Cermin-Hantu Gedung Aula

2
0
Deskripsi

“Umpan kesini Jar!”

            Aku Fajar, anak kelas 10 di SMA 1, bisa dibilang salah satu sekolah favorit –setidaknya sebelum ada sistem zonasi-

Nice pass!

            Walau favorit, banyak juga yang tidak mau sekolah disini. Kenapa? Ya bisa dibilang sekolah ini cukup angker. Ada rumor yang mengatakan bahwa dulu ada siswa yang bunuh diri di gedung aula, alasannya? Mana ketehek

“Bagus, kita...

“Umpan kesini Jar!”

            Aku Fajar, anak kelas 10 di SMA 1, bisa dibilang salah satu sekolah favorit –setidaknya sebelum ada sistem zonasi-

Nice pass!

            Walau favorit, banyak juga yang tidak mau sekolah disini. Kenapa? Ya bisa dibilang sekolah ini cukup angker. Ada rumor yang mengatakan bahwa dulu ada siswa yang bunuh diri di gedung aula, alasannya? Mana ketehek

“Bagus, kita dapat three point! 

            Tentu saja aku pernah mengalaminya juga, dan saat ini aku akan menceritakannya pada kalian

            Berawal disaat aku dan teman yang lainnya : Indra, Sidiq dan Agas 

sedang asiknya bermain bola basket di lapangan-yang notabena tidak jauh dari gedung aula-. Kami dengan senangnya bermain basket hingga tak sadar bahwa hari sudah semakin gelap

“Baiklah cukup.. Skor akhir 56-42 untuk kemenangan Fajar-Sidiq” Teriak Agas

“Hey jangan teriak-teriak Gas! Ini sudah sore!” Kataku

“Kita istirahat dulu disini, aku masih lelah sekali”

            Kami pun beristirahat sejenak disana. Meminum air mineral yang sudah kami bawa dari rumah. Kutengguk air itu sampai botolnya penyok hehehe

“hikhikhik…..”

            Tiba-tiba terdengar suara entah datang dari mana

“Siapa itu??”

            Temanku itu hanya nengak nengok tak karuan… malah bingung

“Siapa itu siapa?”

“Itu yang tadi nangis.. kalian gak dengar?”

            Mereka bertiga hanya menggeleng geleng kepala

“Halahhh… Cuma halu palingan Jar…” Kata Indra

“Kita gak dengar apa-apa dari tadi” Lanjut Sidiq

            Aku bersumpah seperti mendengar suara perempuan menangis tadi

“Tolong aku……. Hikshiks”

            Ada lagi suara itu…. Tapi…. Terdengar seperti ada disebelahku persis. Aku hanya bisa ketakutan, bulu kuduk ku semuanya berdiri dengan cucuran keringat bekas olahraga tadi

“ Diq, disebelahku ada orang tidak?” Tanya ku berbisik bisik

“ Tidak ada siapa-siapa loh Jar… Jangan buat kami takutlah!”

“Sumpaahh… Tadi ada yang minta tolong tepat di samping telingaku!”

            Apa boleh buat…mereka sudah tidak percaya dan hanya menganggap ku membual pada saat itu

 

“ Nah sudah cukup istirahatnya… Ayo kita pulang” Kata Indra

“Gaskeun lah….” Kata Agas

            Kamipun bergegas menuju tempat parkir sepeda… Namun….

“Jangaann….pergi….”

            Lagi-lagi ada suara itu. Kali ini muncul dari belakang, lumayan jauh kurasa… Aku sebenarnya sudah tak percaya, tapi disisi lain aku sangat penasaran. Aku pun membalikan badanku dan….

“tolong aku kaakkkk…. Hikhikhik”

            Sialan!! Kataku waktu itu dalam hati. Sosok wanita… tidak. Seorang gadis dengan pakaian serba putih, dan di hiasi dengan cucuran darah yang masih terlihat segar. Rambut yang terurai kedepan menutupi seluruh wajahnya namun samar-samar aku melihat bahwa matanya itu sudah copot. 

            Se-positive apa pun pikiranku saat itu, walau mencoba menganggap itu hanya halu, namun faktanya itu benar-benar hantu, hantu yang dirumorkan itu

“Selamat kan aku kak….”

            Aku abaikan saja walau dia terus-terusan memanggil ku dan meminta tolong.-jika saja itu manusia, mungkin aku masih mau menolongnya-

 

Keesokan hari nya, aku mencoba menceritakan kejadian itu kepada Indra, Sidiq dan Agas. Aku mengatakan seluruh kejadian yang aku alami kemarin tidak kurang tidak lebih

“Yaelah Jar… sudah ku bilang itu Cuma halu…” Kata Indra masih kekeh

“Kalau memang benar itu halu… kenapa aku bisa liat wujudnya itu?”

            Mereka pun terdiam seketika

“Karena itu memang hantunya”

            Dan disanalah, Pak Irwan, guru sastra kami yang dari tadi sudah mendengarkan percakapan kami

“Kalian pasti sudah pernah mendengar kisah hantu disini kan?”

            Kami ber-empat kompak mengangguk

“Katanya dulu ada gadis yang tewas karena dia merasa bersalah setelah menghabisi temannya itu?” Kata ku

“Iya aku juga pernah dengar, dia membacuk temannya itu hanya karena cowok nya direbut” Terus Sidiq

“Kejadian aslinya bukanlah seperti itu”

            Kami yang awalnya mengobrol sendiri itu kembali menatap Pak Irwan dengan serius

“Itu adalah cerita karang yang dibuat-buat. Yang sebenarnya judtru kebalikannya”

“Maksud bapak?” Tanya Agas

“Sebarnya adalah cowok dari gadis itu lah yang direbut. Parahnya lagi, si cewek yang merebut itu mengajak geng nya untuk menyerang gadis malang itu. Dia ditendang, disayat dan dipukuli hingga tewas. Mayatnya dikubur di belakang gedung Aula Tak sampai disitu, mereka menyebarkan rumor yang bertolak belakang dengan fakta nya –rumor yang selama ini kami dengar-“ Kata Pak Irwan

            Kami sempat bengong sesaat setelah Pak Irwan selesai bercerita

“Tunggu…bagaimana bapak tau semua itu?”

“Karena gadis itu sebenarnya adalah anak bapak. Bapak masih belum bisa melupakan kejadian itu dan  semua fitnah yang terjadi”

            Sontak saja kami kaget saat itu. Ternyata ada orang segila itu yang memutar balikang fakta se sadis ini

“lalu bagaimana dengan cewek dan geng nya itu?”

“Mereka sudah dibawa ke kantor polis untuk mempertanggung jawabkan perbuatan mereka” Jelas Pak Irwan

“Yang sabar pak…setidaknya mereka sudah diberi hukuman..” Kata Sidiq

 

Sekolah pun akhirnya usai dan kami kembali menuju ke tempat parkir, mengambil motor

“Itu bohong…..hikhikhik”

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Cermin
Selanjutnya Cermin-Pondok Kayu
2
0
“Di! Main sepeda yuk!”“OK, tunggu aku ambil sepedanya”Adi dan Dafa berencana untuk bersepeda, karena memang saat itu tengah ramainya trend bersepeda untuk kesehatan atau hanya sekedar untuk pamer di social media“Yuk gas! Tapi kenapa kita mainnya sore? BUkannya pagi lebih baik?”“Ya, karena baru kepikiran, besok juga aku diajak jalan-jalan. Jadi lebih baik sekarang saja”“Ya sudah. MA! Aku main sepeda dulu sama Dafa!” Teriak Adi“Jangan lama-lama, udah mala mini” Kata mamanya AdiMerekapun langsung mulai gowes disekitaran kampong. Tapi kemudian…“Di…Bagaimana kalau kita menjelajah…?”“Maksudmu?”“Ituloo… kana da aplikasi yang popular itu, yang nunjukin lokasi misteri itu”“Apaan?Jangan aneh-aenh deh…ini tuh udah hamper malam” Kata Adi menolak“Justru karena ini malam, kan jadi makin seru”Walaupun Adi terus-terusan menolak, tapi sebenarnya dia juga penasaran dengan aplikasi itu“Ya sudah….janga  lama-lama, entar ibuku marah lagi…”“Tenang aja… Cuma sekali main doang, toh lokasinya nggak jauh-jauh amat”“Memangnya kamu punya aplikasinya?” Tanya Adi“Ya didownload dulu lah…”Mereka meminggirkan sepeda mereka dan berhenti untuk mendownload aplikasi itu (Randonautica)Beberapa saat kemudian…“Udah selesai nih downloadnya”“Buruan, sebelum malam”“Iya-iya”Merekapun mulai menjalankan aplikasinya“Kita pilih yang anomaly saja, set radius 3000 m dan RNG ANU”“Memangnya kamu ngerti cara mainnya?”“Sedikit, Cuma liat-liat di youtube”“Ya ampun……”“Sekarang pikirkan tempat yang ingin kita kunjungi”Saat mereka memejamkan mata dan memfokuskan pikiran mereka. Aplikasi itupun menentukan secara acak lokasi yang pantas. Terdengar seperti khayalan namun aplikasi itu katanya memang bisa membaca pikiran pemainnya“Sudah dapat nih!”Adi mengecek ponsel Dafa untuk melihat“Sekitar 238 meter, lumayan dekat”“Sudah kubilang kan? Ayo kita mulai!”Merekapun kembali menaiki sepeda mereka dan memulai perjalanan menuju ketempat random yang ditunjukanDitengah perjalanan….“Kok rasanya makin gelap ya?....”“Ya iyalah Di…ini kan dah hamper malam”“Tapi rasanya ini lebih gelap dari biasanya”“Mungkin mendung”“Daf…aku bisa bedain gelap mala mama gelap mendung, ini juga kan masih jam 6…”Tiba-tiba mereka terhenti dengan kelapa yang menggelinding ke tengah jalan“Daf…Kurasa ini peringatan untuk ki-““Halah…paling Cuma kebetulan. Lanjutin aja, siapa tau ada harta kan”“Mana mungkin jaman sekarang ada yang masih nyimpen harta di sembarang tempat. Sekarang sudah ada yang namanya Bank”“Siapa tau harta peninggalan. EH sepertinya tempatnya di pondok itu!”*WuuushhhAngin tiba-tiba saja bertiup kencang, tepat mengenai muka mereka“Ini bukannya angina kering…Jadi tidak mungkin ini mendung. Daf….kitasepertinya harus segera pergi dari sini”Dafa hanya bengong. Tapi wajahnya seakan menatap kesatu titik”“DAAF!!”“DI! Kita harus balik sekarang juga!”“Sudah kubilangka-“..“HIHIHIHI”.“Suara apa itu??”“DI AWAS BELAKANG MU!!”Sesosok Kuntilanak tiba-tiba muncul tepat dibelakang Adi. Dengan kain serba putih dan wajah hancur dengan bola mata yang hamper keluar. Dia mencegat kedua anak itu untuk pergi dari sana“Cepat lari kepondok itu!!”Tanpa berpikir panjang mereka langsung saja menghampiri pondok kayu itu“Kamu yakin kita aman disini?”“Aku juga tidak tau”“Memangnya tadi kamu mikirin apa saat nyari lokasinya?”“Mikirin makanan. Siapa tau ada tempat makan enak, kamu sendiri?”“Aku mikirin orang. Biar tempatnya rame”Dan mereka menarik kesimpulan“Makanan dan manusia…..Tunggu dulu….Itu artinya…”“Ho ternyata ada tamu ya?”Nenek-nenek tiba-tiba muncul didepan mereka tanpa diketahui“Bagaimana kalau kita makan dulu”“HAAAAAAAA!!!!!”  
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan