
PERTAPA DAN PELACUR
Ada seorang pertapa
Tinggal diasramanya dan di seberang jalan,
Tepat berhadapan dengan asramanya itu,
Ada rumah bordil
Di mana tinggal seorang pelacur.
Setiap hari
Ketika pertapa akan melakukan meditasi,
Dia melihat
Para lelaki datang dan pergi dari rumah pelacur itu.
Dia melihat
Pelacur itu sendiri menyambut dan mengantar tamu-tamunya.
Setiap hari
Pertapa itu membayangkan dan merenungkan
Perbuatan memalukan yang berlangsung di kamar pelacur itu,
Dan
Hatinya dipenuhi oleh kebencian...
PERTAPA DAN PELACUR
Ada seorang pertapa
Tinggal diasramanya dan di seberang jalan,
Tepat berhadapan dengan asramanya itu,
Ada rumah bordil
Di mana tinggal seorang pelacur.
Setiap hari
Ketika pertapa akan melakukan meditasi,
Dia melihat
Para lelaki datang dan pergi dari rumah pelacur itu.
Dia melihat
Pelacur itu sendiri menyambut dan mengantar tamu-tamunya.
Setiap hari
Pertapa itu membayangkan dan merenungkan
Perbuatan memalukan yang berlangsung di kamar pelacur itu,
Dan
Hatinya dipenuhi oleh kebencian akan kebobrokan moral dari pelacur itu.
Di lain sisi,
Setiap hari
Pelacur itu melihat sang pertapa dalam praktek-praktek spiritualnya (sadhana).
Dia berpikir
Betapa indahnya untuk menjadi demikian suci, untuk menggunakan waktu dalam doa dan meditasi.
Tapi
Kemudian dia mengeluh,
"Nasibku memang menjadi pelacur.
Ibuku dulu adalah seorang pelacur, dan
Putriku nanti juga akan menjadi pelacur.
Demikianlah hukum negeri ini.”
Pertapa dan pelacur itu mati pada hari yang sama
Dan berdiri di depan Sang Hyang Yama bersama-sama.
Tanpa diduga sama sekali,
Pertapa itu dicela karena kesalahannya.
Pertapa heran dan dia protes,
"Hidupku adalah hidup yang suci.
Aku telah menghabiskan hari-hariku untuk doa dan meditasi.”
“Ya betul,"
Kata Yama,
“Tapi sementara badanmu melakukan tindakan-tindakan suci itu,
Pikiran dan hatimu dipenuhi oleh penilaian jahat
Dan jiwamu dikotori oleh bayangan kebencian .”
Pelacur itu malah dipuji karena kebajikannya.
“Saya tidak mengerti,”
Kata pelacur itu,
“Selama hidupku aku telah menjual tubuhku kepada setiap lelaki yang memberikan harga pantas.”
Yama menjawab,
"Lingkungan hidupmu menempatkan kamu dalam sebuah rumah bordil.
Kamu lahir di sana,
Dan di luar kekuatanmu untuk melakukan selain dari hal itu.
Tapi
Sementara badanmu melakukan tindakan-tindakan hina,
Pikiran dan hatimu selalu suci
Dan senantiasa dipusatkan dalam kontemplasi dan kesucian dari doa dan meditasi pertapa ini.”
Dua kisah di atas
Mengajarkan kepada kita
Untuk tidak merasa
Paling benar sendiri,
Paling suci sendiri.
Moral cerita:
"Kebajikan bukanlah jubah yang engkau kenakan,
Atau gelar-gelar mulia yang diberikan kepada dirimu untuk
dipamerkan kepada umum!”
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
