Semangkuk mie ayam, cerita pendek.

7
6
Deskripsi

Mendapat pesan dari nomor tak dikenal, 

Lia bingung seharian karena memikirkannya.

Lalu apa yang harus diperbuat Lia?

Selamat membaca, semoga terhibur..🤗


Lia terbangun dengan jantung berdegup kencang. Getar handphone karena pesan yang masuk, membuatnya terjaga.

 "Berhati-hatilah dengan ucapanmu," isi pesan itu.Seseorang mengancamnya dengan nomor baru. Tapi siapakah itu? Aku bahkan tidak punya musuh. Semua orang menyukaiku, pikir Lia.

Langit masih cukup cerah untuk pukul lima sore. Lia mengambil jaketnya dan berjalan menyusuri gang. Perutnya lapar, melewati warung Pak Kadir, tanpa sadar ia menelan ludah saat melihat seorang pengunjung dengan nikmatnya melahap mie ayam.

Ia terdiam sambil menimbang-nimbang ke supermarket atau warung mie ayam langgganannya terlebih dulu. Perutnya kembali bergejolak, Lia tahu ia harus mendahulukan yang mana. 

Dia duduk di meja paling ujung, setelah memesan makanannya. Seorang pelayan mengantarkannya segelas jeruk hangat ke mejanya, ketika gerimis mulai turun.

Otaknya masih berputar-putar, siapa gerangan yang yang tidak punya kerjaan dan mengirim pesan yang menciutkan nyali begitu?

“Aku harus ngapain ya?” Lia mengguman tanpa sadar, bertanya pada dirinya sendiri.

“Permisi..boleh saya duduk di sini?” kata seorang pria gemuk yang kini berdiri didepannya. Sambil melihat seisi warung yang ternyata sudah penuh, Lia tak ada pilihan untuk menolak.”Oh..silahkan pak.”

Kursi digeser perlahan, bunyi gedegum terdengar saat pria itu benar-benar duduk.

“Sendiri aja mbak?” kata pria itu basa-basi.Lia hanya mengangguk sambil tersenyum kecil. Haduh bisa nggak, nggak ditanya-tanya?batinnya.

Lia masih bingung,mie ayam di depannya hanya menjadi mainan buatnya, garpu ia putar-putar hingga membuat gulungan mie sebesar kepalan tangan. Matanya focus di layar ponselnya.

“Maaf, mbak-mienya hampir tumpah," kata pria di depannya tiba-tiba.

“Waduh..” Lia setengah terperanjat melihat mie ayam nya mulai mengotori meja ”Astaga! ” serunya.

Pria itu mengambil beberapa lembar tisu dan mulai melap meja, hasil kerja Lia. Dan gadis itu hanya meringgis menahan malu ,”Makasih ya pak.”

“Nggak apa-apa kok mbak.”

“Saya jadi malu, kayak anak kecil saja saya ini,” ujarnya sambil menyuap mulutnya dengan mie yang mulai dingin.

“Mungkin ada yang mbak pikirin, makanya nggak fokus makannya.” Lia menghela nafas perlahan,” Iya pak, ada orang iseng mengirim sms ke saya,” terang Lia lirih sambil mengangkat gelasnya dan menuguk sisa minumannya. Pria itu mendengar dengan serius.

”Isi pesannya? Menganggu?”

“Seperti itulah pak..”

“Apa isinya kalau boleh saya tahu mbak?” Lia mengutak-atik handphone nya sejenak lalu menujukkannya pada pria itu.

“Hm..sudah coba ditelpon?” Lia menggeleng.

“Saya bahkan tidak berpikir untuk menelponnya pak, isi pesannya membuat saya takut.”

“Kalau mbaknya nggak berani, mbak nggak bakal tahu itu siapa.”

“Entahlah pak, tapi-saya merasa tidak punya musuh.” Pria itu diam sejenak.
“Biar saya saja,” pria itu merogoh kantong celananya dan mulai menyalakan ponselnya.” Nomor yang anda tuju, tidak terdaftar - cobalah memeriksa kembali nomor tujuan anda,” terdengar suara dari sambungan teleponnya. Dilakukannya sekali lagi, dua kali-dan operator itu kembali menjawab sambungan dengan kalimat yang sama.

“Jadi?” lanjut pria itu.”Saya harus bagaimana pak?” Lia bertanya penuh harap mendapat jawaban yang bisa membuatnya tenang.

“Mbaknya sudah dengar sendiri kan?” tanya balik pria itu sambil tersenyum.

“Iya pak. Lalu?”

“Cukup acuhkan saja. Selesai”

“Kalau di chat lagi bagamana pak?”

“Tinggal di blokir mbak. Sesimpel itu saja”.

Astaga. Lia menepuk keningnya. Kenapa aku nggak kepikiran kesitu ya? Lia tertawa senang. Langsung diambilnya handphone dan memblokir nomor itu, ia tak mau menanti terror berikutnya datang. Beres.

“Hidup terlalu berharga mbak, buat mengurusi orang-orang iseng seperti itu,” jelas pria itu” Jangan habiskan waktu mbak buat khawatir dengan gangguan orang mbak.” Benar juga sih, pikir Lia sambil mengangguk setuju.

“Makasih ya pak,” ujar lia dengan tulus, sorot matanya penuh kelegaan.

“Sama-sama mbak,” kata pria itu sambil meneguk sisa minumannya.

Gerimis telah reda, ketika pria itu beranjak dan pamit. Tak henti-hentinya Lia tersenyum.Hatinya lega, sesederhana itu jalan keluarnya, dari orang asing yang baru dia kenal. Bahkan tidak sempat berkenalan atau sekedar menanyakan nama.

Sejam yang lalu dia menyia-nyiakan waktu dengan menduga-duga dan sedikit ketakutan, menebak siapa pengirim pesan sialan itu. Beruntung tadi Lia singgah ke warung ini, selalu ada hikmah untuk sebuah pilihan. Sesederhana apa pun pilihannya.

Ditatapnya semangkuk mie ayam yang gak berantakan itu, perutnya masih lapar. Dengan semangat dilahapnya mienya yang sudah dingin itu, entah kenapa justru terasa lebih nikmat dibanding saat masih panas tadi. Mungkin, karena beban pikirannya sudah hilang.

                                      ***

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Ini rumahku !!! Cerita bersambung. Bagian 1.
6
4
Lagi-lagi Eva kemalinga.Dia lelah, marah, kesal menjadi satu. Tapi  Eva sudah nyaman dengan kosan yang ditinggalinya beberapa tahun terakhir.Dan ini membuatnya bingung. Apa yang akan dilakukannya?Selamat membaca dan semoga terhibur.🤗
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan