
Victor merasa bimbang dilema karena ia berada di antara dua hati
BAB 20. DI ANTARA DUA HATI
Victor baru saja bersiap ketika Bella menghampiri dan duduk di sebelahnya, "Pulang kerumah lagi?" tanya nya.
"Hemm..."
"Jemput Glenca?" tanya Bella seperti seorang istri yang sedang menginterogasi suaminya.
"Ya," jawab Victor singkat, "Gue udah cerita semuanya kan, dia hampir aja di lecehkan jadi dia pasti trauma," kata Victor melanjutkan.
"Gue ngerti, gue cuma mau bilang nanti siang ada panggilan interview kerja, jadi gue mau pergi," tutur Bella menjelaskan.
"Perlu gue anter?"
"Gue bisa sendiri, sorry gue jadi beban selama ini," ucap Bella lirih.
"Kenapa ngomong gitu?" tanya Victor.
Bella menggeleng pelan, "Hubungan kita ini apa sih?"
kita jadian karena kesepakatan, bukan saling cinta kan gue mau bantu elo lupain adik tiri itu. See... Lo bahkan gak pernah bisa jauh dari dia, percuma kan kita pacaran," sahut Bella seraya menghela nafas panjang.
Victor mengusap wajahnya kasar, kenapa ia jadi terjebak dengan dua gadis seperti ini, padahal sudah jelas kalau Glenca itu adik nya tapi kenapa Bella tidak mau mengerti
.
"Elo tahu kan, sampai kapanpun hubungan gue sama Glenca itu hanya kakak adik, dan itu gak akan pernah berubah. Dia Adik gue, sementara elo pacar gue!!!"
"Kita bahas nanti malam aja, Lo pasti udah telat jemput Glenca, sana berangkat," ujar Bella yang kini berdiri mendorong punggung Victor untuk keluar dari unit apartemen nya.
Victor bergegas melajukan mobilnya menuju ke rumahnya, tapi ketika ia sampai ternyata benar yang di katakan oleh Bella, ia sudah terlambat.
Glenca sudah berdiri di samping motor sport Liam, hal tersebut memantik amarah Victor yang menatap Liam seakan ingin menelan bulat - bulat.
"Kak, Victor," sapa Glenca kikuk.
Glenca tidak pernah menyangka jika Victor akan datang karena tidak mengatakan apapun kemarin jika hari ini akan mengantarkan ke sekolah lagi, sementara ia tidak mungkin mengacuhkan Liam yang sudah lebih dulu datang, dan di dalam rumah ada orang tua mereka, itulah sebabnya Victor hanya diam, tidak bisa memerintah Glenca untuk ikut bersamanya seperti malam itu ketika akan pergi kerumah Sandra.
"Papa.. Mama ada di dalem Kak, Aku duluan yah," pamit Glenca seraya memakai helm dan bersiap naik ke atas boncengan motor.
Victor terus menatap hingga Glenca dan Liam hilang dari hadapannya, bahkan ia sama sekali tidak berbicara dengan Liam.
Jelas saja Victor tidak ingin membuat keributan di depan rumahnya sendiri, ia pun memutuskan untuk masuk dan menemui orang tuanya.
***
Victor sengaja mampir ke apartemen milik Max, ternyata disana sudah ada Jeff yang sedang duduk santai di sofa, apartemen milik Max termasuk apartemen mewah, berbeda dengan milik Victor yang tipe studio dimana kamar, sofa, dapur menjadi satu.
"Kemana aja lo?" tanya Jeff.
"Sibuk dia, paling juga ngurusin cewek, iya kan bro?" ujar Max yang lebih tau tentang Victor.
"Party lah, udah lama lo gak dateng ke club," sahut Jeff.
"Gimana mau ke club kalau cewek yang waktu itu tinggal bareng dia, kan lebih enak di unit dari pada keluar duit nongkrong di club, iya gak?" sindir Max lagi.
Mulut kedua sahabat nya ini benar - benar sampah, niatnya datang untuk mencari hiburan atau sekedar melepas penat malah semakin pusing dengan mulut sampah dari sahabatnya.
"Santai bro, Lo kenapa sih?" tanya Max kali ini yang serius.
"Gue ribut terus akhir - akhir ini sama Bella," ujar Victor.
"Berantem kan hal yang biasa bro, kenapa sih lo sampai pusing banget, tinggal lo beli bunga terus lo peluk dia, pasti dia luluh kok gak akan uring - uringan lagi, jangan lupa baikan di ranjang, biasanya sih kalau cewek gue ngambek, gue kasih bunga sama terus gue minta maaf deh, mau dia yang salah sekalipun yg tetap aja gue yang minta maaf, abis itu semuanya lancar..." ujar Max.
"Lo kasih saran yang benar dong Max, sampai kapan lo berdua mainin cewek terus, apa jangan - jangan tuh cewek minta di status negara kali?" ucap Jeff.
"Maksud lo apaan?" tanya Max.
"Minta di nikahin mungkin, siapa tahu kan dia udah capek bobo bareng tapi gak ada status," tutur Jeff.
Semua kata - kata dari kedua sahabatnya itu seolah berputar - putar di otak Victor, membuatnya semakin pusing, "Gue cabut," pamitnya.
"Masih sore," teriak Max.
Victor tidak menjawab dan menghilang di balik pintu, ia langsung menuju ke unit apartemen miliknya. Ketika sampai yang pertama kali ia lihat adalah Bella sedang duduk termenung memandang kota malam hari dari jendela besar di unit nya.
Apakah mungkin Bella sudah mulai membuka hati untuk nya, sudah mulai ada rasa cinta, mengingat mereka tinggal satu atap dan juga tidur bersama.
***
BAB 21. BERTAHAN ATAU TINGGALKAN
Dua bulan kemudian.
Glenca memasuki gerbang sekolah di tahun ajaran baru sebagai siswi kelas dua belas, jika siswa dan siswi lain begitu antusias karena mereka akan bertemu teman - teman dan juga suasana kelas yang baru, tidak bagi Glenca.
Suasana sekolah tidak ada yang berubah hanya saja ada yang terasa hilang yaitu sahabat nya Vio yang memutuskan untuk pindah ke luar negeri.
Sekarang Glenca hanya berdua dengan Sandra, sakit hati yang di rasakan Vio membuat gadis tersebut pergi dan memutuskan untuk hidup di tempat yang baru.
Glenca sempat berpikir begitu mudah bagi Vio berpindah tempat tinggal, tapi dirinya tidak memiliki kemampuan secara finansial, ia tidak pernah bisa lari dari masalah atau lari dari kenyataan seperti yang di lakukan oleh Vio, sahabat nya.
"Glen.." panggil Sandra.
Glenca menoleh dan melihat sang sahabat sudah berlari ke arahnya, Sandra selalu saja energik dan penuh semangat.
"Si Vio tega banget ya, ninggalin kita," ujar Sandra.
"Dia pasti udah pikirin semuanya, bukan mendadak. Gue yakin dia udah rencana'in itu sejak lama," kata Glenca.
"Iya juga sih, kasihan ya, gue gak bisa bayangin loh jadi si Vio, pasti sakit hati banget, si Adri juga siwalan banget tuh cowok, udah gitu si Miko, pengen gue bejek - bejek tuh muka cowok dua," keluh Sandra yang tidak berhenti ngedumel.
Glenca hanya menghela nafas mendengar ocehan sang sahabat.
"Eh tapi elo gak akan pindah juga kan? Ninggalin gue sendirian," tutur Sandra.
Dalam hati Glenca berucap jika ia ingin pergi sejauh mungkin, sejak ia terjebak perasaan dengan kakak tirinya, tapi ia tak bisa dan tidak ada satu pun yang tahu tentang hal tersebut.
"Gue mau pindah kemana sih San, gak ada saudara juga, ke luar negeri kayak si Vio pun gak punya duit," tutur Glenca.
"Masa sih lo gak punya duit?" tanya Sandra tidak percaya.
"Bener San, Lo kan tahu gue numpang hidup sama bokap sambung, udah di kasih makan sama di biaya'in sekolah aja bersyukur."
"By the way, si Liam gimana?"
"Ya enggak gimana - gimana, dia sibuk ospek," sahut Glenca yang enggan membahas masalah pribadi, dia memang tertutup.
"Ya syukur deh kalau kalian masih akur, masih bareng, tapi awas loh Glen, di kampus banyak cewek - cewek kece, ntar si Liam terpesona gimana?" kata Sandra.
Ia juga tidak lupa jika Shenina kuliah di kampus yang sama dengan Liam, dan kesempatan mereka dekat semakin besar.
****
Sementara di sisi lain, Victor masih menjalani aktivitas seperti biasa, terkadang ia pergi ke kantor dan kuliah di sore hari, ia sudah harus mempersiapkan skripsi.
Hubungan nya dengan Bella tidak bisa di katakan baik, karena mereka sering kali berselisih paham, bahkan tidak saling memberi kabar, Bella juga sudah lama tinggal di indekos dekat cafe dan resto tempat kerjanya.
Victor yang baru saja pulang dari kantor sang Papa, melewati sekolah dimana Glenca menuntut ilmu, entah mengapa ia tiba - tiba saja berhenti hanya untuk melihat Glenca, karena kebetulan jam pulang sekolah dan banyak siswa dan siswi yang sudah keluar gerbang.
Setelah menunggu cukup lama ternyata Glenca keluar seorang diri, awalnya Victor pikir Glenca akan di jemput oleh Liam, tapi ternyata tidak, Glenca justru duduk di halte bus.
Ia pun bergegas turun dari mobil untuk menghampiri, "Glen." sapanya.
Refleks saja Glenca menoleh dan ternyata ada Victor yang sudah berdiri di sampingnya.
"Hai kak," jawabnya.
"Cowok lo itu gak jemput?" tanya Victor.
"Oh kak Liam sibuk ospek minggu ini," sahut Glenca lagi.
"Gue anter lo pulang, sekalian ada yang mau gue ambil di rumah," ujar Victor
Glenca mengangguk dan berdiri mengikuti langkah Victor menuju ke mobil yang terparkir tidak jauh dari halte bus.
"Apa masih ada yang ganggu lo?" tanya Victor tiba - tiba ketika mereka sudah berada di dalam mobil.
"Maksudnya?"
"Gue pernah bilang kan, hati - hati sama cewek yang waktu itu, dia emang sengaja mau jebak elo," tutur Victor.
"Dia udah lulus kak, dan gak pernah ketemu lagi, terakhir di pesta dua bulan yang lalu," jawab Glenca.
"Bagus kalau gitu, tapi harus tetap waspada ya, hati - hati!!"
Victor selalu saja mengatakan hal yang sama, dan Glenca merasa itu bentuk perhatian seorang kakak laki - laki kepada adiknya.
Glenca mengangguk, " Iya kak, Makasih."
"Kak bisa mampir sebentar, aku mau beli makanan kesukaan Mama," ucap Glenca.
"Beli dimana?"
"Itu ada Resto baru, aku juga belum pernah kesana sih? Tapi Sandra bilang makanannya enak," ujar Glenca.
Victor terus melajukan mobilnya ke arah resto yang di maksud oleh Glenca dan ia terkejut ternyata yang di maksud adalah resto dan cafe tempat kerja Bella, ia juga tidak tahu apakah Bella sekarang sedang bekerja atau libur.
Mereka berdua turun dari mobil dan langsung masuk menuju ke dalam resto mencari meja yang kosong berniat memesan makanan.
Tidak lama kemudian datang seorang waiters yang membawa buku menu.
"Makan disini?" tanya Victor.
"Kan aku bilang buat Mama, aku masih kenyang."
"Ya udah take away, pilih aja nanti aku yang bayar," sahut Victor lagi.
Netranya terus saja melihat ke segala arah mencari gadis yang sudah lama tidak ia temui, hampir sebulan sejak Bella pindah dan tinggal di indekos, mereka jadi lost contact, hubungan mereka pun tidak jelas.
Setelah memesan makanan, mereka menunggu sambil bermain ponsel, hingga seseorang datang membawa pesanan mereka.
"Ini pesanannya, terimakasih, silahkan datang kembali."
Victor mendongak dan melihat wajah Bella yang nampak berbeda, terlihat lelah dan lebih kurus, mungkin pekerjaan yang dilakukan sangat berat dan melelahkan.
Sama dengan Victor, Glenca pun sempat terpaku menatap Bella yang ia ketahui kekasih dari kakaknya.
"Permisi," ucap Bella hendak membalikkan tubuhnya setelah menyimpan pesanan makanan yang sudah di atas meja.
Baru saja hendak melangkah tangannya sudah di cekal.
"Kamu, baik - baik aja?" tanya Victor tiba - tiba.
Bella memejamkan mata, "Bisa lihat sendiri kan, sorry gue lagi kerja, soal uang nanti pasti gue ganti," ujarnya melepaskan cekalan tangan Victor. Setelah itu ia bergegas kembali ke belakang.
Glenca merasa tidak nyaman melihat semua itu, ia merasa ada yang tidak beres di antara keduanya, ia sadar itu bukanlah kapasitas dan ranahnya untuk ikut campur.
Meski di dalam hati begitu penasaran ada apa antara kakaknya dan gadis tersebut, apakah mereka sudah putus karena terlihat jelas jika Bella menghindar.
"Tunggu sebentar," ucap Victor yang di jawab anggukan kepala oleh Glenca.
Victor menuju ke belakang resto tapi tujuannya bukan toilet, sebenarnya ia hanya ingin mencari keberadaan Bella, jujur saja ia merasa khawatir.
Ketika sampai di belakang ternyata Bella tidak ada, Victor sempat bertanya kepada salah satu waiters disana, dan mengatakan jika Bella mungkin sedang istirahat di ruang khusus karyawan.
Akhirnya Victor kembali lagi ke depan, ia akan menemui Bella nanti tapi sekarang ia harus mengantar Glenca pulang kerumah karena hari sudah semakin sore.
Bella memang sengaja bersembunyi dan berusaha menghindar, karena nampaknya Victor tidak ingat jika beberapa kali tidur dengannya tanpa pengaman, Lelaki itu justru sibuk mengantar jemput adiknya ke sekolah, Bella tidak bisa berbohong, ia tidak mau membagi perhatian Victor kepada perempuan lain walaupun itu adik sendiri.
Karena mereka bukan saudara kandung, Victor dan Glenca hanya saudara tiri.
Dan Bella tidak siap jika harus menahan rasa cemburu dan sakit hati lebih dalam lagi jika ia bertahan dengan Victor, mungkin lebih baik ia tinggalkan.
***
Hari terus berganti, Glenca sudah bersiap dengan dress warna pink selutut dan juga plat shoes, ia akan pergi bersama Liam ke acara pesta ulang tahun tapi ia sendiri tidak tahu siapa yang sedang berulang tahun, karena Liam tidak mengatakan.
Setelah siap, ia turun melangkah bawah dan ternyata Liam sudah menunggu di ruang tamu. Glenca segera berpamitan kepada sang Mama, lalu bergegas keluar beriringan menuju mobil.
“Kak, sebenernya siapa yang ulang tahun?” tanya Glenca.
“Shenina,” jawab Liam.
“HAH..”
Liam menoleh dan melihat Glenca yang nampak terkejut.
“Kenapa?”
“Enggak apa - apa,” jawabnya.
Dalam hati Glenca berharap semoga saja tidak ada hal buruk lagi yang menimpanya, semoga semua akan baik - baik saja.
Perjalanan cukup lancar dan mereka sudah tiba di depan sebuah rumah mewah, “Acara nya di rumah kak?” tanya Glenca.
“Iya, ayo turun,” ajak Liam.
Glenca menurut dan turun dari mobil, lalu Liam mengajaknya berjalan ke arah taman belakang, dekorasi sangat cantik sejak pertama kali masuk dimana ada banyak bunga dan juga lampu - lampu, pesta di adakan di taman belakang dengan konsep garden party.
Sudah ada banyak tamu yang hadir termasuk Winda dan Weni yaitu kakak dan adik Liam.
Lalu Liam mengajak Glenca untuk menghampiri tuan rumah selaku pemilik acara.
“Kak, aku mau ke toilet sebentar,” kata Glenca yang tiba - tiba saja ingin buang air kecil.
“Aku antar,” sahut Liam.
Ketika mereka sudah dekat toilet ada orang yang memanggil Liam.
“Itu toiletnya, aku di panggil temen sebentar, gak apa - apa kan?”
“Iya, aku bisa sendiri,” jawab Glenca.
Ia pun masuk ke dalam toilet, lalu beberapa menit kemudian ia keluar dan ada weni di depan pintu toilet tersebut membuat Glenca terkejut.
“Kak, aku di minta kak Liam buat ajak kakak kesana,” kata Weni yang masih berusia 15 tahun.
Glenca mengangguk dan langsung melangkah mengikuti Weni tanpa curiga sedikitpun, hingga mereka sampai di dekat kolam renang yang terdapat lilin di atasnya.
Weni yang berjalan beriringan bersama Glenca dengan posisi Glenca yang berada di tepian kolam, tidak menyadari jika ada pelayan yang membawa banyak minuman dan menabrak bahu Weni.
Byuur
Weni terhuyung dan Glenca jelas berada di sampingnya tidak siap hingga jatuh tercebur ke dalam kolam, membuat semua orang menoleh ke arah kolam dan itu membuat heboh hingga acara pesta teralihkan.
Semua mata kini tertuju ke arah kolam renang dimana seorang gadis jatuh.
Liam yang awalnya sedang mengobrol dengan temannya kini ikut melihat siapa yang jatuh, beramai - ramai, hingga pesta teralihkan.
Sementara Shenina yang sudah berada di tepian kolam bergegas mendekati kala Glenca berhasil naik ke permukaan, lalu naik ke atas tepian kolam.
"Astaga Glenca, elo gak apa - apa," teriak Shenina.
Shenina mengulurkan tangan berusaha membantu, tapi Glenca menepis padahal Shenina adalah tuan rumah, perlakuan buruk Glenca menjadi sorotan semua orang.
"Ganti baju pake baju gue dulu," ajak Shenina.
Sementara Liam yang awalnya cukup jauh, baru saja sampai, ia terkejut luar biasa ketika melihat Glenca basah kuyup.
"Glenca," ujar Liam.
Shenina masih berusaha membujuk agar Glenca mau ganti baju di dalam rumahnya.
"Gak apa - apa Glen, Lo bisa masuk angin, pake baju gue yuk, cepet kita ke dalam."
Semua orang bertanya - tanya siapa gadis yang tidak punya sopan santun tersebut.
"Gak usah, ini pasti rencana Lo kan," tuduh Glenca.
"Apa maksudnya? gue cuma mau bantu, kenapa jadi nuduh?" kata Shenina.
"Gak usah pura - pura deh, elo emang sengaja kan sama kayak waktu itu yang mau gue celaka," kata Glenca.
Liam berusaha melerai pertengkaran, "Glen, kamu gak apa - apa?"
"Gue mau nolongin dia, gue ajak ke dalam rumah ganti baju, tapi dia malah nuduh gue yang enggak - enggak," ucap Shenina mengadu.
"Glenca kamu ganti baju aja ya, ikut Shenina," bujuk Liam.
"Enggak usah, aku mau pulang, kalau Kak Liam masih mau di sini terserah," sahut Glenca begitu emosi.
Ia menjadi bahan tontonan, ia merasa di permalukan, sungguh ini tidak pernah ia duga.
Ini benar - benar hari apes baginya.
Liam berlari mengejar Glenca yang sudah ke
arah depan dengan pakaian basah.
"Glen tunggu," teriak Liam.
Glenca terus berlari ia tidak perduli lagi dengan tatapan semua orang, ia hanya ingin pulang.
Akhirnya Liam berhasil mengejar dan membujuk untuk mengantarkan pulang.
Glenca menurut dan pulang bersama Liam.
"Glen, aku minta maaf karena gak bisa jaga kamu tadi," ucap Liam tulus.
"Ya gak apa - apa, itu bukan salah kamu," sahut Glenca.
"Tapi kamu gak seharusnya bersikap seperti tadi, Shenina itu tuan rumah, dia pemilik acara, dia bahkan berniat baik mau bantu kamu, mau kasih kamu baju, kenapa kamu tolak, kalau pun kamu gak berkenan kan bisa ngomong baik - baik, bukan nuduh dia kayak gitu," ujar Liam yang membela Shenina.
Liam merasa Glenca sangat keterlaluan hingga bicara kasar dan menepis tangan Shenina.
"Kak Liam kenapa bela Shenina? Apa sekarang kak Liam suka sama dia?" tanya Glenca.
"Kamu kenapa sih, tadi kamu nuduh Shenina tanpa bukti, kalau dia pengen kamu celaka, apa maksudnya? Kamu ada masalah apa sama dia sebenarnya? Kenapa kamu benci banget sama dia? Terus sekarang kamu bilang kalau aku suka sama dia, kalau aku suka sama dia dari dulu aku pacaran sama dia," ujar Liam.
Liam bertanya tanpa henti, ia merasa Glenca aneh dan ada yang di sembunyikan darinya.
"Tapi aku yakin banget kalau semua ini di sengaja kak, tadi si Weni yang ngajak aku terus aku kecebur ke kolam," ucap Glenca.
"Sekarang kamu nuduh Weni, dia adik aku, dia gak pernah punya masalah sama kamu, kenapa semua orang kamu tuduh macem - macem?"
"Stop kak, aku mau pulang sendiri," pinta Glenca.
Liam jadi terbawa emosi sekarang, ia geram dengan tingkah Glenca yang tadi melarikan diri padahal Shenina sudah menawarkan bantuan, lalu sekarang menuduh adik nya.
"Aku bilang stop kak, aku mau turun, percuma aja kalau kamu gak percaya sama aku," ujar Glenca.
"Kamu gak punya bukti dan nuduh orang sembarangan itu fitnah Glenca," sahut Liam.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
