THREE S*ME ( Part 1 )๐Ÿ”ž

2
2
Deskripsi

Warning! Story content of skinship, high level of romance and adult (21+) 

Apa yang dirasakan ketika dua pria memas***mu sekaligus? dan jika kekasihnya ingin melakukan hal seperti itu padanya, siapa yang akan menjadi yang ketiga ??


Naruto x Hinata
Naruhina Fanfiction Rate M

Semua teman-temannya tau kalau Naruto pribadi yang serampangan dan jorok, dia tidak pernah berhasrat untuk membersihkan apartemennya, karena menurutnya, bukan miliknya. 
 

Walaupun di hari libur misipun, pria itu tidak berniat  atau sekedar meluangkan waktu untuk membersihkan, dia lebih memilih tidur atau jika memang sudah harus benar-benar merapikan rumahnya, Naruto akan melakukannya ogah-ogahan, toh juga tidak ada siapapun yang akan datang bertandang. 
 

Hidup dalam kekacauan bukan masalah bagi Naruto. Tapi lain halnya dengan Hinata, kekasih sang jinchuriki, yang entah bagaimana ingin membantu kekasihnya dengan permasalahan kebersihana ini, wanita itu memutuskan untuk mencoba membersihkan tempat tinggal pria itu saat Naruto sedang dalam misi di luar desa. 
 

Tepat sebelum berangkat kemarin, Naruto memberikan kunci cadangan apartemen kepada kekasihnya sebagai tanda kepercayaan dan langkah baru dalam hubungan mereka. 
 

Sejujurnya, Naruto diam-diam berharap bahwa suatu hari dia kembali ke rumah setelah misi panjang, Hinata akan menyambutnya dengan malu-malu, memberinya senyuman manis diikuti tawaran untuk memulai dengan makan malam, mandi atau hal lain, seperti menghangatkan ranjang bersama misalnya, melakukan hal yang membuat tubuh mereka bermandikan keringat semalaman penuh dan Naruto tahu pasti apa yang akan dia pilih! 
 

Tapi sampai saat ini Hinata masih terlihat malu dan canggung jika mereka melakukan hal yang lebih dalam, Naruto hanya bisa memimpikan hal panas itu dan menunggu kekasihnya mendapatkan lebih banyak keberanian.


 

****


 

Pintu kayu apartemen itu di buka oleh Hinata pelan, suara berderit terdengar, setelah itu hanya ada keheningan dan senyap, "Tadaima" 

Hinata dengan ucapan pelan memberitahukan tentang kedatangannya, walaupun tidak ada jawaban, lagi pula siapa yang di harapkan untuk membalas ?

Melewati ambang pintu apartemen kosong itu dengan beberapa kantong plastik ditangannya. Naruto tidak akan kembali sampai besok, yang berarti dia memiliki hampir satu hari untuk membersihkan rumah kekasihnya agar jadi hunian layak kembali. Hinata melangkah masuk ke dalam, melihat kondisi kamar dengan pandangan sedikit meringis. Ada cukup banyak pekerjaan yang harus dilakukanya hari ini.

Wanita itu mengikat surai panjangnya menjadi buntalan rendah, menggulung lengan bajunya yang panjang, menggenakan apron dan sarung tangan, bersiap untuk tugas besar hari itu di rumah Naruto. 

Dapur adalah tujuan pertama untuk di bersihkan: mencuci piring kotor dan wastafel, melihat isi kulkas yang berantakan, membuang makanan yang sudah basi dan mengeluarkan beberapa kantong makanan yang tidak layak lagi, terutama dari gelas ramen yang hanya berisi kuah, entah kenapa Naruto harus menyimpannya.  "Aku sebaiknya membeli beberapa bahan makanan terlebih dahulu," monolog Hinata dengan dirinya sendiri, dan keluar melangkah untuk ke toko yang tidak jauh dari apartemen Naruto.


 

****

Meletakkan sayuran dan bahan makanan yang baru di belinya di lemari es.  "Aku akan memasak makanan yang lezat sebelum pergi nanti, ini kejutan untuk Naruto-kun". Wanita itu tersenyum manis membayangkan bagaimana reaksi kekasihnya nanti saat pulang.

Ada rasa menyenangkan dan aneh di hati Hinata. Seolah dia saat ini tidak hanya membersihkan apartemen kekasihnya, tetapi membersihkan rumah mereka sendiri, sang suami yang akan kembali setelah bekerja, dan mereka akan menikmati makan malam buatan sendiri yang lezat bersama, mendiskusikan rencana untuk akhir pekan atau liburan dan kemudian mereka akan merencanakan memiliki anak - laki-laki dan perempuan, yang mirip dengan Naruto.

Hinata tidak bisa menahan senyum melamun di wajahnya, tersipu malu dengan pikirannya sendiri , wanita itu menutupi wajah dengan telapak tangannya dan menjerit antusias. "Kami-sama, apa yang aku pikirkan? Kami baru berkencan belum lama ini. Tenang Hinata, bernapas lebih dalam",  Hinata mencoba menenangkan dirinya dari kegembiraan semu itu.  "Di masa depan, mungkin itu akan terjadi, tetapi saat ini, jangan terlalu menghayal dulu. Belum pantas untuk mencari tanggal yang sempurna untuk pernikahan dan membuat nama untuk anak-anak kita!" Hinata terkekeh geli
 

Setelah lebih dari satu Jam , dapur sudah bersih dan rapi, Hinata bangga dengan kerja kerasnya, bagian ini sudah selesai. 
 

Yang berikutnya adalah kamar mandi Naruto, dan yang mengejutkan Hinata, ternyata kondisinya tidak seburuk yang dia harapkan, dan hanya memerlukan waktu yang singkat untuk mengatasinya. 

Hinata menggantung pakaian dan pakaian dalam Naruto yang baru dicuci, tersipu malu saat membayangkan pakaian dalam pria itu dan berusaha untuk tidak mengingat benda Naruto yang bersembunyi di dalam mereka. Terlepas dari kenyataan bahwa dia dan sang kekasih telah bersama selama beberapa bulan dan telah bercinta lebih dari sekali disini, Hinata masih malu ketika harus mengingat kegiatan intim mereka. 

Naruto lebih berpengalaman dari dirinya, Hinata masih canggung dalam hal-hal seperti itu. Walaupun kali pertama Naruto di dapatkan oleh Hinata, begitupun sebaliknya, tapi Hinata masih sangat pemalu dan bahkan sedikit takut, sedangkan Naruto benar-benar Mengagumkan. Dan setiap kali berci**a, Hinata merasakan kekasihnya semakin berpengalaman dan begitu keren di ran**ng, tidak seperti dia. 

Hinata bahkan berpikir untuk berdiskusi dengan para temannya yang lain atau membaca buku icha-icha untuk menjadi lebih percaya diri mengimbangi Naruto. Pria itu telah memberinya begitu banyak kesenangan dan hal baru, dia juga ingin memberi Naruto kesenangan sebanyak mungkin sebagai balasannya. Naruto selalu meyakinkannya bahwa semuanya baik-baik saja, dan setiap kali tubuh mereka menyatu, itu adalah hal yang sangat luar biasa yang pernah Hinata rasakan


 

Naruto mungkin cukup dengan dirinya yang seperti ini , tapi dia ingin mengejutkan pria itu juga dalam urusan ra**ang. Wanita itu menghela nafas berat untuk menormalkan detak jantunya yang perlahan menyepat, muncul rona pipi di wajahnya yang cantik . 

Tidak mau larut dalam pemikirannya barusan, wanita itu melangkah ke area kamar tidur, ini adalah kamar terakhir yang harus dibersihkan, dan setelah ini dia akan mulai memasak untuk Naruto sebelum kembali ke mansion Hyuga nanti. 

Hinata berpikir sebentar, harus mulai dari mana, mungkin sebaiknya dia mengganti alas kasur , membersihkan barang-barang di sebelah lemari, dan merapikan kotak-kotak di bawah tempat tidur dengan hati-hati tentunya. 

Berbeda dengan dapur dan kamar mandi, di kamar itu banyak barang Naruto, dan Hinata harus berhati-hati agar tidak melewati batas pribadi kekasihnya itu. 
 

Dia harus bisa mengatasi ini dan menekan rasa ingin tahunya agar tidak membuka laci-laci meja samping tempat tidur yang mungkin penuh dengan rahasia, menarik tangannya dari jaket yang digantung di dalam lemari, berusahan mencegah dirinya untuk tidak menghirup aroma pria itu dari jaket jingga yang sering di kenakan Naruto, dia menahan diri agar tidak melihat ke dalam buku catatan misterius kecil ketika mengumpulkan sampah dari meja bundar kecil di sebelah ranjang. 

Semuanya baik-baik saja sampai Hinata mulai mengeluarkan kotak-kotak untuk membersihkan debu di bawah tempat tidur. Di salah satu kotak itu, tutupnya terbuka dan isinya mencuat ke atas, saat Hinata menarik kotak itu, tanpa di sengaja isinya keluar dan jatuh ke lantai. Hinata secara otomatis mengambil buku atau lebih tepatnya sebuah Majalah. 

Dia dengan cepat memalingkan muka, merasakan wajahnya terbakar karena malu dan jantungnya berdebar kencang. Mulut mengering, jari-jarinya perlahan mulai mati rasa, dan rasanya keringat mengalir ke tulang belakang punggungnya. Wanita itu merasakan rasa malu bercampur dengan kebingungan digantikan oleh rasa ingin tahu dan sedikit kegembiraan. Dia dengan ragu-ragu menyipitkan mata ke beberapa majalah yang ada dalam kotak dan menutup matanya erat-erat, Jari-jari mungilnya meremas satu sama lain.
 

Hinata tahu bahwa banyak pria menyimpan majalah erotis dan dewasa di rumah, tetapi untuk menemukan begitu banyak hal seperti ini di kamar kekasihnya sendiri membuat Hinata merinding. 

Hinata dengan gugup mengigit bibir bawahnya dan mengerutkan alis.. "Aku benar-benar sangat buruk. Apa Naruto-kun tidak puas dengan ku ? Atau mungkin... Apakah aku melakukan sesuatu yang salah? Atau apakah dia memiliki preferensi tertentu dalam ber**nta?" 


 

Hinata menarik napas dalam-dalam dan membuka matanya lebar-lebar. Tidak ada yang bisa dilakukan, majalah itu perlu disusun kembali, jadi kenapa tidak menggunakan kesempatan ini untuk mencari tahu apa yang paling diinginkan oleh Naruto. Hinata menelan salivanya dengan susah payah dan meraih majalah lainnya dengan tangan gemetar. 


 

Pada sampul majalah itu ada seorang gadis tanpa busana dengan bentuk lekukan tumbuh sempurna dengan pose menggoda, diikuti dengan tatapan mengundang. Hinata secara naluriah melirik bayangan dirinya di cermin tinggi sebelah ranjang dan meringis dengan skeptis. Walaupun dia yakin cukup beruntung dengan lekuk tubuhnya, tapi jelas dia kalah pada ekspresi wajah, pipi merona yang malu-malu tidak ada gunanya.

Hinata menelusuri beberapa halaman majalah lagi, di gambar itu para model berpose, menunjukkan semua bagian tubuh mereka yang intim. Hinata tidak memiliki keberanian untuk hal seperti itu dan berdiri di hadapan Naruto. 
 

Selain itu, dia juga tidak punya keberanian untuk menerapkannya dalam kehidupan s**sual mereka berdua. Hinata tidak akan berdiri di depan Naruto dengan sengaja hanya untuk menunjukkan apa yang dia miliki dan bagaimana cara menggunakannya. 


 

Hinata merasakan suasana hatinya memburuk dengan setiap halaman majalah yang di bukanya, tidak ada hal baik yang bisa membantunya memahami keinginan Naruto, semuanya diluar akal sehat sang Hyuga.


 

Hanya gadis tela*jang dan pay*dara close-up yang dia liat di setiap majalah milik Naruto. Setidaknya itulah yang terjadi sampai Hinata mencapai halaman tengah. Begitu dia membuka majalah di tengah, matanya membelalak karena terkejut dan bagian bawah pinggulnya mengencang, merasakan beban lembut di perut bagian bawah. - "Apa ini... Apa Naruto-kun ingin mencoba seperti ini ?" Hinata menjilat bibirnya yang kering, merasakan gelombang merinding mengalir di tubuhnya. 


 

Dalam foto itu, ada seorang gadis yang diapit di antara dua pria dewasa. Tubuh tel*n*ang mereka saling menempel erat, seolah berkilau dengan keringat dan naf**. Seorang pria mema***inya dari belakang, mencengkeram pan**t gadis itu erat-erat, sementara yang lain menci** gadis itu dengan penuh ga**ah saat tangannya masuk dalam l**ng sang gadis. Hinata malu bukan main, tetapi tidak bisa berpaling dan membalikan halaman selanjutnya, mencoba membayangkan apa yang dirasakan model erotis ini. 
 

Apa yang dirasakan ketika dua pria memas**imu sekaligus? dan jika kekasihnya ingin melakukan hal seperti itu padanya, siapa yang akan menjadi yang ketiga ?


 

****


 

Badan Hinata masih merinding dan tanganya masih gemetar, tetapi dia tidak punya waktu untuk meneruskan ini , dia harus segera memasak untuk Naruto, saat wanita itu ingin beranjak dari pinggir ranjang, pintu kamar terbuka dan kekasihnya, dengan bersinar dan gembira, melangkah masuk.
 

"Hinata, apa kau datang menemuiku, sayang ? Aku melihat sepatumu di depan pintu dan..."  semua kegembiraan dari wajah Naruto langsung berubah menjadi ketakutan, begitu dia melihat apa yang ada di genggaman kekasihnya . "H-hi-nata, aku bisa menjelaskan semuanya. Bukan seperti yang kau lihat! " 
 

Naruto mencoba menjelaskan dengan panik, mendekat ke arah Hinata dengan takut-takut. Pria itu menyadari seperti apa koleksinya dengan majalah dewasa. - "A-a-ku sudah lupa kalau mereka ada di sana. Aku tidak lagi menyentuh mereka sama sekali sejak kita mulai berkencan! Aku tidak tertarik pada siapa pun kecuali kau Hinata, percayalah, kumohon!" 
 

Hinata sepertinya tidak mendengar semua ucapan putus asa Naruto untuk membela harga dirinya . Wanita itu tersipu malu, menutup matanya dan menunjukan halaman tengah majalah yang barusan dia liat kearah kekasih pirangnya.  

"Naruto-kun, apa kau suka yang seperti ini ?" Naruto, terkejut, diam, mencoba mencerna pertanyaan yang tiba-tiba. Dia dengan gugup melihat halaman yang di tujuk Hinata dan tentu yang di temukannya hanya foto cab** tiga manusia telanj***, tidak percaya apakah Hinata benar-benar bersungguh-sungguh menanyakan hal itu padanya. 


 

Apa wanita itu ingin berci*** dengannya dalam pose dari bela**ng? Naruto yakin itu pasti akan menyenangkan. Tidak diragukan lagi! Tetapi jika maksud dari pertanyaannya adalah membiarkan orang lain selain dia menyentuh kekasihnya, maka jawabanya sudah pasti Tidak! - 'Aku tidak ingin berbagi Hinata dengan siapa pun, ~ttebayo' Naruto merenggut. 'Tidak akan pernah! Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh HInata seperti itu!' . 


 

Hinata berguman nyaris seperti berbisik, tidak terdengar, dengan gugup mengigit bibirnya dengan tangan masih menempel erat pada majalah yang malang itu. Hinata bahkan lebih malu, memerah sampai ke akar rambutnya. Tentu saja, Naruto pasti menyukai hal seperti itu, apa yang dia pikirkan ? 


 

Naruto masih berkelana dalam pikirannya dan melamun mengingat pada setiap obrolan pria yang berbicara tentang berbagi tempat tidur dengan orang lain dengan kekasih mereka, itu adalah hal yang gila. Naruto langsung duduk di samping kekasihnya, dengan hati-hati menangkup wajah wanita itu dengan telapak tangannya dan mendongakan sehingga mata mereka bertemu. "Ini salahku, Hinata. Seharusnya sudah lama aku buang semuanya agar tidak membingungkanmu. Aku mencintaimu dan hanya kau seorang, apa kau paham?" Hinata mengangguk pelan


 

Naruto menatap mata Hinata dengan lembut, tetapi serius. Dia dengan pelan ,mengarahkan jarinya pada gambar yang masih terbuka itu, edisi erotis:  "Sebenarnya aku ingin kita bercin** seperti itu, denganmu, dan banyak hal lainnya. Tapi hanya kita berdua, kau dan aku"- Hinata mengerti, - wanita itu mengangguk dengan malu-malu, melihat kekasihnya . - 'Hanya Naruto-kun dan aku' gumamnya dalam hati.


 

"Maaf aku membingungkanmu dan membuat kau gugup tentang semua ini" Naruto menggaruk belakang kepalanya karena sedikit jengkel pada majalah dan simpanan koleksi ca*ulnya tersebut. Dia dengan hati-hati mengambil majalah dari tangan Hinata dan memasukannya kembali ke dalam kotak yang lain, menutup rapat. Hinata hanya diam, tetapi masih malu, dia segera memalingkan muka. 


 

Pikiran aneh yang menjengkelkan ini menghantuinya, tetapi tidak ada cukup keberanian untuk menyuarakan. Hinata ingin merubah topik pembahasan mereka saat ini "Apa misinya berjalan lancar Naruto-kun ?" Naruto mengangguk mantap dan mengusap pipi kekasihnya yang masih memerah. "Baiklah, kau bisa mandi dulu, aku akan memasak makan malam " Lanjut Hinata 


 

"Baiklah, tapi pertama-tama aku akan membuang semua majalah ini ya" Naruto, tersenyum, mencubit hidung mungil Hinata sebelum berdiri keluar kamar tidur dengan sekotak majalah por** di tangannya. 


 

Begitu Hinata mendengar pintu depan dibuka dan di tutup kembali, yang menandakan kepergian Naruto, dia menjerit tertahan putus asa, menutupi wajah merahnya dengan telapak tangan. Jantung berdetak kacau, menyebarkan darah melalui pembuluh darah lebih cepat. Tangannya gemetar karena gugup. 


 

Dia datang ke kerumah Naruto untuk membantu membersihkan rumah pria itu, dan akhirnya mulai menemukan majalah erotis, juga pertanyaan yang dia ajukan pada Naruto tentang hal itu. Memalukan! Betapa malunya Hinata!  "Naruto-kun pasti menganggap ku aneh!" Hinata menghela napas berat dan mengerutkan alis di wajahnya yang imut. 


 

Dia melihat sekeliling ruangan lagi dan memutuskan bahwa akan segera menyelesaikan pekerjaannya. lebih baik beralih ke sesuatu yang lain untuk mengalihkan perhatian daripada pikiran yang mengganggu tentang situasi canggung. Hinata bangkit dan pergi ke dapur, memasak mungkin akan menenangkan dirinya. 


 

Hinata mendengar Naruto kembali ke rumah setelah membuang kotak majalah yang tersisa. Pria itu benar-benar memutuskan untuk menyingkirkan seluruh koleksinya, itu mengejutkan, untuk beberapa alasan juga sedikit mengecewakan Hinata, entah kenapa. Mungkin karena... "Di foto tadi, gadis itu tampak seolah-olah dia merasa sangat puas dan menikmatinya" Gumam Hinata pelan gambar-gambar di majalah itu terus-menerus muncul dalam pikirannya, tidak peduli seberapa keras dia mencoba mengalihkan perhatian. "Apa itu benar-benar menyenangkan jika ada dua pria? Bagaimana jika Naruto-kun ada dua?", pikiran wanita itu sudah tercemar.


 

"Hinata, aku sudah membuang semuanya!" Naruto berucap lumayan keras dari lorong rumah dengan suara bahagia, menarik kekasihnya dari lamunan erotis barusan. 


 

"Sekarang aku akan mandi dan bersiap untuk makan malam, sayang.", tambah Naruto, 


 

"Oh baiklah, makanannya hampir selesai juga, bergegaslah" Balas Hinata, dia masih mengaduk kari dalam panci di depannya.


 

Hinata bergidik karena terkejut, tersipu lagi. Dia mengeratkan genggaman pada spatula di tangannya, merasakan gelombang panas di tubuhnya kembali. Ini tidak baik. Jika Hinata tidak menenangkan pikirannya segera.


 

Saat ini Hinata mulai membanyangkan di mana dia, seperti model dalam foto itu, dijep** oleh dua Naruto sekaligus. Hinata secara otomatis menjilat bibir keringnya dan menghembuskan napas dari hidungnya, pikirannya yang dibanjiri dalam imajinasi. "Dua Naruto-kun..." Di dalam kepalanya, lava kegembiraan panas yang kental perlahan mulai mendidih, bereaksi terhadap fantasi baru Hinata yang tidak biasa. 


 

Dia begitu pemalu dan polos, kaku dan tidak berpengalaman, lalu mengapa dia tiba-tiba ingin merasakan Naruto membela* tubuhnya dengan empat tangan sekaligus. Apakah itu benar-benar yang dia inginkan? Saat yang satu mem**ukinya, mengi**nya dari dalam, sementara yang lain menggo*** dengan keja*****nnya yang panas di antara pay***ranya. Atau mungkin dia akan mas****asikan Naruto, seperti gadis di foto ? Dengan mil** Naruto mas** ke mulutnya, benda perka** yang berden***. 


 

Hinata merasa tubuhnya mulai bereaksi terhadap fantasi bej**, ingin merasakan sentuhan itu dari orang yang dicintainya, dari dua Naruto sekaligus. Dia akan menerima semuanya! "Aku baru saja membolak-balik majalah erotis dan sudah menjadi cabu*?" Hinata sedikit panik dan bingung. 


 

Wanita itu membuka keran air dan dengan cepat membasuh wajahnya, mencoba meredakan imajinasi yang mengamuk. Itu sedikit membantu. 


 

Hinata segera memindahkan masakannya, dia harus melupakan dulu pikiran itu. Tapi Hinata kembali bergidik dan sarafnya tegang. "Baunya enak!" Menutupi matanya, Naruto menghirup aroma makanan dan memeluk kekasihnya dari belakang, meletakkan dagunya di bahu mungil Hinata, yang membuat Hinata menegang sempurna.  


 

"Ayo makan" mencoba menghilangkan getaran di tubuhnya, dia membebaskan diri dari pelukan Naruto, membawa makanan ke meja. Naruto juga membantu mengatur meja, tidak melewatkan kesempatan untuk sekedar mengecup bibir Hinata sekilas saat sedang berpapasan, tanpa menyadari sama sekali bahwa setiap sentuhan pria itu sangat sensitif bagi Hinata sekarang. Dan jika Naruto tidak berhenti, dia mungkin bisa menyerang pria itu saat ini juga. Terkutuklah majalah sialan itu.


 

*****


 

Hinata tanpa sadar melamun dalam makannya, teringat percakapan baru-baru ini dengan teman-temannya, ketika mereka bercanda membahas teknik para pria. Ketika ditanya oleh Ino apa jutsu Naruto favorit Hinata, Wanita itu menjawab bahwa, tentu saja rasengan, keren, kuat dan mengagumkan. 


 

Gadis-gadis disana terkikik genit, menemukan fakta bahwa Hinata terlalu polos. Mereka tidak tahu saja apa yang di sembunyikan Hinata sebenarnya.


 

Sebenaranya Hinata pernah memimpikan pelukan kuat dari dua Naruto sekaligus, sekarang dia sepertinya memahami pesona dari teknik Kage Bunshin kekasihnya. Kloning bayangan pacarnya seperti hadiah, berkah dari surga! 


 

Hinata tidak percaya dia bisa memikirkannya sama sekali. Tapi sekarang dia benar-benar meleleh dari dalam , bersemangat untuk mencoba sesuatu yang baru dan cukup panas ke dalam kehidupan intim dia dengan Naruto. Hinata berharap dia akan mengerti, dia siap, dan tidak akan menolak,-"Dan kemudian Shikamaru menangkapnya dengan bayangan, dan aku menghabisinya dengan rasengan, . Klasik! "  Naruto dengan antusias menceritakan tentang misinya pada Hinata, seraya masih mengunyah potongan-potongan daging panas kari itu. 


 

Dia tidak memperhatikan raut kekasihnya yang memerah, yang tidak benar-benar menyentuh makanan. Atau mungkin Naruto berpura-pura tidak memperhatikannya, meskipun sebenarnya di dalam dirinya sangat gugup tentang situasi canggung ini. Naruto menyalahkan dirinya sendiri karena melupakan koleksi erotisnya dan tidak segera menyingkirkannya. Karena sudah tidak masuk akal lagi. 


 

Begitu dia menyadari perasaannya terhadap Hinata, seolah-olah hasratnya hilang untuk melihat gadis-gadis dalam majalah , berhenti menggairahkannya seperti sebelumnya. Naruto bahkan mencoba membayangkan sekali lagi gadis-gadis cab** di majalah itu, membalik-balik salah satu majalah untuk meredakan ketegangan, tetapi tidak ada yang benar-benar membangkitkan ga**ahnya.


 

Naruto sangat ketakutan, berpikir bahwa tubuhnya telah gagal dan menjadi impoten di usia muda, sangat tidak tepat ketika dia akhirnya memiliki kekasih. 


 

Namun, semuanya berubah ketika Naruto mencoba untuk berm***urbasi kembali, berfantasi tentang Hinata tercinta, dia kembali berga**ah, lebih berhasrat dari sebelumnya, cukup dengan membayangkan Hinata ada dalam dekapan tangannya. 


 

Sejak saat itu, Naruto akhirnya memastikan bahwa hanya Hinata dan tidak ada orang lain yang bisa menyenangkannya. Tapi Hinata cukup pemalu, dan terkadang Naruto tidak tahu bagaimana dia bisa bereaksi terhadap mimpinya yang bejat pada kekasihnya sendiri. Oleh karena itu, ia berusaha menahan hasratnya dan tidak menunjukkan sisi mes**nya secara brutal, membuka secara bertahap. 


 

"Pada akhirnya, karena kami melakukannya lebih cepat, aku dan Shikamaru kembali sehari sebelumnya" lanjut Naruto dengan senyuman tipis. Hinata mendengarkan kekasihnya bercerita, tapi kata-katanya hanya seperti angin lalu ditelinga gadis itu, dia tersesat di sepanjang obrolan. 


 

Hinata merasakan gelombang aneh menembus tubuhnya, memanjat di dalam kulit. Bagian bawah perut ditarik, dan di antara kedua pa** dalamnya menjadi basah. Hinata menggigit bibirnya dan menatap Naruto dengan tatapan sedikit berkabut.


 

Dengan rambut yang masih sedikit basah setelah mandi, tetesan kecil mengalir di leher pria itu, berguling ke dalam kaos putih rumahan. Hinata ingin melepaskannya dan me**e**uh tubuh pria itu, merasakan pa***nya kulit Naruto di jarinya, bersandar di bahu yang kuat dan mencapai puncak kesenangan bersama. 


 

Mungkin karena mereka belum bertemu selama beberapa hari, itu menjadi alasan sehingga Hinata tidak bisa menahan dan mengendalikan ha**atnya? Atau apakah penemuan mendadak dari majalah vulgar itu mengungkapkan keinginan rahasia Hinata yang sebenarnya? Hinata sungguh tidak tahu. Dia lebih malu, tetapi tidak bisa menahan keinginan untuk b**cinta dengan Naruto saat ini juga. 


 

"Maaf aku merusak kejutanmu, sayang", Naruto meringis bersalah. "Kau berusaha sangat keras. Aku benar-benar terkejut melihat betapa bersihnya rumah ini, Sungguh. Aku tidak ingat kapan terakhir kali seperti itu", seloroh pria itu. 


 

Hinata masih menatap kekasihnya... "Bagaimana dengan 'itu', apa Naruto-kun mau aku melakukannya juga ?" Hinata berkata dengan malu-malu, yang membingungkan sang pria. Sepersekian detik dia diam, tapi setelah itu Naruto paham apa yang di maksud kekasihnya, wajah pria itu ikut memerah malu. 


 

Hinata ragu-ragu, dan gugup menggosok jari-jarinya dan menggigit bibirnya. Dia malu untuk menyuarakan apa yang berputar menjengkelkan di kepala, tetapi kesadaran dan tubuh yang pan** membuang semua kewarasanya jauh. 


 

Hinata mengambil napas dalam dan memandang pada Naruto yang tiba-tiba juga penuh dengan naf**. "Kloning bayangan... B-ba-gaimana jika itu aku, kau dan dirimu yang lain, Naruto-kun?" 


 

Mata Naruto membelalak tertegun, apa dia salah dengar? Hinata benar-benar menawarkan untuk berci*** dengannya..bertiga? Dia menelan dengan susah payah, merasakan api menyala di dalam dan ke**nta**nnya membengkak dengan tiba-tiba. 


 

Ya, Naruto sering membayangkan ini dalam mimpi b**atnya yang paling rahasia, namun takut Hinata akan berpikir bahwa dia benar-benar c*bul, tapi ternyata Hinata menunjukkan kepadanya bahwa kekasihnya itu juga menginginkan hal itu hari ini. 


 

Tentu dia mau, dia sudah lama ingin berc**ta thre**ome dengan Hinata, menggunakan klonnya untuk ini, pasti akan jadi porsi kesenangan ganda! "Hinata, apa kau yakin ingin melakukannya bersama?" Naruto dengan gugup menjilat bibir keringnya, mengklarifikasi apakah dia memahami kekasihnya dengan benar. 
 

"Dengan ku... dan aku yang lain?" Hinata mengangguk pelan


 

"Jadi Naruto-kun juga memikirkannya?" Naruto masih tidak percaya kebahagiaan ini. Meskipun pemalu, Hinata memandang dirinya dengan tekad. "Tapi aku ingin mandi dulu" Hinata menunggu anggukan singkat dari Naruto, bangkit dan menuju ke kamar mandi, mencoba menghilangkan getaran di tubuhnya. 


 

Begitu Hinata menghilang, Naruto meloncat-loncat kegirangan, mengelilingi dapur bolak-balik dengan wajah bahagia. "Bukankah ini hari keberuntungan mu bocah?" Kurama langsung menanggapi, melihat raut konyol Naruto. "Siapa sangka ada begitu banyak kejutan di hari yang melelahkan ini. Lebih baik jangan bercanda sekarang Kurama! Aku masih gemetar"


 

Naruto melipat tangan dan membuat segel untuk memanggil satu klonnya. "Kita perlu bertindak bersama dan sangat hati-hati, oke? Kau mengerti?" - Uzumaki kedua tampaknya tidak kalah khawatir dari yang pertama. 

