
Deskripsi
DUA BELAS RANTAI HUKUM SEBAB-MUSABAB YANG SALING BERGANTUNGAN (PATICCA-SAMMUPADA) YANG MENGANDUNG TIGA JALAN: HAWA NAFSU, KARMA, PENDERITAAN.
Pada saat itu, setelah Sang Tathagata Mahabignagnanabhibhu menerima permohonan dari raja-raja Brahma di sepuluh penjuru dan dari enam belas pangeran, beliau segera memutar roda Dharma berjari-jari dua belas sebanyak tiga kali, yang tak mampu diputar oleh Shramana, Brahmana, makhluk dewata, iblis, Brahma, atau makhluk lain mana pun di dunia ini.
Beliau...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya
KEMALANGAN YANG DIIKUTI KEBERUNTUNGAN
0
0
Dahulu kala, ada seorg petani miskin memiliki seekor kuda putih yg sangat cantik & gagah. Suatu hari, seorang saudagar kaya ingin membeli kuda itu dan menawarkan harga yang sangat tinggi. Sayang si petani miskin itu tidak menjualnya. Teman-temannya menyayangkan dan mengejek dia karena tidak menjual kudanya itu. Keesokan harinya, kuda itu hilang dari kandangnya. Maka teman-temannya berkata, Sungguh buruk nasibmu. Kalau saja kemarin kuda itu dijual, kamu sudah kaya. Sekarang kudamu sudah hilang. Si petani miskin hanya diam saja. Beberapa hari kemudian, kuda si petani kembali bersama 5 ekor kuda lainnya. Lalu teman-temannya berkata, Wah beruntung sekali nasibmu, ternyata kudamu membawa keberuntungan. Si petani hanya diam saja. Beberapa hari kemudian, anak si petani yang sedang melatih kuda-kuda baru mereka terjatuh dan kakinya patah. Teman-temannya berkata. Rupanya kuda-kuda itu membawa sial, lihat sekarang anakmu kakinya patah. Si petani tetap diam tanpa komentar. Seminggu kemudian terjadi peperangan di wilayah itu, semua anak muda di desa dipaksa untuk berperang, kecuali si anak petani karena tidak bisa berjalan. Teman-temannya mendatangi si petani sambil menangis, Beruntung sekali nasibmu karena anakmu tidak ikut berperang. Sedangkan kami harus kehilangan anak-anak kami. Si petani kemudian berkata, Janganlah terlalu cepat menilai dan membuat kesimpulan terhadap keadaan yang kau alami dan mengatakan nasib baik atau buruk, karena semuanya itu adalah suatu rangkaian proses. Apa yang hari ini terlihat baik, belum tentu esok akan terlihat baik juga. Demikian pula apa yang engkau anggap buruk hari ini, belum tentu esok akan buruk juga. Syukurilah dan terimalah keadaan yang terjadi saat ini. -------------------------------- Kisah ini adalah puisi karya pujangga China, dengan tema kemalangan yang berubah membawa berkah berjudul: 塞 翁 失 马, 焉知 非 福Sàiwēngshīmǎ, yānzhīfúifú. Si petani yang hidup bersama putranya, tinggal di sebuah desa di perbatasan (biānjiāng). Sebagai seorang yang mahir dalam ramalan, bahkan tidak mudah baginya untuk cepat-cepat mengambil sebuah kesimpulan atas sebuah peristiwa. Sulit bagi dirinya menentukan sebuah kejadian sebagai kemalangan atau keberuntungan, mengingat secara konstan setiap peristiwa secara konstan selalu berubah. Maka peristiwa yang dialami bersama putra dan kudanya adalah sebuah rangkaian kemalangan dan kemujuran yang terus Sili berganti. Oleh karena itu setiap opini orang-orang sedesa atas peristiwa yang terjadi, hanya berdasarkan apa yang terlihat kala itu. Sehingga dia lebih banyak memilih diam. Kita bisa mengikuti alur cerita diatas secara berurutan sejak salah satu kudanya secara tidak sengaja tersesat ke tanah Xiongnu, sehingga semua orang menghibur (ānwèi) menghibur dia. Namun, sang ayah berkata,: Mengapa saya harus cepat menyimpulkan bahwa ini sesuatu yang patut disayangkan (xìngyùn de)? Setelah beberapa bulan, kuda itu kembali dari tanah Xiongnu, ditemani oleh kuda jantan lain, jadi semua orang memberi selamat kepada ayah. Namun, sang ayah masih berkata, : Mengapa saya harus buru-buru menyimpulkan bahwa ini yang disebut dengan keberuntungan? Akhirnya, keluarga petani tersebut memiliki banyak kuda yang bagus, dan putranya senang menungganginya. Suatu hari, putranya jatuh dari kuda dan kakinya patah. Lagi-lagi, semua orang menghibur (ānwèi) sang ayah. Sekali lagi, sang ayah berkata, Mengapa saya harus cepat-cepat menyimpulkan bahwa ini bukan sebuah keberuntungan (xìngyùn de)? Satu tahun kemudian, agresi Xiongnu (qīnlüè) menyerbu perbatasan (biānjiāng). dan semua orang yang bertubuh sehat ditarik untuk memanggul senjata dan pergi berperang. Dari semua orang dari perbatasan (heānjiāng) yang mengajukan diri, sembilan dari sepuluh orang binasa (sǐwáng) akibat pertempuran.' Hanya karena putranya patah kaki karena terjatuh saat menunggang kuda, maka sang ayah dan putranya terhindar dari tragedi (bēijù) ini. Musibah kemalangan karena kecelakaan patah kaki (xenng / zāinàn) putranya telah melahirkan keberuntungan", yakni terlepas dari bencana kemalangan (bú xúng / zāinàn) yakni harus ikut berperang.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan