
3 Bab gratis, dan selanjutnya akan dikunci dan dihargai lebih terjangkau.
"Bisa nggak kita mulai lagi?"
Floryn menatapnya. "Bagaimana kita bisa jalin hubungan kalau hasilnya tetap sama, Sakha? Orangtua kita sama-sama sudah nggak mau."
Padahal sedikit lagi mereka berdua akan menikah. Tidak ada yang salah dengan hubungan. Orangtua seharusnya bahagia ketika anak mereka sama-sama pacaran menuju pernikahan. Tapi berbeda dengan orangtua mereka berdua yang mengatakan kalau tidak ada pernikahan...
CLBK 1-5
Bab 1. Bertemu Lagi
Bertemu dengan wanita yang pernah dipacarinya selama tujuh tahun di acara pernikahan kerabat mereka. Rasa canggung kembali muncul pada perasaan Sakha. Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar untuk membina hubungan dengan Floryn. Pernikahan telah dibicarakan oleh mereka berdua. Membeli rumah, mobil, juga persiapan untuk gedung pernikahan.
Rencana hanya tinggal kenangan. Pernikahan yang diinginkan oleh keduanya terpaksa batal karena pihak keluarga Sakha yang mengatakan kalau dia akan dijodohkan dengan wanita lain. Sama halnya dengan Floryn. Orangtua mereka sama-sama di bidang bisnis yang sama. Mereka juga sangat dekat. Tapi entah kenapa hubungan ini tidak restui sama sekali.
Hubungan selama tujuh tahun seharusnya ditentang waktu itu. Justru ketika mereka sudah rencanakan pernikahan. Semuanya kandas begitu saja. Catering, tempat membuat gaun pernikahan telah dipilih oleh Floryn.
Sakha diminta untuk menjalin hubungan dengan wanita lain. Akan tetapi dia menyibukkan dirinya untuk di kantor. Merasa kalau cintanya telah habis hanya untuk Floryn waktu itu. Sudah dua tahun hubungan itu telah kandas karena restu.
Sementara Floryn tidak menyetujui soal perjodohannya dengan pria lain, dan memilih melanjutkan pendidikannya di luar negeri dan hari ini hadir di pernikahan salah satu kerabat orangtuanya.
Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar. Lalu melupakan dalam jangka waktu dua tahun itu tidak mudah bagi Sakha. Pertemuan hari ini membuat dia merasa agak sulit untuk melihat kecantikan wanita itu. Bagaimana mungkin wanita yang sering dia peluk saat rindu bukan lagi menjadi tujuannya.
Sakha tidak menyerah begitu saja waktu itu. Sempat nekat melamar Floryn sebanyak tiga kali. Tapi semua itu ditolak oleh keluarganya Floryn dengan alasan kalau orangtuanya Sakha juga tidak akan merestui pernikahan itu.
Bagaimana rasanya ketika Floryn yang memilih rumah, menyiapkan kamar untuk mereka. Tetapi pernikahan ditentang begitu saja. Di usia yang sudah tiga puluh satu tahun. Sakha belum bisa menggantikan posisi Floryn. Beberapa kali orangtuanya berusaha menjodohkan, tapi tidak ada yang mampu membuat dia tertarik.
Ferdi menyenggol perutnya dengan sikunya. "Lo nggak sapa tuh?"
Dia hanya melirik dan tersenyum ke arah temannya. "Nggak deh."
"Sapa aja kali. Mana tahu lo balikan."
Tidak ada yang diharapkan lagi untuk kembali. Meskipun mereka sama-sama sendiri. Tapi kalau hubungan orangtua tidak ada yang merestui juga akan sulit sekali. orangtua mereka tetap berhubungan baik. Tapi tidak dengan Sakha dan Floryn yang sudah mulai menjauh. Di acara pun dia tidak pernah mau datang lagi.
Rasa rindunya mengalahkan apa saja yang pernah dirasakan oleh Sakha. Jauh lebih besar untuk merindukan wanita itu.
Dia menjalin hubungan ketika Floryn baru saja lulus SMA waktu itu. Ketertarikan mereka berdua begitu kuat sampai membuat dia benar-benar jatuh cinta.
Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Sakha.
"Gue cabut aja kali, ya?" tanya Sakha pada Ferdi yang ada di sebelahnya sambil memangku anaknya.
Ya, seharusnya Sakha juga sudah punya anak dengan Floryn kalau mereka jadi menikah. Tapi itu adalah mimpi yang sudah kandas dua tahun lalu. Ingat ketika Floryn menangis usai memeluknya dan mereka putus. Sama seperti yang dilakukan oleh Sakha ketika menangisi wanita itu. Wajar kalau merasa cintanya telah habis hanya untuk satu wanita. Mendengar kabar Floryn sudah selesai dengan pendidikannya di luar negeri untuk jenjang S2 untuk yang kedua kalinya. Dia tersenyum karena wanita itu juga sangat pintar.
Ferdi terus membicarakan tentang Floryn di dekatnya. Meminta dia untuk mengejar kembali. Tapi mau bagaimana lagi? Mereka berdua mungkin sama-sama sudah mati rasa untuk orang lain. Hanya terkendala oleh restu. "Lo mau ke kantor?"
Dia mengangguk. "Gue ada meeting jam dua. Kalau acaranya malam ya gue bisa aja lama di sini."
Dia pamit terhadap Ferdi dan langsung keluar dari tempat itu.
Dia menyalakan mesin mobilnya dan melihat wanita itu masuk ke dalam mobilnya dan pasti juga akan pulang dari acara tersebut. Andai orang lain tahu betapa inginnya mereka berdua untuk bersanding dalam pernikahan. Kejadian ini tidak akan sejahat itu kepada mereka berdua. Pernikahan yang dibayangkan berakhir dengan indah terpaksa harus berjalan seperti ini.
Meskipun dalam keadaan apa pun, wanita itu sangat cantik. Dari kejauhan masih bisa dia nikmati wajah cantik yang masih sama seperti dulu.
Ia pulang ke rumah pribadinya untuk bersiap-siap ke kantor. Baru saja dia turun untuk makan siang. Ada mamanya di sana yang sedang membuka kotak nasi dan tersenyum ke arahnya. "Mau makan di sini atau di kantor?"
"Kantor aja, Ma."
Mamanya memasukkan kembali makanan untuk Sakha di kantor. "Maaf nggak bisa temani Mama di sini."
"Kamu harus makan semuanya sampai habis. Kasihan Ulfi sudah masak buat kamu."
Ya, Sakha tahu itu adalah wanita yang sedang direncanakan untuk menjadi jodohnya Sakha. Tapi seperti yang telah dia katakan kalau cintanya telah habis pada Floryn.
Sampainya di kantor, dia memberikan makan siang itu untuk orang lain. Bukan dia tidak menghargai, tapi mamanya mengharapkan lebih dari ini. Sedangkan dia masih belum mau membuka hatinya. Apalagi kalau Floryn sudah pulang dari luar negeri dan sekarang sudah ada di Indonesia lagi.
Dia memasuki ruangan rapat usai makan siang dan memilih membeli di luar dibandingkan makan masakan Ulfi. Karena dia tidak mau nanti semua itu jadi hutang. Mamanya terlalu berharap kalau dia menikahi wanita itu. sementara dia tidak ada perasaan sama sekali. Kalau bukan karena terhalang restu, tentu saja dia sudah menikah dan pasti punya anak sekarang.
Orang-orang dari perusahaan pun mulai berdatangan. Waktu dia sedang mengobrol dengan salah satu rekannya. Tiba-tiba yang muncul adalah Floryn. "Kenapa dia ada di sini?" tanya Sakha pada diri sendiri ketika melihat wanita itu sangat cantik dengan balutan blazer dengan rok selutut. Pikirannya mulai liar dan menganggap kalau wanita ini sudah mulai terjun ke dalam bisnis orangtuanya. Dulu, dia tidak pernah bekerja dan waktunya penuh untuk Sakha.
Rapat pun dimulai siang itu.
Selama rapat berjalan, dia hanya mencuri pandang ke arahnya Floryn. Sialnya ini akan semakin sulit untuk melupakan. Ketika dia memiliki prinsip memaksakan diri melupakan sama halnya dengan mengingat kembali. Faktanya Sakha selalu mengingat calon istrinya yang batal dia nikahi.
Rapat berjalan selama tiga jam dan kemudian surat kontrak kerjasama diserahkan oleh sekretarisnya Sakha.
Rapat ditutup dengan ucapan terima kasih oleh Sakha dan waktu yang lain telah keluar. Dia berdua dengan Floryn di ruangan itu. Sakha pindah tempat duduk dan menghampiri Floryn. "Kapan pulang, Flo?"
"Sebulan lalu. Aku keliling Indonesia buat liburan sebelum sibuk kerja." Kata wanita itu lalu memasukan lembaran ke dalam map.
Rasanya asing bicara dengan Floryn yang hubungannya sudah lama sekali terjalin tapi harus seperti ini sekarang. Wanita itu hanya tersenyum. "Aku balik dulu, ya."
"Flo, aku antar mau nggak?"
Wanita itu tersenyum. "Nggak usah, Yang." Gerakan Floryn terhenti. "Maksud aku, lain kali saja."
Panggilan mereka masih sama. Sakha pun hati-hati memanggil Floryn tadi.
"Bisa nggak kita mulai lagi?"
Floryn menatapnya. "Bagaimana kita bisa jalin hubungan kalau hasilnya tetap sama, Sakha? Orangtua kita sama-sama sudah nggak mau."
Padahal sedikit lagi mereka berdua akan menikah. Tidak ada yang salah dengan hubungan. Orangtua seharusnya bahagia ketika anak mereka sama-sama pacaran menuju pernikahan. Tapi berbeda dengan orangtua mereka berdua yang mengatakan kalau tidak ada pernikahan yang boleh terjadi.
"Aku nggak mau nyakitin kamu, Sakha. Terlebih waktu kamu lamar aku dan kamu justru ditolak. Kamu nggak kapok?"
Tatapan Floryn juga masih sama seperti dulu. Memang sakit, tapi Sakha ingin perjuangkan wanita ini sekali lagi. "Sekali lagi, Flo."
Dia langsung menggeleng. "Nggak ada gunanya, Sakha. Aku dengar juga kamu mau menikah dengan Ulfi."
Sakha tidak menyangka kalau kabar itu akan berembus ke Floryn. Sedangkan Sakha saja tidak pernah mengatakan iya kepada orangtuanya tentang dia setuju atau tidaknya menikah dengan Ulfi.
Tidak etis kalau dia bicarakan hubungan kepada Floryn terus menerus. Wanita itu juga pamitan ketika mereka selesai bicara.
Bab 2. Pasrah Dengan Keadaan
Floryn duduk di ruangannya sambil melihat foto di tabletnya tentang gaun pernikahan yang dua tahun lalu telah direncanakan untuk acaranya dengan Sakha. Hubungan kandas karena orangtua tidak setuju kalau mereka menikah. Ini adalah tentang derajat orangtua yang dijaga. Floryn harus menikahi pria yang setara dengannya. Padahal dia dengan Sakha tidak ada bedanya. Menurutnya, itu tidak masuk akal kalau menjadi alasan mereka pisah karena status ekonomi.
Kurang kaya apalagi Sakha? Dia punya dua perusahaan yang sekarang.
Pertemuannya dengan Sakha memang menumbuhkan perasaan rindu lagi. Memangnya siapa yang dengan mudah melupakan orang yang sudah pacaran selama tujuh tahun lamanya. Kandas dengan alasan tidak masuk akal tersebut. Kalau pun dipaksakan, mereka berdua tidak akan pernah bisa hidup bahagia.
Gerakan Floryn terhenti ketika mendengar suara pintu diketuk. Dia yang tadinya duduk sambil membaca berkas di atas mejanya. Tiba-tiba ada tamu. Sekretarisnya langsung membuka pintu ruangannya. "Bu, ada tamu dari perusahaan PT. Taruna Nusantara."
Floryn membiarkan mereka masuk. "Kamu keluar saja dulu!" ucapnya kepada sekretarisnya.
Dia bertemu dengan pria muda yang sudah dijodohkan dengannya. Tahu kedatangan pria ini untuk menemuinya. "Flo, apa kabar?"
Dia menyambut dengan baik usai bangkit dari tempat duduknya dan menjabat tangan pria itu. Lalu mempersilakan pria itu duduk. Mereka mengobrol santai. Floryn yang berusaha sebisa mungkin untuk tidak melawan orangtuanya tentang perjodohan ini. Bukan alasan yang mudah kalau bahas soal pernikahan dengan orang lain.
Senyum selalu diperlihatkan kepada pria ini agar tidak menimbulkan masalah. "Kamu ada waktu malam ini?"
Dia hanya menganggukkan kepalanya. Sebenarnya dengan perasaan kesal dia menerima ajakannya Ronald. Meskipun dalam hatinya tidak terlalu suka. Tapi bagaimanapun juga. Dia adalah wanita yang harus menuruti perkataan orangtuanya. Tidak mudah juga menjadi anak yang harus patuh kepada orangtua. Terkait jodoh, karena yang akan menjalani bahtera rumah tangga adalah dirinya.
Kabur dari Sakha jauh lebih percuma. Karena pria itu masih mengejar, masih mengungkapkan cinta seperti dulu. Floryn yang sudah mati-matian melupakan. Bertemu dengan Sakha lagi, rasanya dia ingin menangis. Tapi ditahan karena tidak mau membuatnya semakin sakit.
Ingat ketika mereka putus waktu itu. Sakha juga menangis saat memeluknya. "Kita perginya sebelum jam tujuh malam."
"Oke, aku jemput nanti malam."
Floryn kembali ke apartemen. Membereskan semua yang ada di apartemennya sendirian. Sejak saat di mana dia dibuat menderita oleh pilihan orangtuanya. Floryn sudah tidak bisa lagi berpikir jernih. Tanpa sadar, dia merasakan sakit itu lagi.
Pintu kamarnya diketuk. Dia membukanya dan melihat ada Tio—papanya yang datang dengan membawa sesuatu. "Masuk dulu, Pa."
Tio masuk ke apartemennya Floryn. Dia menyiapkan minuman. Lalu mengambil gambar ada papanya di apartemen. Dia mengirim foto itu untuk Ronald. Bahwa dia tidak bisa pergi karena ada tamu.
Pria itu langsung mengatakan tidak masalah. Meskipun tidak enak hati karena sudah berjanji. Tapi papanya yang datang ke sini lebih dulu. Dia mengobrol tentang perusahaan, dikeluarkan makan malam oleh papanya dari yang dibawanya barusan.
"Kapan mau pulang ke rumah?"
"Nggak, Pa. Aku di sini saja lebih nyaman."
"Sebenarnya Papa kangen banget sama kamu. Pengen kamu di rumah."
Dia bukannya tidak mau pulang. Tapi di sini jauh lebih tenang. Usai kembali dari luar negeri, dia menempati apartemennya lagi. Walaupun dia rindu rumah, dan pulang hanya sesekali. Tapi orangtuanya pasti akan bahas pernikahan. "Papa dengar kamu ketemu sama Sakha di rapat waktu itu."
"Bagaimana nggak ketemu, Pa. Dia kan di sana. Apalagi yang punya perusahaan itu papanya."
"Gimana sama dia?"
"Biasa aja."
Papanya selalu jadi orang yang menenangkan. Ini bukan perkara papanya yang menjodohkan. Tapi lebih ke mamanya, juga sama seperti mamanya Sakha. Mereka berdua terpaksa putus karena itu.
Namun, dia terlihat tidak terjadi apa-apa antara dirinya dengan Sakha. "Papa temani makan."
Floryn tahu kalau papanya mendukung penuh pernikahannya dengan Sakha dulu. Saat dia mulai menyantap makanan. Dia menangis. "Anak Papa nggak boleh lemah."
Dia menaruh makanan itu lagi di atas meja. Kemudian dipeluk oleh papanya. Ini semua karena mamanya, kakaknya dan juga keluarganya yang lain. Alasan kenapa Floryn memilih asingkan diri dari Indonesia waktu itu karena lelah dengan keadaan. Yang punya suara tidak setuju dengan putusnya dia dengan Sakha adalah papanya. Sedangkan yang lain meminta untuk tetap putus.
Tio bukannya tidak membantu. Bahkan sudah melakukan hal yang dia bisa. Akan tetapi itu adalah hal yang paling buruk terjadi. Papanya tidak memiliki dukungan lain. "Maafin Papa, ya!"
Di depan orang lain dia bisa terlihat kuat. Tapi di depan papanya. Dia bisa menangis sejadi-jadinya. Papanya selalu menguatkan dengan cara yang bisa dilakukan. Tapi hatinya Floryn sudah sangat hancur oleh keputusan yang lain. Begitu juga dengan Sakha yang pastinya sudah sakit hati dengan keputusan yang lain juga. Mereka adalah orang-orang egois.
Lebih dari satu jam papanya ada di sini untuk diceritakan semuanya. Floryn terus mengingat masa lalunya dengan Sakha yang memang terbilang cukup lama. Mereka pacaran dengan baik. Merencanakan masa depan juga dengan matang. Sakha sampai membeli rumah dan itu adalah pilihan Floryn sendiri.
Keesokan harinya.
Ingatannya kembali berkelana ingat semua kenangan dengan Sakha. Sewaktu dia berkumpul dengan teman-temannya di salah satu kafe. Ada temannya yang membawa anak. Dia mencoba untuk tetap terlihat tenang di depan yang lain. Meskipun dia yang ditanya kapan menikah. Tapi tetap berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Walaupun dia iri melihat yang lain sudah menikah.
menyadari kalau banyak temannya yang tidak menyinggung soal pernikahan, dia merasa aman. Wanita itu tersenyum ketika sedang dibahas hal lain.
"Lulu, aku boleh gendong anak kamu nggak?"
"Tentu sayang." Kata wanita itu memindahkan bayinya ke pangkuannya Floryn.
Dia merasa gemas dengan bayi perempuan yang di pangkuannya sekarang. Dia menciumnya. "Semoga Tante Flo segera diberikan jodoh." Kata Lulu kepada yang lain.
"Aamiin." Ucap teman-temannya.
Mereka tidak singgung soal Sakha sama sekali. Hubungan yang usai bukan karena keinginan mereka berdua. Dimaklumi dengan baik oleh teman-teman yang hadir di dalam pertemuan ini. Mereka sangat menghargai Floryn dan memberikan dukungan agar dia mencari yang lain saja dibandingkan restu yang sangat sulit untuk ditembus.
Hatinya pedih kalau ingat pernikahan impian yang batal dijalani oleh mereka berdua. Rasanya sangat sulit sekali untuk mengerti dengan keadaan yang sangat rumit tersebut. Dipaksa untuk memahami semuanya.
Pulang dari perkumpulan itu. Orangtuanya meminta ia untuk kembali ke rumah.
Obrolan kembali lagi mengenai pembahasan perjodohan dia dengan Ronald. Sudah berapa kali dibahas? Dia sampai bosan mendengar itu.
"Flo, kamu udah siap nikah, kan?" tanya mamanya yang waktu itu sedang menggendong keponakannya Floryn.
Dia hanya mengangguk. Meskipun di dalam hati dia jauh lebih tidak terima dengan ini. Orangtuanya mengatakan ini sangat menantikan dia yang menikah. Wanita itu paham betul bagaimana cara untuk tetap tenang di tengah gempuran saudara yang lain. Walaupun ada rasa tidak terima dengan keadaan. Tapi mau bagaimana lagi? Dia yang sudah pasrah dengan pilihan orangtuanya.
Bab 3. Salah Paham Yang Tak Dimengerti
Tempat pelarian Sakha tidak lain adalah rumahnya Tom dan Alya. Sepasang suami istri yang merupakan sahabat baiknya. Tom yang merupakan teman baik Sakha, sedangkan Alya adalah sahabat Floryn yang berteman sejak SD. Wajar saja kalau cerita apa pun yang dipendam oleh Sakha, akan ditumpahkan pada mereka berdua.
Karena orangtua tidak memahami hubungannya dengan Floryn. Menganggap bahwa orang lain lebih mengerti masalah yang dihadapi oleh Floryn dan Sakha dibandingkan orangtua.
Menuangkan jus jeruk ke dalam kemasan yang kemudian diletakkan di atas gelas. Sembari mengajak main anaknya Tom. Sakha melihat gadis kecil yang imut ada di depannya. "Kami mendengar kabar kepulangan, Flo. Sudah dipastikan dia akan buat hati kamu berantakan lagi, Sakha."
Dia terkekeh sambil bermain dengan Jasmine. Anak kecil yang menerima kehadirannya juga di sini. "Mau bagaimana lagi. Suasana masih tetap sama."
Mengharapkan Floryn kembali adalah suatu hal yang mustahil bagi Sakha. Pasalnya, Floryn adalah wanita yang penurut.
"Jauh di dalam hatinya Floryn, dia pasti kangen juga sama kamu. Kalian pacaran nggak sebentar. Apalagi sampai dia temani kamu beli rumah. Persiapan kalian matang banget. Tapi ya gimana lagi. Cuman, saran aku sekali lagi berjuang, Kha. Nggak lucu kalau kalian usai karena pihak orangtua. Toh yang jalani rumah tangga juga kalian berdua."
"Kalian dulu pernah putus, kan. Sama karena restu, itu bagaimana cara hadapinya?"
Tom tertawa saat itu. Alya juga sepertinya merasa paham bagaimana ini akan diselesaikan. "Bedanya, dulu aku pengangguran. Orangtuanya Alya nggak percaya aku bisa nafkahi anak mereka. Biar bagaimanapun, Alya kan waktu itu tulang punggung. Sekolahin adik-adiknya, aku bekerja dan berusaha di atas dia. Menghasilkan uang yang di atas dia. Tapi hubungan nggak usai. Alya juga kan diam-diam jalin hubungan sama aku. Kencan juga berkedok tugas dari kantor. Nggak gitu, nggak bakalan bisa. Tapi setelah dibuktikan, orangtuanya Alya setuju. Syaratnya, kalau aku nggak mampu nafkahi anak mereka. Aku harus balikin Alya. Tapi buktinya, setelah nikah rezeki datang dari sana sini tanpa diduga. Cuman memang waktu itu Alya sempat keguguran. Itu yang jadi permasalahan rumah tangga sih."
Sakha bukan orang yang pandai sembunyikan perasaan. Bagaimana dia mencintai Floryn itu sangat luar biasa. Membayangkan rumah tangga yang dijalani mereka berdua berakhir bahagia. Kalau Tom saja bisa melakukannya, kenapa dia tidak mencoba?
Mungkin mudah bagi orang lain mengatakan hal demikian. Tidak berlaku bagi kedua belah pihak yang berusaha untuk terus menjadi penghalang hubungan mereka.
Pengasuh mengambil Jasmine atas permintaan Alya. Lalu wanita itu kemudian mengatakan. "Hubungan kalian sudah masuk ranah dewasa, Sakha. Walaupun mungkin Floryn bisa saja diterima oleh pria lain karena pernah tidur sama kamu. Yang jadi masalah, kalian berdua setidaknya berusaha untuk bersatu."
"Floryn yang nggak mau."
"Ada salah paham yang mungkin tidak bisa Floryn jelaskan. Ada kesalahan yang tidak bisa kamu selesaikan atau tidak kamu sadari. Bicarakan dengan dia, bagaimana ini bisa selesai. Kalau memang kalian tidak bisa menikah, setidaknya kalian harus bicarakan hingga hubungan kalian usai. Versi orangtua dan versi kalian itu beda dalam menyikapinya. Ajak Flo bicara, kalau dia menghindar, itu artinya dia lari dari masalah. Mungkin nanti aku juga bisa bantu."
"Dia menghindariku."
Tom mengibaskan tangan di depan wajahnya sambil tertawa. "Serahkan pada Alya, percayalah kalau Floryn tidak akan menolak permintaan Alya. Karena mereka berdua sangat dekat. Kita atur makan malam nanti, kumpul berempat."
Walaupun ada rasa canggung yang tidak bisa dijelaskan. Pria itu akhirnya sepakat kalau dia meminta bantuan kepada Alya. "Kamu malu ketemu sama dia?"
"Kurasa memang iya. Karena dia menghindariku."
"Cuih, mustahil sekali. Aku ingat pertama kali kamu panik saat menyentuhnya tidak menggunakan pengaman."
Sakha tidak sedang bercanda. Dia memang melakukan itu dengan Floryn. Tapi bukan berarti menjadi alasan dia untuk mengejar terus menerus. Karena dia menginginkan Floryn lebih dari apa pun. "Bantuin aku pokoknya."
"Pasti aku bantuin. Tapi jaga dia dengan benar. Aku paling malas diajak ke pub dan nemenin kamu mabuk. Ujung-ujungnya kayak orang gila."
Yang tahu seluk beluk hubungan mereka berdua adalah pasangan yang ada di depannya ini. Ingat pertama kali Floryn juga panik takut hamil. Tapi lama kelamaan mulai terbiasa. Karena mereka berempat sama saja.
Rahasia selalu dijaga oleh mereka mengenai hubungannya dengan Floryn.
"Aku ngerasa Flo juga masih ada perasaan sama kamu, Sakha."
"Aku nggak GR, tapi emang waktu itu dia panggil aku sayang."
Sakha langsung merebahkan dirinya di sofa yang ada di rumah Tom. "Makin nggak bisa move on ini si kampret."
Semakin hari, perasaan terasa semakin hampa. Mendengar kabar kalau Floryn dijodohkan dengan Ronald. Sakha dijodohkan dengan Ulfi. Merasa kalau hidup ini benar-benar tidak adil. "Kawin lari, Sakha. Ajak Floryn keluar. Terus bawa kabur. Modal nekat aja udah kalau kayak gini."
Keduanya mulai khawatir dengan hubungan Sakha dengan Floryn. Walaupun yang paling susah move on adalah Sakha. Rasanya setengah gila melupakan wanita itu. "Jangan terima perjodohan dulu, Sakha. Mungkin ada hal yang disembunyikan sama Flo dari kamu."
"Dia mau nikah."
"Nggak yakin. Karena kita bertiga tahu Floryn cuman bisa luluh sama kamu. Toh dulu juga waktu kalian putus nyambung, Floryn orangnya masih nunggu penjelasan kamu. Kalau kali ini kamu nikah, usai semuanya."
Kali ini Alya setuju dengan ucapan suaminya. "Aku setuju. Karena dulu waktu kamu sama dia pisah dan salah paham. Dia nggak punya pacar selama berbulan-bulan. Nungguin kamu."
Dukungan telah dia dapatkan dari dua sahabatnya. Tidak menutup kemungkinan dia akan mengejar lebih jauh lagi. Hubungan yang terlarang cukup membuat dia dan wanita itu merasa sedikit kekuatan untuk berjuang lagi. Kisah yang belum usai dianggap teman-temannya sebagai suatu yang harus diperjuangkan kembali.
Dukungan Tom dan juga Alya sudah menunjukkan betapa Sakha harus berusaha lebih keras lagi dalam memperjuangkan cintanya agar tidak usai. Menjelaskan kepada Ulfi secara perlahan agar tidak terjadinya pernikahan tanpa cinta.
Memberikan kesadaran kepada wanita itu. Kalau dia dan Ulfi akan menikah hanya karena bisnis orangtua yang akan bekerja sama.
Ini tentang kisah antara Sakha dan Floryn yang tidak pernah usai tapi dipaksa untuk usai. Hati mereka belum benar-benar pulih dari masa lalu.
Tom juga memberikan dukungan sepenuhnya agar Sakha bicara dengan Floryn berdua. Menyelesaikan konflik antara mereka yang mungkin ada salah paham. Tapi tidak disadari oleh kedua belah pihak. Jasmine datang menghampiri mereka bertiga yang mengobrol. "Mama lagi ngobrol sayang. Kenapa?"
Anak itu langsung naik ke sofa dan duduk di pangkuan Sakha. "Bahkan anak kalian aja ngerti aku lagi galau."
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