Kedua pria itu menarik napas dalam-dalam pada saat yang sama dan mengangguk dengan tegas satu sama lain. Naruto yang asli merapalkan berapa hal dalam kepalnya. Hal yang utama jangan cemburu pada klonan saat dia menyentuh Hinatanya nanti, kalau tidak akan sangat aneh dan cukup bodoh. 


 

Sementara klon Naruto dan aslinya mencoba untuk menyetujui sesuatu, Hinata dalam kamar mandi mencoba mengatasi kepanikan yang tiba-tiba menghantuinya. Apakah dia benar-benar akan melakukannya? Mengingat dia dengan Naruto untuk pertama kalinya akan melakukan hal baru ini. Dia sangat malu sehingga hampir kehilangan kesadaran, sekarang Hinata takut perasaan yang meluap-luap bisa membuatnya pingsan lagi. 


 

Sekarang Naruto tidak hanya ada satu, tetapi akan ada dua Naruto! Hinata menyeka tubuhnya yang basah dengan handuk dan melihat dirinya sendiri di cermin yang sedikit berkabut.  "Kau bisa menangani semuanya, Hinata! Berhentilah malu, saatnya membiarkan keinginanmu menjadi liar!" 
 

Dengan kata-kata penyemangat itu, Hinata kembali ke kamar tidur, di mana dua Naruto dengan tidak memakai apapun dan bersemangat sudah menunggunya, Hinata sungguh malu melihat ada dua kejan***an Naruto di depannya. Naruto yang asli mendekat dan dengan hati-hati memegang tangan gadis itu, membawanya ke tempat tidur.


 

"Kami tidak akan terburu-buru," Naruto dengan lembut meyakinkan kekasihnya, Hinata duduk tera*** di antara dirinya sendiri dan klon. - "Jika kau ingin berhenti, katakan padaku, oke?" Ucap Naruto asli 


 

"Kami akan bersikap lembut, Hinata," Klon Naruto juga menambahkan - membisikkan Hinata dengan suara serak . Naruto asli mengarahkan wajah gadis itu kepadanya, melibatkannya dalam c**man pan**. 


 

Hinata tersipu malu dan merespon sebisanya, merasakan tubuhnya mulai dibel** beberapa tangan sekaligus. Sementara dia dengan penuh gair** menc*** satu Naruto, dan Naruto lainnya menghancurkan d***nya dengan telapak tangan kekar pria itu. Hinata bisa merasakan mulut klon Naruto menempel pada put*** su***ya, menji*** dan mengg***knya dengan lidah pa*** pria itu, dan menggeser tangannya yang lain ke atas di sepanjang bagian dalam pa**, sedikit terus-menerus meren***gkan kaki Hinata yang ramping. 


 

"Aahnn..hmn ". Hinata men***ang dalam ciu*** ketika dia merasakan jari-jari pria itu meng**da Va*******.-,


 


 

 

***************


 

Fyi guys, cerita lengkap sudah di hapus di KK karena terlalu vulgar. Jadi yang minat bisa PDF langsung 15k only.

Wa : +62 852โ€‘7453โ€‘3107 ( Dont spam )

shopeepay : 122085274926205

Note : Yang sudah dukung sebelumnya get PDF for free ๐Ÿ’ƒ๐Ÿป

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya NIKAH YUK HIN ?! Chap 28
0
0
Bun, boleh ya Naru kerumah Hinata?   Kushina mendelik ke arah putranya di meja makan. Makan malam kali ini ada anaknya itu, karena biasanya Naruto selalu pulang di atas jam makan malam.  Jangan macem-macem ya Nar. Kan kalian lagi di pingit.   Naruto loyo mendengar ucapan dan larangan bundanya. Sedangkan ayah hanya terkikik geli.  Sabar Nar. Bentar lagi kalau udah nikah bakal satu rumah Ucapan ayah emang benar. Tapi kan kangennya hari ini bukan nanti. Jadi nggak bisa di tawar.  Masa chatingan juga nggak boleh bun?  Kushina menggeleng. Meneguk air di dalam gelas.  Nggak boleh juga. Pokoknya sampai hari H kalian nggak boleh berhubungan sama sekali. No excuse
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan