
“Dijodohkan?
Dengan CEO?
Blasteran WNA?
Itu pasti fiksi di Orenspad.“ Kikan
“Menggambar tentangnya : ketus + seenaknya.
dan harusnya = terus membencinya
tapi bodohnya aku mulai menginginkannya.” Axel
Kikan mungkin satu-satunya makhluk yang nggak suka baca romance Orenspad. Perjodohan, dengan CEO, terlibat konflik lalu jatuh cinta. Buat Kikan “Cuma pemimpi yang suka sama cerita begituan. Gue mah nggak!”
Axel, teknopreuner muda yang kelihatannya aja nggak punya kerjaan. Tinggal nunggu lulus SMA dan siap...
“Dijodohkan?
Dengan CEO?
Blasteran WNA?
Itu pasti fiksi di Orenspad.“ Kikan
“Kan, ada tamu.” teguran di pintu depan.
Kikan dan dua temannya yang sejak tadi cekakak cekikik di ruang tengah langsung menoleh.Melihat ke Nyokap Kikan yang baru datang dan masuk ke dalam rumah.
Perempuan paruh baya yang masih tampak awet muda dengan tampilannya yang modis dan percaya diri. Mungkin pengaruh pekerjaan, secara Ibu Kikan wanita karir yang hari-harinya ngantor. Beda jauh sama Ibu mereka yang cumaIbu rumah tangga biasa.
Dan maklum kalau Ibunya berkarir. Kikan anak semata watang. Bokapnya meninggal pas dia masih kecil. Jadi Nyokapnya yang harus banting tulang ngidupin nih anak.
“Eh Mama, kok tumben udah pulang?” Kikan berdiri menyambut Nyokapnya dan mengambil alih tas laptop yang ditenteng Mamanya.
“Lagi nggak enak badan. Tadi minta izin sama atasan buat pulang cepet.” Mama Kikan melihat pada dua teman putrinya.
Seina, si wajah keturunan arab yang hidungnya tinggi dan rambutnya lurus sebahu.
Lalu Yessi gadis bermata sipit berambut bob yang penampilannya nggak beda sama Seina. Dewasa, matang, dan lebih mirip anak kuliahan dengan wajah yang dipulas bedak dan liptint dibibir mereka.
“Eh kenalin nyokap gue.” Kikan menyadarkan keterpakuan teman-temannya yang baru pertama kali ngelihat Nyokap.
“Siang Tante, saya Seina.” Seina menyalami Mama Kikan.
“Saya Yessi Tante. Kami temen satu sekolah Kikan” Yessi gantian mengenalkan diri
“Teruskan saja ngobrolnya. Tante ke kamar dulu mau istirahat.” Mama Kikan meninggalkan mereka.
Mereka kembali duduk dan membiarkan Kikan nganterin Mama-nya ke kamar. Kamar yang berada nggak jauh dari ruang tengah tempat ketiganya ngobrol.
Begitu Kikan keluar dari kamar Mama-nya, Ia kembali duduk bergabung bersama kedua temannya yang tengah membuka Instagram.
“Ih gila, novel Orenspad favorit gue mau di filemin!” Seina teriak kegirangan.
Mama Kikan yang baru rebahan terbuka mata kembali mendengar jeritan Seina.
Kikan buru-buru menempelkan jari telunjukknya ke bibir “Sttt Nyokap gue lagi istirahat.”
“Eh yang judulnya Sleeping with My Enemy bukan?” Yessi sambil ngemil kuaci melempar tanya ke Seina.
“Iya yang itu. Loe baca juga?” Seina balas nanya.
Mama Kikan mencoba memejamkan mata kembali. Namun perbincangan di depan cukup menganggunya.
“Ya iyalah. Itu novel keren banget. Awalnya kan si Sarah nggak terima dijodohin, trus karena nggak terima jadi berantem mulu ama si Al. Eh gara-gara itu malah tumbuh suka. Nggak nyangka banget.” Yessi nyerocos semangat nyeritain tuh novel.
“Iya bener, seru abis. Loe harus baca Kan.” Seina melihat ke Kikan yang dari tadi nimbrung ngemil kuaci dan nggak merhatiin obrolan mereka.
Mama Kikan yang terganggu dengan suara brisik di depan kamarnya beringsut duduk meraih ponsel. Ia jadi iseng mencari aplikasi yang dimaksud dua anak tadi dan mengunduhnya.
“Ogah! Cuma pemimpi yang suka sama cerita begituan. Gue mah nggak!” Kikan menggeleng enggan.
“Ih sayang banget kalo loe ga baca. Bakal nyesel.” Yessi masang wajah serius.
“Kaga mungkin gue nyesel. Kan semua novel Orenspad yang loe ceritain juga akhirnya gitu.” Kikan mencibir.
“Yang ini jalan ceritanya beda. Romantis abis.” Seina promosi.
“Ralat. Romantis vulgar kali.” Kikan menjulurkan lidah mengejek.
“Bikin loe pengen pacaran ya?” Yessi menggoda.
Kikan melempar sebiji kuaci “Najis deh. Yang ada bikin pikiran nggak senonoh merayap dikepala gue.”
Ketiganya tidak menyadari kalau Nyokap Kikan sekarang lagi membuka judul novel yang dimaksud dan terkaget–kaget waktu baca synopsis dan bab awalnya. Mata dan mulutnya membuka lebar tak menyangka.
“Wajar aja kali kalau ada pikiran kaya gitu dikepala kita. Kita kan dah kelas tiga SMA, udah mau kuliah. Udah nggak tabu kalau mau yang aneh-aneh.” Yessi berbisik pelan agar tak terdengar Nyokap Kikan.
Tapi Nyokap Kikan yang tadinya berbaring terlanjur nyimak obrolan mereka dan turun dari tempat tidur. Berjingkat ke arah belakang pintu kamar tidurnya dan mulai menguping.
“Gue aja belajar ciuman dari novel Orenspad. Gimana cara french kiss biar nggak kegigit bibir.” Seina ikutan berbisik.
Kikan mengernyit jijik “Loe pada ga ada bahan ceritaan lain apa? Najis gue ama otak kotor loe berdua. Inget, ada nyokap gue dirumah.”
“Ih kan, loe harus mulai rajin ngunjungin Orenspad.” Yessi masih belum berhenti ngoceh walau Kikan udah ngingetin ada nyokapnya.
“Gue udah pernah. Dulu banget, jaman Orenspad belum serame sekarang. Tapi gue rasa sih dari dulu ampe sekarang isinya kaga bakal beda. Novel romance yang mendominasi, tema perjodohan yang nggak ada matinya, alur benci jadi cinta yang jadi bumbu dan ending Cinderella modern yang nikah ama CEO ganteng. Asli kaga seru banget.” Kikan ngasih penjelasan rinci kenapa Dia sama sekali nggak tertarik main ke kampung orange.
“Buat kami mah seru-seru aja kan, sama seru kaya novel Harlequin di toko buku. Bedanya di Orenspad gratis.” Seina melempar pandang ke Yessi yang ditanggapi dengan toast mereka berdua.
“Dan satu lagi, ilmu pacarannya banyak.” Yessi menimpali yang disambut kikik geli Seina. Kecuali Kikan yang geleng-geleng kepala tak mengerti dengan selera mereka.
Mama Kikan melihat putrinya tertidur pulas. Gadis itu tertidur tak lama setelah teman-temannya pulang. Tanpa mandi, tanpa melepas seragam dan masih mengenakan kaus kaki putihnya.
Kikan meringkuk memegangi harmonikanya, harmonica pemberian almarhum Ayahnya saat gadis itu masih anak-anak. Ia masih sama seperti gadis kecilnya, masih terlihat polos dan belum mengerti apa-apa.
Kecuali tadi siang, ketika Mama-nya tak sengaja mendengar perbincangan teman-teman Kikan kemudian menguping. Mama-nya baru tersadar putrinya telah berada di bangku terakhir sekolah menengah, sudah bukan anak-anak lagi. Kikan telah menjelma menjadi gadis remaja yang sebentar lagi akan kuliah di negeri tetangga Malaysia. Kikan akan jauh darinya.
Apa jadinya nanti kalau saat kuliah Kikan mendadak jatuh cinta, pacaran bebas seperti teman-temannya, dan pulang dengan membawa perut buncit hasil hubungannya dengan lelaki tak jelas. Apa yang bisa dilakukannya jika itu terjadi.
“Kikan harus diselamatkan. Dia harus dijodohkan. Dia tak boleh salah pilih dan terbawa arus pergaulan sekarang. Dia harus sudah menikah saat kuliah nanti.” Mama Kikan bertekad. Ia tak ingin putri semata wayangnya jadi korban laki-laki brengsek seperti di Orenspad.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
