
Trey tak suka terikat dalam hubungan. Ia juga tak suka dengan ide kencan satu malam. Satu-satunya yang membuat Ia merasa aman hanya menjalin hubungan dengan binor.
Jihan tak suka pernikahan. Ia juga tak suka orang menanyakan statusnya. Jihan berlindung dibalik status palsu sudah menikah. Pada kenyataannya Ia single yang hanya mau bersenang-senang dengan lakor.
“Kita kaya pasangan beneran ya?”
“Emang pasangan beneran kan?” Trey balik bertanya.
“Kalau istri kamu tiba-tiba kemari gimana?”
“Kalau suami...
Nana berumur tiga puluh enam. Ibu tiga orang anak. Masih kinyis-kinyis dan menggebu.
Sayang disayang, suami Nana usianya hampir lima puluh tahun. Tak cukup mengimbangi semangat Nana untuk mencoba hal hal baru.
Nana dan Trey bertemu tak sengaja. Nana suntuk. Janjian dengan terapis pijat di hotel dan menunggu di lobby.
Nana iseng mengecek nearby dari aplikasi dating dan menemukan Trey yang akan meeting di hotel yang sama.
Trey berpengalaman. Ia tahu bahwa banyak perempuan bersuami yang haus kasih sayang. Sementara Ia lajang yang tak ingin terikat hubungan.
Kebetulan meeting tertunda karena calon buyer mengalami delay saat transit di bandara Haneda. Basa basi busuk sebentar dengan F dari nearby berlanjut ke speak-speak iblis.
‘Kamu duduk dimana?’ perempuan itu mulai penasaran.
‘Resto. kalau mau gabung boleh. Kutraktir sarapan.’
‘Aku pakai gaun biru. Nanti kalau sudah sampai resto, kamu kasih tangan ya?’
‘Ok.’ Trey mengiyakan saja. Rencananya Ia akan kabur kalau tampilan TO ga sesuai kenyataan.
Dan ternyata? F yang ditemukannya tak seperti Ibu-Ibu pada umumnya. Cantik, mengenakan mini dress yang bahannya jatuh ke badan. Benar benar panas dan tak pantas.
Trey seketika langsung berdiri menghampiri “Trey.”
“Nana.” perempuan itu menyebutkan namanya.
Trey membawanya ke meja dan menarikkan kursi untuk Nana.
“Nggak kelihatan anak tiga.” Trey memuji. Ia memanggil pelayan untuk mengantar buku menu.
“Kamu juga. Saya pikir mahasiswa.” Nana memperhatikan stelan blazer yang membungkus bahu bidang pria di depannya. Pria dengan garis wajah seperti dipahat dan jenggot kasar disekitar rahang dan dagunya.
“Udah lama lulus.”
“Abis sarapan mau kemana?” sambil melihat buku pesanan yang diantar pelayan Nana menanyakan.
“Belum tahu.”
“Fetucini sama orange jus.” Nana mengembalikan buku menu.
Pelayan berlalu dari meja mereka.
“Saya masih belum balikin kunci kamar.” Nana tersenyum penuh arti begitu pelayan menjauh.
“Atau sarapannya dianter aja ke kamar?”
Nana terangguk tanpa malu.
Dari sana Trey menjalin hubungan tanpa status dengan Nana selama tiga tahun. Tiga tahun yang manis tanpa tuntutan pernikahan, tanpa pertengkaran dan hanya menikmati manisnya saja.
Hanya saja setelah tiga tahun berjalan anak-anak Nana mulai beranjak SMP. Nana mulai susah curi-curi waktu. Ditambah suaminya yang mulai sering sakit-sakitan dan membuatnya harus berada di rumah.
Kalaupun ketemu, Nana jadi gampang letih. tak sebugar dulu. Lebih banyak menumpang tidur di apartemennya.
Mereka jadi sering bertengkar dan Trey merasa hubungan mereka sudah nggak seindah dulu lagi.
“Na, aku minta maaf sebelumnya.” Trey bicara setelah mereka bercinta.
“Kamu ngomong apa sih? Perasaanku kok jadi nggak enak.”
“Kita kayanya harus break.”
“Kamu udah bosen ama aku?” dari awal Nana sudah tahu ini bukan hubungan serius. Tapi Ia tak rela kalau harus berakhir.
“Bukan. Kasihan anak sama suami kamu. Suami kamu udah mulai sakit-sakitan. Anak kamu juga udah mulai remaja. Aku khawatir mereka ngelihat kita. Kehormatan dan nama baik kamu yang akan dipertaruhin.” Trey berusaha sebijak mungkin memberi pengertian.
“Kamu nggak akan lupain aku kan kalau kita bubar?”
“Nggak.” Trey bohong. Ia pasti akan segera mencari ganti yang baru. Ia bukan kaum perempuan yang mengagungkan kenangan. Hasrat hanyalah kesenangan baginya. Tugasnya hanya melepas liarkan pada binor yang tak menuntut pernikahan.
---------
Note
WF – Wife
TO : Target Operasi
F : Female

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
