami pendarahan otak dan membutuhkan persetujuan anda untuk tindakan bedah.”
Kinanti terperanjat “Dimana suami saya sekarang?”
“Di dalam. Silakan langsung masuk.”
Kinanti menemui dokter, menanyakan apa yang terjadi. Dokter memberitahu detailnya kalau suaminya sekarat dan mendesak untuk segera dilakukan tindakan operasi. Kinanti diminta mengurus administrasi sebelum menanda tangani berkas.
Kinanti meninggalkan UGD dengan tergesa. Baru saja keluar, petugas ditlantas memanggilnya “Bu Kinanti sebentar.”
Ia terpaksa menunda dan menghampiri. Ia melihat ada seorang pria dengan pakaian kerja disebelah petugas memegang tas wanita.
“Iya pak.”
“Ini dompet dan ponsel suami Ibu yang kami temukan di mobil.” Petugas menyerahkan.
Pria yang memegangi tas melihat padanya “Istri Bagas?”
Kinanti terangguk dan bertanya-tanya “Anda?”
“Dia suami saudari Tantri. Istrinya terlempar dari mobil dan nyawanya tidak tertolong.”
Kinanti terkejut, Tantri punya suami. Dia bukan lajang, dia seorang istri. Tantri dan Bagas?
“Saya turut berduka cita. Saya permisi mengurus administrasi suami saya.” Kinanti berpamitan.
“Iya.” pria itu menatap punggungnya lalu menoleh ke petugas ditlantas “Saya juga permisi mengurus pemakaman istri saya.”
Langkah pria itu gontai. Istri yang Ia cintai meninggal. Lebih parahnya Tantri meninggal bukan saat bersamanya. Tapi saat bersama suami orang lain. apa yang dilakukan Tantri saat jam istirahat? Kenapa Ia keluar kantor dan berada di tol Ancol barat. Bukankah itu jauh dari kantor tempatnya bekerja?
Semua terasa membingungkan bagi keduanya. Kebingungan ditengah kemalangan. Perasaan kehilangan yang dirasakan suami Tantri dan takut kehilangan yang dirasakan Kinanti berbaur dengan tumpukan tanda tanya.
Kinanti istri, pria itu suami Tantri, tapi baik Kinanti maupun suami Tantri sama sama tak tahu kalau pasangan mereka pergi keluar dengan rekan kerja. Dan hanya berdua.
Sejak kapan makan siang harus izin? Hanya makan siang kan? sampai di tol Ancol?
“Bagas, aku ingin kau lekas sembuh. Aku ingin bertanya padamu.” Kinanti melihat pada lampu di atas kamar operasi yang masih menyala.
“Tantri, seandainya kau tak pergi. Aku akan menuntut penjelasan darimu.” suami Tantri menabur bunga di tempat peristirahatan terakhir istrinya.
“Adakah yang lebih berat daripada ditinggalkan orang terkasih secara mendadak. Kepergian yang tanpa isyarat dan menyisakan tanda tanya. Kenapa dengan cara seperti ini? Kenapa saat tengah bersama pria lain?”
Pria itu gontai meninggalkan pemakaman. Ia kembali ke rumah yang sekarang sunyi. Tak ada suara Tantri sepulang bekerja “Aku pulang.”
Atau Tantri yag menunggunya pulang “Lama sekali. Aku sampai ngantuk menunggumu.”
Tantri terlihat perhatian dan tanpa cela. Tapi kepergiannya membuatnya bertanya “Apa semua sapa hangat itu hanya pura-pura?”
Bab 2 : Kenyataan
Menit, jam berlalu. Bagas masih di ruang OP. Kinanti menatap dompet dan ponsel Bagas di pangkuan.
Mendadak pertanyaan tentang kenapa Bagas dan Tantri berada di mobil bersama kembali menyelinap.
Kinanti tergerak membuka ponsel, Ia mencari nama Tantri di WA Chat. Kinanti membaca chat terakhir.
‘Discovery bagaimana?’ Chat Tantri.
‘Boleh. Ada makan siang apa dekat situ?’ balasan suaminya.
‘Bandar Jakarta.’
‘Cukup tidak waktunya?’
‘Kalau kurang kita lanjutkan malam. Jatah kita menempati kamar kan sampai besok siang.’
Mata Kinanti nyalang, terlalu kaget dengan apa yang dibacanya. Ia tergerak membuka galeri. Foto kebersamaan mereka, dalam pose yang selalu mesra. Kinanti menggeser layar. terus turun, dan beberapa foto menghentikan gerakan. Foto pernikahan siri suaminya dan perempuan itu.
Jantung Kinanti serasa hampir copot, matanya memanas. ia melihat pintu ruang operasi. kesedihan dan rasa takut kehilangan yang semula menggelayut dihatinya lenyap berganti kemarahan begitu mendapati kenyataan bahwa suaminya tega menikah lagi dibelakangnya..
“Aku berharap kau mati. Aku berharap kau menyusul perempuan jalang itu. Teganya kau. Apa salahku?” Kinanti beranjak dari bangku tunggu di depan ruang OP. Ia pergi ke toilet dan menumpahkan tangis di depan wastafel.
Ia menatap cermin, berpikir apa salah dan kurangnya hingga suaminya tega mengkhianatinya. Berselingkuh dengan istri orang tanpa tahu malu.
Bagas ingat apa yang terjadi, mobilnya mengalami pecah ban. Ia kehilangan kendali mengemudi dan menabrak truk di depannya. Sempat Ia lihat tubuh Tantri yang terlempar keluar dari kaca depan. Setelahnya Ia tak mengingat apapun, tak merasakan apapun. Hanya kegelapan. Sempat Ia dengar teriakan petugas ambulance, lalu ucapan salah satu petugas “Penumpang sudah meninggal.”
Bagas tahu kemungkinan yang dimaksud Tantri. Istri sirinya tak terselamatkan. Tinggal Ia, Ia tak tahu sekarang berada dimana. Apa diambang kematian atau masih dalam kondisi sekarat.
Saat seperti ini, Ia disergap takut. Takut jika harus mati. Kematiannya membawa tumpukan dosa. Istrinya pasti menyumpah nyerapah Ia masuk neraka jika tahu bangkainya. Kalaupun Ia hidup, Ia tak akan punya nyali menghadapi istrinya.
“Kinan, maafkan aku. Seharusnya aku berpikir saat melakukan itu.” Bagas merasakan sesalan. Sama seperti pengecut lainnya ketika berada diambang kematian.
Bukankah syahwat membuat manusia tak memikirkan kematian. Jadi kenapa mengaku menyesal saat kematian begitu dekat.
Tuhan, tolong tanyakan padanya kenapa Ia tak mengatakan penyesalan padamu. Mungkinkah manusia bejat masih pantas berada di bumi?
Kinan menyeka air matanya saat terdengar ketukan di pintu toilet.
“Suami anda sudah dipindahkan ke ICU.” Perawat yang menyusul memberitahu.
“Iya. terima kasih atas informasinya. Saya akan menyusul ke ICU.” Kinan mencengkram ponsel Bagas.
Jika itu bekas operasi, Ia bukan hanya ingin mencengkram tapi menarik paksa jahitannya supaya suaminya tak lagi punya kesempatan hidup.
Buat apa hidup kalau membuat sakit hati, buat apa hidup kalau akhirnya menyengsarakan. Kinan benar benar disergap amarah. Ia senang Tuhan menghukum suaminya. Kalau bukan karena kecelakaan itu mungkin ia tak akan pernah tahu bangkai yang disembunyikan suaminya
“Untuk sementara saudara Bagas masih harus berada di ruang ICU. Nanti begitu kondisi kritisnya lewat baru bisa dipindah ke kamar rawat biasa.” Dokter menyampaikan.
“Iya terima kasih dok.” sebenarnya bukan kata terima kasih yang ingin Kinanti katakan. Ia ingin mengatakan, bisakah suami saya disuntik mati? Dia sudah tidak berguna. Tolong suntik mati.
Namun kata kata itu hanya ada dikepala. Ia tak mungkin mengatakan. Dokter pasti menganggapnya tak waras dan mengira Ia mengincar warisan dari suaminya.
Kinanti menarik kursi ke samping bed. Tinggal Ia sendiri yang menemani di ruang ICU. Ia menyentuh tangan Bagas, ingin sekali mencabut infusnya. Tapi nuraninya mengingatkan “Kendalikan dirimu Kinanti. Dia tengah membayar perbuatannya.”
Kinanti menarik napas dalam dalam, berusaha meredam kecamuk hatinya. Ia berkata pelan “Aku berharap operasinya gagal. Aku berharap kau menyusul Tantri. Ku harap kalian berdua bertemu di neraka.”

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
