
Deskripsi
4 penderitaan dan 8 penderitaan (Shiku Hakku).
Salah satu sabda Buddha yang fundamental berbunyi: "Hidup adalah Penderitaan."
Beliau pergi meninggalkan istana Kapilavastu untuk mencari jawab atas pertanyaan tentang penderitaan yang dialami manusia saat dirinya belia, mencari jati diri dengan menjalani pertapaan untuk menemukan jawaban atas 4 penderitaan yang disaksikannya langsung saat mengelilingi keempat pintu gerbang istana: melihat penderitaan saat kelahiran, orang tua yang berjalan...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya
STORYTELLING DAN GAYA PENULISAN BERCERITA: SHOW, DON'T TELL
0
2
Storytelling dan gaya penulisan bercerita: Show, don't tell. Saya sempat termenung memikirkan pertanyaan yang mana, memang ada hubungan dengan publik, saya coba pisahkan dua kata sambung lalu saya pisahkan.Story teller : cerita kasir .... ( Tidak pass )Story telling : cerita pemberitaan ( Juga tidak pass )Lalu feling saya jatuh pada Storytelling (artinya bercerita),Nah ......... Arti storytelling (bercerita) itu tidak akan pernah ada matinya, agar menarik dan tidak membosankan.Mungkin memang tidak selalu berpotensial viral atau booming ( kecuali topiknya memang “sensitif” ), tapi bahasan tipe storytelling begini biasanya lebih long lasting dan evergreen.Hanya saja, berbeda dengan listicle yang lebih praktis dan enak dibaca, kalau membaca storytelling itu lebih riskan membosankan.Kenapa?Karena strukturnya yang monoton.Storytelling ini mau menarik atau tidak, memang tergantung banget dengan keterampilan kita dalam menyuguhkan cerita dan pesan.Dan, saya akui, ini tidak semua orang bisa melakukannya.Nah, supaya storytelling kita lebih menarik untuk dibaca dan juga tidak membosankan, ada beberapa hal yang memang harus diperhatikan.So far, problema yang sering saya temui dalam tulisan-tulisan yang bermodel storytelling adalah kronologis cerita.Tidak urut, gitu.Dari A ke K lalu balik lagi ke B, terus ke M.Tahu-tahu Z, dan habis.Kalau di tulisan fiksi--cerpen, misalnya--memang ada yang disebut alur maju, alur flashback, dan alur campuran.Alur campuran ini ya campuran antara alur maju dan alur flashback.Nah,...... butuh keterampilan untuk meramunya agar tidak membingungkan pembaca,...Memang.....Dalam artikel nonfiksi pun, alur itu penting.Jangan sampai kacau, karena bisa bikin pembaca pusing.Mesti runtut, meski secara kronologis maju mundur.Ada baiknya kita kenali dulu beberapa bagian dalam tulisan itu nantinya, agar kita tidak kebolak-balik dalam penceritaannya.Karena alur cerita yang meloncat-loncat akan cenderung membuat pembaca bingung dan akhirnya tidak betah baca.Saya coba beritahukan bagian-bagian dalam sebuah artikel storytelling.Storytelling.1. Perkenalan.Ceritakan mengenai awal kejadian, atau kenapa pengin menceritakan topik yang akan ditulis.Perkenalan ini akan membantu pembaca untuk ikut mengenali penyebab awal dari cerita yang akan ditulis kemudian.Supaya tidak ujung-ujung aja gitu.Ya,... kalau saya sih biasanya nulis dulu kenapa saya ingin membahas satu topik tersebut.Apakah ada pemicunya?Atau ada hal yang bikin saya kepikiran?2. Konflik.Tanpa konflik, cerita kita tak akan menjadi cerita yang seru.Biasanya konflik berupa:Man against man (kita melawan kita, artinya masalah antara manusia).Man against society/institution (hal-hal umum yang berlaku di masyarakat membuat kita kesulitan).Man against nature (hal-hal alamiah yang membuat kita kesulitan).Man against machine (kesulitan yang ditimbulkan oleh alat).Man against self (melawan diri kita sendiri).Konflik itu bukan melulu ada argumen bersilangan, atau kekerasan apa gitu lhoooo.......Konflik di sini lebih pada pengungkapan masalah yang sebenarnya.Konflik ini adalah “kesulitan” yang harus kita hadapi dalam situasi tertentu yang ingin diceritakan.Conflict, in stories, is the engine that keeps them going forward.Konflik adalah masalah yang membuat tulisan tersebut ada.Ya, kalau di cerita fiksi, konflik akan bikin ceritanya jadi seru.Kalau tidak ada konflik, ya tidak akan ada cerita.Jadi, meski jika “hanya” bercerita mengenai perjalanan, jalan-jalan di car free day, pastikan ada konflik yang terselip.Misalnya, sudah kehausan tapi tidak juga nemu penjual minuman.Atau sudah mau berangkat, eh si kecil malah sakit perut Dan sebagainya.3. Closing.Kalau dalam artikel storytelling tersebut ada konflik, maka tentunya kemudian diikuti dengan solusi.Mengapa harus ada solusi?Agar pembaca bisa mengambil manfaatnya, bisa mengambil hikmahnya.Karena, sudah pasti kita harus menomor satukan pembaca kan ya?Setiap kali menulis sesuatu, pastinya kita harus selalu memberikan nilai tambah pada pembaca di setiap selesai membaca artikel kita.Jangan biarkan pembaca kita kentang, sudah dikasih cerita dikasih konflik.Eh ... tanpa solusi dan tanpa kesimpulan.Kasihan digantungin.Pacar saja digantungin, merasa nelangsa lhoo. #ehYa, sebenarnya closing ini tidak mesti berbentuk solusi sih.Kalaupun misalnya, tidak ada atau tidak bisa kasih solusi, kita bisa kok membuat bentuk engagement lain.Dengan pertanyaan, misalnya.Setelah mengenali bagian-bagian di atas, baru kita kembangkan sedemikian rupa hingga menghasilkan artikel yang utuh.Jadi bagian perkenalan, konflik, solusi, dan kesimpulan tersebut memang merupakan outline cerita supaya lebih urut secara kronologis, sehingga cerita lebih mengalir dan enak dibaca.Beberapa hal lain yang harus diperhatikan saat menulis storytelling articles adalah sebagai berikut:Storytelling.1. Simplicity is the best.Berceritalah dengan simple.Kita kan tidak akan bercerita mengenai dunia fantasi macam Hogwarts kan?Atau tentang The Middle Earth?Semua kan merupakan self experience, meski ditambah dengan referensi sana sini kan?Maka berceritalah secara sederhana, dengan bahasa sehari-hari yang mudah dipahami.Meski pengalaman sehari-hari, pasti akan seru dibaca kalau kita bisa bercerita dengan simpel dan benar.2. No clichés and be unique!Perbanyak membaca!Supaya punya perbendaharaan kata yang lebih kaya, juga perhatikan idiom-idiom yang kekinian.Semua itu adalah bumbu, yang akan membuat cerita menjadi lebih hidup dan menarik.Hindari ungkapan-ungkapan klise yang sudah so yesterday.Misalnya kayak apa ya?Tak semudah membalik telapak tangan. Atau, jodoh di tangan Tuhan.Temukan ungkapan lain yang belum pernah dikatakan atau ditulis oleh orang lain.Yang paling penting sih mendingan menulislah sesuai dengan kepribadian kita sendiri.Biasanya sih karakter kita sendiri bisa banget membuat suatu tulisan menjadi unik.Be creative!3. Pertahankan kronologis cerita.Jika kita bercerita tidak dalam kronologis yang urut, pembaca akan lebih mudah lelah.Mereka serasa diajak melompat-lompat, belum lagi juga ada risiko #gagalpaham yang bisa saja membuat pesan yang kita sampaikan tidak terbaca dengan baik.Jadi, kalaupun mau mengajak pembaca untuk melompat ke adegan lain atau timeline yang lain, berikan bridge atau jembatan yang menghubungkan lompatannya.Hal ini akan membuat tulisan kita jadi lebih mengalir.4. Pisahkan dalam beberapa bagian.Agar tulisan storytelling kamu tidak membosankan dibaca sampai akhir, ada bagusnya juga kamu pisahkan per bagian dalam subheading-subheading.Subheading ini akan membantu kamu menstrukturkan cerita sehingga orang-orang tipe fast reading lebih mudah scanning artikel kamu.Karena behaviornya memang begitulah para pembaca Indonesia ini.Scanning dulu, baru kemudian kalau mereka tertarik lebih, mereka akan kembali ke awal dan membaca dengan lebih saksama.5. Garnish!Garnishing ini penting ya, demi menjaga kelelahan pada mata.Kalau artikel kamu adalah artikel perjalanan ya semestinya sih pasti banyak foto-foto yang bisa ditampilkan.Tapi juga jangan dijejerin doang sih fotonya tanpa ada story-nya.Tentunya akan lebih baik kalau kamu mengolah foto dan cerita secara sistematis dan yah ... yang bercerita gitu.Kalau foto hanya dijejerin doang, tanpa ada cerita, ya ... pembaca bisa saja lost.Jadi, mau foto atau video atau infografis atau jenis konten visual lain memang penting untuk selalu ada, dan usahakan bisa menyatu dengan cerita kamu.Hmmmm.......Memang susah ya, menjelaskan sesuatu tuh. Hahaha.Terus terang, menulis storytelling saya ini--saya sadar -juga kok masih kurang.Ya, intinya sih banyak-banyak saja membaca dan melihat referensi menulis storytelling.Show, Don’t TellPrinsip ini tentu telah sering di dengar oleh para penulis.Kalimat ini terdengar mudah diaplikasikan tetapi kadang membuat kita kebingungan pada batas sebenarnya dari prinsip ini.Apa maksud sesungguhnya?Kalau toh sudah memahami arti sebenarnya lalu akan meningkat menjadi pertanyaan:“Apakah saya sudah cukup mampu untuk memenuhi maksud kalimat itu?”Sebagai gambaran, pertanyaan apakah tulisan anda sudah mampu membawa pembaca masuk ke dunia tiga dimensi layaknya menonton film?Jika sudah, berarti anda telah berhasil memenuhi prinsip ini.Beberapa cara di bawah ini mungkin dapat membantu anda menulis, memaparkan dan menggambarkan cerita dengan lebih baik.1. Gunakan dialog.Salah satu cara memberi gambaran cerita yang baik adalah melalui dialog.Dengan dialog anda memiliki ruang untuk menggambarkan karakter, emosi dan mood tokoh cerita.Bandingkan dua tulisan di bawah ini:1. Ibu marah sekali pada Tono karena sering memecahkan gelas.2. “Berapa kali kau pecahkan gelas, Tono?!” Teriak ibu.Emosi dan suasana lebih tergambarkan pada contoh nomor dua.2. Gunakan bahasa yang “tajam” mewakili.Untuk pembaca yang sudah terbiasa dengan gaya anda, mereka perlu untuk melihat, merasakan, mendengarkan dan menyentuh dunia yang anda ceritakan.Cobalah untuk menggunakan bahasa yang memberikan beberapa gambaran masuk akal dan jangan hanya sekilas.Point ini harus anda lakukan ketika tulisan anda telah cukup di kenal, kalau saya tidak mau terkenal.Anda beda antara di kelas yang lebih tinggi dari penulis pemula, butuh lebih banyak “modal” untuk tetap menjaga kualitas tulisan anda.3. Jadilah deskriptif.Tentu anda masih ingat tentang pelajaran bahasa Indonesia tentang kata sifat dan kata keterangan ketika berada di sekolah dasar.Ketika kita berbicara soal deskriptif, kita akan segera kembali mengingat pelajaran-pelajaran itu.Tetapi perlu anda ingat bahwa menjadi deskriptif lebih dari sekedar memasukkan kata-kata deskriptif.Anda harus berhati-hati untuk memilih kata yang tepat dan menggunakannya untuk menggambarkan maksud anda.Tepat, jelas dan tanpa banyak menghamburkan kata.Perhatikan contoh deskripsi antara Tell dan Show di bawah ini:Tell: Dia duduk di kursi sambil memegang gitar.Tidak ada yang salah dengan kaliamat di atas.Kalimat di atas memberikan informasi dasar pada pembaca, tetapi tidak memberikan gambaran suasana yang terjadi.Bandingkan dengan contoh di bawah ini:Show: Matanya terpejam, dan dia memeluk gitar dengan lengannya layaknya memeluk seorang kekasih dan tak ingin melepaskannya.Contoh kedua memberikan informasi dasar dan memberikan gambaran pada keterangan dasar itu.Contoh itu juga menggunakan kalimat tambahan untuk membantu meciptakan penggambaran yang tepat.Ketika menggunakan deskripsi, penting bagi anda untuk tidak terlalu memaksa karena akan semakin mengaburkan deskripsi.Alih-alih memperjelas gambaran yang ingin anda sampaikan, tetapi justru akan mengaburkannya.4. Spesifik, jangan samar.Penggunaan kalimat yang samar dan kabur akan membingungkan pembaca anda.Jangankan mengetahui maksud anda, bisa-bisa pembaca akan sibuk menebak maksud anda dan membuatnya frustasi.Perhatikan contoh kalimat di bawah ini:“Aku tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya sepanjang hidupku.”Alangkah baiknya jika anda menggali dan mendeskripsikan perasaan itu lalu putuskan cara terbaik untuk menggambarkan perasaan itu pada pembaca.~ end ~
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan