IDWLYA - Chapter 16-17

382
54
Deskripsi

Ada denyutan rasa sakit di dadanya. Chloe selalu menjadi benjolan termenyakitkan dalam hidupnya. Mengingatkan Alister pada keputusasaaan dan ketidakberdayaan. 

Wanita ini … adalah orang yang secara tidak langsung sudah membunuh ibunya.

Kalau bukan karena Chloe dan keinginan egoisnya, ibunya harusnya sudah melakukan operasi transplantasi ginjal lebih awal. 

Saya suka gimana readers masih positif thinking kalo cerita ini cuma sekitar orang ketiga atau permasalahan rumah tangga padahal tahu penulisnya Queen Nakey. HAHAHAHAHA

Makasih buat semua vote, komen, dan tip-nya. Cium readers satu2.

Chapter 16 – Saling Menyakiti dan Menyiksa

Chloe tampak bingung dan linglung. Seolah apa yang dikatakan Alister lebih tidak bisa diterima olehnya.

Walau Alister dan Risa tidak pernah mengumumkan hubungan mereka di kehidupan sebelumnya, tapi ke mana pun Alister pergi … Risa hampir selalu mengikuti. Alister juga membiarkan Risa dekat dengan anak-anak mereka.

Apa lagi niatnya selain untuk mengenalkan ibu baru mereka?

Kedua tangan Chloe terkepal. Manik cokelatnya tampak redup. Kelopak matanya turun, terkulai.

Dia mengangguk mengerti.

Mungkin … Chloe memahaminya. Awalnya, Alister adalah pria setia. Tapi karena Chloe keterlaluan dan tidak bisa memberinya kenyamanan, dia mencari ketentraman itu di sisi wanita lain?

Atau … atau bisa juga saat Chloe masih hidup, Alister dan Risa belum meresmikan hubungan mereka? Alister hanya menunggu waktu untuk berpisah dengannya baru mengumumkan?

Lalu … bagaimana setelah Chloe mati hari itu?

Chloe dulu tidak pernah sadar dia sangat bodoh. Pilihannya tidak pernah benar, keputusannya selalu salah. Dia bahkan tidak bisa memahami suaminya sama sekali.

“Kamu nggak perlu khawatir soal apa pun. Sebaiknya kamu kembali ke kamar dan tidur.” Alister menatap Chloe yang masih tampak bingung. 

Saat Alister hendak berjalan melewatinya, Chloe terentak, dia buru-buru berbalik dan memegangi lengan Alister, refleks.

Begitu Alister berhenti dan menatapnya, Chloe tampak malu. Dia perlahan melepaskan pegangannya. Berkata serak, “A-Alister ….”

Alister menunggu.

“Kalo … kalo misal, misal di masa depan.” Chloe menelan ludah, “kamu ketemu sama wanita lain yang kamu cintai, bisa kamu bilang sama aku lebih awal?”

Jatuh cinta pada wanita lain.

Bukannya itu tidak mungkin.

Sepanjang hidupnya sampai usia hampir 30 tahun, Alister tidak pernah memikirkan perihal hubungan romantis. Ada beberapa wanita yang mencoba dekat dengannya, tapi Alister adalah orang yang fokus pada tujuannya.

Saat itu, dia berjanji pada sang Mama. Alister akan bekerja keras, menjadi kaya dan memberikan sang Mama dan adik-adiknya rumah yang besar. Memastikan mereka tidak mengalami kesulitan makan, memakai pakaian mewah dan perhiasan yang cantik.

Alister melihat bagaimana ibunya bekerja keras siang malam untuk dia dan adik-adiknya. Jadi dia teguh dengan cita-citanya.

Sayang sekali memang.

Pupil Alister menyusut. Dia menatap wanita di depannya.

Alister sekarang sudah memiliki segalanya. Kekayaan melimpah. Rumah mewah. Apa pun yang sang Mama inginkan, butuhkan, Alister bisa memberikannya.

Namun … di saat dia sudah memiliki segalanya, seseorang yang paling ingin Alister manjakan dan muliakan justru sudah tiada.

Ibunya … sudah pergi ke surga.

Ada denyutan rasa sakit di dadanya. Chloe selalu menjadi benjolan termenyakitkan dalam hidupnya. Mengingatkan Alister pada keputusasaaan dan ketidakberdayaan. 

Wanita ini … adalah orang yang secara tidak langsung sudah membunuh ibunya.

Kalau bukan karena Chloe dan keinginan egoisnya, ibunya harusnya sudah melakukan operasi transplantasi ginjal lebih awal. 

Alister ingat hari itu. Saat dia menatap kuburan ibunya dengan sorot kosong. Chloe berdiri di sampingnya, dengan ringan dia berkata pada Alister ; Alister, jangan terlalu lama berduka. Sekarang Mama kamu pasti udah ada di surga. Kamu harus menjalani hidup dengan lebih baik dan optimis untuknya.

Komplotan pembunuh ibunya ini dengan riang mengatakan ibunya sudah ada di surga.

Saat itu Alister hanya tertawa. Dia menoleh, menatap Chloe dengan sorot penuh kebencian dan rasa sakit.

Namun … tatapan marah itu ditemukan oleh ibunya Chloe, Rose.

Jadi … di depan makan sang Mama, Alister ditampar. Rose memarahi Alister karena begitu lancang kepada putrinya.

Semua orang melihatnya. Adik-adiknya menangis dan marah tapi mereka tidak berdaya.

Alister hanya bisa menundukkan kepala, tidak mengatakan apa-apa.

Alister hanya mengingat perkataan ibunya.

Alister, jika kamu harus menikah. Kamu harus yakin dengan keputusan kamu. Terlepas kamu menyukai wanita itu atau enggak, begitu kalian bersama … istri kamu akan menjadi tanggung jawab kamu sepenuhnya. Senyumannya lemah namun hangat. Dia sudah hampir sekarat, namun masih mengajari putranya dengan baik. Mama hanya tongkat tua. Bahkan tanpa transplantasi ini, hidup Mama masih akan berakhir cepat atau lambat. Kamu ngerti? Tapi hidup kamu masih panjang. Kamu berhak memilih. Mama hanya berharap … saat kamu menikah, terlepas dari bagaimana perasaan kamu terhadap istri kamu, kamu harus menjaganya dengan baik. Selama kalian bersama, kamu harus melindunginya dan memastikan dia tercukupi.

Jangan biarkan dia menjadi Mama yang kedua. 

“Alister?”

Alister berkedip.

Dia menatap Chloe lagi. Ekspresinya tampak muram. Dia menjawab dengan nada serak, “Ya.”

Jari-jarinya melengkung. Jelas dia menahan gejolak emosi di balik dadanya.

“Kalo di masa depan, baik kamu atau saya … ketemu seseorang yang kita cintai, kita akan membicarakannya dan berpisah.”

Mendengar itu … Chloe merasa lega tapi di sisi lain rasa sakit yang tidak terkatakan itu kembali menyiksa.

Alister berbalik dan pergi. Chloe berdiri di belakangnya, menatapnya dengan sorot bingung.

Pria itu … adalah cinta pertamanya. Sosok yang dicintai Chloe dengan seluruh hidupnya.

Chloe terbiasa dimanjakan dan apa pun yang dia inginkan akan mudah dia dapatkan. Salah atau benar, selama dia berkata ‘iya’, keluarganya akan melakukan yang terbaik untuk memenuhinya.

Bahkan, sampai akhir hayatnya … Chloe tidak berhenti berharap.

Bukan Alister pelakunya.

Alister mungkin benci dan mengurungnya, tapi dia tidak mungkin sampai hati untuk membakarnya.

Chloe memiliki setitik harapan untuk melihat Alister … terakhir kali. Tapi Alister tidak pernah datang, membiarkan Chloe terbunuh dalam rasa sakit dan kesepian. 

Tidak mau mencintainya lagi.

Chloe benar-benar berharap cintanya pada Alister tidak sedalam ini.

“Kalo … kalo aja aku nggak jatuh cinta sama Alister, kami nggak perlu saling menyiksa kayak gini, kan?”

Kalau saja Chloe lebih bersabar untuk mengejar Alister, tidak melakukan hal-hal bodoh yang melibatkan keluarganya … Alister tidak perlu menderita seperti sekarang. Dia juga mungkin akan memperlakukan Chloe dengan baik. Seperti sikapnya terhadap Maeve, Arslan … bahkan Risa.

Dia benar-benar berharap untuk tidak mencintai Alister lagi.

Hanya dengan cara itu, mereka bisa melepaskan satu sama lain dengan ikhlas.

Chloe tidak bisa membangkitkan orang mati, dia hanya tidak ingin menyiksa Alister lagi.

Apa yang harus dia lakukan?

Chloe meratap dan putus asa.

Kenapa dia tidak pernah melakukan sesuatu yang benar?

***


 

Chapter 17 – Mencoba Menjadi Pribadi Yang Baik

Akhir pekan.

Chloe menemani Arslan berenang di kolam. Di usianya yang belum genap 3 tahun, Arslan sudah menjadi perenang yang baik. Hanya saja dia masih harus diawasi, walau bagaimanapun kolam renangnya cukup dalam.

Chloe memiliki bayang-bayang tentang kematian Maeve. Sejujurnya, melihat kolam renang, dia masih menggigil dan pucat. 

Maeve saat itu juga sudah pandai berenang. Tapi dia hanya seorang balita. Dia dilemparkan dari lantai dua. Tubuh rapuhnya terluka, tulang-tulangnya patah bahkan kulitnya tergores kejam.

Chloe berdiri di sisi kolam, terus menatap Arslan saksama. 

Chloe mendengar suara seseorang memasuki air. Saat dia menoleh, dia melihat Alister berenang menghampiri putra mereka.

“Tangkap!”

“Hahahahaha!”

Ayah dan anak itu bermain dengan gembira. Jantung Chloe yang sesaat lalu masih menegang rileks.

Karena ada Alister … Arslan baik-baik saja. Arslan tidak akan mengalami kecelakaan.

Ya, selama yang menjaganya adalah Alister.

Chloe sendiri kadang bingung. Dia memiliki kepercayaan membabi buta terhadap suaminya. Seolah berpikir, selama ada Alister … mereka tidak akan mengalami hal buruk. Tidak akan pernah terjadi sesuatu yang mereka takutkan.

Dia tidak tahu kenapa?

Hanya saja, sejak pertemuan awal mereka … Alister memang selalu memberikan rasa aman dan kenyamanan. Dia adalah sosok pelindung. Satu-satunya pria di keluarganya, mencintai ibu dan kedua adiknya.

Chloe tidak banyak berkomunikasi dengan ibunya Alister. Tapi hanya dengan melihat putranya saja … Chloe tahu ibunya Alister sudah membesarkan putranya dengan baik. Sebagai sosok bertanggung jawab dan rasional.

“Buat apa kamu linglung? Kamu bisa masuk ke kolam dan ikut berenang.” 

Alister hanya memakai celana renang. Seluruh tubuhnya basah. Dia memeluk putranya dan melihat Chloe yang melamun di sisi kolam.

Chloe mundur selangkah. Menggeleng cepat, “Aku, aku, aku nggak mau berenang.”

Dia hanya ingin melihat Arslan dan memastikan putranya baik-baik saja. Awalnya, Chloe bahkan ingin mencegah putranya agar tidak memasuki kolam. Tapi Chloe tidak berani. Hubungannya dengan Arslan baru saja membaik.

Kalau Chloe terlalu keras pada putranya, bukankah dia hanya akan dibenci untuk kedua kalinya?

Ketakutan, paranoia, dan panik Chloe saat ini terlalu jelas. Alister mengerutkan kening. 

Ini benar-benar serius bukan?

Mental Chloe tidak benar.

Alister harus mengingatkan Rafi agar menemukan seorang profesional lebih cepat.

“Ya, kamu bisa duduk di sana. Agak jauhan nggak pa pa.” dalam tebakan Alister, kemungkinan Chloe memiliki ketakutan dengan air? Dia menatap kolam ini seolah melihat monster yang bisa memakan orang. “Kamu bisa makan atau minum biar rileks.”

Chloe mengangguk. Dia melihat putranya lagi, “Jaga, jaga Arslan. Jangan sampai dia tenggelam.”

Saat mengucapkan kata ‘tenggelam’, wajah Chloe lebih pucat. “Alister, jaga Arslan.”

“Oke.” 

Ini membuat Alister lebih bingung. Tapi dia masih setuju untuk menenangkan istrinya. Sepanjang bermain dengan putranya, mata gelisah Chloe terus menatap putra mereka. Seolah khawatir dalam satu kedipan, Arslan akan menghilang dan tenggelam.

Paranoia ini benar-benar mengejutkan.

Melihat Chloe yang terlalu gugup sampai Alister khawatir dia akan pingsan kapan saja, mau tidak mau Alister membawa Arslan naik.

“Mau lenaaaaaang!” Arslan benar-benar tidak puas. “Swimmm!”

“Hm. Kita berenang lagi kapan-kapan, ini waktunya camilan.”

Arslan cemberut. Dia jelas kesal.

Chloe melihat putranya, dia cemas dan menghampiri Alister, “Kalo Arslan, kalo dia masih mau berenang, nggak pa pa. Aku bakalan jagain dia. Alister, Alister … kamu bisa serahin Arslan sama aku.”

Alister hampir memutar matanya.

Bukan Alister tidak mau menemani putranya berenang. Tapi karena Chloe terus gugup seolah Arslan sedang sekarat saja. 

“Ayo kita masuk.” Alister menurunkan Arslan sebentar, memakai handuknya, saat dia melihat putranya diam-diam berlari ke arah kolam untuk melompat, Chloe histeris namun dengan cepat Alister menangkap putranya lagi.

Air mata Chloe mengalir bercucuran. 

Alister memeluk putranya, membuntalnya dengan handuk dan menegurnya, “Hei.”

Arslan manyun tidak puas. Dia masih ingin bermain.

Sepasang ayah dan anak itu mendengar suara isak tangis.

Begitu Alister meluruskan pandangan, dia melihat Chloe menangis sesenggukkan. Kedua matanya tampak takut begitu melihat putra mereka.

“Kamu itu kenapa?” tanya Alister aneh.

Reaksi ini terlalu keras.

“Arslan udah jago berenang, dia bisa lompat sendiri. Kamu juga tahu, kenapa kamu panik?”

Chloe tidak bisa menjelaskannya. Dia memiliki kesan terburuk tentang kolam. Putrinya meninggal di sana, karena kesalahannya.

Chloe tidak bisa menjelaskannya, dia hanya bisa menangis histeris sambil menutup wajah dengan kedua tangan.

Suri datang mendekat, dia melihat tangisan sakit Chloe lalu menatap sang Tuan.

Arslan juga bingung, matanya sudah memerah dan hampir menangis juga. Alister menyerahkan putranya pada Suri. “Ayo, bawa Arslan masuk.”

Suri menerima Arslan dan mengangguk.

Alister menarik napas dalam-dalam, dia merangkul Chloe ke dalam pelukannya, lalu membawanya memasuki rumah, menjauh dari kolam.

Setelah pintu tertutup, Chloe mencengkeram handuk Alister erat-erat. Kimono handuk itu semakin berantakan dan miring.

Tubuh Alister dingin dan lembap karena dia baru saja keluar dari kolam, tapi Chloe merasa hangat dan aman. Sekali lagi … kepercayaan membabi buta pada Alister ini terkadang membuat Chloe sendiri kebingungan.

“Jangan takut. Semuanya baik-baik aja.” Alister benar-benar harus menyelidikinya, trauma ini terlalu dalam. ‘Pukulan’ ringan jelas tidak akan membuat seseorang sampai separanoia ini. 

Dia semakin yakin istrinya tidak berakting.

“Arslan baik-baik aja. Jangan khawatir.”

Chloe hanya menangis dan memeluk Alister lebih erat. Terus menggumamkan maaf berulang. Maaf karena dia tidak berguna.

Maaf karena kesalahannya sudah membuat putri mereka pergi.

Selama setengah jam, Alister tidak bisa bergerak. 

Mungkin, ini menjadi salah satu waktu paling damai di antara mereka. Momen di saat Alister tidak merasakan emosi negatif saat menghabiskan waktu lebih lama dengan istrinya.

Alister menepuki punggung Chloe pelan, terus meyakinkannya. “Semuanya baik-baik aja. Jangan takut.”

Chloe juga berharap dia tidak takut. Tapi apa yang harus dia lakukan? Dua bulan masa terakhir hidupnya saat itu terlalu menyakitkan. Trauma itu meresap ke tulang-tulang. Chloe merasa dia benar-benar tanpa harapan.

Dia menjadi orang yang mengalami paling banyak kehilangan, tapi dia bahkan tidak layak untuk mengeluh.

“Chloe … kalo kamu mengalami sesuatu yang salah,” Alister berkata hati-hati. “Kamu bisa mengatakannya pada saya. Saya akan mencoba melakukan yang terbaik untuk membantu kamu. Kalo ada seseorang yang membuat kamu merasa nggak nyaman atau nggak aman. Kamu juga bisa mengatakannya, kita juga mungkin untuk mengatasinya bersama.”

***

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Another Love (Alardo-Kirena Novelet)
74
21
Ini adalah novelet AU / Fanfic dari novel DevilSeries.Alardo Lucifer x Kirena Kleantha.Novelet ini mengandung unsur 21+Novelet ini ditulis 2016. Jadi jangan heran kalau tulisannya agak beda dengan tulisan yang sekarang.Saya ga berani banyak ngedit karena ada unsur seks eksplisit. Hahaha. #maluLangsung TAMAT  Kirena adalah murid pindahan baru di sekolah. Seluruh keluargany terbunuh dibantai oleh Butler di keluarganya sendiri. Sosok yang Kirena sayangi dan perlakukan sebagai kerabatnya selama ini.Namun di sekolah yang baru, dia justru harus berhadapan dengan Alardo Lucifer dan Eagle Dimitri. Di mana kedua tiran itu bertaruh siapa pun yang bisa meniduri Kirena lebih dulu, yang kalah harus mematuhi perintah pemenang.Mampukah Kirena melewati badai rasa sakit yang lain dalam hidupnya saat ini?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan