PT. Mencari Cinta Sejati Part 1

17
6
Deskripsi

Pandemic dua tahun kemarin menghancurkan bisnis PT. Mencari Cinta Sejati. WFH membuat supply and demand tak lagi berimbang sehingga perusahaan harus melakukan PHK massal terhadap karyawannya.

          Namun 2022 Pandemic telah berubah status menjadi endemik. Para pengusaha, esmud dan kaum pekerja kembali pada rutinitas normal. 

Dampaknya  PT. Mencari Cinta Sejati mulai kebanjiran permintaaan dan terdesak untuk mencari karyawan baru.

 

Atmariani, Ibu muda dengan tiga anak yang baru saja ditalak tiga suami mencoba melamar di perusahaan tersebut.

Umur 20 tahun menikah, tiga puluh tahun memiliki anak tiga. Yang terbesar usia delapan tahun, yang kedua lima tahun, paling kecil belum genap dua tahun. Sepuluh tahun perjalanan berumah tangga harusnya semakin kuat ikatan dan semakin saling. Nyatanya…

 

 

“Aku berangkat.” Pernikahan ini semakin hambar. 

Atmariani sudah bangun dari sebelum Subuh untuk menyiapkan sarapan. Sementara suaminya sama sekali tak memberi penghargaan.

Apa susahnya sih sarapan sebentar dan memakan sesuap dua suap hasil masakannya 

“Mas bareng siapa?” sulungnya baru selesai mandi dan mendengar ayahnya berpamitan. 

“Bunda yang antar. Ayah harus berangkat pagi. Masih ada yang harus dikerjakan.” tak ada kecupan dikening. Pria itu pergi begitu saja.

Menyisakan keheranan Atma. Setahun belakangan ini pernikahan mereka bukan hanya hambar. Sikap suaminya telah banyak berubah. Interaksi Teguh dengannya dan anak-anak seperti sekedar formalitas. Teguh seperti menjauh.

 

 Apa semua rumah tangga seperti ini? Atma memandangi dua balitanya yang tengah bermain di ruang tivi. Mengeluarkan semua mainan dan menyerak-nyerakkannya di lantai. Biasa saat anak tidur Ia baru membereskan kembali. Lalu saat anak-anaknya terjaga mereka kembali menyerakkan.

Ia tak merasa letih saat anak baru satu, sekarang tiga. Pekerjaan rumah bertambah penghargaan tak ada. Hanya rutinitas yang terasa meletihkan tanpa penghiburan.

 

Atma memotret anaknya yang tengah bermain. Ia mengirim ke suaminya. Dulu saat anak masih satu, Teguh suaminya paling senang dikirimkan foto Faiz sulung mereka.

Sekarang? Hanya tanda centang biru yang artinya dilihat.

Atma mengetikkan pesan ‘Mas, minggu ke monas yuk. Ajak anak-anak jalan pagi disana.’

        Kembali hanya tanda centang dua dan tak dibalas. 

        Atma menghela napas, meletakkan ponsel di meja dan berpikir kemana perginya perhatian itu. Rasa tanggung jawab sebagai suami yang harusnya memberi tentram pada istri. Bukan seperti sekarang yang membuat istri mempertanyakan perubahan sikapnya.

 

 

“Siapa yang bantu mas ngerjain PR?” sudah lewat senja. Lagi-lagi suaminya belum pulang. Padahal dulu-dulu suaminya selalu memberitahu alasan pulang malam. Biasa karena lembur. Entah sekarang karena apa.

“Bunda yang akan mengajari.” Atma sembari memomong bungsunya membantu mengerjakan PR sulungnya. 

Waktu dua puluh empat jam serasa kurang sekarang. Semua pekerjaan rumah seolah tersampir di pundaknya.

        Bangun tidur membuat sarapan dan menyiapkan seragam faiz. Suami dan si sulung berangkat ia momong anak. Anak tidur, cucian, setrikaan menunggu.

        Faiz pulang sekolah, Ia harus menggendong Elsa bungsunya dan menuntun Rizka yang masih balita menjemput Faiz ke sekolah.

        Tahun lalu Teguh masih bisa meluangkan waktu saat jam makan siang untuk menjemput Faiz. Tapi sejak awal tahun Teguh menyampaikan padanya tak lagi bisa menjemput.

 

        Alasannya bengkel ramai setelah pandemic berlalu. Teguh yang bekerja sebagai kepala bengkel, tak lagi sempat meluangkan waktu.

        “Tapi sabtu tak mungkin seramai hari biasa.” sambil mencuci piring Atma berpikir.

        Sudah pukul sepuluh malam. Anak-anak sudah tidur. Atma masih mencuci piring, Memanaskan lauk dan mengelap meja dapur. Merapikan serakan mainan anak di ruang tengah dan mengepel lantainya agar pagi rumah terlihat resik.

 

        Deru mobil terdengar, Atma hapal itu bunyi mobil suaminya. Lekas Ia membukakan pintu dan menyusul ke teras. Suaminya turun dan hanya tersenyum samar. Senyum yang seolah terpaksa.

        “Belum tidur?” tak ada kecupan di kening. Atau menanyakan kesibukannya kenapa belum tidur. Teguh langsung masuk ke dalam.

        Atma menyusul langkahnya dan mengunci pintu rumah. Ia melihat suaminya langsung masuk kamar.

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya PT. Mencari Cinta Sejati Part 2
13
4
“Kau mencurigaiku berbuat macam-macam diluar?” Teguh
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan