
"Besok pagi saya akan mengembalikan kamu ke orang tua kamu. Saya talak tiga kamu malam ini.' Teguh
Yang terpenting dalam rumah tangga adalah komunikasi. Itu yang dikatakan kebanyakan orang. Namun sepekan setelah perbincangan mereka malam itu, Teguh semakin irit bicara. Pembicaraan hanya searah dari Atma, itupun hanya menanyakan uang belanja dan kebutuhan anak-anak. Atma tak mengerti, apa para suami memang akan bersikap kekanak-kanakan begitu memiliki anak? Apa Teguh mendiamkannya karena menuntut perhatian?
Atma pikir sudah waktunya membicarakan dengan suami. Ia akan menanyakan pada Teguh apa maunya? Mau dibawa kemana rumah tangga ini jika yang lebih banyak berperan di rumah Atma.
Anak-anak sudah tidur, Atma menjahit sarung bantal yang koyak selama menunggu Teguh pulang. Sepekan ini Teguh pulang lebih larut. Teguh kadang membuka pintu dengan kunci sendiri kalau Atma sudah tidur.
Yang mengherankan Atma, Teguh tak lagi meminta nafkah batin. Apa memang setelah sepuluh tahun menikah suami tak lagi memiliki hasrat pada istri? Atma ingin sekali menanyakan pada Ibu mertua atau tetangga yang sudah menikah lebih lama. Namun Ia khawatir apa yang Ia tanyakan akan menjadi bahan ghibah orang lain.
Deru mobil teguh terdengar berhenti di carport. Atma meletakkan jarum dan benang ke dalam kaleng biscuit. Ia menaruh sarung bantal yang baru selesai dijahit di kursi dan bergegas ke ruang depan untuk membukakan pintu.
Bunyi klik terdengar saat Ia tiba di ruang depan. Suaminya telah membuka pintu lebih dulu. Atma melihat pintu terbentang. Suaminya menyilakan masuk seorang perempuan.
“Masuk Wid.” suaminya berkata ramah. Keramahan yang hilang belakangan ini
Atma melihat perempuan itu masuk dan mengangguk ke arahnya. Dibelakangnya suaminya membawakan koper dan menutup pintu dari dalam.
“Mbaknya, saudara dari Bapak atau Ibu Mas Teguh?” Atma yang sedari tadi hanya diam gatal untuk bertanya, perempuan itu mengenakan blus lengan pendek dan rok span selutut. membuatnya merasa tak nyaman
“Mas.” perempuan itu menoleh ke Teguh. Membuat Atma bertanya tanya ada hubungan apa mereka
“Atma, kenalkan ini Widya.” Teguh bicara pada istrinya
“Widya.” perempuan itu mengulurkan tangan ke Atma
“Atma. Tadi pertanyaan saya belum dijawab.” Atma merasakan firasat ganjil
Widya kembali menoleh ke Teguh.
“Nanti saya jelaskan. Saya antar Widya dulu ke kamar tamu baru kita bicara.” Teguh membawakan koper Widya tanpa menunggu persetujuan Atma
Widya mengikuti suaminya tanpa sungkan. Siapa dia?
Atma mengunci pintu depan. Ia masuk ke kamarnya dan menunggu Teguh. Tak lama suaminya menyusul masuk ke kamar. Atma melihat ke arah suaminya. Pria itu duduk disebelahnya sekarang.
“Siapa dia?”
“Bekas teman SMP SMA saya.” Teguh menjawab dengan enteng.
DEG! bukan saudara Teguh. Hanya teman SMP SMA. Lalu kenapa menginap disini?
“Saya sudah menikah dengannya sejak awal tahun. Besok pagi saya akan mengembalikan kamu ke orang tua kamu. Saya talak tiga kamu malam ini. Saya minta maaf sudah tak memiliki cinta lagi untuk kamu.” Teguh mengatakannya dengan tenang. Sama sekali tak merasa bersalah
Sama sekali tak peduli dengan linangan air mata Atma. Atma gemetar, tangannya yang terjalin dipangkuan terasa dingin “Apa salah saya?”
“Saya hanya capek menjalani rumah tangga dengan kamu. Saya akan tetap bertanggung jawab ke anak anak. Saya akan tetap kasih uang ke kamu tiap bulannya satu setengah juta untuk biaya hidup mereka.”
Ditalak, dijanjikan biaya hidup tiga anak hanya sebesar satu setengah juta, dimana pikiran suaminya “Teganya kamu Mas.”
BERSAMBUNG
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
