PERTAPA DAN PELACUR

5
0
Deskripsi

PERTAPA DAN PELACUR

Ada seorang pertapa

Tinggal diasramanya dan di seberang jalan,

Tepat berhadapan dengan asramanya itu,

Ada rumah bordil

Di mana tinggal seorang pelacur.

Setiap hari

Ketika pertapa akan melakukan meditasi,

Dia melihat

Para lelaki datang dan pergi dari rumah pelacur itu.

Dia melihat

Pelacur itu sendiri menyambut dan mengantar tamu-tamunya.

Setiap hari

Pertapa itu membayangkan dan merenungkan

Perbuatan memalukan yang berlangsung di kamar pelacur itu,

Dan

Hatinya dipenuhi oleh kebencian...

PERTAPA DAN PELACUR

 

Ada seorang pertapa

Tinggal diasramanya dan di seberang jalan,

 

Tepat berhadapan dengan asramanya itu,

Ada rumah bordil

Di mana tinggal seorang pelacur.

Setiap hari

Ketika pertapa akan melakukan meditasi,

Dia melihat

Para lelaki datang dan pergi dari rumah pelacur itu.

Dia melihat

Pelacur itu sendiri menyambut dan mengantar tamu-tamunya.

 

Setiap hari

Pertapa itu membayangkan dan merenungkan

Perbuatan memalukan yang berlangsung di kamar pelacur itu,

Dan

Hatinya dipenuhi oleh kebencian akan kebobrokan moral dari pelacur itu.

 

Di lain sisi,

Setiap hari

Pelacur itu melihat sang pertapa dalam praktek-praktek spiritualnya (sadhana).

Dia berpikir

Betapa indahnya untuk menjadi demikian suci, untuk menggunakan waktu dalam doa dan meditasi.

Tapi

Kemudian dia mengeluh,

"Nasibku memang menjadi pelacur.

Ibuku dulu adalah seorang pelacur, dan

Putriku nanti juga akan menjadi pelacur.

Demikianlah hukum negeri ini.”

 

Pertapa dan pelacur itu mati pada hari yang sama

Dan berdiri di depan Sang Hyang Yama bersama-sama.

 

Tanpa diduga sama sekali,

Pertapa itu dicela karena kesalahannya.

Pertapa heran dan dia protes,

"Hidupku adalah hidup yang suci.

Aku telah menghabiskan hari-hariku untuk doa dan meditasi.”

“Ya betul,"

Kata Yama,

“Tapi sementara badanmu melakukan tindakan-tindakan suci itu,

Pikiran dan hatimu dipenuhi oleh penilaian jahat

Dan jiwamu dikotori oleh bayangan kebencian .”

 

Pelacur itu malah dipuji karena kebajikannya.

“Saya tidak mengerti,”

Kata pelacur itu,

“Selama hidupku aku telah menjual tubuhku kepada setiap lelaki yang memberikan harga pantas.”

Yama menjawab,

"Lingkungan hidupmu menempatkan kamu dalam sebuah rumah bordil.

Kamu lahir di sana,

Dan di luar kekuatanmu untuk melakukan selain dari hal itu.

Tapi

Sementara badanmu melakukan tindakan-tindakan hina,

Pikiran dan hatimu selalu suci

Dan senantiasa dipusatkan dalam kontemplasi dan kesucian dari doa dan meditasi pertapa ini.”

 

Dua kisah di atas

Mengajarkan kepada kita

Untuk tidak merasa

Paling benar sendiri,

Paling suci sendiri.

 

Moral cerita:

 

"Kebajikan bukanlah jubah yang engkau kenakan,

Atau gelar-gelar mulia yang diberikan kepada dirimu untuk

dipamerkan kepada umum!”

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya PEMUDA TUNA WISMA DAN BUDDHA
0
0
PEMUDA TUNA WISMA DAN BUDDHA Dahulu kala hidup seorang pemuda tunawisma mencoba untuk mengumpulkan makanan namun ia mengamati setiap hari makanannya lenyap. Suatu hari ia menangkap seekor tikus yang selalu saja mencuri makanannya dan ia pun bertanya kepada tikus itu, Mengapa engkau selalu mencurinya dariku? Aku hanyalah seorang pemuda tunawisma, engkau bisa mencuri makanan dari orang yang lebih kaya dariku dan itu tidak akan menjadikan masalah bagi mereka. Tikus itu lalu berkata kepada pemuda tunawisma, Adalah sudah menjadi takdirmu bahwa engkau hanya dapat mempunyai delapan macam kepemilikan. Betapapun engkau berusaha untuk mengumpulkan, maka hanya itulah yang dapat engkau miliki. Pemuda tunawisma tersebut terguncang dan berkata, Mengapa hal itu menjadi takdirku? Dan tikuus itu berkata, Aku tidak tahu. Mungkin sebaiknya engkau mencoba dan bertanya kepada Sang Buddha. Lalu berangkatlah pemuda tunawisma itu memulai perjalanannya untuk bertemu dengan Sang Buddha, terus berjalan hingga larut malam. Akhirnya ia berhenti di sebuah rumah milik sebuah keluarga kaya dan bertanya bilakah dirinya dapat menginap malam itu. Mereka memperbolehkan pemuda itu masuk dan bertanya, Anak muda, mengapa engkau melakukan perjalanan hingga larut malam. Dan iapun menjawab, Saya memiliki sebuah pertanyaan kepada Buddha dan besok pagi saya akan melanjutkan perjalanan. Keluarga itu lalu bertanya, Dapatkah kami mengajukan sebuah pertanyaan kepada Buddha? Kami memiliki gadis berusia enam belas tahun yang tidak dapat berbicara. Kami hanya ingin bertanya, apakah yang harus kami lakukan untuk membuatnya dapat berbicara? Lalu pemuda tunawisma tersebut mengucapkan terima kasih atas tumpangan menginap dan berkata kepada mereka, Tentu saja, saya akan menanyakan pertanyaan itu untuk anda. Lalu pagi berikutnya pemuda tunawisma itu melanjutkan perjalanan dan melihat lautan pegunungan yang harus dilalui. Ia mendaki sebuah gunung dan bertemu dengan seorang penyihir. Dan si penyihir memutuskan untuk menggunakan tongkatnya untuk membawa pemuda tunawisma dan dirinya terbang mengarungi lautan pegunungan. Dan si penyihir bertanya kepada pemuda tunawisma tersebut, Engkau hendak pergi kemana? Mengapa engkau memutuskan untuk mengarungi lautan pegunungan yang maha luas ini? Pemuda itu berkata, Saya hendak pergi untuk mengajukan sebuah pertanyaan kepada Sang Buddha tentang takdir saya. Si penyihir lalu berkata, Dapatkah saya memohon sebuah pertanyaan untuk diajukan kepada Sang Buddha? Saya telah mencoba selama ribuan tahun agar dapat pergi menuju surga. Menurut ajaranku, seharusnya aku sudah mampu pergi ke surga saat ini. Dapatkah engkau mengajukan pertanyaan kepada Buddha, apa yang harus aku lakukan agar dapat pergi ke surga. Tentu saja, saya akan mengajukan pertanyaan itu untuk anda. Dan saat melanjutkan perjalanan, ia menemukan rintangan terakhir yakni sebuah sungai yang deras yang tidak mampu ia seberangi. Beruntung dirinya bertemu dengan seekor kura-kura raksasa, yang memutuskan untuk membantunya menyeberangi sungai. Saat menyeberangi sungai, kura-kura itu bertanya, Engkau hendak pergi kemana? Saya pergi untuk menemui Sang Buddha, mengajukan sebuah pertanyaan tentang takdir saya. Kura-kura itu lalu berkata, Apakah engkau berkenan untuk menanyakan sebuah pertanyaan untuk diriku juga? Saya telah mencoba selama lima ratus tahun untuk menjadi seekor naga. Menurut ajaranku, aku seharusnya sudah dapat menjadi seekor naga saat ini. Dapatkah engkau menanyakan kepada Sang Buddha apakah yang harus saya lakukan agar dapat menjadi seekor naga? Lalu pemuda itu mengucapkan terima kasih kepada kura-kura atas bantuannya menyeberangi sungai dan berkata, Tentu saja, saya akan mengajukan pertanyaan itu untuk anda. Lalu akhirnya pemuda tunawisma itu bertemuu dengan Sang Buddha. Dan Sang Buddha menyampaikan kepada semuanya yang hadir, Saya akan menjawab tiga pertanyaan dari siapapun yang hadir disini, tetapi hanya tiga pertanyaan? Dan pemuda itu terkejut, ia memiliki empat pertanyaan yang hendak diajukan. Lalu ia berpikir dengan penuh kehati-hatian. Ia berpikir tentang kura-kura. Kura-kura itu telah hidup selama lima ratus tahun mencoba untuk untuk menjadi seekor naga. Si penyihir telah hidup selama ribuan tahun mencoba untuk dapat pergi menuju surga. Dan gadis remaja itu. Gadis itu sepanjang hidupnya tidak dapat berbicara. Dan lalu ia melihat kepada dirinya dan berkata: Saya hanyalah seorang pengemis tunawisma. Saya dapat kembali pulang dan melanjutkan meminta-minta. Dengan demikian, ketika ia melihat problem-problem yang dihadapi oleh yang lainnya, tiba-tiba problem dirinya terlihat begitu kecil. Ia merasa iba dengan nasib kura-kura, si penyihir dan gadis belia itu. Dan memutuskan untuk menanyakan keseluruhan pertanyaan mereka. Lalu ia bertanya kepada Sang Buddha dan Buddha menjawab, Kura-kura itu tidak memiliki keinginan untuk menanggalkan tempurungnya, sepanjang ia tidak memiliki keinginan untuk menanggalkan kenyamanan dari tempurungnya, ia tidak dapat menjadi seekor naga. Penyihir itu selalu membawa kemana-mana tongkatnya dan tidak pernah meletakkannya. Itu bagaikan jangkar yang membuatnya tidak dapat pergi ke surga. Dan bagi gadis itu, ia akan dapat berbicara ketika ia menemukan pasangan jiwanya. Lalu, pemuda tunawisma itu membungkukkan badannya kepada Sang Buddha dan kembali pulang.I Ia bertemu kembali dengan kura-kura, Hey, engkau hanya perlu menanggalkan tempurungmu, maka engkau akan menjadi seekor naga. Kura-kura itu lalu menanggalkan tempurungnya dan di dalam tempurungnya terdapat mutiara yang tak ternilai harganya tersembunyi di bagian terdalam laut. Dan ia memberikannya kepada pemuda tunawisma itu sembari berkata, Terima kasih, saya tidak membutuhkannya lagi karena saya sekarang adalah seekor naga. Lalu terbanglah dirinya ke angkasa raya. Si pemuda tunawisma bertemu kembali dengan si penyihir di puncak gunung dan berkata, Hey, engkau hanya perlu meletakkan tongkatmu, dan engkau akan mampu pergi ke surga. Penyihir tersebut menyerahkan tongkat tersebut kepada pemuda tunawisma, dan berkata, Terima kasih dan pergi menuju surga. Pemuda tunawisma tersebut kini memiliki kemakmuran dari kura-kura dan daya kekuatan dari si penyihir. Ia kembali mengunjungi keluarga kaya yang telah memberikan tumpangan penginapan. Dan ia mengatakan, Sang Buddha berkata bahwa putrimu akan dapat berbicara kembali ketika ia menemukan pasangan jiwanya. Dan pada saat itu putrinya menuruni anak tangga dan berkata, Hey! bukankah pemuda ini yang tinggal disini seminggu yang lalu? Akhirnya gadis dan pemuda yang tadinya adalah seorang pengemis tunawisma itu menemukan pasangan jiwa mereka.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan